• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SMS 1002935 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SMS 1002935 Chapter1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kabupaten dan kota di Jawa Barat memiliki kesenian daerah dengan ciri

khas yang berbeda satu sama lain. Masing-masing kesenian tesebut memiliki

keunikan tersendiri mulai dari fungsi, bentuk, serta penyajian sesuai dengan rasa dan

kreativitas masyarakatnya. Salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki

kesenian daerah adalah Kabupaten Purwakarta. Sejak kepemimpinan bupati

Purwakarta, Dedi Mulyadi yang juga seorang budayawan, kesenian-kesenian di

Purwakarta mulai diperhatikan, beliau sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan seni. Hal ini menyebabkan kegiatan kesenian di Purwakarta

kembali hidup bahkan bermunculan kesenian- kesenian baru sebagai hasil kreatifitas

para seniman.. Salah satu kesenian baru yang cukup menarik perhatian masyarakat

Purwakarta adalah kesenian genye.

Sejak awal kemunculannya pada acara Ulang Tahun Purwakarta ke 180,

pertunjukan kesenian genye mulai ditunggu-tunggu oleh masyarakat Purwakarta.

Apresiasi masyarakat terhadap kesenian genye dinilai cukup tinggi, hal ini dapat

dilihat dari setiap penapilan genye berlangsung, banyak masyarakat Purwakarta yang

hadir untuk menonton pertunjukan ini. Genye merupakan sebuah seni pertunjukan

yang bersifat hiburan, kesenian ini disajikan dalam bentuk heleran atau arak-arakan

yang dipertunjukan dengan cara menelusuri jalan secara beramai-ramai dalam bentuk

pesta arak-arakan. Seni genye merupakan kolaborasi antara unsur tari dan unsur

musik yang saling melengkapi satu sama lain.

Tim penari dibagi menjadi beberapa peran yaitu peran sebagai rakyat genye,

(2)

penari wanita yang dilengkapi dengan peralatan sapu lidi. Rakyat genye disimbolkan

dengan tarian gerakan menyapu. Personil prajurit genye dilengkapi dengan peralatan

semacam ayakan yang terbuat dari anyaman bambu dan anyaman daun pandan serta

dilengkapi sapu lidi, perannya menggambarkan seorang prajurit yang sedang siaga

menggunakan tameng dan memecutkan beberapa batang lidi. Adapun raja genye,

berbentuk ogoh-ogoh atau badawang yang berukuran besar dengan tinggi 4 hingga 5

meter. Badawang tersebut terbuat dari berbagai peralatan dapur dan sapu lidi.

Badawang tersebut diperankan oleh puluhan penari pria dengan cara dipikul

bersama-sama.

Tim pemain musik dalam kesenian genye bertugas untuk memainkan

lagu-lagu dan mengiringi tim penari. Alat-alat musik yang dimainnkan diantaranya rebana,

kendang, bedug, dogdog, ketuk, tamborin dan goong, serta dilengkapi dengan alat

musik melodis yaitu tarompet. Musik dalam kesenian genye lebih bersifat ritmis, hal

ini terkait dengan fungsinya sebagai pengiring arak-arakan.

Kesenian genye bermula dari ide yang dicetuskan oleh Deden Guntari selaku

seniman dan juga Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Perhubungan, Kebudayaan,

Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Dishubbudparpostel) di Kabupaten Purwakarta

(wawancara 16 Desember 2013) Deden Guntari menyatakan, kesenian genye ini

terinspirasi dari sebuah benda yaitu nyere (lidi), ia berpikir untuk membuat satu tarian

yang menggunakan properti nyere. Akhirnya ide ini terealisasi setelah adanya

dukungan dari beberapa seniman Purwakarta.

Kesenian genye ini memiliki nilai dan makna yang mendalam seperti yang

diungkap oleh Deden Guntari yaitu, “1. Nyere merupakan benda tradisional yang

memiliki fungsi ritual untuk mengusir makhluk halus seperti jin dan setan. 2. Nyere

biasa digunakan orang tua untuk mendisiplinkan anaknya yang malas beribadah atau

belajar dengan cara menyepretkan nya dibawah lutut anaknya, hal ini termasuk

(3)

Desember 2013). Semuanya unsur yang tersaji dalam kesenian genye baik unsur tari

maupun musik tidak lepas dari ketiga filosofi nyere yang telah diungkap diatas.

Awalnya seni genye pertama kali digarap oleh sanggar Leuweung Seni

Purwakarta. Sanggar ini berlokasi di Perum Bumi Hegar Asih, kampung Cimaung,

desa Ciseureuh, Kecamatan Purwakarta, sanggar tersebut memiliki misi yakni untuk

melahirkan para seniman kreatif serta melestarikan seni daerah Tatar Sunda. Di

tengah kemunculannya yang masih terbilang baru kesenian genye yang digarap oleh

sanggar Leuweung Seni sudah sering tampil dalam acara-acara besar di dalam

maupun di luar kab.Purwakarta seperti dalam acara Festival Hitam Putih Purwakarta

tahun 2011, Program Pagelaran Seni Kabupaten Purwakarta di Anjungan Jawa Barat

TMII Jakarta tahun 2011, Kirab Seni Budaya Jawa Barat di Sukabumi tahun 2012,

Ulang Tahun Kabupaten Purwakarta ke 182 tahun 2013 dan Festival Budaya ASEAN

Purwakarta 2013.

Selain sering tampil dalam berbagai acara di Purwakarta, kesenian genye juga

memiliki beberapa prestasi di tingkat provinsi maupun nasional seperti:

1. Juara I Nasional dalam Acara Kemilau Nusantara ke-8 di Kabupaten Bogor

(2011)

2. Juara II Nasional dalam Acara Kemilau Nusantara ke-9 di Bandung (2012)

3. Penampil Terbaik dalam acara Pekan Seni Budaya Jawa Barat (2013)

Kelestarian kesenian genye di Kabupaten Purwakararta sudah semestinya kita

jaga agar tidak tenggelam dan punah. Untuk itu peneliti yang juga sebagai masyarakat

Purwakarta ingin meneliti kesenian genye secara lebih mendalam khususnya

mengenai musik dalam kesenian genye. Peneliti bermaksud untuk menjadikan hasil

penelitian ini sebagai referensi bahan ajar mata pelajaran Seni Budaya pada tinggat

SMP di Kabupaten Purwakarta. Dengan dijadikannya kesenian genye sebagai muatan

lokal mata pelajaran Seni Budaya pada tingkat SMP di Purwakarta, peneliti berharap

(4)

yang ada di daerahnya serta melestarikannya agar kesenian ini terus hidup dan

berkembang di era globalisasi ini.

Dalam segi pendidikan seni musik, materi ajar yang dapat dibuat dari

kesenian genye diantaranya adalah materi apresiasi kesenian, mengenal ritmis dan

ensambel musik. Pembelajaran seni budaya yang mengangkat kesenian genye sebagai

materi pembelajaran belum pernah di kembangkan oleh para guru di sekolah, padahal

kesenian genye memiliki kandungan nilai-nilai pendidikan, kerjasama dan kearifan

lokal yang dapat dikenalkan kepada siswa di sekolah. Berdasarkan latar belakang

tersebut, peneliti berupaya mengenalkan kesenian genye di sekolah dengan mencoba

mengaplikasikannya sebagai materi seni budaya melalui kegiatan penelitian dengan

judul “Kesenian Genye Sebagai Bahan Ajar Seni Budaya Pada Tingkat SMP Di Kabupaten Purwakarta”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dalam penelitian kesenian genye sebagai bahan ajar seni budaya pada tingkat

SMP di Kabupaten Purwakarta, peneliti merasa perlu mengidentifikasi

permasalahan-permasalahan guna membatasi masalah yang diteliti, adapun uraiannya adalah

sebagai berikut:

1. Kesenian genye sebagai seni tradisi kebanggaan daerah Purwakarta yang harus

dilestarikan.

2. Kesenian genye merupakan jenis kesenian yang baru dikembangkan tahun 2009

namun belum tersosialisasikan kepada para siswa agar menjadi kebanggaan,

mengingat adanya nila-nilai yang terkandung didalamnya yang bisa dijadikan

sebagai pelajaran bagi para siswa.

3. Kesenian genye belum pernah diangkat sebagai bahan ajar di sekolah khususnya

(5)

4. Perlunya dibuat konsep pembelajaran kesenian genye di sekolah yang di

implementasikan melalui penelian agar materi seni tersebut aplikasikan dengan

baik.

Berdasarkan uraian identifikasi diatas, peneliti merumuskan masalah

penelitian, “bagaimana kesenian genye sebagai bahan ajar seni budaya pada tingkat

SMP di Kabupaten Purwakarta” agar lebih terfokus maka dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep musikal dalam kesenian genye di Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimana konsep pembelajaran kesenian genye sebagai bahan ajar mata

pelajaran Seni Budaya di tingkat SMP?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dianggap berhasil apabila ada kesesuaian antara tujuan dengan hasil

yang dicapai, adapun tujuan secara umum dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan kesenian genye sebagai bahan ajar mata pelajaran Seni Budaya pada

tingkat SMP di Kabupaten Purwakarta.

Secara khusus tujuan dalam penelitian kesenian genye ini adalah untuk

menjelaskan, mendeskripsikan dan menjawab pertanyaan penelitian tentang:

a. Konsep musikal dalam Kesenian genye di Kabupaten Purwakarta.

b. Konsep pembelajaran kesenian genye sebagai bahan ajar mata pelajaran Seni

Budaya di tingkat SMP.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang terkait yaitu:

1. Peneliti

Peneliti dapat mendapatkan berbagai pengetahuan tentang seni budaya yang

(6)

2. Masyarakat

Agar masyarakat lebih mengenal tentang kesenian daerahnya dan menjaganya

dengan melestarikan kesenian genye.

3. Lembaga Pendidikan Formal

Penelitian kesenian genye ini dapat dijadikan sebagai referensi bahan ajar mata

pelajaran Seni Budaya di sekolah-sekolah.

4. Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI

Sebagai sumber referensi tentang kesenian daerah yang ada di Jawa Barat

khususnya Kabupaten Purwakarta yaitu kesenian genye, serta memberikan kontribusi

kepada perpustakaan.

5. Lembaga Universitas Pendidikan Indonesia

Memberikan kontribusi dalam menambah sumber pustaka, serta dapat dijadikan

bahan kajian bagi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

E. Asumsi

Kesenian genye merupakan kesenian arak-arakan yang berasal dari Kabupaten

Purwakarta. Kesenian genye merupakan perpaduan antara seni tari dan seni musik

dalam bentuk arak-arakan. Kesenian genye perlu disosialisasikan mengingat

terdapatnya nilai-nilai tuntunan yang perlu diketahui oleh para siswa di sekolah

melalui implementasi pembelajaran di sekolah.

F. Struktur Organisasi

Sistematika yang diterapkan dalam karya tulis skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari:

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan Penelitian

(7)

E. Asumsi

F. Struktur Organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kesenian Daerah

B. Seni Pertunjukan

C. Kesenian Genye

D. Konsep Dasar Musik

E. Ansambel Musik

F. Pembelajaran

G. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

BAB III METODOLOGI PENDIDIKAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

B. Desain Penelitian

C. Metode Penelitian Pendidikan

D. Definisi Operasional

E. Instrumen Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

G. Teknik Pengolahan Data

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERAN DALAM PERBEDAAN PENDAPAT SISWA MELALUI DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPS. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.3.4 Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Tulang Ikan (FishboneDiagrams) Diagram tulang ikan atau sebab akibat merupakan pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan

[r]

[r]

………, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendaptan dan Belanja DaerahTahun Anggaran 2007.. Universitas

Bentuk gotong royong tolong menolong yang masih di pertahankan diantaranya berada di lingkungan RT 07 dimana ketika ada warganya akan membangun rumah tetangga

SARWITA LESTARI PANJAITAN : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Aksesi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L .) Lokal Humbang Hasundutan Pada Berbagai Dosis Iradiasi Sinar

[r]