• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKURSUS MUSIK DAN SENIMAN DI MAJALAH HAI PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISKURSUS MUSIK DAN SENIMAN DI MAJALAH HAI PERIODE"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

DISKURSUS MUSIK DAN SENIMAN

DI MAJALAH

HAI

PERIODE 1980-1990

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora

Program Studi Sejarah

Oleh: Fattoni Nugraha NIM 134314001

PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Under the boot of great oppression, we slither and crawl.

On the path for annihilation but in the name of god?!

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua Orang Tua dan Adik saya yang tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini juga saya persembahkan untuk penulisan sejarah mengenai musik di Indonesia.

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Fattoni Nugraha, Diskursus Musik dan Seniman Di Majalah Hai Periode 1980-1990. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab ketiga permasalahan. Pertama apa yang melatar belakangi lahirnya majalah Hai berdiri dan menambahkan rubrik musik. Kedua bagaimana sikap majalah Hai dalam membahas pelaku seni lokal dan luar. Ketiga bagaimana majalah Hai memaknao kegiatan-kegiatankesenian yang ada di Indonesia.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi; pemilihan topik, pengumpulan data, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Pada penelitian skripsi ini menggunakan perspektif sejarah media massa.

Majalah Hai merupakan barometer musik di Indonesia, awal terbitnya majalah Hai pada tahun 1977 yang berisi 36 halaman di dominasi dengan komik-komik terbitan sindikat luar negeri dan lokal Indonesia yang populer pada tahun 1970-an. Ketika era komik redup di tahun 1980-an yang disebabkan oleh maraknya rental-rental VHS dan juga munculnya MTV membuat majalah Hai harus berinovasi pada rubrik dari majalahnya, maka pada tahun 1980-an majalah Hai

mulai menambahkan rubrik review video, film, acara TV, musik, dan berita yang berkenaan dengan sekolah.

Pada periode 1980 hingga 1990 majalah Hai sangat populer dikalangan remaja Indonesia, hal ini dikarenakan majalah Hai selalu memberikan informasi terbaru tentang perkembangan musik dan budaya Barat. Keberadaan majalah Hai

juga memberikan dampak negatif bagi perkembangan musik tradisional Indonesia, minimnya informasi tentang musik tradisional Indonesia yang diberitakan oleh majalah Hai berdampak pada berkurangnya peminat musik tradisional di Indonesia. Remaja pada periode tersebut lebih tertarik terhadap musik dan budaya Barat yang lebih sering diangkat oleh media pada periode tersebut

(9)

ix

ABSTRACT

Fattoni Nugraha, Diskursus Musik dan Seniman Di Majalah Hai Periode 1980-1990. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2020.

This study aims to answer three main problems. First, what was the background of Hai magazine and added the music rubric. Second, how is Hai’s

attitude in discussing local and foreign art performers. Third, how is Hai magazine interpreting art activities in Indonesia.

The method that is used in this study is the historical method which includes; topic selection, data collection, source criticism, interpretation, and historiography. In this thesis the research is using the perspective of the history of mass media.

Hai Magazine is a music barometer in Indonesia, the beginning of the publication of Hai magazine was in 1977 which contained 36 pages dominated by comics that were published by foreign and local syndicates that were popular in the 1970s. When the comic era fell in the 1980s due to the rise of VHS rentals and also the emergence of MTV, the Hai magazine had to innovate in the rubric of its magazine, then in the 1980s Hai magazine began adding video review rubrics, films, TV shows, music and news related to school.

In the period 1980 to 1990 Hai magazine was very popular among Indonesian teenagers, this was because Hai magazine always provides the latest information about the development of Western music and culture. The existence of

Hai magazine also has a negative impact on the development of traditional Indonesian music, the lack of information about traditional Indonesian music reported by Hai magazine has an impact on the reduced interest in traditional music in Indonesia. Teenagers in that period were more interested in Western music and culture which were more often raised by the media in that period.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dosen prodi Ilmu Sejarah Bu Ning (alm), Pak Hery Santosa (alm), Pak Rio, Pak Sandiwan, Pak Purwanta, Pak Heri Priyatmoko, Pak Yerry, Romo Baskara, dan Romo Banar yang telah membimbing dan berdinamika dari awal saya menjadi mahasiswa hingga hari ini.

2. Kedua orang tua dan adik saya yang telah memberikan dukungan moral dan finansial selama masa perkuliahan saya.

3. Mas Doni yang selalu membantu dan mempermudah saya dalam urusan birokrasi kampus mau pun diluar kampus.

4. Teman-teman sejarah 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman depan WC sejarah Erik, Riko, Juan, Brito, Fauzan, Lud, Luiz, Kevin, Ndoi, Kevin Topan, Adit, Wowok, Deslin, Yasmine, Penyik, Fariz, Eka, Novi, Desi, Marni, dan Popon.

6. Teman-teman dari Kebon Tebu Dian, Agung, Cimot, Adi Hermanos, Nia, Sindu, Wisnu, Mone, Narco, Pedil, Anjar, Bondhead, Eat, Reza, Inong, Jeffi, Rere, Oni Kunyit, Itok, Tio, dan Luci yang selalu memberikan bantuan dan dukungannya.

7. Teman-teman dari West Mandala Imam, Adnan, Kancil, Agam, Wahyu, dan Kotex yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.

8. Teman-teman dari Roemah Kardoes dan Guide Stuff Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan dukungan moral untuk menyelesaikan studi ini.

9. Kepada teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan informasi dan mendukung saya selama ini.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii ABSTRACT ... ix KATA PENGANTAR ... x DAFTAR ISI ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Tinjauan Pustaka ... 4 F. Landasan Teori ... 5 G. Metode Penelitian ... 6 H. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II SEJARAH MAJALAH DI INDONESIA DAN SEJARAH MAJALAH HAI ... 8

A. Sejarah Pers di Indonesia ... 8

B. Sejarah Majalah Hai ... 12

C. Rubrik-rubrik dari Majalah Hai ... 14

1. Hai Sayang ... 14

2. Mbak Retno ... 15

3. Istimewa ... 16

4. Hanya Ada di Hai ... 17

5. Rada Istimewa ... 18 6. Resensi Kaset ... 19 7. Musik Hai ... 20 8. Hai Prix ... 20 9. Cerita ... 21 10. Kiprah Sekolah ... 22

BAB III SUDUT PANDANG MAJALAH HAI TERHADAP SENIMAN ... 23

A. Musisi Mancanegara: ... 23

1. Paul McCartney ... 23

2. Al Di Meola ... 25

(12)

xii 4. Yngwie Malmsteen ... 29 5. Blow Monkeys ... 31 6. Whitesnake ... 33 7. The Bangles ... 34 8. Rockers Jerman ... 36 9. George Michael ... 38 10. Def Leppard... 39 B. Musisi Indonesia ... 42

1. Fusion Jazz Indonesia... 42

2. Totok Tewel... 44

3. Acid Speed ... 46

4. Ian Antono ... 48

5. Iwan Fals ... 50

BAB IV SUDUT PANDANG MAJALAH HAI TERHADAP ... 54

A. Gebrak Macan Tua ... 54

B. Mick Jagger Show di Sydney ... 57

C. Mick Jagger Show Di Indonesia ... 60

D. Jak Jazz Tahun 1988 ... 64

E. Alexander Tharaud ... 67

F. Opera Tipuan Harry Roesli ... 69

G. Konser Europe di Surabaya dan Jakarta ... 71

H. Liputan Konser Yes di California ... 73

BAB V PENUTUP ... 76

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Perkembangan dunia musik di Indonesia ditandai dengan runtuhnya Sukarno dari kursi kepresidenan Indonesia yang mana pada era Sukarno kesenian tradisional lebih sangat dijunjung tinggi, segala bentuk kesenian yang berasal dari luar Indonesia pada waktu itu dilarang untuk beredar dan dimainkan di Indonesia. Kebudayaan luar masuk di Indonesia ketika Soeharto berkuasa, kebudayaan dari luar bisa masuk dengan mudah dan memberi pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia hingga saat ini. Perkembangan ini memuncak pada era 80-an yang mana banyak media-media Indonesia yang mulai menambahkan rubrik musik, review, hingga rubrik yang membahas tentang kehidupan remaja di Indonesia.

Sejak tahun 1970-an, perkembangan majalah di Indonesia menjadi semakin unik dan canggih. Hal ini dibuktikan dengan tersingkirnya majalah-majalah umum karena kalah bersaing dipasaran dengan majalah-majalah yang lebih spesifik.1 Masuknya investor-investor asing di Indonesia juga memberikan pengaruh yang besar bagi dunia pers di Indonesia, penerbit majalah pun mulai berubah menjadi bagian dari bisnis pers.2

1

Kurniawan Junaedhie, Rahasia Dapur Majalah Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. xxx

2 Ibid.

(14)

2

Pada tahun 1967 terbit majalah yang secara spesifik membahas musik yaitu majalah Aktuil, majalah tersebut lebih menyajikan informasi mengenai dunia musik, musisi rock dunia, lagu-lagu barat, dan juga berita musik Indonesia. Berita tentang musik-musik dari Barat sangat mendominasi tiap artikel dari majalah Aktuil, hal ini tentu saja membuat majalah Aktuil menjadi bacaan wajib bagi remaja pada tahun 1970 ditambah lagi majalah Aktuil sering memberikan bonus poster pada setiap edisinya, akan tetapi pada tahun 1977 majalah Aktuil

berhenti menerbitkan artikel-artikel tentang musik dan menggantinya dengan artikel-artikel yang lebih umum bagi masyarakat. Berhentinya majalah Aktuil

menyajikan artikel tentang musik, berdampak pada munculnya majalah-majalah baru yang mengikuti jejak Aktuil dalam menyajikan artikel tentang musik, salah satunya adalah majalah Hai.3

Majalah Hai merupakan salah satu media yang menyajikan rubik musik, pada awal kemunculannya pada tahun 1970 majalah Hai hanya menyajikan rubik yang berisi komik-komik karya komika lokal dan luar negeri. Pada tahun 1984 majalah Hai menambahkan rubik musik, film, review acara TV, hingga tentang pop culture yang sedang berkembang di kalangan anak muda Indonesia pada saat itu.

Pada tahun 1980-an hingga 1990-an tidak dapat dipungkiri bahwa majalah

Hai merupakan salah satu media cetak yang memiliki rubrik musik di dalamnya. Majalah Hai merupakan salah satu wadah bagi para penikmat musik di Indonesia untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru dari dunia musik,

(15)

seperti band apa saja yang telah mengeluarkan album baru dan apa saja kegiatan musisi tersebut setelah menyelesaikan materi albumnya.

Tampaknya ada hubungan simbiosis mutualisme yang kuat antara musik dan majalah. Hal ini dibuktikan dengan musisi-musisi yang membutukan media untuk mempromosikan karya-karyanya sedangkan pihak majalah membutuhkan berita dan juga pembeli untuk membuat perusahaannya tetap berjalan. Penelitian ini akan melihat bagaimana cara majalah Hai

memperlakukan musisi dan pelaku seni dari Indonesia dan luar negeri.

B.

Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

Dalam sebuah penulisan sejarah, ada batasan untuk mengkaji suatu permasalahan yaitu batasan dari segi temporal (waktu), batasan spasial (tempat) dan tematis. Dari segi temporal (waktu) penelitian ini membahas periode tahun 1980 hingga 1990, pada tahun 1980 majalah Hai menambahkan rubrik lain selain rubrik komik yang ada di dalam majalahnya. Sementara dari segi batasan spasial (tempat) penelitian ini berpusat di Indonesia yang mana Indonesia merupakan wilayah cangkupan dari terbitan majalah Hai.

Majalah Hai yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini. Untuk menjawab pokok permasalahan tersebut, diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang lahirnya majalah Hai dan sejarah penambahkan rubrik musik?

(16)

2. Bagaimana majalah Hai memposisikan para pelaku seni Indonesia dan luar negeri?

3. Bagaimana majalah Hai memaknai kegiatan-kegiatan kesenian yang ada di Indonesia?

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menambah tulisan tentang sejarah media masa atau pers khususnya media massa atau pers yang membahas tentang

pop culture di Indonesia.

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian diskursus musik dan seniman di majalah Hai yaitu, memperkaya kajian sejarah media massa atau pers di Indonesia dan juga memberikan informasi tentang bagaimana hubungan antara pers dengan para seniman.

E.

Tinjauan Pustaka

Kurangnya tulisan tentang sejarah atau peran yang dilakukan media massa dalam dunia musik dan seni di Indonesia, maka dari itu metode pustaka terhadap majalah Hai edisi tahun 1980 hingga 1990 menjadi sumber primer dalam penelitian ini. Ada pun penulisan terkait tentang majalah adalah buku

Rahasia Dapur Majalah di Indonesia karya Kurniawan Junaedhie yang membahas tentang sejarah media massa yang pernah ada di Indonesia.4

4 Kurniawan Junaedhie, Rahasia Dapur Majalah Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995.

(17)

Buku terkait lainnya adalah buku 100 Konser Musik di Indonesia karya Anas Syahrul Alimi dan Muhidin M. Dahlan, meski pun buku ini tidak membahas tentang majalah Hai, namun buku ini membahas 100 konser musik yang pernah terjadi di Indonesia.5

Buku berikutnya adalah Kebudayaan dan Kekuasaan di Indonesia karya Tod Jones yang membahas tentang kebijakan tentang kebudayaan lokal dan kebudayaan luar pada masa pemerintahan Orde Baru. Pada buku tersebut menjelaskan bagaimana kebudayaan luar dengan mudah masuk ke Indonesia dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, terutama remaja.

Selain itu buku Media Massa dan Pendidikan karya JVS. Tondowidjojo, buku ini menjelaskan tentang bagaimana masyarakat Indonesia memaknai media massa sebagai salah satu hiburan yang memberikan informasi untuk melepas lelah setelah seharian melakukan aktivitas.

F.

Landasan Teori

Diskursus adalah sebuah cara mengorganisasi pengetahuan, pemikiran, atau pengalaman yang berakar dari bahasa dan konteks yang nyata kemudian diunkapkan secara formal dan teratur. 6

Media massa menyampaikan wacana yang berisi tentang opini dari pihak media massa tersebut terhadap suatu topik yang spesifik, wacana tersebut berbentuk karangan atau laporan utuh yang ditulis berdasarkan kemampuan

5

Anas Syahrul Alimi, Muhidin M. Dahlan, 100 Konser Musik Di Indonesia, Yogyakarta: I:BOEKOE, 2018.

6

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/diskursus, diakses pada 28 Oktober 2019 pukul 14.43.

(18)

atau prosedur berpikir secara sistematis.7 Sedangkan topik spesifik yang dimaksud ialah topik tentang seniman, seniman merupakan orang yang memiliki bakat seni dan berhasil menciptakan dan menggelarkan karya seni. Karya seni tersebut dapat berupa lukisan, musik, penyair, tari, dan sebagainya.8

G.

Metode Penelitian

Menurut Kuntowijoyo, penelitian sejarah mempunyai lima tahapan yakni: pemilihan topik, pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi9. Metode ini diawali dengan pemilihan topik, lalu mengumpulkan data, dengan mengumpulkan sumber primer. Lalu sumber-sumber yang diperoleh masuk dalam tahapan heuristik, selanjutnya melalui tahap kritik sejarah untuk melihat kredibilitasnya sebagai sumber sejarah.

Lalu pada tahap berikutnya yaitu interpretasi yaitu memberikan penafsiran terhadap fakta yang ditemukan dalam sumber-sumber yang telah di dapatkan. Interpretasi ini dilakukan dengan menganalisa data yang telah melewati proses kritik. Pada tahap terakhir dalam penelitian ini adalah historiografi atau penulisan sejarah. Di mana fakta-fakta sejarah yang ditemukan diseleksi, disusun, diberi tekanan dan ditempatkan dalam suatu urutan kronologis dan sistematis. Metode penelitian yang dilakukan dalam

7

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/wacana, diakses pada 28 Oktober 2019 pukul 14.43.

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/seniman, diakses pada 28 Oktober 2019 pukul 14.43.

9

(19)

penelitian diskursus musik dan seniman pada majalah Hai periode 1980-1990 adalah studi pustaka terhadap majalah Hai terbitan 1980 hingga 1990.

H.

Sistematika Penulisan

Penelitian mengenai diskursus musik dan seniman di majalah Hai periode 1980-1990 akan disusun dalam lima bab, dengan urutan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan membahas Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II : Sejarah majalah di Indonesia dan latar belakang berdirinya majalah Hai. Pada bab ini akan dibahas apa, dimana, kenapa, kapan, siapa, dan bagaimana majalah Hai dapat berdiri dan berproses.

Bab III : Majalah Hai membahas para tokoh-tokoh seni. Pada bab ini akan di jelaskan bagaimana majalah Hai memposisikan para tokoh pelaku seni di Indonesia dan luar negeri.

Bab IV : Majalah Hai membahas kegiatan-kegiatan kesenian. Pada bab ini akan di jelaskan bagaimana majalah Hai memaknai kegiatan-kegiatan kesenian yang ada di Indonesia dan luar negeri.

Bab V : Penutup. Dalam bab terakhir ini akan dipapar mengenai kesimpulan dari penelitian dan jawaban dari ketiga rumusan masalah.

(20)

8

BAB II

SEJARAH MAJALAH DI INDONESIA DAN SEJARAH

MAJALAH

HAI

A.

Sejarah Pers di Indonesia

Majalah muncul pertama kali di Indonesia pada abad ke-17 yang dibawa oleh orang-orang Belanda. Majalah yang pertama terbit di Indonesia adalah majalah berbahasa Belanda yang bernama Bataviasche Nouvelles yang terbit pada tahun 1744, majalah tersebut membahas tentang masalah perkebunan dan industri minyak. Pada akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda baru mulai menerbitkan majalah yang membahas dinamika politik di Hindia Belanda, Bondsblad

merupakan salah satu majalah tentang politik di Hindia Belanda yang terbit pada 1897. Semenjak mesin cetak masuk ke Hindia Belanda pada abad ke-17, majalah merupakan salah satu media bagi para Indische Bond dalam menyampaikan suara mereka untuk memperjuangkan hak-hak politik mereka.10

Pada abad ke-19 muncul majalah Li Po, Kabar Perniagaan, Siang Po, dan Sin Po yang di pelopori oleh masyarakat Tionghoa dan kemudian di ikuti oleh kaum bumiputra untuk turut serta menerbitkan majalah.11 Majalah Bromomartani dan Slompret Melajoe merupakan majalah-majalah terbitan masyarakat bumiputra, majalah Bromomartani merupakan majalah pertama berbahasa Jawa yang terbit di

10

Kurniawan Junaedhie, Rahasia Dapur Majalah Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. xvii

11 Ibid.

(21)

Surakarta pada tahin 1855, sedangkan Slompret Melajoe menggunakan bahasa Melayu yang terbit di Semarang 1860.12

Pers Indonesia memiliki perbedaan dengan pers Tionghoa dan Belanda, Abdurrachman Surjomihardjo menyatakan bahwa,

“awal sejarah pers di Indonesia mempunyai ciri-ciri yang khusus, berhubung dengan keadaan masyarakat, kebudayaan, dan politik. Sejak pertumbuhannya pers di Indonesia mencerminkan struktur masyarakat majemuk, dengan adanya golongan penduduk yang terpisah satu sama lain: golongan penduduk Belanda, Tionghoa, Arab, dan India. Penduduk Indonesia sendiri pada zaman colonial berada dalam batas-batas hidup kesukuan. Dengan itu maka bahasa yang dipakai pun berbeda dan pers dipakai sebagai media pemberitaan dan pendapat yang

berbeda pula, dan tidak jarang merupakan suara pendukung berbagai ideologi.”13 Akan tetapi pers Indonesia pada waktu itu masih kalah dalam pengumpulan berita dan material dibandingkan pers milik orang-orang Tionghoa dan Belanda, pers di Indonesia masih sering mengutip berita-berita lama dari pers Eropa yang sudah pernah diterbitkan.

Menurut Edward C. Smith, perkembangan pers di Indonesia masih ketinggalan jauh dari pers Belanda dan Cina, hal ini dikarenakan kurangnya tenaga kerja yang menguasai dunia jurnalistik dan masalah biaya. Selain itu tekanan dari pemerintahan Belanda juga menjadi penghambat berkembangnya pers di Indonesia. Smith menambahkan bahwa, jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh masyarakat pribumi menjadi salah satu faktor pendukung dari berdirinya pers Indonesia.

Pada awal abad ke-20 politik etis yang dilakukan oleh Belanda mulai menunjukkan dampak positifnya, sekolah-sekolah yang dibuka untuk para anak

12 Ibid. 13

Abdulrrachman Surjomiharjo, dkk, Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, Jakarta: Kompas, 2002, hal. 78.

(22)

dari Priyayi dan masyarakat umum, hal tersebut berdampak pada munculnya organisasi-organisasi seperti Boedi Oetomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij juga menjadi salah satu dampak dari politik etis. Berdirinya organisasi-organisasi tersebut justru memberikan perkembangan pada dunia pers di Indonesia, organisasi-organisasi tersebut ingin aspirasinya di sampaikan kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk memerdekakan Indonesia. Organisasi-organisasi tersebut pun mulai menerbitkan majalah yang kemudian disebar luarkan di pulau Jawa dan Sumatera, penerbitan majalah oleh organisasi-organisasi ini pun menjadi penanda perkembangan pers di Indonesia sekaligus kemunculan majalah Indonesia gelombang kedua.14

Seiring berjalannya waktu majalah di Indonesia pun mengalami perkembagan, pada awal kemunculannya majalah Indonesia lebih berisi tentang aspirasi atau suara-suara dari anggota organisasi kemerdekaan kemudian membahas tentang keadaan politik di Indonesia dan kemudian mulai pada tahun 1929 majalah di Indonesia terbit dengan isi yang terbagi berdasarkan segmennya. Majalah segmentasi pertama yang terbit di Indonesia adalah majalah Doenia Film dan Pertjatoeran Doenia Film.15 Dua majalah ini secara segmentasi membahas tentang film yang sedang tayang dan akan tayang di Batavia pada tahun 1920, kemudian majalah Doenia Film berinovasi dengan menambahkan berita olahraga di dalamnya dan merubah namanya menjadi Doenia Film dan Olahraga.

14

Kurniawan Junaedhie, Op. Cit., hal. xvii. 15

(23)

Kemunculan majalah yang segementasi membahas tentang film ini pun berdampak pada kebangkitan film nasional pada tahun 1967.16

Pada tahun 1967 pers Indonesia kembali berkembang dengan munculnya majalah segmentasi musik, majalah Aktuil yang terbit di kota Bandung merupakan majalah pertama di Indonesia yang membahas tentang dunia musik Indonesia dan luar negeri. Majalah Aktuil juga membuka kantor perwakilan koresponden di beberapa negara seperti di Hamburg, Munich, New York, Berlin, Swedia, Stockholm, Ottawa, Tokyo, Hong Kong, dan Kowloon. Majalah Aktuil juga tercatat sering mengadakan acara-acara musik pada tahun 1975, seperti acara Kemarau di Bandung dan mengundang Deep Purple untuk bermain di beberapa kota di Indonesia.17

Semenjak berdiri pada than 1967, majalah Aktuil telah berhasil membuat jaringan internasional dengan para perusahaan-perusahaan musik dan film di Belanda, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan kantor perwakilan koresponden di beberapa kota di negara-negara tersebut.

Pada tahun 1970-an awal majalah Aktuil menjadi majalah wajib bagi para penikmat musik Indonesia, apa lagi majalah Aktuil sering memberikan bonus poster dan stiker disetiap terbitannya pada tahun tersebut. Pada tahun 1977 majalah Aktuil

berhenti menyajikan berita-berita tentang musik dan merubah konsepnya menjadi majalah yang membahas topik-topik umam, hal ini membuat para penikmat musik

16

Ibid, hal. 247 17

(24)

di Indonesia menjadi kehilangan arah atau petunjuk untuk mendapatkan pengetahuan tentang musik-musik yang baru saja dirilis.18

Beberapa tahun sebelum majalah Aktuil merubah konten majalahnya di Indonesia sendiri bermunculan majalah-majalah yang ingin meniru konsep majalah

Aktuil, seperti majalah Top dan Junior. Akan tetapi usaha majalah Top dan Junior untuk merebut pembaca majalah Aktuil tersebut gagal, hal ini dikarenakan para pembaca bosan setiap membalik halaman dari majalah Top hanya melihat orang memegang microphone.19 Majalah Top yang pertama kali terbit pada tahun 1974 harus terpaksa merubah haluan kontennya menjadi majalah pria dewasa pada tahun 1976.

Sama halnya dengan majalah Top. Majalah Junior juga gagal mendapatkan perhatian dari pembaca majalah Aktuil dan pada akhirnya pada tahun 1977 mengubah namanya menjadi Nova dan mengubah segmentasinya ke pembaca wanita.20

B.

Sejarah Majalah

Hai

Majalah Hai pertama kali terbit pada 5 Januari 1977, terbitan pertama majalah

Hai berisikan 36 halaman yang bercetak hitam putih. Kontennya pun lebih di dominasi oleh komik hasil karya komika Indonesia dan dari luar Indonesia. Pada

18 Ibid., hal. 249. 19 Ibid. 20 Ibid, hal. 250.

(25)

awal berdiri, majalah Hai memiliki target pasar remaja di usia 15-24 tahun yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas atau SMA.21

Redupnya para peminat komik di Indonesia pada awal 1980-an membuat majalah Hai berinovasi dengan menambahkan rubrik baru yang berisi tentang kegiatan-kegiatan musik yang ada di Indonesia, review tentang film-film yang baru saja rilis di bioskop, hingga laporan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para murid SMA diseluruh Indonesia.22 Majalah Hai tidak hanya menyampaikan informasi tetapi majalah Hai juga memberikan kolom bagi para pembacanya untuk mengirimkan surat yang berisi saran, kritik, hingga pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh para pembaca. Hal ini tentu saja menarik perhatian para pembacanya karena, majalah Hai hampir menjawab dan mengabulkan seluruh permintaan dan pertanyaan pembacanya.

Pada 1980-an akhir hingga 1990-an awal merupakan puncak dari kepopuleran musik rock di Indonesia, hal ini tentu saja tidak lepas dari pengaruh media-media di Indonesia dan salah satunya adalah majalah Hai yang pada setiap edisinya memberikan laporan atau ulasan tentang album baru dari band-band yang berasal dari Eropa dan Indonesia. Terkadang majalah Hai juga memberikan laporan eksklusif tentang konser dari suatu band di luar negeri hanya untuk memuaskan para pembacanya. Rubrik ulasan album baru merupakan rubrik yang sangat populer, hal ini dikarenakan majalah Hai memberikan gambaran tentang album tersebut sebelum para penikmat musik tersebut membelinya.

21

https://Hai.grid.id/about, diakses pada 7 November 2019 pukul 19.21 22

(26)

C.

Rubrik-rubrik dari Majalah

Hai

Dari tahun 1980-an awal hingga 1980-an akhir disetiap terbitan majalah Hai

selalu berisikan oleh rubrik-rubrik seperti; 1. Hai Sayang

Rubrik ini berisikan tentang kiriman surat dari para pembaca kepada redaksi majalah Hai yang kebanyakan meminta atau menanyakan suatu informasi kepada majalah Hai, selain itu rubrik ini juga berisi tentang kritik dan saran terhadap majalah Hai itu sendiri. Pada terbitan majalah Hai edisi 21 Oktober 1980 banyak pembaca yang menginginkan majalah Hai untuk menambahkan halaman dan rubrik-rubriknya serta permintaan untuk menambahkan daftar isi, majalah Hai pun memberikan respon yang positif terhadap masukkan tersebut dan menjanjikan akan menambahkan halaman dan rubrik pada edisi berikutnya.

(27)

2. Mbak Retno

Dalam rubrik Mbak Retno majalah Hai memberikan wadah bagi para pembacanya untuk bercerita tentang masalah yang sedang dihadapi oleh pembacanya dan kemudian majalah Hai mencoba memberikan solusi dan jalan keluar dari masalah-masalah pembacanya, rubrik ini bisa juga dikatakan sebagai kolom curhat antara pembaca dan majalah Hai sendiri. Pada terbitan tahun 1990 rubrik ini menghilang dan tidak diketahui alasan rubrik ini tidak lagi termasuk dalam terbitan tahun tersebut.

(28)

3. Istimewa

Rubrik ini berisi tentang profil-profil pelaku seni dari luar dan dalam negeri, terkadang rubrik ini juga memberikan laporan tentang suatu acara kesenian yang sudah atau akan digelar di Indonesia atau luar Indonesia. Rubrik Istimewa ini bisa dikatakan merupakan rubrik andalan dari seluruh rubrik yang yang ada dalam satu terbitan majalah Hai. Pada bab III dan IV skripsi ini akan dikhususkan membahas tentang rubrik ini.

(29)

4. Hanya Ada di Hai

Hanya Ada di Hai merupakan rubrik yang membahas tentang informasi yang tidak pernah tuliskan atau disampaikan oleh majalah-majalah lain, informasi yang ditulis dalam rubrik ini pun beragam mulai dari informasi tentang senjata api yang sempat diterbitkan pada edisi 2-8 April 1985 hingga informasi tentang film seri kartun yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi Indonesia.

(30)

5. Rada Istimewa

Rubrik ini biasanya membahas tentang profil seniman lokal Indonesia dan juga para tokoh-tokoh penting di Indonesia, akan tetapi pada terbitan 1980-an akhir hingga 1990-an rubrik ini lebih membahas tentang artis dan model yang baru saja muncul di dunia hiburan Indonesia. Selain membahas tentang artis-artis Indonesia, dalam rubrik ini juga membahas tentang artis-artis-artis-artis luar negeri yang baru saja terjun ke dunia hiburan dan juga membahas tentang kabar terbaru dari artis-artis lama yang tidak begitu populer di kalangan pembaca majalah

Hai. Pada bab III dan IV skripsi ini akan dikhususkan membahas tentang rubrik ini.

(31)

6. Resensi Kaset

Pada rubrik ini majalah Hai memberikan resensi album-album yang baru saja rilis di Indonesia dan luar Indonesia, dalam setiap resensinya majalah Hai

memberikan info selengkap mungkin kepada pembacanya dengan tujuan memberikan gambaran tentang lagu-lagu dalam album tersebut. Pada terbitan tahun 1980 akhir rubrik ini menghilang dan kemudian mendapatkan banyak protes dari para pembacanya di kolom Hai Sayang.

(32)

7. Musik Hai

Rubrik ini merupakan cara majalah Hai memanjakan para pembacanya, dari setiap surat yang menanyakan dan meminta berita tentang musik majalah Hai

menjawab dan memenuhi permintaan pembacanya pada rubrik ini. Selain rubrik Mbak Retno dan Hai Sayang rubrik ini juga merupakan salah satu rubrik interaksi antara para pembaca dengan redaksi majalah, mengingat di tahun tersebut belum tersedianya layanan internet seperti sekarang membuat rubrik ini menjadi seperti Google musik pada era tersebut.

8. Hai Prix

Hai Prix merupakan salah satu rubrik di majalah Hai yang khusus membahas tentang kegiatan otomotif, rubrik ini sering memberitakan tentang

(33)

profil para pembalap dari Indonesia dan luar Indonesia. Selain itu rubrik ini juga memberikan laporan tentang kegiatan yang berhubungan tentang balapan motor dan mobil yang ada di Indonesia dan luar Indonesia.

9. Cerita

Rubrik Cerita berisi tentang cerpen, cerbung, dan cerita serial hasil karya penulis-penulis Indonesia. Seperti tulisan cerita karya Surtiningsih yang berjudul Operasi Teratai, Eddy Suhendro yang berjudul Kelompok Empat dan

Nona Sekretaris , Ris Prasetyo yang berjudul Mas Kromo Piano, Yunita H. yang berjudul Gedung Abu-abu Tercinta, Bb. Widoyo Sp yang berjudul Menyolek Matahari, Kent yang berjudul Boneka Lilin, dan Hilman yang berjudul Lupus.

Majalah Hai Edisi 16-22 Agustus 1983

(34)

10. Kiprah Sekolah

Kirprah Sekolah adalah rubrik yang menyampaikan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang ada di salah satu sekolah menengah umum yang ada di Indonesia, selain membahas tentang kegiatan yang menjadi unggulan dari SMU tersebut dalam rubrik ini juga membahas tentang prestasi dari sekolah tersebut. Dalam rubrik ini majalah Hai mempersilahkan pembacanya yang masih duduk dibangku SMU untuk mengirimkan laporan kegiatan atau prestasi yang pernah diraih dari sekolahnya, dengan adanya rubrik ini semakin membuktikan bahwa majalah Hai sangat dekat dengan para pembacanya.

(35)

23

BAB III

SUDUT PANDANG MAJALAH

HAI

TERHADAP

SENIMAN

Jika membicarakan penokohan pemusik lokal atau luar yang sempat dibahas oleh majalah Hai, nama-nama seperti Paul Mccarney, John Lennon, Yoko Ono,

Makara Band, Al Di Meola, Terence Trent D’Arby, Dian Pranama Poetra, The

Bangles, Yngwie Malmsteen, Blow Monkey, Europe, Skid Row, Genesis, George

Michael, Def Leppard, Toto Tewel, Ian Antono, Ikang Fauzi, Guns ‘n Roses, dan

Lita Ford sempat dibahas dalam rubrik Istimewa dalam majalah Hai.

Kisah yang ditulis tentang tokoh-tokoh musik tersebut pun sangat beragam mulai dari kehidupan pribadi sang musisi, cerita musisi tentang pengalaman tur meraka, pembuatan album, dan masih banyak lagi. Sebagai contoh:

A.

Musisi Mancanegara:

1. Paul McCartney

Pada majalah Hai edisi HAI31/VII 16 -22 Agustus 1983, majalah Hai

membahas tentang album solo terbaru Paul. Setelah bubarnya supergroup The Beatles yang dibentuk oleh Paul, John, Ringo, dan George. John Lennon yang sibuk dengan kampanye perdamaian yang dilakukan bersama istrinya Yoko Ono, George Harrison sibuk belajar tentang agama Hindu di India, dan Ringo tidak diketahui keberadaannya.

Hanya Paul yang pada saat itu masih sibuk berkecimpung dalam dunia musik dan masih produktif dalam mengeluarkan album solo, walaupun album-album solo Paul masih sangat sulit diterima oleh para fansnya. Majalah Hai

(36)

mengatakan bahwa album solo Paul tidak laku di pasaran dan Paul tidak bisa membuat musik sebaik dan sebagus ketika dirinya masih bergabung dalam The Beatles, majalah Hai juga menyatakan bahwa dalam satu album hanya terdapat satu lagu yang bisa dikatanan “lumayan” yaitu Maybe I’m Amazed.23

Memang sulit bagi Paul untung lepas dari bayang-bayang The Beatles yang membesarkan namanya itu, belum lagi perannya sebagai front-man di dalam The Beatles yang berdampingan dengan John Lennon. Majalah Hai juga menyatakan bahwa Paul hanya berharga ketika bersama The Beatles dan ketika Ia mengeluarkan

23

Anonim, “Paul Mccarney atau Billy Shears”, Majalah Hai, HAI31/VII, 16-22 Agustus 1983, hal. 6-7.

(37)

album solo majalah Hai dengan tegas menyatakan bahwa, music Paul adalah musik yang membuat orang menjadi ngantuk atau musik untuk orang yang sedang bangun tidur.24

2. Al Di Meola

Al Di Meola merupakan gitaris Italia Amerika yang memainkan musik beraliran

fusion jazz dan berasal New Jersey, Amerika Serikat. Majalah Hai menobatkan Di Meola sebagai gitaris fusion jazz terbaik yang pernah ada, hal ini diperkuat dengan banyaknya penghargaan yang sudah diraih oleh Di Meola. Selain mengakui skill Individual dari Di Meola, majalah Hai juga menyatakan bahwa album-album yang dibuat oleh Di Meola merupakan album jazz terbaik pada tahun 1986.

Pada artikel yang membahas Al Di Meola ini majalah Hai lebih lengkap dalam menyampaikan informasi, seperti umur Di Meola pada waktu itu hingga alat musik pertama yang dipelajari oleh Di Meola. Hal ini sangat berbeda dengan artikel tentang Paul Mccartney yang terdapat dalam terbitan majalah Hai tiga tahun silam yang mana pada artikel mengenai Paul pembahasannya tidak selengkap seperti membahas Di Meola. Majalah Hai juga menambahkan beberapa pernyataan dari Di Meola seperti pengakuan Di Meola yang pada tahun pertamanya bermain musik Ia sempat dijauhi teman-teman seumurannya lantaran tidak dapat memainkan musik rock n roll.25

24 Ibid.

25Iwan, “Al Di Meola”,

(38)

Pada awal 1960-an hingga akhir 1980-an aliran musik rock n roll sangat digandrungi oleh anak muda diseluruh belahan dunia. Nama-nama seperti The Beatles, Eric Clapton, The Rolling Stone, dan Cream merupakan penyebar virus rock n roll dari Britania Raya dan berhasil membawa musik rock n roll hingga Amerika Serikat.

Dalam artikel ini majalah Hai juga menuliskan pernyataan Di Meola yang merasa bangga bahwa Ia dapat memainkan gitar lebih cepat dan nada-nada yang dihasilkan olehnya juga sangat jauh berbeda dengan para musisi beraliran rock n roll yang ada di Amerika maupun Britania Raya, hal ini dikarenakan Di Meola menggabungkan antara musik jazz, klasik, dan latin yang sering Ia dengarkan di radio. Pada artikel ini, majalah Hai juga mengupas tuntas tentang kesuksesan Di Meola menjadi gitaris jazz terbaik di Amerika. Mulai dari bergabung dengan band jazz kelas kampus hingga dapat bermain gitar di band jazz professional seperti

(39)

Return to Forever band yang dapat mengembangkan talentanya hingga dinobatkan menjadi gitaris jazz terbaik di dunia.

3. Terence Trent D’Arby

Pada paragraf awal dari artikel ini majalah Hai langsung menyampaikan pernyataan dari D’Arby yang berbunyi, “tidak sampai delapan belas bulan saya akan jadi lebih beken dari Madonna. Sementara Prince dan Michael Jackson akan

bergidik mendengar nama saya. Tunggu saja!”. Majalah Hai pun bertanya-tanya

siapa sebenarnya D’Arby ini? Karena pada saat Ia mengeluarkan pernyataan tersebut Madonna, Prince, dan Michael Jackson sedang berada di puncak karirnya.26

Dalam artikel ini majalah Hai memberikan resensi artis pendatang baru bagi para pembacanya, kalimat pembuka yang terdengar sangat sombong bagi artis yang

26 Iwan, “Terence Trent D’Arby: Saya Nggak Takut Kena AIDS”,

Majalah Hai, HAI no 42/XI, 20-26 Oktober 1987, hal. 24.

(40)

baru saja berencana mengeluarkan album malah berhasil menarik perhatian rasa penasaran para pembaca untuk mendengarkan lagu-lagu dari D’Arby. Majalah Hai

memberikan gambaran bahwa D’Arby ini memiliki corak vokal gabungan antara

Michael Jackson, Stevie Wonder, dan Prince. Majalah Hai juga mengupas tentang

tema lirik yang ditulis pada setiap lagu D’Arby, menurut majalah Hai D’Arby

sangat peka terhadap isu-isu politik yang terjadi di dunia terutama isu tentang rasialisme yang terjadi di Afrika Selatan. Ketidak sukaannya itu membuat D’Arby

meninggalkan Amerika Serikat dan tinggal di Eropa, D’Arby menyatakan bahwa

Ia tidak suka dengan Ronald Reagan, menurutnya Reagan tidak jauh berbeda dengan sosok Rambo yang haus akan ke kuasaan.27

Dalam artikel ini, majalah Hai juga mengupas sedikit tentang kehidupan

D’Arby sebelum dirinya terjun ke dunia musik. Majalah Hai menyatakan bahwa

D’Arby lahir dari keluarga yang sangat taat beragama di Manhattan, New York. Sebelum terjun ke dunia tarik suara D’Arby merupakan seorang petinju amatir,

karir D’Arby di dunia olahraga tinju pun tidak begitu buruk, Ia pernah meraih

penghargaan sarung tinju emas pada usianya yang baru saja menginjak dua belas tahun.28

Seperti yang digambarkan dalam film Rocky karya dari Sylvester Stallone, olahraga tinju sangat populer di kota New York khususnya district Manhattan. Penggambaran taraf ekonomi yang rendah dan angka kriminal yang tinggi juga

27 Iwan, “Terence Trent D’Arby: Saya Nggak Takut Kena AIDS”,

Majalah Hai, HAI no 42/XI, 20-26 Oktober 1987, hal. 26.

28 Ibid.

(41)

membuat olahraga tinju sangat menjanjikan bagi siapa saja yang tinggal di district

Manhattan dan Bronx. 4. Yngwie Malmsteen

Sosok musisi selanjutnya yang dibahas dalam rubrik istimewa majalah Hai

ialah Yngwie Malmsteen, gitaris yang berasal dari Swedia ini memiliki teknik yang berbeda dari gitaris lainnya. Ia menggabungkan pattern-pattern gitar dengan violin

yang merupakan alat musik pertama yang Ia pelajari, majalah Hai menyatakan bahwa Yngwie dapat membuat Richie Blackmore dari Deep Purple terkagum-kagum dengan teknik gitar yang Ia mainkan. Jika lima belas tahun yang lalu dunia dibuat kagum dengan Richie Blackmore dan Eddie van Halen, kali ini Yngwie berhasil membuat kita memalingkan wajah dari Blackmore dan van Halen.29

Pada artikel ini majalah Hai mengupas tuntas tentang teknik yang digunakan oleh Yngwie, majalah Hai menyatakan bahwa Yngwie memiliki jari yang super cepat dan dapat mengontrol tebal tipis nada yang keluar dari gitarnya. Hal ini semakin meyakinkan bahwa sebelum mendalami gitar Yngwie menguasai teknik-teknik dasar dari alat musik violin, karena hanya alat musik yang digesek yang dapat diatur tipis rendahnya nada yang dihasilkan.

29Iwan, “Richie Blackmore Gak Ada Apa

-apanya”, Majalah Hai, Hai no 7/XI, 17-23 Februari 1987, hal 24.

(42)

Selain membahas masalah teknik yang digunakan Yngwie dalam bermain gitar, majalah Hai juga membahas tentang karir musik Yngwie selama di Amerika. Majalah Hai mencatat bahwa selama di Amerika Yngwie bergabung dengan dua band yaitu Steeler dan Alcatrazz. Karir music Yngwie selama bergabung bersama grup band Steeler tidak berjalan mulus, hal ini dikarenakan pihak management grup band tidak dapat mempromosikan band ini seperti band-band Amerika lainnya sedangkan untuk mendapatkan fans yang banyak tim management band harus bekerja keras dalam mempromosikan band tersebut. Setelah bubarnya Steeler, karir Yngwie diselamatkan oleh Alcatrazz yang pada saat itu memiliki tempat kosong di posisi gitaris utama.

Majalah Hai menyatakan bahwa debut album Alcatrazz yang bertajuk No Parole from Rock n Roll berhasil memperkenalkan Yngwie ke mata dunia dan tentu saja Yngwie berhasil mencuri hati para pengemar musik rock diseluruh dunia

Sumber: https://supermusic.id/supernews/superbuzz/yngwie-malmsteen-napak-tilas-sang-kesatria-gitar-di-nusantara

(43)

dengan permainan gitarnya. Tidak lama setelah debut album pertama Alcatrazz meledak, Yngwie yang merasa paling berjasa dalam album tersebut harus dikeluarkan oleh personil Alcatrazz lainnya karena sudah tidak memiliki kesamaan dalam bidang hal musik. Majalah Hai juga membahas secara lengkap alasan keluarnya Yngwie dari grup band Alcatrazz. Setelah keluar dari Alcatrazz, Yngwie langsung memutuskan untuk solo karir dengan mengeluarkan tiga album yang Ia tulis sendiri.

Majalah Hai juga membahas tentang gitaris-gitaris yang meniru gaya permainan dari Yngwie, majalah Hai juga menambahkan bawah pola permainan gitar dari Yngwie menjadi pola yang dipelajari dalam sekolah-sekolah musik di Amerika Serikat pada waktu itu30. Pernyataan-pernyataan Yngwie pada majalah

Hai sangat menonjolkan sifat arogannya, akan tetapi Ia mengakui bahwa Ia sangat kagum terhadap Eddie van Halen.31

5. Blow Monkeys

Dalam rubrik istimewa kali ini, majalah Hai membahas grup band asal Inggris yang dimotori oleh Robert Howard. Kali ini membahas Panjang lebar dari band tersebut, tetapi lebih membahas tentang single mereka yang terbaru yang berjudul

It Doesn’t Have to Be This Way yang dianggap tidak berguna dan tak bernilai seni.

Padahal single terbaru mereka sangat hit di Indonesia. Robert beranggapan bahwa

30Iwan, “Richie Blackmore Gak Ada Apa

-apanya”, Majalah Hai, Hai no 7/XI, 17-23 Februari 1987, hal 26.

31 Ibid.

(44)

musik-musik Blow Monkeys sangat baik untuk kesehatan dan Ia juga yakin bahwa Blow Monkeys memiliki potensi untuk menjadi band pop paling hebat di Inggris.32

Pada artikel ini lebih menceritakan tentang kehidupan pribadi dari Robert Howard atau yang lebih dikenal sebagai Doctor Robert yang mana pada sesi wawancaranya dengan majalah Hai Doctor Robert sangat senang membanggakan prestasinya dengan band Blow Monkeys. Selain itu majalah Hai juga menceritakan tentang nama Doctor yang Ia dapat, majalah Hai menyatakan bahwa Ia mendapat nama Doctor karena pernah bersekolah di Kings Lynn. Semasa sekolah di Kings Lynn, Robert terkenal sangat fokus dalam belajar di kelas dan menurut

32 Hilman, “Sombong itu Perlu”,

Majalah Hai, Hai no 36/XI, 8-14 September 1987, hal 24-25.

(45)

pengakuannya Ia juga tidak pernah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang dilakukan teman-temannya.33

6. Whitesnake

Pada terbitan 17-23 November 1987, majalah Hai mengulas tentang single

terbaru dari band heavy metal asal Middlesbrough, Britania Raya yang bernama Whitesnake. Selain membahas tentang single terbaru mereka, majalah Hai juga memberikan komentarnya terhadap dua gitaris yang baru saja bergabung dengan band ini yaitu Vivian Campbell dan Adrian Vandenberg. Menurut majalah Hai, kedua gitaris ini merupakan gitaris terbaik versi majalah Hai. Vivian Campbell merupakan mantan gitaris dari grup heavy metal Dio sedangkan Adrian Vandenberg merupakan mantan gitaris dari band hard rock asal Belanda Vandenberg.34

33 Ibid.

34 Denny, “Ular Putih itu Mengigit Lagi”,

Majalah Hai, Hai no 46/XI, 17-23 November 1987, hal 24-25.

Sumber:

(46)

Dalam artikel ini majalah Hai juga membahas tentang Whitesnake yang kerap kali bongkar pasang personil, majalah Hai mencatat bahwa Whitesnake selama berdiri hingga tahun 1987 sudang bongkar pasang personil sebanyak tiga kali. Sepanjang karir Whitesnake yang dibentuk pada 1978 sudah bergonta-ganti personil sebanyak lebih dari sepuluh kali, hal ini sudah menjadi hal yang biasa bagi band-band rock besar. Faktor ego yang besar dari setiap personil, pembagian fee

yang dianggap terlalu merugikan salah satu personil, hingga kehidupan pribadi dari tiap personil diduga menjadi faktor utama dari band bergonta-ganti personil.

7. The Bangles

Pada rubrik istimewa kali ini majalah Hai mengulas tentang The Bangles, kesuksesan dari band pop perempuan asal Los Angeles, Amerika Serikat ini berasal dari sentuhan Prince. Majalah Hai menyatakan bahwa The Bangles merupakan The Beatles versi perempuan, hal ini dikarenakan corak musik yang dimainkan oleh The Bangles sangat mirip dengan The Beatles.35

Julukan sebagai The Beatles versi perempuan ini tidak juga membantu The Bangles menarik banyak peminat pecinta musik rock n roll di Amerika, pasalnya mereka masih atraktif dengan The Go Go dan kalah galak dalam corak musik dari Girlschool. Majalah Hai juga menuliskan bahwa tampang dan tampil atraktif di panggung tidak menjadi jaminan yang mutlak untuk mendapatkan respon baik dari para penikmat musik, pasalnya pada tahun 1986 The Bangles merilis single yang berjudul Walk Like an Egyptian yang sukses merajai tangga musik Amerika

35Lanny, Iwan, “Ogah Rok Mini karena Betis Gede”, Majalah Hai, Hai no 18/XI, 5-11 Mei 1987, hal. 24.

(47)

beberapa pekan.36Single The Bangles yang berada di puncak tangga lagu Amerika itu pun diikuti oleh kesuksesan besar pada album mereka yaitu Different Light yang diproduseri oleh Prince.

Menurut penulis, corak musik yang dimainkan oleh The Bangles sangat jauh berbeda dengan The Beatles, meski pun mereka sama-sama memainkan musik rock n roll. The Beatles lebih memainkan rock n roll yang tradisional sedangkan The Bangles merupakan versi modern. Menurut penulis, musik The Bangles lebih mirip dengan Prince yang tidak lain adalah produser mereka sendiri, sebut saja single

mereka yang berjudul Walk Like an Egyptian yang hampir mirip seperti mega hits

dari Prince yang berjudul Let’s Go Crazy. Kesamaan tersebut dapat ditemui dari segi pemilihan sound gitar dan drum yang sama, serta kesamaan dari beberapa aransemen. 36 Ibid. Sumber: https://id.pinterest.com/pin/199495458473434817/?lp=true

(48)

Selain membahas dari segi musik yang dimainkan oleh The Bangles, majalah

Hai juga membahas tentang penolakan The Bangles untuk tampil dengan rok mini. Hal ini dikarenakan para personil dari The Bangles merasa malu karena ukuran betis mereka yang besar. Selain itu majalah Hai juga membahas tentang keadaan ekonomi dari setiap personil yang tidak memiliki rumah sendiri, menurut majalah

Hai para personil menyimpan uang mereka yang nantinya akan digunakan untuk keperluan keluarga mereka kelak.37

8. Rockers Jerman

Pada edisi 20-26 September 1988 majalah Hai dalam rubrik istimewanya membahas tentang para rocker yang berasal dari Jerman, nama-nama besar seperti Scorpions, Warlock, Doro Pesch, dan Munchener Freiheit menjadi sorotan majalah

Hai. Hal ini dikarenakan nama-nama besar tersebut yang sangat tidak asing bagi para penikmat music rock di Indonesia. Majalah Hai juga menyatakan bahwa, musik rock di Jerman sendiri sudah ada sejak tahun 60-an dan kualitas musiknya juga tidak jauh berbeda dengan band-band atau penyanyi-penyanyi dari Amerika Serikat dan Inggris.38

37

Ibid., hal. 26.

38 Pop, Tris, Iwan, “Rockers Jerman”,

Majalah Hai, Hai no 38/XII, 20-26 September 1988, hal. 10-11.

(49)

Majalah Hai menyatakan bahwa asal muasal munculnya rocker-rocker Jerman tersebut karena adanya pengaruh dari musisi-musisi rock n roll Amerika Serikan yang melakukan konser di Jerman, mereka adalah Bill Haley, Little Richard, Fats Domino, dan Chuck Berry. Hal serupa juga terjadi di Inggris, film Cadillac Record yang dirilis pada tahun 2008 menjelaskan bagaimana musisi-musisi blues Amerika menginvasi Inggris dan merubah skena musik di Inggris.

Pada artikel ini juga menjelaskan kenapa negara Jerman yang menjadi tujuan musisi-musisi rock n roll yang berasal dari Inggris dan Amerika, karena Jerman Barat lebih terbuka terhadap pengaruh dari luar pasca Perang Dunia II. Hal ini lah yang membuat musik rock di Jerman khususnya Jerman Barat lebih berkembang dari pada negara-negara lain di Eropa. Majalah Hai mengatakan bahwa musik rock

Jerman berpusat pada satu club malah bernama Star Club yang berada dikota Sumber:

(50)

Hamburg, disana lah para musisi-musisi yang berasal dari luar Jerman mengadakan konser mereka.39

9. George Michael

George Michael merupakan penyanyi asal Inggir yang memiliki nama asli Yorgos Panaylotou, Ia memulai karir menyanyinya dengan duo Wham! bersama dengan Andrew Ridgeley dan melahirkan hits single Careless Whisper. Akan tetapi perjalanan duo Wham! harus bubar dikarenakan George lebih memilih solo karir.40

Menurut para kritikus musik yang ditulis oleh majalah Hai, keputusan George untuk bersolo karir sangat lah tepat, pasalnya pada duo Wham! George lebih banyak mengambil peran dalam penulisan musiknya. Hal ini dapat dibuktikan dengan terpilihnya George sebagai penulis lagu terbaik Inggris pada tahun 1985, majalah

Hai pun menyebut bahwa George Michael sudah sejajar dengan Paul McCarney

39 Ibid.

40Iwan, “Jika Paul McCarney digabungkan dengan Elvis Presley”,

Majalah Hai, Hai no 37/XII, 13-19 September 1988, hal. 32.

Sumber: https://www.popexpresso.com/2019/06/25/revisiting-george-michaels-1987-masterpiece-faith/

(51)

dalam penulisan music. Selain itu, korang New York Times dari Amerika Serikat juga menulis artikel tentang George yang mana New York Times menyatakan bahwa George merupakan seorang penulis lirik, penulis musik, dan produser terbaik pada tahun 1988. Hal ini dikarenakan meledaknya debut album solo George yang berjudul Faith.

Dalam artikel ini majalah Hai juga menuliskan hasil wawancara yang dilakukan oleh majalah Life dengan George Michael, salah satu pertanyaan majalah Life yang menarik adalah pertanyaan tentang alasan George tidak membawakan lagu sendiri pada acara ulang tahun Nelson Mandela. George menyatakan tidak suka terhadap acara tersebut dan acara-acara amal yang menjual negara dunia ketiga, Ia

menyatakan “sekalian saja saya membawakan lagu dari bintang-bintang kulit

hitam”.41

10.Def Leppard

Pada artikel yang membahas tentang Def Leppard grup band asal Inggris, tahun 1987 majalah Hai mencatat bahwa Def Leppard baru saja mengeluarkan album

Hysteria dan album tersebut sukses terjual sebanyak 2.000.000 kopi. Selain itu dalam artikel ini majalah Hai juga menuliskan bahwa Def Leppard masih memiliki peminat yang sangat antusias setelah vacuum selama empat tahun dari dunia musik.42

41 Ibid.

42 Yuddi, “Berkah Setelah Musibah”, Majalah

Hai, HAI no 14/XII, 5-11 April 1988, hal. 10-12.

(52)

Menghilangnya Def Leppard dari dunia musik pada tahun 1983 membuat para

fans nya sempat berpaling ke band-band seperti Motley Crue, Poison, Ratt, Bon Jovi, Cinderella, dan Poison yang pada era awal 80-an merajai musik rock dunia dengan muncurkan beberapa album dan melakukan tur keliling dunia. Menurut majalah Hai, album Def Leppard yang berjudul Hysteria seharusnya sudah bisa diluncurkan pada tahun 1983 akan tetapi sederetan musibah terjadi dalam lingkaran Def Leppard.

Salah satunya ialah mundurnya produser Def Leppard yang mana produser tersebut sudah terlibat dalam seluruh pembuatan album-album Def Leppard, selain itu kecelakaan mobil yang dialami oleh Rick Allen membuat Rick harus kehilangan tangan kirinya dan membuat Rick dirawat selama tiga minggu lebih di rumah sakit. Kehilangan lengan kiri tidak membuat Rick putus asa, sepulangnya dari rumah sakit

(53)

Ia terus berusaha untuk melatih permainan drumnya dengan satu tangan dan teman-temannya dari Def Leppard mendukungnya untuk terus bermain.43

Setelah Rick Allen mampu beradaptasi dengan musik Def Leppard giliran sang vokalis yang terkena musibah, Joe Elliot terkena radang kelenjar ludah yang memaksa Def Leppard kembali beristirahat sembari menunggu Joe sembuh total sehingga dapat kembali bernyayi dan menyelesaikan album. Pulihnya suara Joe membuat Def Leppard kembali ke studio untuk menyelesaikan album yang tertunda, proses penyelesaian album hysteria ini seperti tidak habis dilanda masalah dan musibah. Kali ini giliran Robert Lange yang mengalami kecelakaan lalu lintas, Robert Lange yang sudah memproduseri album-album Def Leppard dari awal berdiri itu harus dirawat di rumah sakit berminggu-minggu lantaran tempurung kakinya yang pecah akibat dari kecelakaan lalu lintas, sehingga membuat proses pembuatan album Hysteria kembali tertunda.44

Setelah diluncurkan pada musim panas 1987, album Hysteria langsung memuncak dan mengalahkan album Pyromania yang merupakan salah satu album hits dari Def Leppard. Dalam sesi wawancara dengan Joe Elliot, majalah Hai

menyatakan bahwa penundaan yang terjadi akibat sederet musibah yang terjadi membuat Def Leppard lebih meningkatkan mutu dari album tersebut.45

43 Ibid. 44 Ibid. 45 Ibid.

(54)

B.

Musisi Indonesia

1. Fusion Jazz Indonesia

Pada rubrik Istimewa majalah Hai kali ini membahas tentang skena musik

fusion jazz di Indonesia, menurut majalah Hai fusion jazz di Indonesia sedang digemari oleh anak muda pada waktu itu. Hal ini dibuktikan dengan maraknya acara-acara musik yang secara khusus hanya menampilkan band-band jazz saja,

ditambah lagi dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “musik kampus tidak

sah jika bukan musik fusion yang tampil”.46

Nama-nama seperti Krakatau, Bhaskara, dan Karimata merupakan musisi jazz

yang ternama di Indonesia, Krakatau yang sukses tampil di Light Music Contest Internasional di Jepangdan juga penampilan Bhaskara dan Karimata di North Sea Jazz Festival di Den Haag diduga memberikan pengaruh yang besar bagi skena musik jazz di Indonesia. Akan tetapi hal tersebut dibantah oleh majalah Hai, majalah Hai menyatakan bahwa skena fusion jazz di Indonesia sangat dipengaruhi oleh penampilan Casiopea.

` 46Gideon, “Fusion di Indonesia koq laku”, Majalah Hai, Hai no 19/XII, 10-16 Mei 1988, hal. 11.

(55)

Band fusion jazz asal Jepang ini mengadakan konser pada tahun 1984 di Indonesia dan menyebarkan virus fusion jazz kepada anak-anak muda Indonesia pada waktu itu. Majalah Hai menuliskan bahwa sebelum Casiopea memberikan pengaruhnya dalam skena fusion jazz Indonesia, Jopie Item-Christ Kyhatu Cs sudah terlebih dulu terjun dalam skena fusion jazz Indonesia, akan tetapi peminatnya pada waktu itu masih sedikit.

Pasca Casiopea manggung di Indonesia baru lah muncul nama-nama seperti Karimata, Bhaskara, Emerald, Spirit, dan Krakatau. Majalah Hai menyatakan bahwa corak yang mereka mainkan tidak lah jauh berbeda akan tetapi yang menjadi pembeda antara nama band-band di atas ialah skill individual setiap personilnya,

(56)

menurut majalah Hai setiap band memiliki salah satu personil yang memiliki skill individual yang di atas rata-rata dan menjadi identitas dari bandnya.47

Salah satu buktinya ialah muncul nama-nama seperti Erwin Gutawa dan Gilang Ramadhan, Erwin Gutawa yang merupakan pemain bass dari band Karimata memiliki skill individual yang diatas rata-rata yang mana Ia dapat memberikan

rhythm yang dapat menggiring setiap pendengarnya kearah yang Karimata inginkan. Hal serupa pun terjadi pada band Krakatau yang lebih menonjolkan skill individual dari Gilang Ramadhan, drummer yang disebut-sebut sebagai drummer

terbaik Indonesia ini pun menjadi ujung tombak dari musik Krakatau yang mana para pendengar dapat dibuat terpukau dengan permainan drumnya.

2. Totok Tewel

Salah satu musisi Indonesia yang di bahas dalam rubrik Istimewa majalah Hai

adalah Totok Tewel yang merupakan gitaris dari band El Pamas, dalam artikel ini majalah Hai menuliskan biografi singkat dari sang gitaris ini. Majalah Hai

menyatakan bahwa lagu Bimbo yang berjudul “Balada Seorang Biduan” sangat

cocok menggambarkan kisah hidup dari Totok, pasalnya gitaris yang berasal dari kota Malang, Jawa Timur ini pergi ke Jakarta untuk bermain music. Malajalah Hai

menyebutkan bahwa alasan Totok pindah ke Jakarta karena merasa di kota Malang peluang untuk bermain musik tidak sebesar di Jakarta, majalah Hai juga

47

(57)

menjelaskan bahwakota Malang merupakan salah satu barometer musik rock

Indonesi.48

Kepindahan Totok dari kota Malang ke Jakarta tentu saja membuahkan hasil yang besar, seperti yang dituliskan oleh majalah Hai Totok berhasil mendapatkan manajer baru untuk band El Pamas. Selain itu Totok juga berhasil menjadi gitaris dari penyanyi-penyanyi rock Indonesia, Bangkit Sanjaya dan Yosie Lucky merupakan dua penyanyi rock Indonesia yang berhasil membesarkan nama Totok di Jakarta dan berkat Totok album dari kedua penyanyi tersebut dapat meledak di pasaran.49

48Denny MR, “Roker Bekas Kuli Bangunan”,

Majalah Hai, HAI no 33/XII, 16-22 Agustus 1988, hal. 10-11

49 Ibid.

(58)

Selain menuliskan kisah tentang hijrahnya Totok dari kota Malang ke Jakarta, majalah Hai juga membahas tentang kehidupan pribadi seorang Totok Tewel. Majalah Hai menuliskan bahwa Totok merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, Ia merupakan anak seorang pensiunan pegawai Perkebunan Negara. Semasa SMA, Totok memiliki keinginan untuk mengurangi beban orang tuanya dengan mencoba berbagai pekerjaan. Sifat mandiri yang sudah Ia perlihatkan sejak dibangku SMA membawa Totok dalam kesuksesan di dunia musik.50

3. Acid Speed

Musisi Indonesia selanjutnya adalah Acid Speed, band yang digawangi oleh Chodun, Oding, Ipank, Andri, Tonny, dan Rico ini dinyatakan oleh majalah Hai

sebagai grup band yang cukup populer dikalangan pencinta music rock di Indonesia pada tahun 1989 akan tetapi majalah Hai juga mengkritik band ini sebagai band fotocopy-an dari The Rolling Stone. Kepopuleran Acid Speed terpaksa harus hilang ketika Acid Speed memasuki dapur rekaman dan mengeluarkan album yang berjudul Julia, majalah Hai menuliskan bahwa mereka harus melepas identitas Rolling Stone-nya dan mulai mencari karakter musik mereka sendiri.51

Majalah Hai menyatakan bahwa setiap Acid Speed membawakan lagu yang mereka tulis sendiri kebanyakan penonton meminta mereka segera turun dari panggung dan banyak juga yang memaki.52 Hal ini membuktikan bahwa lagu yang ditulis oleh mereka tidak sebagus dan berkarakter seperti lagu Rolling Stone yang

50

Ibid., hal. 12. 51

Bis, “Acid Speed Menggigit”, Majalah Hai, 21-27 Maret 1989, hal. 8-11. 52

(59)

sering mereka bawakan, hal ini juga merupakan masalah terbesar dari band-band yang meng-cover dan meng-copy suatu band hingga hari ini.

Selain membahas tentang Acid Speed dalam rubrik Istimewa, majalah Hai juga membahas tentang sang vokalis dari Acid Speed yang memiliki tampang mirip Mick Jagger vokalis dari Rolling Stone. Rico menyatakan bahwa Ia tidak merasa meniru Jagger karena Ia lebih mengagumi Keith Richards yang merupakan gitaris dari Rolling Stone, Ia juga menyatakan bahwa sangat terpengaruh oleh Rolling Stone karena pada tahun 1978 Ia sempat menyaksikan Rolling Stone tampil di New York dan konser itu membuatnya ingin hidup dari dunia musik.53

53Iwan, “Gua Nggak Kayak Jagger”,

Majalah Hai, 21-27 Maret 1989, hal. 11. Majalah Hai Edisi 21-27 Maret 1989

(60)

4. Ian Antono

Ian Antono sempat mengisi rubrik Istimewa pada majalah Hai edisi 26 Maret 1991, dalam artikel tersebut majalah Hai menuliskan kisah Ian Antono selama bergelut di dunia musik Indonesia. Majalah Hai menyatakan bahwa Ian sangat laris menjadi penata musik yang mana dengan keterlibatannya dalam album Nicky Astria membuahkan kesuksesan yang luar biasa. Majalah Hai juga menuliskan bahwa banyak produser-produser musik di Indonesia yang kesusahan dalam mengajak Ian untuk dapat terlibat di dalam proyeknya, hal ini pun masih simpang siur kebenarannya. Banyak produser mengatakan bahwa sangat sulit untuk membawa Ian masuk ke dalam studio untuk melakukan sesi rekaman bahkan setelah menandatangani kontrak kerja sama pun produser sering kali di buat deg-degan oleh Ian, karena Ian membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah paket rekaman.54

Selain pernah bekerja sama dengan Nicky Astria, Ian juga pernah bekerja sama dengan Anggun C. Sasmi. Menurut Ian bekerja dengan Anggun lebih susah dari pada bekerja dengan penyanyi Indonesia lainnya, hal ini dikarenakan sangat sulit untuk membuat lirik yang cocok untuk karakter vokal Anggun. Majalah Hai sudah tidak meragukan lagi tentang sepak terjang Ian dalam dunia musik Indonesia, terutama untuk terlibat dalam penulisan musik untuk penyanyi-penyanyi lain. Hal

54 Denny MR, “Perjalanan Panjang Ian Antono”,

Majalah Hai, Hai 13/XV, 26 Maret 1991, hal. 10

(61)

ini juga dibuktikan dengan pengakuan dari Sofyan Ali yang merupakan promotor konser sekaligus produser dari grup band Jeps.55

Selain membahas tentang sepak terjang Ian dalam keterlibatannya dalam pembuatan lagu penyanyi-penyanyi Indonesia, majalah Hai juga membahas tentang perjalanan Ian dalam mengumpulkan uang untuk memiliki studio rekaman sendiri. Majalah Hai menyatakan bahwa pada tahun 1986 ketika God Bless band pertamanya bersama Achmad Albar sedang tidak punya job manggung dan kiprahnya sebagai penata musik belum dilirik oleh para produser Indonesia, Ian sempat menjadi pengrajin mebel.

55 Ibid.

https://www.musikindonesia.co.id/article/319-ian-antono

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1) Terdapat rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sesudah diterapkan model pembelajaran discovery learning

Pemodelan optimasi guna lahan untuk pengendalian banjir perkotaan dalam DAS dapat digunakan untuk menentukan kawasan rawan banjir, arahan peruntukkan lahan, debit

Salah satu metode penyelesaian masalah MCDM yaitu PROMETHEE yang merupakan salah satu metode penentuan urutan atau prioritas.Sistem inidirancang menggunakan bahasa

Pemasyarakatan adalah suatu proses, proses therapeuntie dimana si warga binaan pada waktu masuk Lembaga Pemasyarakatan berada dalam keadaan tidak harmonis dengan

rkocMNrKuarususd I HUXIN nDINA

Dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan modifikasi model minat beli yang dikombinasikan dengan model lain, misalnya model minat beli dengan kepuasan pelanggan, dengan

Skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERBUKAAN DIRI MELALUI TEKNIK JOHARI WINDOW PADA SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 PACITAN yang disusun oleh Citra Wahyu Sernika,

Dapat disimpulkan bahwa, dalam tampilan antarmuka permainan responden menilai bahwa di dalam permainan, tampilan menu pada permainan mudah dimengerti, tata letak