• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal.doc"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DAN MERUSAK BARANG

(Studi Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl)

Oleh : ADRIYADI

Pembunuhan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan/merampas jiwa orang lain. Selain itu pembunuhan dianggap perbuatan yang sangat terkutuk dan tidak berperikemanusiaan. Tindak pidana pembunuhan yang direncanakan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP serta merusak barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 406 KUHP. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa yang menjadi faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang? bagaimana pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl? dan bagaimana pelaksanaan putusan (eksekusi) pidana penjara seumur hidup terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan yuridis normatif dan pendekatan empiris dengan menggunakan data sekunder dan data primer, selanjutnya dilakukan analisis data secara yuridis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang antara lain sakit hati, emosi dan dendam. Penyebab tersebut pada dasarnya merupakan faktor turunan dari rasa sakit hati dan dendam karena korban telah memperkosa istrinya. Pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl dengan pidana penjara selama seumur hidup. Pelaksanaan putusan (eksekusi) pidana penjara seumur hidup terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang yaitu Surat P-48 diberikan oleh Jaksa kepada petugas Lembaga Pemasyarakatan dan status terdakwa akan berubah menjadi terpidana. Lalu dibuat BA-8 (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya memerintahkan agar terpidana melaksanakan pidana penjara yang ada dalam amar putusan Hakim.

Pemerintah Republik Indonesia bersama DPR RI selaku Pembentuk Undang-Undang, hendaknya dalam pembentukan KUHP Nasional yang akan datang, klausul pidana seumur hidup masih sangat relevan untuk dipertahankan sebagai pengganti dari pidana mati dan pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.

(2)

2 ABSTRACT

ANALYSIS OF ACTORS LIABILITY FOR CRIME MURDER OF PLANNING AND RUIN

(Study of Decision No. 60/Pid.B/2016/PN.Mgl)

by: ADRIYADI

Murder is any act done intentionally to eliminate/robs souls of others. Besides murder is considered that such a godforsaken and inhumane. Criminal acts of premeditated murder and punishable as provided in Article 340 of the Criminal Code as well as damaged goods as referred to in Article 406 Criminal Code. The problem in this study is what factors cause the perpetrator committed the crime of murder and tampering? how the perpetrators of criminal acts of murder and tampering in Decision No. 60/Pid.B/2016/PN.Mgl? and how the implementation of the decision (execution) life imprisonment against the crime of murder and tampering?

The method used in this research is through normative juridical approach and empirical approach using secondary data and primary data, then performed by juridical qualitative data analysis.

Based on the results of the study, that the cause of the perpetrator committed the crime of murder and tampering with, among others, heartache, emotions and revenge. The cause is basically a transcription factor of pain and revenge because the victim had raped his wife. Accountability of perpetrators of criminal acts of premeditated murder and tampering in Decision No. 60/Pid.B/2016/PN.Mgl with imprisonment for life. Implementation of the decision (execution) life imprisonment against the crime of murder and tampering are Letters P-48 awarded by the Prosecutor to officers Correctional Institution and the status will change to convict the accused. Then made BA-8 (Minutes of Verdict Execution Judge) that ordered that the convict implement existing imprisonment in the ruling judge.

The Government of the Republic of Indonesia together with the House of Representatives as a Constituent, should be in the formation of the National Criminal Code will come, life imprisonment clause is still very relevant to be retained in lieu of the death penalty and imprisonment while the maximum of twenty years.

Keywords: Accountability, Crime, Murder Plans

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan peradaban dan pertumbuhan pada masyarakat yang cukup pesat, dimana tindak pidana ikut mengiringi dengan cara-cara yang telah berkembang pula. Tindak pidana senantiasa ada dan terus mengikuti perubahan. Pengaruh modernisasi tidak dapat dielakkan, disebabkan oleh ilmu pengetahuan yang telah mengubah cara hidup manusia dan akhirnya hanya dapat untuk berusaha mengurangi jumlah tindak pidana serta mengarahkan pelaku (penjahat) tersebut secara efektif dan intensif, maka sulit kalau

dikatakan Negara akan melenyapkan tindak pidana secara total.

(3)

bertentangan dengan Pasal 28A

Undang-Undang 1945 yang berbunyi: “Setiap orang

berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya”.

Pembunuhan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan/merampas jiwa orang lain. Selain itu pembunuhan dianggap perbuatan yang sangat terkutuk dan tidak berperikemanusiaan. Dipandang dari sudut agama, pembunuhan merupakan suatu yang terlarang bahkan tidak boleh dilakukan.1 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang menjelaskan apabila kita melihat ke dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP, segera dapat diketahui bahwa pembentuk undang-undang telah bermaksud mengatur ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan-kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang itu dalam Buku ke II Bab ke-XIX KUHP yang terdiri dari tiga belas pasal, yakni dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350.2

Tindak pidana pembunuhan secara eksplisit diatur dalam Pasal 338 dan Pasal 339 KUHP. Pasal 338 KUHP menegaskan bahwa barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 339 KUHP mengatur :

“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau

didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua

puluh tahun”.

1

Topo Santoso dan Eva Achani Zulfa. Kriminologi. Cetakan Kesepuluh. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2011. hlm. 3

2

P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang. Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh dan Kesehatan. Cetakan Kedua. Jakarta. Sinar Grafika. 2012. hlm. 11

Selanjutnya, apabila tindak pidana pembunuhan telah direncanakan sebelumnya, maka pelaku dapat dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340 KUHP yang berbunyi : “Barangsiapa dengan

sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.

Salah satu contoh tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang yaitu dengan terdakwa Rudi Efendi bin Amirsyah yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Menggala Nomor: 60/Pid.B/2016/PN.Mgl. Terdakwa Rudi Efendi bin Amirsyah oleh Penuntut Umum dituntut terbukti bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan yang direncanakan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP serta merusak barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 406 KUHP. Selanjutnya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Menggala menjatuhkan putusan berupa pidana penjara seumur hidup.

Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang, serta membahasnya lebih lanjut dalam bentuk

Tesis yang berjudul “Analisis

Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Dan Merusak Barang (Studi Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/ PN.Mgl)”.

B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Apa yang menjadi faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang?

b. Bagaimana pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl?

(4)

terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : . Untuk mengetahui dan menganalisis

faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang.

. Untuk memahami dan menganalisis pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl.

. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan putusan (eksekusi) pidana penjara seumur hidup terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang.

D. Metode Penelitian

0. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua), yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan empiris, dengan penjelasan sebagai berikut : . Pendekatan yuridis normatif

Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research) ataupun studi dokumen dengan cara menelaah dan mempelajari kaidah-kaidah atau norma-norma, aturan-aturan, perundang-undangan yang berlaku, serta literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

. Pendekatan empiris

Pendekatan empiris yaitu pendekatan yang dilakukan melalui penelitian secara langsung terhadap objek penelitian dengan cara pengamatan (observation) dan wawancara (interview) kepada narasumber yang berhubungan dengan perkara tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang.

0. Sumber dan Jenis Data

Dalam melakukan penelitian, penulis memerlukan data-data yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Adapun jenis data yang digunakan adalah :

. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian ini melalui studi kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip, mempelajari dan menelaah literatur-literatur atau bahan-bahan yang ada.

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan secara langsung pada objek penelitian. Objek yang dijadikan sebagai tempat penelitian dalam penulisan ini yaitu Kepolisian Resor Tulang Bawang, Kejaksaan Negeri Menggala, Pengadilan Negeri Menggala dan Lembaga Pemasyarakatan Menggala. Data primer ini sifatnya sebagai pelengkap dan penunjang data sekunder. 1. Pengolahan Data

Tahap pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : . Identifikasi data, yaitu mencari data yang

diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul atau masalah. . Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data. 1. Analisis Data

(5)

diuraikan dan dianalisis secara deskriptif kualitatif, yakni dengan memberikan pengertian terhadap data yang dimaksud menurut kenyataan yang diperoleh di lapangan dan disusun serta diuraikan dalam bentuk kalimat per kalimat. Selanjutnya dari shasil analisa tersebut diinterpretasikan ke dalam bentuk kesimpulan yang bersifat dedukatif yang merupakan jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Pelaku Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dan Merusak Barang

Berdasarkan hasil wawancara dengan Zulman Topani selaku Wakil Kepala Kepolisian Resor Tulang Bawang menyatakan bahwa faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang khususnya dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl yaitu adanya perasaan tidak suka dengan korban. Pelaku dalam keterangannya menyatakan mempunyai masalah dengan seseorang dan mempunyai keinginan untuk membunuhnya. Perasaan tidak suka yang ada pada diri pelaku, terjadi karena rasa cemburu atau sakit hati dengan korban karena korban telah memperkosa istrinya.

Menurut Parjan selaku Kepala Sub Bagian Pembinaan Kejaksaan Negeri Menggala menyatakan bahwa penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang antara lain perasaan cemburu dan dendam. Perasaan cemburu dalam perkara ini karena posisi korban yang telah memperkosa istrinya ketika waktu itu istri korban menjadi penumpang travelnya, sehingga tersirat rasa sakit hati. Rasa sakit hati pelaku karena telah merenggut kesucian (keperawanan) dari istrinya, walaupun pada saat pemerkosaan tersebut terjadi ketika sang istri belum menjadi istri sahnya, namun karena keperawanan sudah direnggut paksa oleh korban, maka pelaku menjadi gelap mata dan ingin menghabisi (membunuh) korban.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Suryaman selaku Wakil Ketua Pengadilan Negeri Menggala menyatakan bahwa penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang yaitu faktor pribadi pelaku yang tidak mampu menguasai emosi terutama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Rasa kesal dan emosi yang dirasakan oleh pelaku pada akhirnya menyebabkan pelaku khilaf dan merasa sakit hati. Hal ini berawal ketika pelaku merasa kesal karena mendapati istrinya sudah tidak perawan lagi yang notabene diperkosa oleh korban, dan pelaku mengatakan bahwa luka di luar ini tidak ada artinya, ada masanya pasti sembuh, tetapi kalau sakit di dalam hati ini gak akan sembuh sampai mati sebelum membunuh dan memakansemanget (kemaluan) korban. Hal senada juga dikemukakan oleh Untung Ciptadi selaku Kepala Rumah Tahanan Negara Klas II B Menggala bahwa korban diselimuti perasaan sakit hati yang disebabkan oleh korban telah merenggut kesucian (keperawanan) istrinya. Sakit hati pelaku pada akhirnya berujung pada niat untuk menghabisi korban.

Teori Sutherland “multi faktor”, sebagaimana yang dikemukakan oleh Topo Santoso dan Eca Achjhani Zulfa bahwa untuk menjelaskan keanekaragaman motivasi orang melakukan kejahatan. Kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang disebabkan oleh motivasi. Adapun motivasi seseorang melakukan kejahatan pembunuhan dikarenakan sakit hati, cemburu, emosi, dendam, kepanikan dan kelalaian yang dilakukannya.

Penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang khususnya dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl dari hasil penelitian di atas pada dasarnya sejalan dengan teori

Sutherland “multi faktor”, sebagaimana yang

(6)

timbulnya niat jahat dari dalam diri pelaku karena merasa sakit hati, emosi, dan dendam karena istri pelaku telah diperkosa oleh korban, walaupun kejadian tersebut jauh sebelum terjadinya pernikahan antara pelaku dengan istrinya.

B. Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dan Merusak Barang Dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl

Berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl, maka terlebih dahulu dijabarkan mengenai identitas terdakwa sebagai berikut :

Nama : Rudi Efendi bin

Amirsyah

Tempat lahir : Penumangan (Tulang Bawang Barat)

Umur/tanggal lahir : 23 Tahun/25 Desember 1992

Jenis kelamin : Laki-laki Kebangsaan : Indonesia Tempat tinggal : Kampung

Penumangan Baru, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

Pendidikan : Sekolah Dasar (SD) Berdasarkan hasil penelitian di Kepolisian Resor Tulang Bawang, menurut Zulman Topani selaku Wakil Kepala Kepolisian Resor Tulang Bawang mengemukakan bahwa

berkaitan dengan dapat

dipertanggungjawabkannya seseorang yang melakukan tindak pidana khususnya tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang, bahwa di dalam KUHP, secara umum ditentukan dengan cara negatif, yaitu dalam ketentuan mengenai pengecualian hukuman. Pengecualian hukuman itu sendiri berarti bahwa orang yang melakukan tindak pidana, tidak dijatuhi hukuman atau dikecualikan dari hukuman. Hal ini didasarkan pada alasan-alasan tertentu, dengan adanya alasan-alasan-alasan-alasan tertentu ini hukuman pidana seseorang

menjadi hapus/ditiadakan walaupun sebenarnya ia telah terbukti melakukan suatu tindak pidana.

Zulman Topani lebih lanjut mengemukakan bahwa dasar adanya tindak pidana adalah asas legalitas sedangkan dasar dapat dipidananya pembuat adalah asas kesalahan. Hal ini berarti bahwa pembuat tindak pidana hanya akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan tindak pidana tersebut. Kapan seseorang dikatakan mempunyai kesalahan dalam melakukan tindak pidana tersebut dan kapan seseorang dikatakan mempunyai kesalahan merupakan hal yang menyangkut masalah pertanggungjawaban pidana. Seseorang mempunyai kesalahan bilamana pada waktu melakukan tindak pidana, dilihat dari segi kemasyarakatan ia dapat dicela oleh perbuatan tersebut.

Ditambahkan oleh Zulman Topani, bahwa pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang merupakan kemampuan bertanggung jawab pelaku terhadap kesalahannya telah melakukan perbuatannya yang dilarang undang-undang, secara melawan hukum dan tidak dibenarkan menurut pandangan masyarakat. Kesalahan adalah unsur peristiwa pidana atau perbuatan pidana dan antara keduanya terdapat hubungan yang erat.

(7)

Berkenaan pertanggungjawaban pidana dalam perkara ini, maka menurut Parjan bahwa pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang, merupakan bentuk penderitaan yang sengaja dibebankan oleh Negara kepada pelaku yang terbukti melakukan tindak pidana dan dapat dipersalahkan atau dapat dicela. Sehingga dijalaninya pidana oleh pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang yang bersalah karena telah melakukan tindak pidana merupakan wujud tanggung jawab pidana yang harus diterima oleh pelaku. Jaksa Penuntut Umum dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl, telah mengajukan tuntutan pidana yang pada pokoknya menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Menggala yang mengadili perkara ini memutuskan sebagai berikut :

a. Menyatakan terdakwa Eudi Efendi bin Amirsyah terbukti bersalah melakukan Tindak Pidana Pembunuhan dan Merusak Barang dengan direncanakan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan pertama primair Pasal 340 KUHP dan dakwaan kedua Pasal 406 KUHP;

b. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa Rudi Efendi dengan Pidana Penjara selama 20 (dua puluh) tahun;

c. Barang bukti berupa :

1) 1 (satu) unit Mobil Daihatsu Xenia warna hitam dengan Nopol: BE 2625 TF.

2) 1 (satu) buah jaket merek Esbox warna biru.

3) 1 (satu) buah celana jeans merek lois warna biru.

4) 1 (satu) buah baju merek C92 warna hitam gambar wayang.

5) 1 (satu) buah ikat pinggang kulit warna coklat.

6) 1 (satu) buah surat keterangan PT. CIMB Niaga Auto Finance, yang menerangkan bahwa BPKP Kendaraan Daihatsu Xenia warna hitam dengan Nopol : BE 2625 TF Nosin: DP87358, Noka: MHKV1AAJEK011506 An. Meliana masih dalam proses kredit/leasing.

7) 1 (satu) buah foto copi faktur kendaraan bermotor An. Meliana. Dipergunakan dalam perkara Nuriah binti Nursi

d. Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000.- (dua ribu rupiah).

Terdakwa Rudi Efendi bin Amirsyah diajukan ke muka persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan yang disusun sebagai berikut :

Kesatu : Primair; Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP Subsidair; Perbuatan terdakwa

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP Lebih Subsidair : Perbuatan

terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP

Kedua : Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 406 KUHP

Berdasarkan hasil penelitian di Pengadilan Negeri Menggala, menurut Suryaman selaku Wakil Ketua Pengadilan Negeri Menggala, berpendapat bahwa orang yang melakukan tindak pidana itu tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang dikecualikan dari

hukuman, maka ia dapat

dipertanggungjawabkan. Selanjutnya, dalam hukum pidana tidak semua orang yang telah melakukan tindak pidana dapat dipidana, hal ini terkait dengan alasan pemaaf dan alasan pembenar. Alasan pemaaf yaitu suatu alasan tidak dapat dipidananya seseorang dikarenakan keadaan orang tersebut secara hukum dimaafkan.

Setelah melakukan pemeriksaan di persidangan, maka Majelis Hakim memberikan pertimbangan sebagai berikut: a. Menimbang bahwa berdasarkan

(8)

bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain dan dengan sengaja dan dengan melawan hukum menghancurkan, merusak, membikin tidak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam kesatu primair Pasal 340 KUHP dan kedua Pasal 406 KUHP.

b. Menimbang bahwa berdasarkan dakwaan kesatu primair Pasal 340 KUHP dan kedua Pasal 406 KUHP tentang barang bukti yang diajukan di persidangan berupa : 1 (satu) unit Mobil Daihatsu Xenia warna hitam dengan Nopol: BE 2625 TF, 1 (satu) buah jaket merek Esbox warna biru, 1 (satu) buah celana jeans merek lois warna biru, 1 (satu) buah baju merek C92 warna hitam gambar wayang, 1 (satu) buah ikat pinggang kulit warna coklat, 1 (satu) buah ropi rimba warna coklat hitam merek air force, 1 (satu) buah pisau dapur gagang kayu warna coklat dan sarung warna emas, 1 (satu) buah handphone samsung duos warna putih, 1 (satu) buah surat keterangan PT. CIMB Niaga Auto Finance, yang menerangkan bahwa BPKP Kendaraan Daihatsu Xenia warna hitam dengan Nopol : BE 2625 TF Nosin: DP87358, Noka: MHKV1AAJEK011506 An. Meliana masih dalam proses kredit/leasing, 1 (satu) buah foto copi faktur kendaraan bermotor An. Meliana. c. Menimbang bahwa semua unsur-unsur

dari kesatu primair Pasal 340 KUHP dan kedua Pasal 406 KUHP tentang dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain serta dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, membikin tidak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, Majelis Hakim berpendapat semuahnya telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah bahwa terdakwa Rudi Efendi bin Amirsyah melakukan perbuatan tindak pidana dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain serta dengan sengaja dan

melawan hukum menghancurkan, merusak, membikin tidak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain. d. Menimbang bahwa terdakwa dinyatakan

bersalah dan tidak ada alasan pembenar maupun pemaaf yang dapat menghapus kesalahan tersebut, maka terdakwa harus dijatuhi hukuman pidana yang setimpal dengan perbuatannya.

e. Menimbang bahwa terdakwa ditahan sejak proses penuntutan dan persidangan maka berdasarkan kesatu primair Pasal 340 KUHP dan kedua Pasal 406 KUHP, Majelis Hakim akan mengurangkan seluruhnya penahanan sementara terdakwa dari pidana yang dijatuhkan dan mengingat terdakwa saat ini telah dilakukan penahanan dengan jenis penahanan sementara di Rumah Tahanan, Majelis Hakim berpendapat agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.

f. Menimbang bahwa penjatuhan pidana ini bertujuan dalam rangka pembinaan sehingga terdakwa akan menyadari dan menginsapi akan kesalahannya di masa lalu sehingga terdakwa tidak akan lagi berbuat kesalahan atau perbautan pidana lainnya, maka dengan demikian ketertiban dalam masyarakat akan dapat dicapai. g. Menimbang bahwa berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan di atas, Majelis Hakim akan menjatuhkan pidana yang dirasa telah pantas dan memenuhi rasa keadilan, oleh karena itu hukuman yang akan dijatuhkan kepada terdakwa dianggap telah cukup adil dan setimpal dengan kesalahannya.

h. Menimbang bahwa sebelum Majelis Hakim mengambil putusan terhadap terdakwa, terlebih dahulu akan diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Hal-hal yang memberatkan:

a) Perbuatan terdakwa menyebabkan korban An. Rudi bin Mat Saleh kehilangan nyawa/meninggal dunia dengan kemaluan yang terpotong.

(9)

2625 TF terbakar dan tidak dapat dipakai lagi oleh keluarga korban c) Perbuatan terdakwa menimbulkan

penderitaan mendalam dan berkepanjangan bagi keluarga korban.

2) Hal-hal yang meringankan yaitu terdakwa mengakui terus terang perbuatannya, sehingga memperlancar jalannya persidangan.

Lebih lanjut Suryaman mengemukakan bahwa mengingat Kesatu Primair Pasal 340 KUHP dan Kedua Pasal 406 KUHP serta ketentuan-ketentuan hukum lain yang bersangkutan, maka Majelis Hakim memutuskan :

a. Menyatakan terdakwa Rudi Efendi bin Amirsyah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “dengan sengaja dan dengan

rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain serta dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, membikin tidak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang

lain”.

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama seumur hidup.

c. Menetapkan lamanya terdakwa berada dalam tahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

d. Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan.

e. Menetapkan barang bukti berupa:

1) 1 (satu) unit Mobil Daihatsu Xenia warna hitam dengan Nopol: BE 2625 TF.

2) 1 (satu) buah jaket merek Esbox warna biru.

3) 1 (satu) buah celana jeans merek lois warna biru.

4) 1 (satu) buah baju merek C92 warna hitam gambar wayang.

5) 1 (satu) buah ikat pinggang kulit warna coklat.

6) 1 (satu) buah surat keterangan PT. CIMB Niaga Auto Finance, yang menerangkan bahwa BPKP Kendaraan Daihatsu Xenia warna hitam dengan

Nopol : BE 2625 TF Nosin: DP87358, Noka: MHKV1AAJEK011506 An. Meliana masih dalam proses kredit/leasing.

0) 1 (satu) buah foto copi faktur kendaraan bermotor An. Meliana. Dipergunakan dalam perkara Nuriah binti Nursi

0) Membebani terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah).

C. Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Pidana Penjara Seumur Hidup Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dan Merusak Barang

Menurut Parjan selaku Kepala Sub Bagian Pembinaan Kejaksaan Negeri Menggala menyatakan bahwa, pada dasarnya pelaksanaan putusan (eksekusi) pidana penjara seumur hidup terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang diatur dalam Bab XIX Pasal 270 sampai dengan Pasal 276 KUHAP. Putusan pengadilan yang dieksekusi merupakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Suatu putusan pengadilan telah berkekuatan hukum tetap apabila terdakwa dan penuntut umum telah menerima putusan

sebagaimana dinyatakan dalam “surat pernyataan menerima putusan” jika upaya

tidak dipergunakan sehingga tenggang waktunya terlampaui, apabila diajukan permohonan banding kemudian dicabut kembali dan adanya permohonan grasi yang diajukan disertai permohonan penangguhan eksekusi.

(10)

Pidum No. B-235/E/3/1994 tanggal 4 Maret 1994 Perihal Eksekusi Putusan Pengadilan. Prosedur pelaksanaan putusan pengadilan terhadap pidana penjara seumur hidup antara lain :

1. Menerima salinan putusan pengadilan dan panitera pengadilan negeri yang bersangkutan dalam waktu 1 minggu untuk perkara biasa dan 14 hari untuk perkara dengan acara singkat;

2. Kepala Kejaksaan menggunakan surat perintah pelaksanaan putusan pengadilan; 3. Menyerahkan terpidana kepada Lembaga

Pemasyarakatan;

4. Membuat Laporan Pelaksanaan.

Berdasarkan prosedur pelaksanaan putusan pengadilan terhadap pidana penjara atau kurungan pada poin 2 disebutkan bahwa kepala kejaksaan negeri mengeluarkan surat perintah pelaksanaan putusan pengadilan, dengan dikeluarkannya surat perintah tersebut maka jaksa segera menjalankan tugasnya untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan. Kemudian apabila seorang terpidana dipidana penjara atau kurungan lebih dari satu putusan, maka pidana itu dijalankan berturut-turut dimulai dengan pidana yang dijatuhkan terlebih dahulu (Pasal 273 KUHAP).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Suryaman selaku Wakil Ketua Pengadilan Negeri Menggala menyatakan bahwa pelaksanaan putusan (eksekusi) pidana penjara seumur hidup terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang yang dilakukan oleh hakim pengawasan dan pengamatan adalah sebagai berikut:

a. Mula-mula Jaksa mengirim tembusan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang ditandatangani olehnya, kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan, terpidana dan kepada Pengadilan yang memutus perkara tersebut pada tingkat pertama.

b. Panitera mencatat pelaksanaan tersebut dalam register pengawasan dan pengamatan. Register tersebut wajib dibuat, ditutup dan ditandatangani oleh panitera setiap hari kerja dan untuk

diketahui dan ditandatangani juga oleh Hakim pengawas dan pengamat.

. Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh kepastian bahwa putusan Pengadilan dilaksanakan semestinya. Hakim tersebut mengadakan penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan serta pengaruh timbale-balik antara perilaku narapidanan dan pembinaan narapidana oleh lembaga pemasyarakatan. Pengamatan tetap dilaksanakan setelah terpidana selesai menjalani pidananya. Pengawasan dan pengamatan berlaku pula bagi pemidanaan bersyarat.

. Atas permintaan Hakim pengawas dan pengamat, kepala lembaga pemasyarakatan menyampaikan informasi secara berkala atau sewaktu-waktu tentang perilaku narapidana tertentu yang ada dalam pengamatan Hakim tersebut.

(11)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang antara lain sakit hati, emosi dan dendam. Penyebab tersebut pada dasarnya merupakan faktor turunan dari rasa sakit hati dan dendam karena korban telah memperkosa istrinya, walaupun kejadian tersebut telah berlangsung cukup lama dan sebelum menjadi istri sah dari pelaku, sehingga, kejadian tersebut memicu diri pelaku untuk menghabisi atau membunuh korban. 2. Pertanggungjawaban pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang dalam Putusan Nomor 60/Pid.B/2016/PN.Mgl yaitu menyatakan terdakwa Rudi Efendi bin Amirsyah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“dengan sengaja dan dengan rencana

terlebih dahulu merampas nyawa orang lain serta dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, membikin tidak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang

lain” dan menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama seumur hidup.

3. Pelaksanaan putusan (eksekusi) pidana penjara seumur hidup terhadap tindak pidana pembunuhan berencana dan merusak barang pada dasarnya merupakan tugas dan wewenang jaksa selaku eksekutor. Adapun tahapan pelaksanaan putusan (eksekusi) tersebut antara lain Jaksa akan mengeluarkan Surat P-48 (Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Hakim) yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan. Jika terdakwa sudah ditahan, maka Surat P-48 diberikan oleh Jaksa kepada petugas Lembaga Pemasyarakatan dan status terdakwa akan berubah menjadi terpidana. Lalu dibuat BA-8 (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya memerintahkan agar terpidana

melaksanakan pidana penjara yang ada dalam amar putusan Hakim.

B. Saran

0. Aparat penegak hukum khususnya Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan penuntutan dan pembuatan surat dakwaan hendaknya lebih maksimal lagi, meningat bahwa pelaku dalam melakukan tindak pidana dapat terbilang sangat sadis, serta termasuk dalam tindak pidana yang dituntut dengan pasal berlapis.

0. Petugas Lembaga Pemasyarakatan harus lebih mengintensifkan kegiatan pembinaan kepada narapidana, agar penjatuhan pidana dapat memberikan dampak positif terhadap terpidana maupun masyarakat, maka diharapkan selama berada di lembaga pemasyarakatan para narapidana mendapatkan pembinaan yang baik agar menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dan dapat aktif dapat berperan dalam pembangunan serta dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab.

0. Pemerintah Republik Indonesia bersama DPR RI selaku Pembentuk Undang-Undang, hendaknya dalam pembentukan KUHP Nasional yang akan datang, klausul pidana seumur hidup masih sangat relevan untuk dipertahankan sebagai pengganti dari pidana mati dan pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun, namun bagi terpidana seumur hidup yang telah menjalani pidana lebih dari sepuluh tahun supaya permohonan grasi kepada Presiden dapat diterima supaya boleh memperoleh remisi atau pembebasan bersyarat.

DAFTAR PUSTAKA

D. BUKU

(12)

Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994.

Bambang Poernomo, Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Seksi Kepidanaan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1982.

Bambang Sutiyoso, Reformasi Keadilan dan Penegakan Hukum di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2010.

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004.

Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum

Pidana, Penerbit PT.Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2002.

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Semarang, 2005.

Lawrence M. Friedman, American Law an

Introduction Second Edition,

Diterjemahkan oleh Wisnhu Basuki, Tatanusa, Jakarta, 2001.

Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Pemberantasan

dan Prevensinya), Sinar Grafika,

Jakarta, 2001.

Lilik Mulyadi, Putusan Hakim Dalam

Hukum Acara Pidana, PT Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2006.

Martiman Prodjohamidjojo, Memahami

Dasar-dasar Hukum Pidana

Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1997.

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan

Perkembangan Hukum dalam

Pembangunan Nasional, Penerbit

Binacipta, Jakarta, 2002.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005.

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori

dan Kebijakan Pidana, Alumni,

Bandung, 1998.

Nanda Agung Dewantara, Masalah Kebebasan Hakim dalam Menangani

Suatu Masalah Perkara Pidana,

Aksara Persada Indonesia, Jakarta, 1997.

P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang,

Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh dan Kesehatan, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Topo Santoso dan Eva Achani Zulfa,

Kriminologi, Cetakan Kesepuluh,

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011. Wahyu Adnan, Kejahatan Terhadap Tubuh

dan Nyawa, Gunung Aksara,

Bandung, 2007.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Edisi Ketiga, Refika Aditama, Bandung, 2003.

D. UNDANG-UNDANG DAN

PERATURAN LAINNYA

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen 4 Oktober 2002.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

(13)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

D. SUMBER LAINNYA

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus

Bahasa Inggris-Indonesia,

PT Gramedia Pustaka, Jakarta, 2004. Imam Supomo,Kamus Hukum, Sinar Grafika,

Jakarta, 1982.

Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Yrama Widya, Bandung, 2007.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”. Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain oleh

Posko Penanganan Pengaduan Pusat berfungsi menerima dan mengolah data serta melakukan rekapitulasi pengaduan masyarakat miskin dan tidak mampu yang disampaikan melalui

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman Perumahan. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

Tolok ukur ketahanan pangan dari sisi kemandirian dapat dilihat dari ketergantungan ketersediaan pangan nasional pada produksi pangan dalam negeri. Di dalam menyusun berbagai

Soewarso Hardjosoedarmo, Total quality management , Andi, 2004 Suryadi Prawirosentono, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. Abad 21: Kiat Membangun Bisnis Kompetitif ,

Tarikh kuatkuasa ialah sebulan selepas permohonan diterima beserta dengan bayaran permohonan. Kematian/ Ketidakupayaan Kekal melibatkan Penunggang Motosikal hanya dibayar

Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan membantu pemeriksaan bila tidak

Pengendalian intern akuntansi pembelian mempunyai tujuan untuk menjaga alur informasi dari kas yang digunakan perusahaan untuk aktifitas perusahaan. Pengendalian intern