• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA TAMBAK MARGINAL"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA

TAMBAK MARGINAL

ASIKIN 10594090315

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

i

IDENTIFIKASI MIKRO ORGANISME LOKAL PADA

TAMBAK MARGINAL

ASIKIN 10594090315

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(3)
(4)

iii

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk

Ayahanda Jubaidin dan ibunda Bahyo tercinta yang selalu senantiasa

mencurahkan kasih sayang serta selalu mengiringi do’a di setiap

langkahku. Untuk adikku Muhammad Ferlin dan Mu’amar Fadlin,

adindaku Afnih, teman-teman seperjunaganku serta keluraga tercinta

dan terdekatku yang dengan telah tulus, ikhlas mendoakan dan

memberiku semangat hingga mimpi ini terwujud nyata

.

MOTTO HIDUP

“Berlomba-lombalah dalam kebaikan. Jadilah pemenang dalam

perlombaan menuju kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Dan jangan

pernah berlomba-lomba dalam urusan dunia sebab dunia hanyalah

sementara dan akhirat selamanya”

(QS. Al-Baqarah :148)

Berikan yang terbaik untuk diri sendiri, kedua orang tua serta orang

lain.

(5)

iv

(6)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Identifikasi Mikro Organisme Lokal Pada Tambak Marginal adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan sebelumnya dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari hasil karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, 28 September 2020

Asikin 10594090315

(7)

vi

HALAMAN HAK CIPTA

@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2020 Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh

(8)

vii

ABSTRAK

Asikin 10594090315 Identifikasi Mikro Organisme Lokal Pada Tambak Marginal. Dibimbing oleh Murni dan Nur Insana Salam

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan mikroorganisme lokal pada tambak marginal untuk mendukung keberhasilan budidaya.Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan untuk menjaga agar tidak ada organisme yang terlalu kecil atau besar yang terambil pada saat sampling atau dalam halinianalisis yang digunakan secara deskripsi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada total bakteri vibrio spp “CFU/ml” (4,4 x 104,5,5 x 104 dan 4,6 x 104) dan bakteri umum “CFU/ml” (5,4 x 104,6,0 x 104 dan 5,9 x 104) pada titik outlet, inlet dan tambak yang menunjukkan bahwa tambak tersebut layak untuk digunakan dalam budidaya ikan maupun udang hal ini dikarenakan lebih tinggi bakteri umum dari pada bakteri vibrio spp, dimana bakteri umum merupakan predator bagi bakteri vibrio spp sehingga dapat menekannya laju perkembangannya apalagi jika dilakukan pemberian probiotik pada wadah budidaya tersebut.

Kata kunci :Tambak Marginal, outlex, intlex dan tambak serta bakteri

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan taufik serta Hidayah-nya yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “Identifikasi Mikro Organisme Lokal Pada Tambak Marginal“ ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata satu pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terimakasih khusus yang mendalam kepada Ibu Dr. Murni,S.Pi., M.Si selaku Pembimbing 1, Ibu Nur Insana Salam, S.Pi., M.Si selaku pembimbing ke 2, Bapak H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Ibu Dr.Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd selaku ketua Program Studi Budidaya Perairan dan yang telah meluangkan banyak waktunya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,.Serta kepada kedua orang tua yang telah banyak memberikan bantuan baik moral maupun materi

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis secara tulus dan ikhlas menyampaikan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Peartanian Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2015-2016, atas kerjasama nya, dan jika selama ini penulis pernah berbuat kesalahan atau kehilapan kepada rekan-rekan seangkatan baik disengaja maupun tidak disengaja, penulis menyampaikan permohonan maaf lahir dan bathin, bukan laut kalau tidak pernah surut, bukan manusia kalau tidak pernah salah.

(10)

ix

Makassar, 28 September 2020

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii

PERNYATAAN iv

HALAMAN HAK CIPTA v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiii

1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 2

1.2. Tujuan dan Kegunaan 3

2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Tambak Marginal 5

2.2. Mikro Organisme Lokal 8

3. METODE PENELITIAN 9

3.1.Waktu danTempat 9

3.2.Alat dan Bahan 9

3.3.Tehnik Pengambilan Sampel 10

3.3.1. Analisis Air 10

3.3.2. Analisis Tanah 15

3.4. Parameter Pengukuran 15

3.4.1. Analisis Air 15

3.4.2. Analisis Tanah 15

3.4.3. Analisis Kualitas Air 15

3.5. Analisis Data 16

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17

4.1.Kelimpahan Bakteri Pada Sampel Air 18

4.2.Kelimpahan Bakteri Pada Sampel Tanah 21

(12)

xi 5. PENUTUP 23 5.1. Kesimpulan 23 5.2. Saran 23 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Seri Pengenceran 14

2. Kelimpahan Bakteri Pada Media Air 17

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Hasil Analisa Di Lab Bakteri 26

(16)

1

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dimana setiap daratannya yang berhubungan dengan pesisir selalu dihubungkan dengan hasil budidaya baik budidaya ikan maupun udang.baik skala tradisional sampai intensif. Budidaya yang dilakukan secara tradisional sampai semi intensif itu biasanya menggunakan media tambak tanah untuk membudidaya udang atau ikan,karena tidak semua daerah di indonesia yang daerah pesisirnya cocok untuk budidaya udang dan ikan seperti daerah yang dikatakan lahan atau tambak kurang produktif atau disebut juga tambak marginal. Tambak marginal adalah tambak yang terpinggirkan yang kurang mendapat perhatian khusus dari pembudidaya.

Tambak marginal justru mengandung potensi yang bagus untuk budidaya nantinya seperti tambak budidaya yang mengandung bakteri bacillus spp yang bagus dalam budidaya meskipun dalam tambak marginal juga mengandung bakteri vibrio spp tetapi dalam hal ini bisa dilakukan penekanan terhadap pertumbuhan bakteri vibrio spp tersebut dengan melakukan pemberian probiotik yang mengandung bakteri bacillus spp karena kinerja dari bakteri ini adalah memakan bakterivibrio spp sehingga dapat mendukung dalam kegiatan budidaya.

Hal ini mendorong para pembudidaya khususnya dikalangan pemerintah untuk mengusahakan bagaimana caranya melakukan budidaya dengan pemanfaatan lahan tambak marginal dengan mengambil sampel air maupun tanah untuk mengetahui kandungan yang terdapat didalam tambak marginal tersebut untuk dianalisa di laboratorium untuk mengetahui seberapa besar kandungan bakteri menguntungkan dan kurang menguntungkan pada tambak tersebut,

(17)

2

berdasarkan dari tindakan yang dilakukan pada tambak tersebut apakah layak digunakan untuk budidaya atau tidak.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tambak marginal bisa digunakan untuk budidaya udang atau ikan berdasarkan hasil uji lab yang menyatakan bahwa tambak tersebut layak untuk budidaya dilihat dari masih tingginya kandungan bakteri baik (bacillus spp) yang menjadi salah satu faktor pendukung budidaya.

1.2.Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasikan mikroorganisme lokal pada tambak marginal untuk mendukung keberhasilan budidaya. Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk petani tambak.

(18)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tambak Marginal

Tambak marginal merupakan tambak yang bisa dikatakan kurang bagus untuk digunakan dalam budidaya karena tingginya bahan organik yang menyebabkan tingginya bakteri vibrio sppdalam wadah dan medianya.Tambak ini sering disebut juga tambak terpinggirkan atau tambak yang dipandang sebelah mata.

Tingginya bakteri vibrio spp dalam tambak biasanya disebabkan oleh beban limbah organic berasal dari ekskresi udang, sisapakan bangkai organisme yang mengendap didasartambak semakintinggi. Hal ini dapat memicu perkembangan bakteri umum maupun Vibrio spp, baik di air tambak maupun dalam tanah sedimen tambak selain terdapat bakteri vibrio spp juga terdapat bakteri yang umum seperti bacillus spp, nitrosomonas spp dan lain-lain.

Dalam tambak marginal biasanya bakteri vibrio spp yang tinggi yang menjadi masalahnya. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan teknologi budidaya udang, sesuai dengan daya dukung lahan, mudah diterapkan oleh pembudidaya, menguntungkan dan ramah lingkungan.Untuk tambak dengan kondisi geografis, berdaya dukung rendah dan kondisi sosek-budaya tidak mampu/memenuhi syarat untuk teknologi intensif dan semi intensif, potensial dikembangkan teknologi budidaya udang vaname ekstensif plus, yang merupakan teknologi budidaya yang dapat dijangkau pembudidaya ekstensif.

Kajian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, dan Institusi lembaga penelitian yang terkait telah dilakukan, dan hasilnya dapat meningkatkan produktivitas tambak ekstensif plus dengan produksi 610-1.050

(19)

4

kg/ha.Uji lapang ini juga dilakukan dengan aplikasi probiotik utamanya pada tambak marginal dan memperlihatkan hasil yang baik. Poernomo (2004) mengemukakan bahwa penambahan bahan aditif berupa probiotik dapat mengatasi permasalahan tambak baik pada budidaya udang vaname intensif, semi intensif maupun ekstensif plus. Namun dari beberapa uji lapang, keuntungan yang diperoleh belum optimal karena biaya operasional cukup tinggi yang disebabkan penggunaan pakan dengan kandungan protein yang relatif tinggi(36-38%). Briggs et al., (2004) mengemukakan bahwa kebutuhan kandungan protein pada pakan udang vaname relatif lebih rendah 20-35%, dibandingkan dengan kebutuhan kandungan protein pakan udang windu. Sehingga untuk menjaga agar tambak tidak terjadi penumpukan pakan dalam wadah budidaya yang menjadi pemicu tumbuhnya vibrio spp maka dilakukan pergiliran penggunaan pakan dari protein rendah ke protein tinggi atau sebaliknya.

2.2.Mikroorganisme Lokal

Mol merupakan mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Adapun bahan utama Mol terdiri dari beberapa komponen, yaitu karbohidrat, glukosa dan sumber mikroorganisme. Selain itu, Mikroorganisme lokal adalah cairan hasil fermentasi dari substrat atau media tertentu yang berada di sekitar kita (misalnya nasi, buah-buahan, telur, susu, keong, dan lain-lain). Mol dapat juga diartikan mikroorganisme yang berasal dari substrat/bahan tertentu dan diperbanyak dengan bahan alami yang mengandung karbohidrat (gula), protein, mineral, dan vitamin.

Salah satu jasad renik yang mulai dikembangkan untuk pupuk hayati ialah mikro organisme lokal, yang ternyata tidak hanya dapat mempercepat

(20)

5

pengomposan, akan tetapi juga memperbaiki kualitas kompos. MOL adalah cairan yang mengandung mikroorganisme (bakteri) yang berguna untuk tanaman dan kesuburan tanah seperti rhizobium spp, azospirillum spp, azotobacter spp,

pseudomonas spp, bacillus spp dan bakteri pelarut phospat dan merupakan hasil

produksi sendiri dari bahan-bahan alami disekeliling kita (lokal). Bahan alami tersebut merupakan tempat yang disukai sebagai media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman.

Pemanfaatan mikroorganisme perombak bahan organik yang sesuai dengan substrat bahan organik merupakan alternatif yang efektif untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan sekaligus sebagai suplementasi pemupukan. Proses perombakan bahan organik yang terjadi secara alami akan membutuhkan waktu relatif lama (2 bulan) sangat menghambat penggunaan bahan organik sebagai sumber hara. Apalagi jika dihadapkan kepada tenggang waktu masa tanam yang singkat, sehingga pembenaman bahan organik sering dianggap kurang praktis dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan inokulasi mikroba terpilih guna mempercepat proses perombakan bahan organik.

MOL adalah cairan yang mengandung mikroorganisme (bakteri) yang berguna untuk tanaman dan kesuburan tanah seperti rhizobium spp, azospirillum

spp, azotobacter spp, pseudomonas spp, bacillus spp dan bakteri pelarut phospat

dan merupakan hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami disekeliling kita (lokal). Larutan MOL berpotensi sebagai perombak bahan organik, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer.

(21)

6

Pembuatan MOL tidak dilakukan melalui proses inokulasi oleh mikroorganisme yang diintroduksikan dan tidak dilakukan secara aseptis. Manfaat MOL adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta kesehatan tanah. MOL juga dikenal sebagai agen penyubur tanah. Manfaat dari metabolit yang terkandung di dalam mikro organisme lokal sebagai hasil fermentasi terhadap bahan baku tersebut merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan biologi tanah. Disamping itu, mikroorganisme yang telah tumbuh dan berkembang selama proses pembuatan MOL akan mendominasi rhizosfer tanaman, sehingga tidak mudah terserang penyakit.

Molase selain mengandung sukrosa yang cukup tinggi (45-55%), juga mengandung asam-asam organik sebagai sumber C bagi pertumbuhan mikroorganisme. Fermentasi molase oleh mikroorganisme fermentative yang berasal dari buah-buahan menghasilkan asam organik lainnya misalnya asam sitrat, sehingga pH MOL umumnya cenderung asam. Kondisi asam ini baik untuk produksi fitohormon (Auksin, Giberelin, dan Sitokinin) yang diketahui berperan dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif, generatif, dan pemasakan buah. Asam amino selain berperan dalam jalur matabolisme N tanaman dan sumber N bagi mikroorganisme, secara khusus Triptofan dikenal sebagai prekursor metabolisme Auksin, sedangkan asam amino Levulinat diketahui sebagai prekursor pembentukan klorofil.

Menurut (Mursalim, 2018) Bahan organik tanah terdiri dari sisa-sisa tanaman dan hewan dari semua tahapan dekompoisi karena kerja mikroorganisme tanah. Bermacam-macam senyawa organik yang mencapai tanah dalam bentuk

(22)

7

sisa-sisa tanaman atau hewan tersusun dari karbohidrat yang kompleks, gula sederhana, tepung, selulosa, hemiselulosa, pektin, getah, lendir, protein, lemak, minyak, lilin, resin, alkohol, aldehid, keton, asam-asam organik, lignin, fenol, tanin, hidrokarbon, alkaloid, pigmen, dan produk-produk lainnya. Ukuran partikel dalam bahan organik, ciriciri dan jumlah mikroorganisme yang terlibat, sejauh mana ketersediaan C, N, P, dan K, kandungan kelembapan tanah, temperatur, pH, dan aerasinya, adanya senyawa-senyawa penghambat (seperti misalya tanin), dan sebagainya, merupakan sebagian dari faktor-faktor utama yang mempengaruhi laju dekomposisi bahan organik.

(23)

8

III. METODE PENELITIAN 3.1.Waktu danTempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus 2019 Bertempat di Desa Manakku, Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi selatan. Lokasi penelitian ditetapkan pada Tambak Universitas Muhammadiyah Makassar dengan 3 titik pengambilan sampel pintu pemasukan air(intlex), tambak dan pintu pengeluaran air (outlex).

Untuk analisis sampel parameter kimia dilakukan dilaboratorium kualitas Air Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) Maros, Kabupaten Maros.

3.2.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Plastik untuk mengambil sampel tanah tambak, Botol sampel sebagai tempat sampel air.Turbidi meter untuk mengukur kekeruhan, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut, thermometer untuk mengukur suhu, salinometer untuk mengukur salinitas, pH meter digunakan untuk mengukur pH, botol,

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alkohor, akuades untuk mensterilkan alat di laboratorium, kertas label sebagai penanda sampel, larutan H2SO4, MnSO4, danNaOH + KI sebagai bahan titrasi DO, kertas saring sebagai penyaring, dan tisu untuk mengeringkan alat.

(24)

9

3.3.TeknikPengambilanSampel 3.3.1. Analisis Air

Cara pengambilan sampel air adalah menggunakan botol yang telah di sterilkan setalah itu botol dimasukkan kedalam air sekitar 15cm Kemudian di masukkan air kedalam botol tersebut dengan cara menutup rapat botol tersebut dengan menggunakan tangan agar terhindar masuknya oksigen, setalah itu dimasukkan kedalam box dengan keadaan dingin,setelah itu sampel air tersebut di analisis di Laboratorium Institut Pertanian Bogor.

3.3.2. Analisis Tanah

Cara pengambilan sampel tanah adalah menggunakan plastic dan cara pengambilnya dengan mengambil tanah secukupnya baru dimasukkan kedalam plastic tersebut baru disimpan kedalam box dengan keadaan dingin setelah itu di bawah pengamatan di Laboratorium Institut Pertanian Bogor.

Adapun penuntun analisis tanah untuk melihat mikroorgnasime lokal sebagai berikut :

Alat :

- Botol serum besar - Botol serum kecil - Cawan Petri

- Pipet mikro dan tip ukuran 1 ml dan 200 µl - Batang penyebar (spreader)

- Vortex - Timbangan

(25)

10 Bahan : - Contoh tanah - Larutan 0,85% NaCl - Tween 80 - Etanol

- Medium pertumbuhan untuk bakteri, cendawan, dan aktinomisetes:

Mikroba Medium pertumbuhan Bakteri Medium nutrien agar (NA) Peptonized milk-actidione agar (PMA) Agar ekstrak tanah Cendawan Rose bengal–streptomycin agar Rose bengal-malt extract agar Aktinomisetes Rose bengal-malt extract agar Humic acid-vitamin agar (HV agar)

- Medium nutrien agar (NA)

Timbang 31 g nutrient agar dan masukkan ke dalam 1 L akuades. Sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 Mpa selama 15 menit. Tambahkan 50 ml larutan siklo-heksamida (67 mg per 100 ml H2O) yang telah disterilisasi dengan filter ukuran 0,2 µm ke medium steril yang bersuhu 60oC. Selanjutnya tuang ke cawan Petri.

- Medium peptonized milk-actidione agar (PMA)

Timbang 1 g peptonized milk, 15 g agar, dan 0,1 g antifungal (antibiotik actidione). Sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 Mpa selama 15 menit.

- Ekstrak tanah

Aduk 1 kg tanah dengan 1,5 L akuades. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 MPa selama 15 menit. Setelah dingin, saring

(26)

11

supernatan dengan filter yang dimasukkan ke dalam corong. Bila larutan tanah dengan cara ini sukar diperoleh, masukkan suspensi tanah yang keruh tersebut ke dalam labu Erlenmeyer. Simpan di dalam lemari es pada15suhu 4oC selama satu malam.Larutan jernih merupakan larutan tanah.

- Medium agar ekstrak tanah

Masukkan 20 g agar; 0,5 g K2HPO4; dan 0,1 g dekstrosa ke dalam 1 L ekstrak tanah. Sesuaikan pH larutan antara pH 6,8-7,0 dengan HCl atau NaOH encer. Kemudian sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 MPa selama 15 menit.

- Medium rose bengal–streptomycin agar

Timbang 10 g glukosa; 5 g pepton; 1 g K2HPO4; 0,05 g MgSO4. 7H2O; 0,033 g rose bengal; 15 g agar dan masukkan ke dalam 1 L akuades. Sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 MPa selama 15 menit. Tambahkan 0,2 µL streptomisin (disterilisasi dengan filter) ke dalam medium yang sudah steril dan pada suhu 60oC.

- Medium rose bengal-malt extract agar

Timbang 20 g malt ekstrak; 0,5 g K2HPO4; 1 ppm masing-masing Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, Co, (penambahan sebagai garam-garam terlarut, bukan sebagai nitrat), rose bengal (1 per 15.000); 20 g agar dan masukkan ke dalam 1 L akuades pH 6,0 – 6,2. Sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 MPa selama 15 menit.

- Medium humic acid-vitamin agar (HV agar)

Timbang 1 g asam humik acid; 0,02 g CaCO3; 0,01 g FeSO4. 7H2O; 1,71 g KCl; 0,05 g MgSO4.7H2O; 0,5 g Na2HPO4; 50 g siklohesamida; 20 g agar dan

(27)

12

masukkan ke dalam 1 L akuades pH 7,2. Sterilisasi medium dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 0,1 MPa selama 15 menit. Tambahkan 5 ml vitamin B dan 20 ppm asam nalidixic ke dalam medium steril.

Prosedur :

3) Pengenceran contoh tanah.

Timbang 10 g tanah dan masukkan ke dalam botol bertutup yang berisi 95 mllarutan NaCl 0,85% dan satu tetes tween 80 steril (Beberapa buku manual menggunakan 90 ml larutan pengencer). Beberapa metode pengenceran menggunakan 0,1% pepton sebagai pengencer. Catat berat tanah.Kocok selama 2 menit, beri label pada botol pengenceran 10-1.Setelah dikocok, pindahkan 1 ml larutan tanah ke tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan NaCl steril.Kocok dengan vortex, dan beri label pengenceran 10-2.Gunakan pipet yang baru pada setiap pemindahan 1 ml larutan. Pengenceran dilakukan sampai pada pengenceran 10-7

(28)

13

4) Penyebaran (plating) mikroba

Pipet 0,1 ml larutan tanah pada pengenceran serial 10-4-10-7(bakteri), 10-2-10-5 (cendawan), dan 10-3-10-6 (aktinomisetes)dan teteskan di bagian tengah cawan Petri pada permukaan agar. Setiap pengenceran diulang dua kali (duplo).Pemindahan dimulai dari pengenceran 10-7.Selanjutnya sebar dengan batang penyebar steril (celupkan batang penyebar dalam etanol dan bakar, setelah diperkirakan dingin baru digunakan).Beri label di bagian pinggir tiap cawan Petri (gunakan kode singkatan pengenceran). Inkubasi

cawan Petri pada posisi terbalik selama 3-4 hari (bakteri), 5-7 hari (cendawan), dan 10-12 hari (aktinomisetes) pada suhu 25oC. Lakukan semua proses pengenceran dan penyebaran secara aseptis.

5) Penghitungan koloni

Bakteri dihitung hanya dari cawan Petri yang mempunyai 30-300 koloni,cendawan 10-100 koloni, dan aktinomisetes 30-300 koloni.

Perhitungan

Total Populasi (CFU) ml-1 tanah kering = ( ) ( )

Keterangan:

fp = faktor pengenceran pada cawan Petri yang koloninya dihitung bk = berat kering contoh tanah (ml) = berat basah x (1 – kadar air)

Contoh: Jumlah koloni pada cawan Petri yang dihitung adalah 65 koloni, yakni pada pada cawan pengenceran 10-6 Kadar air tanah 25% .sehingga berat kering contoh tanah yang digunakan adalah {1 x (1 – (25/100)} g = 0,75 g.

(29)

14

Dengan demikian total populasi adalah (65 x 106) / 0,75 g = 8,7 x 107 CFU per ml tanah kering.

3.4. Parameter Pengukuran 3.4.1. Analisis Air

Untuk mengidentifikasi mikroorganisme local pada tambak dilakukan di laboratorium Institut Pertanian Bogor.

3.4.2. Analisis Tanah

Untuk mengidentifikasi mikroorganisme lokal pada tanah tambak yakni dengan menggunakan enumerasi total bakteri.

3.4.3. Analisis Kualitas Air

Pengukuran kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH dan Oksigen terlarut.

3.5. Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keberadaan mikroorganisme lokal pada tambak marginal yang dapat mendukung keberhasilan budidaya.

(30)

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kelimpahan Bakteri Pada Sampel Air

Kelimpahan bakteri merupakan jumlah bakteri yang terdapat dalam perairan yang dapat mendukung daya dukung lahan sehingga bisa menjadikan tambak tersebut bisa digunakan dalam budidaya. Dalam media air budidaya terdapat bakteri yang menguntungkan dan bakteri yang merugikan, bakteri yang menguntungkan inilah yang menjadi harapan petambak dalam budidaya. Kelimpahan bakteri dalam media air pada sampel air di tambak marjinal disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kelimpahan Bakteri pada Media Air

Berdasarkan gambar tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kelimpahan bakteri tertinggi diperoleh kode sampel air inlet dan tambak kemudian terakhir kode sampel air outlet yakni 6,0 x 106 dan 5,9 x 106serta 5,4 x 106. Sedangkan untuk total vibrio spp tertinggi terdapat pada kode air tambak dan inlet kemudian terakhir kode air outlet yakni 4,4 x 104 dan 5,5 x 104 serta 4,6 x 104.

0 1 2 3 4 5 6

Air Oulet Air Inlet Air Tambak

5.4 6 5.9 4.4 5.5 4.6 Tot al Ba kt e ri d an V ib ri o sp p (C FU )ml -1 Sampel Air Total Bakteri Total Vibrio

(31)

16

Hal ini sama seperti yang didapat oleh Gunarto dan kawan, (2010) mendapatkan total bakteri pada tambak yakni berkisar antara 102-103 cfu/ml. Selanjutnya menurut Markus Mangampa (2015) menyatakan total bakteri dalam media air yakni 1,55 x 106 dan 1,18 x 104. Tingginya vibrio spp dalam media air sampel yakni 104 dapat menyebabkan kematian pada organisme budidaya seperti pernyataan Muliani, (1996) menyatakan bahwa vibrio spp pada kepadatan 104 dapat menyebabkan kematian pada organsime budidaya. Hal ini diduga kuat kondisi lingkungan budidaya tambak terdapat feses serta sisa-sisa metabolik cultivan yang dapat menjadi sumber makanan bagi bakteri vibrio spp.Namun, dalam hal ini meskipun bakteri vibrio spp termasuk dalam kategori tinggi tapi dalam hal ini bakteri umum (menguntungkan) dalam air sampel juga mempunyai kepadatan yang tinggi yakni 106, dimana bakteri umum seperti bacillus spp,

acinetobacter spp, dan aeromonas spp dapat menurunkan kepadatan bakteri

vibrio spp. Bakteri-bakteri inilah yang akan menekan pertumbuhan dari bakteri vibrio spp tersebut sehingga organisme budidaya nantinya akan aman dari bakteri vibrio spp tersebut. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Atmomarsono dan kawan, (2011) menyatakan untuk menurungkan pupulasi bakteri vibrio spp yang merugikan yakni dengan pemberian probiotik pada media air sehingga dapat mengurai bahan organik dan nitrit. Dimana bahan organik dan nitrit yang rendah akan menurunkan populasi bakteri vibrio spp karena media tersebut merupakan makanan bagi bakteri tersebut.

(32)

17

4.2. Kelimpahan Bakteri Pada Sampel Tanah

Kelimpahan bakteri pada media tanah outlex, intlex dan tambak disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Kelimpahan Bakteri pada Media Tanah

Berdasarkan gambar 3 tersebut diatas kelimpahan bakteri tertinggi diperoleh kode sampel air inlet dan tambak kemudian terakhir kode sampel air outlex yakni 6,0 x 106 dan 5,9 x 106serta 5,4 x 106. Sedangkan untuk total vibrio spp tertinggi terdapat pada kode air tambak dan inlet kemudian terakhir kode air outlex yakni 4,4 x 104 dan 5,5 x 104 serta 4,6 x 104. Hal ini sama seperti yang pernah didapatkan oleh Markus Mangampa (2015) dalam dinamika populasi bakteri dalam air dan sedimen tambak yakni pada total bakteri vibrio spp pada perlakuan A (3,75x103-1,82x104 CFU/ml) B(4,17x103-6,22x104 CFU/ml) dan total bakteri umum B(2,07x106-3,56x106 CFU/ml) dan C (2,76x106-3,09x106 CFU/ml).

Tingginya populasi bakteri dalam tanah sedimen tambak dibanding dengan populasi bakteri dalam air tambak, akibat dari kondisi tanah tambak yaitu tanah

0 1 2 3 4 5 6 Tanah Oulet Tanah Inlet Tanah Tambak 5.4 6 5.9 4.4 5.5 4.6 T o tal Bak te ri d an V ib ri o s p p (C F U ) ml -1 Sampel Tanah Total Bakteri Total Vibrio

(33)

18

sulfat masam (TSM) dengan bahan organik yang cukup tinggi mencapai :13,3 -17,9 %. Dalam hal ini biasanya pH dalam perairan tersebut tinggi jika kalau di lihat menggunakan cairan pH maka warna airnya ungu kebiruan seperti pada tabel 1.Namun kisaran populasi ini masih relatif rendah dalam batas kelayakan budi daya udang vaname.

Dalam budidaya biasanya yang menyebabkan tingginya tingkat keasaman yang dapat memicu perkembangan bakteri vibrio spp adalah kondisi lingkungan yang kurang baik seperti tingginya bahan organik yang terbentuk oleh sisa pakan, kotoran udang dan limbah udang yang mati yang mengalami pembusukan. Garno (2004) mengemukakan bahwa akumulasi bahan organik sudah dapat dideteksi sejak awal masuknya pakan buatan, dan potensi kegagalan panen udang, lebih diakibatkan oleh pencemaran bahan organik yang terakumulasi ke sedimen tambak dari pada pencemaran yang berasal dari luar tambak.

Terjadinya fluktuasi bakteri pada petak pembesaran udang vaname yang disebabkan karena adanya penambahan input kedalam tambak seperti pemberian pakan dan pakan yang tidak dimanfaatkan oleh udang, menyebabkan peningkatan bahan organik dalam tambak dan apabila tidak dilakukan pergantian air maka bakteri Vibrio spp akan berkembang dan menjadi patogen pada organisme budi daya. Tompo dan Susianingsih (2011) mengemukakan bahwa jika pergantian air dapat dilakukan 2 kali seminggu yang disertai dengan pengapuran dolomit 4-5 ppm, maka bahan organik dalam tanah akan menurun dan populasi bakteri Vibrio spmenurun. Selain pergantian air, maka faktor yang dapat memicu perkembangan populasi bakteri Vibrio spp dan total bakteri dalam budi daya udang vaname

(34)

19

adalah sirkulasi air, pengelolaan pakan yang benar dan efektif serta mempertahankan konsentrasi alkalinitas tambak.

4.3. Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kisaran parameter kualitas air media pada tambak marginal, intlex dan

outlex

Parameter Titik

Tambak Intlex Outlex

Ph 9,25 8,21 7,99

Suhu (°C) 26,3 27,5 28,9

DO (ppm) 5,04 2,28 3,39

Salinitas (ppt) 22,25 22,99 18,51

Sumber : Hasil pengukuran kualitas air 2019

Berdasarkan gambar diatas, kisaran kualitas air pada tambak marginal, intlex dan outlex dari segi pH, pH terendah terdapat outlet (7,99),kemudian disusul inlet dambak (8,21 dan 9,25), sedangkan pada suhu terendah terdapat pada tambak (26,3 °C) dan disusul inlet dan outlet (27,5 °C dan 28,9 °C). Oksigen terlarut (DO) terendah terdapat pada inlet (2,28 ppm) dan disusul outlet dan tambak (3,39 ppm dan 5,04 ppm) dan salinitas terendah terdapat outlet (18,51 ppt) dan disusul oleh tambak dan inlet (22,25 ppt dan 22,99 ppt). Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Markus Mangampa (2015) dalam dinamika populasi bakteri dalam air dan sedimen tambak yakni suhu 28,7-33,8 , pH 7,3-8,3 , oksigen terlarut 1,08-5,92 ppm dan salinitas 18-37 ppt.

Dalam tambak marjinal baik inlet maupun ouletnya biasanya mempunyai kualitas air yang kurang baik untuk budidaya dimana pada kondisi tersebut baik suhu, salinitas, pH dan DO nya juga akan mengalami fase fluktuatif dan akan

(35)

20

terus meningkat jika tambak tersebut tidak diolah dengan baik misalnya tingginya pH pada tambak marjinal hal ini disebabkan oleh tingginya bahan organik dalam tambak tersebut yang disebabkan oleh sisa pakan dan bahan organik lainnya yang telah mengalami pembusukan. Sama halnya juga dengan kadar garamnya yang paling tinggi diantara yang lainnya adalah tambak dan inletnya yakni 22,5 dan 22,99 ppt. Hal ini disebabkan oleh tingginya proses penguapan oleh panas cahaya matahari sehingga dengan penguapan yang tinggi selain kadar garam meningkat juga bahan organik dalam tambak juga ikut meningkat karena tingginya bakteri vibrio spp dalam tambak yang memanfaatkan cahaya matahari dalam mempercepat pembusukan.

Namun rendahnya kualitas air pada tambak marginal baik intlex, maupun outletnya dapat ditangani dengan jika dilakukan perlakuan yang baik seperti pengapuran pada tanah dasar menggunkan kapur dolomit dan pemberian probiotik yang mengandung bakteri bacillus spp, dimana bakteri ini dapat mengurangi populasi bakteri vibrio spp dalam tambak.

(36)

21

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa sampel air dan tanah pada titik outlet, inlet dan tambak marginal menunjukkan bahwa pada total bakteri vibrio spp “(CFU)ml-1” (4,4 x 104,5,5 x 104 dan 4,6 x 104) (CFU)ml.dan bakteri umum (Acinetobacter spp,bacilus spp,Aeromonas spp, Pleisiomonas spp, Enterobacteria spp dan

Clostridium spp) “(CFU)ml-1” (5,4 x 104,6,0 x 104 dan 5,9 x 104)(CFU)ml. Untuk

bakteri vibrio spp termasuk dalam kategori tinggi yakni 104 tapi dalam hal ini bakteri umum juga mempunyai kepadatan yang tinggi yakni 104 artinya tambak yang ada di lakbakkan sesuai dengan hasil uji sampelnya menunjukkan bahwa tambak tersebut layak untuk digunakan dalam budidaya ikan maupun udang hal ini dikarenakan lebih tinggi bakteri umum dari pada bakteri vibrio spp, dimana bakteri umum merupakan predator bagi bakteri vibrio spp sehingga dapat menekannya laju perkembangannya apalagi jika dilakukan pemberian probiotik pada wadah budidaya tersebut.

5.2. Saran

Tambak yang dikatakan terpinggirkan atau marginal dapat digunakan kembali sebagai wadah budidaya dengan dengan penambahan bakteri bacillus

spp, serratio spp dan lain-lainnya. Hal ini disebabkan karena bakteri bakteri

umum dapat memakan bakteri vibrio spp sehingga dapat mengurangi perkembangannya sehingga tambak akan aman digunakan dalam budidaya.

(37)

22

DAFTAR PUSTAKA

Atmomarsono, M., Muliani, Nurbaya., E.Susianingsih, Nurhidayah., dan Rachmansyah. 2011, Petunuk Teknis Aplikasi Bakteri Probiotik RICA, pada Budidaya Udang Windu di Tambak. BalitbangBAP, 20 hal

Garno, S.Y.2004. Biomanipulasi.Paradigma Baru dalam Pengendalian Limbah

Organik pada Budi Daya Perikanan di Waduk dan Tambak. Orasi Ilmiah

Ahli Peneliti Utama. Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi, Jakarta 58 hal.

Gunarto dan A. Mansyur. 2010. Penambahan Tepung Tapioka Pada Budidaya

Udang Penaeid di Tambak. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Hal 729-735

Mangimbulude. J. C., dkk. 2013. Eksploitasi dan Konservasi Sumberdaya Hayati

Laut dan Pesisir di Indonesia. Biologi Papua. 3(1): 39-45.

Muliani, M., IMadeali., ATompo. 1996. Prosiding seminarnasional mikrobiologi

kelautan dan biomediasi7. Ujung pandang. Hal 192-194

Mulyanto. T. R. 2018. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak Menggunakan

Aplikasi Sistem Informasi Geografi Di Kecamatan Labuhan Maringgai

Kabupaten Lampung Timur.SkripsiSkripsi. Universitas Lampung Bandar Lampung

Mursalim. I. 2018. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Mikroorganisme Lokal Media Nasi, Batang Pisang, Dan Ikan Tongkol Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea) Di Kebun Pendidikan Biologi Uin

Alauddin Makassar. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin

Alauddin Makassar

Syahdi Oni Fajar., Siregar M. Akbar., Hamid Azwar. 2013. Analisis Permintaan

Pasar Ekspor Terhadap Produk Udang Beku (Frozen Shrimps/Prawn)

Indonesia.Aribisnis Sumatera Utara. 1(1): 10.

Selly.S., Purnomo. J. 2015. Pembuatan MOL dari Bahan Baku Lokal sebagai dekomposer dan Pemacu Tumbuh Tanaman (Bogor: Badan penelitian dan

pengembangan pertanian kementerian pertanian,), h. 4. http://balittanah.

litbang. pertanian.go.id/ind/ dokumentasi / leaflet / juknis %2 0mol.pdf?secure true (Diakses 5 Februari 2019).

Sofyan. M. H. 2018. Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Pada Kelompok Budidaya Bina Usaha Di

Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Skripsi.Fakultas perikanan dan

(38)

23

Sutardjo, Sharif C. 2014. Udang Merajai Ekspor Perikanan. www.kkp.go.id (27 Juli 2014).

Suyanto. A., Irianti, A. T. P. 2015. Efektivitas Trichoderma Sp dan Mikro Organisme Lokal (Mol) Sebagai Dekomposer Dalam Meningkatkan Kualitas Pupuk Organik Alami Dari Beberapa Limbah Tanaman Pertanian.

Jurnal Agrosains. 12 (2). http: // jurnal online upb.com / index.php /

Agrosains / article / download / 119/54 (Diakses 5 juni 2017).

Tompo, A dan Endang Susianingsih. 2011. Pengaruh pengguanaan beberapa probiotik terhadap sintasan dan pertumbuhan udang windu ditambak

instalasi maranak, sulawesi selatan. prosiding SEMNASKAN VII UGM.

(39)

24

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1.Hasil analisa di lab bakteri

SampelTitikTotal Bakteri Umum (CFU/ml) Total Vibrio (CFU/ml) 1. Air Outlet 5,4 x 1064,4 x 104 2. Inlex 6,0 x 106 5,6 x 104 3. Tambak 5,9 x 106 4,6 x 104 4. Tanah Outlet 5,4 x 106 4,4 x 104 5. Inlex 6,0 x 106 5,6 x 104 Tambak 5,9 x 106 4,6 x 104 2.Kualitas air pada tambak marginal

Parameter Titik

Tambak Intlex Outlex

Ph 9,25 8,21 7,99

Suhu (°C) 26,3 27,5 28,9

DO (ppm) 5,04 2,28 3,39

(40)

25

DOKUMENTASI KEGIATAN PENGAMBILAN SAMPEL

Gambar 1. Pengambilan sampel air dan tanah pada saluran outlex

Gambar 2. Pengambilan sampel air dan tanah pada saluran intlex

(41)

26

Gambar 4.Pengambilan sampel tanah pada tambak

(42)

27

RIWAYAT HIDUP

Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Penulis dilahirkan di Desa Taloko Dusun Salimi, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada 03 Juni 1997. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersodara dari pasangan Bapak Jubaidin dan Ibu Bahyon. Jenjang pendidikan penulis dimulai tahun 2004 di SDN Taloko dan selesai pada tahun 2009, melanjutkan pendidikan di SMP Neg. 3 Sanggar ditahun 2009 sampai selesai ditahun 2012, selanjutnya melanjutkan pendidikan di SMA Neg. 1 Sanggar ditahun 2012 dan selesai ditahun 2015. Selanjutnya ditahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusana Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, melalui jalur tes tertulis. Selama menjadi mahasiswa ditahun 2016 dan tahun 2017, penulis pernah menjadi anggota HMP Bidom ( himpunan Mahasiswa Pertanian Bima Dompu) dalam kampus, sedangkan diluar kampus penulis pernah menjadi anggota IKPPMS (Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar Mahasiswa Sanggar) dan LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) selama 1 periode.. Selanjutnya ditahun 2019, Penulis juga pernah melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) selama ± 60 hari di Desa Pancana, Kecamatan Tanete Ri Lau, Kabupaten Barru pada tahun 2019.

Gambar

Gambar 1. Seri Pengenceran
Gambar 2. Kelimpahan Bakteri pada Media Air
Gambar 3. Kelimpahan Bakteri pada Media Tanah
Gambar 1. Pengambilan sampel air dan tanah pada saluran outlex
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, yang pertama kali terlintas dibenak calon karyawan adalah bahwa bekerja pada perusahaan yang ada dihadapannya merupakan pilihan yang menitikberatkan

Analisis Neraca Air Di Sub DAS Cikeruh Berdasarkan data diperoleh, jumlah bulan kering dari tahun 2000 sampai 2009 terdapat 36 bulan, sedangkan kejadian bulan

Pajak penghasilan pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

Halaman menu utama multimedia pembelajaran interaktif ini terdiri dari 1 frame yang memuat didalamya tombol keluar, tombol suara, background yang telah disiapkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan durasi waktu tidur, paparan asap rokok, dan lama pemberian ASI dengan tekanan darah pada ibu menyusui yang memiliki

Banyak masalah yang dikemukakan antara lain karena sulitnya mengetahui besaran masalah karena tidak terdapat data mengenai kejadian Gangguan kognitif ringan (MCI) baik pada

yang didapat sesuai persyaratan diterimanya hipotesis, dengan demikian menerima hipotesis yang menyatakan bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati berpengaruh

Wahyu Nurdila Riantiningsih : Pengamanan Rumah Berbasis Microcontroller Atmega 8535 Dengan Sistem Informasi Dengan Menggunakan PC, 2009.. PENGAMANAN RUMAH BERBASIS