• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Pendidikan Usia Kawin Pertama Penggunaan Alat Kontrasepsi terhadap Jumlah Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Tingkat Pendidikan Usia Kawin Pertama Penggunaan Alat Kontrasepsi terhadap Jumlah Anak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

Nanik Oktavia ¹, Trisnaningsih ², Zulkarnain ³

This study aimed to determine the effect of education level and age at first marriage to the number of children born to couples of childbearing age (EFA) in the village of Bumi Sari District of South Lampung Natar 2014. The method used in this research is descriptive verification, Population in this study was EFA women who had at least 1 child that is 1.411.Sample in this research were 71 women (EFA). This research results showed that 1. there a significant relationship between the level of education of the number of children born 2. There is a significant relationship between age at first marriage to the number of children born 3. There is a significant relationship between the use of contraceptives to the number of children born. 4. There is a significant relationship between the level of education, age at first marriage and the use of contraceptives to the number of children born.

Keywords: age of the first marriage, amount of the children, education level, used of contracetive.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan usia kawin pertama terhadap jumlah anak yang dilahirkan pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Verifikatif. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita (PUS) yang memiliki anak minimal 1 yaitu 1.411.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 wanita PUS. Hasil penilitian menunjukkan bahwa 1. ada pengaruh yang signifikan antara antara tingkat pendidikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan 2. Ada pengaruh yang signifikan antara usia kawin pertama terhadap jumlah anak yang dilahirkan 3. Ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan 4. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan.

Kata kunci: jumlah anak, penggunaan alat kontrasepsi, tingkat pendidikan, usia kawin pertama.

Keterangan:

1. Mahasiswa pendidikan Geografi 2. Dosen Pembimbing 1

(2)

PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan distribusi penduduk yang tidak merata masih menjadi masalah yang membutuhkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang di dunia yang hingga saat ini mengalami masalah kependudukan.

Jumlah penduduk di Provinsi Lampung dari hasil sensus penduduk tahun 2010 mencapai 7.608.405 jiwa (BPS: 2010) bila dibandingkan dengan hasil sensus penduduk tahun 2000 yang mencatat jumlah penduduk Lampung 6.730.751 orang, Tetapi, di Provinsi Lampung Contraceptive Prevalence Rate (CPR) nya tinggi tetapi total fertility rate (TFR) nya juga tinggi. Dalam rancangan pembangunan jangka menengah nasional RPJMN 2010 - 2014 telah ditetapkan bahwa sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan program KB adalah menurunnya total fertility rate (TFR) menjadi 2,36 pada tahun 2014 (SDKI 2012: 9).

Total fertility rate (TFR) yang tinggi juga dialami di sebagian kota dan desa yang berada di Provinsi Lampung seperti yang terjadi di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, angka kelahiran mencapai rata-rata jumlah anak 2,55 per wanita pasangan usia subur (PUS), jumlah ini masih melampaui target total fertility rate (TFR) Provinsi Lampung pada tahun 2014 yaitu 2,36 anak per wanita

Tabel 1. Jumlah Anak Lahir Hidup yang Dilahirkan Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Disetiap Dusun di Desa Bumi Sari Tahun 2013.

No Dusun Jumlah PUS Jumlah ALH Rata-rata Jumlah ALH 1 I 473 1192 2,52 2 II 265 753 2,84 3 III 338 847 2.50 4 IV 407 996 2,44 Jumlah 1483 3788 2,55 Sumber: PLKB Desa Bumi Sari Tahun 2013.

Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa rata-rata jumlah anak yang dimiliki PUS di Desa Bumi Sari Tahun 2013 tergolong tinggi karena anak yang dimiliki rata-rata lebih dari dua orang yaitu mencapai 2,55 orang anak. Jadi setiap keluarga beranggotakan 4,5 jiwa Jumlah anggota keluarga yang ideal menurut NKKBS dalam BKKBN (1992: 1) adalah 4 orang yang terdiri dari satu ayah, satu ibu dan dua anak cukup. Dimana suatu keluarga yang PHPLOLNL DQDN ” GLNDWHgorikan sebagai keluarga kecil atau sedikit dan yang memiliki anak > 2 dikategorikan sebagai keluarga besar atau mempunyai banyak anak.

Berdasarkan data yang ada, walaupun pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi masalah kependudukan dengan menggalakan program KB, tetapi pada kenyataanya masih banyak terdapat di dalam suatu keluarga pasangan usia subur yang memiliki jumlah anak lebih dari dua orang.

Said Rusli (1885: 97) mengemukakan bahwa, ada beragam faktor yang mempengaruhi dan menentukan fertilitas, baik faktor demografi maupun faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, umur perkawinan, lama perkawinan, paritas,

(3)

distrupsi perkawinan dan proposi yang kawin, sedangkan faktor non demografi dapat berupa faktor sosial, ekonomi maupun psikologi.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan didapat sebagian besar penduduk Desa Bumi Sari wanita PUS yang tidak tamat SD mencapai (18,61%) sementara tamatan sekolah SD dan SMP yaitu mencapai (48,21%) untuk tamatan SMA hanya mencapai (28,79%) dan tamat Perguruan Tinggi sangat sedikit hanya mencapai (4,38%). Seseorang yang memiliki status pendidikan yang tinggi pada umumnya akan menunda pernikahannya karena lebih berorientasi pada pendidikannya dan pekerjaan yang layak. Selain itu pendidikan juga berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai usia yang tepat untuk merencanakan kehamilan.

Selain tingkat pendidikan usia kawin pertama juga menjadi kendala yang mengakibatkan tingginya angka kelahiran. Pada umumnya masyarakat di pedesaan cenderung untuk melangsungkan perkawinan pada usia muda

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Verifikatif, dengan menggunakan pendekatan survey. Menurut Nazir (2005: 63), penelitian Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita PUS yang sudah memiliki anak lahir hidup minimal

satu, yaitu berjumlah 1.411 yang tersebar di empat dusun di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 5 % dari jumlah populasi yang ada dikarenakan jumlah populasi terlampau banyak. Penentuan sampel dilakukan dengan proposional random sampling. jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 71 wanita PUS.

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Kuesioner penelitian ini terdiri dari 35 pertanyaan. kemudian diadakan uji validitas dan reliabilitas instrument menggunakan SPSS 16 For Windows.

Uji prasyarat analisis data untukmengetahui normalitas dan homogenitas menggunakan SPSS 16 For Windows, setelah memenuhi persyaratan, kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Secara Astronomis Desa Bumi Sari berada berada pada 105017¶0 ´%7- 105020¶0 ´%7 GDQ 027¶55´/6- 5029¶54´/6 Desa Bumi Sari berdiri pada tahun 1958.

1. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan (X1) terhadap jumlah anak yang dilahirkan (Y). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat

(4)

pengaruh yang erat antara tingkat pendidikan dengan jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Bumi Sari Hal ini dapat dibuktikan melalui besarnya Adjusted R Square adalah 0,324 .

Besarnya nilai korelasi antara variabel bebas (tingkat pendidikan wanita PUS) dengan variabel terikat (jumlah anak yang dilahirkan) sebesar 0,595 (dalam kolom R). dalam menentukan besarnya pengaruh variabel terikat (jumlah anak yang dilahirkan) sebesar 0,338 atau 33,8% dan sisanya 0,662 atau 66,2% dipengaruhi oleh faktor lain

Penelitian ini mendukung pendapat Aris Ananta (1993: 68) yang mengatakan EDKZD ³SHQGLGLNDQ \DQJ WLQJJL seringkali mendorong kesadaran orang untuk tidak memiliki banyak anak. Dengan pendidikan yang tinggi orang cenderung memilih untuk mempunyai anak dalam jumlah kecil tetapi bermutu, dibandingkan dengan memiliki banyak anak tetapi tidak bermutu.

Seseorang yang memiliki status pendidikan yang tinggi pada umumnya akan menunda pernikahannya karena lebih berorientasi pada pendidikannya dan pekerjaan yang layak. mereka yang berpendidikan tinggi umumnya mempunyai jumlah anak lahir hidup yang rendah Kartomo Wirosuhardjo (2000: 95)

2. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan antara usia kawin pertama (X2) terhadap jumlah anak yang dilahirkan (Y). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang erat antara usia kawin pertama dengan jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Bumi

Sari diketahui Adjusted R Square adalah 0,392. Besarnya nilai korelasi antara variabel bebas (usia kawin pertama wanita PUS) dengan variabel terikat (jumlah anak yang dilahirkan) sebesar 0,646 (dalam kolom R).

Sumbangan pengaruh dari variabel bebas (usia kawin pertama wanita PUS) sebesar 0,402 atau 40,2% dan sisanya 59,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini (dalam kolom R Square). Hal ini juga dibuktikan dengan usia kawin pertama wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan masih tergolong tinggi, yaitu usia kawin pertama tertinggi berada pada XVLD ” 20 tahun sebanyak 27 wanita PUS (38,02%).

3. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi pertama (X3) terhadap jumlah anak yang dilahirkan (Y) Dari output tabel Model Summary dapat diketahui Adjusted R Square adalah 0,538. Besarnya nilai korelasi antara variabel bebas (penggunaan alat kontrasepsi wanita PUS) dengan variabel terikat (jumlah anak yang dilahirkan) sebesar 0,544 (dalam kolom R). Sumbangan pengaruh dari variabel bebas (Penggunaan Alat Kontrasepsi wanita PUS) sebesar 0,544 atau 54,4% dan sisanya 45,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini (dalam kolom R Square).

4. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan (X1) usia kawin pertama (X) dan penggunaan alat kontrasepsi (X3) terhadap jumlah anak yang dilahirkan

(5)

(Y). Dapat dilihat menggunakan Uji F. Dengan kriteria uji adalah tolak H0 jika Fhitung > Ftabel dan demikian pula sebaliknya, jika Fhitung ” )tabel maka H0 diterima. Untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik F, dari hasil analisis data diperoleh Fhitung = 26,500 Ftabel = 3,978, dengan demikian Fhitung > Ftabel atau 26,500 > 3,978 maka H0 ditolak dan menerima H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan usia kawin pertama wanita PUS terhadap jumlah anak yang dilahirkan di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan usia kawin pertama terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa BumI sari

PEMBAHASAN

Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan perubahan sikap, perilaku, pandangan, dan status sosial pada suatu masyarakat. Tingkat pendidikan bila dikaitkan dengan fertilitas menunjukkan pengaruh signifikan, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan semakin sedikit jumlah anak yang dilahirkan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi umur perkawinan pertama, yang pada akhirnya akan mempengaruhi fertilitas. Wanita yang tingkat pendidikannya lebih rendah umumnya umur perkawinan pertama juga rendah dan pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan yang akan lebih banyak. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan banyak wanita di desa ini cenderung melakukan

pernikahan pada usia muda yang mengakibatkan mereka mempunyai anak lebih banyak karena rentang masa reproduksi yang lebih panjang. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.

Seseorang yang memiliki status pendidikan yang tinggi pada umumnya akan menunda pernikahannya karena lebih berorientasi pada pendidikannya dan pekerjaan yang layak. Selain itu pendidikan juga berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai usia yang tepat untuk merencanakan kehamilan. Sebaliknya jika seseorang kurang memiliki tingkat pendidikan tinggi, besar kemungkinan ia akan cenderung untuk memilih menikah di usia dini. Hal ini akan memperbesar peluang banyaknya bayi yang lahir dalam satu keluarga serta menjadi alasan mengapa jumlah remaja yang melahirkan kian banyak.

Penelitian ini mendukung pendapat Aris Ananta (1993: 68) mengatakan bahwa, pendidikan yang tinggi seringkali mendorong kesadaran orang untuk tidak memiliki banyak anak. Dengan pendidikan yang tinggi orang cenderung memilih untuk mempunyai anak dalam jumlah kecil tetapi bermutu.

Menurut (Notoatmojo, 2007: 28)

seseorang yang memiliki status pendidikan yang tinggi pada umumnya akan menunda pernikahannya karena lebih berorientasi pada pendidikannya dan pekerjaan yang layak. Selain itu pendidikan juga berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai usia yang tepat untuk merencanakan kehamilan.

Semakin muda usia kawin pertama maka semakin banyak anak yang dilahirkan dan semakin tinggi

(6)

pendidikan wanita maka semakin sedikit jumlah anak yang dilahirkan Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh responden wanita PUS di GHVD LQL RUDQJ DQDN GDQ kebanyakan yang melahirkan anak > 2 tersebut adalah wanita PUS yang memiliki pendidikan yang rendah. Sementara wanita PUS yang memiliki DQDN ” DGDODK ZDQLWD 386 \DQJ memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi, tetapi tidak semua wanita PUS yang memiliki jenjang pendidikan tinggi mempunyai anak sedikit ada juga wanita PUS yang memiliki jenjang pendidikan tinggi dan mempunyai banyak anak.

Dengan demikian jumlah anak di desa ini masih tergolong tinggi dan belum memenuhi syarat norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) dimana satu keluarga terdiri dari satu ayah, satu ibu dan dua orang anak.

rata-rata usia perkawinan pada usia ” 20 tahun sebanyak 27 jiwa (38,02%). Hal ini menunjukkan bahwa, usia kawin pertama wanita pasangan subur (PUS) di Desa Bumi masih tergolong rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dariyo (2003: 34) yang mengungkapkan bahwa Pada masyarakat yang kebanyakan wanitanya melakukan perkawinan pertama pada umur muda, jumlah anak yang dilahirkan akan lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang wanitanya melakukan perkawinan pertama kali pada usia lebih tua.

Dalam hal ini wanita PUS di desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang melakukan perkawinan pada usia muda terbukti memiliki jumlah anak yang tergolong banyak yakni > 2 orang anak, sementara wanita PUS yang melakukan

pernikahan pada usia yang cukup yakni > 20 tahun cenderung memiliki anak OHELK VHGLNLW \DNQL ” DQDN 7HWDSL tidak semua wanita PUS yang menikah pada usia > 20 tahun memiliki jumlah anak yang sedikit

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Davis & Blake dalam Singarimbun (1978: 8) Perkawinan yang diadakan pada umur muda setidak-tidaknya menjamin orang-orang muda itu mempunyai keturunan sebelum mereka menutup usia. Pengendalian pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor penting dalam peningkatan keluarga kecil yang berkualitas.

Berdasarkan hasil penelitian, responden wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari yang menggunakan jenis alat kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) umumnya digunakan oleh responden yang memiliki pendidikan relatif tinggi yaitu SLTA sampai Perguruan Tinggi dan yang memiliki tingkat ekonomi keluarga yang relatif cukup atau sedang. Responden yang menggunakan MKJP umumnya menggunakan dengan alasan lebih cocok dan lebih efektif dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka pendek (non MKJP).

Seluruh responden pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Pendek (non MKJP) memiliki tujuan untuk membatasi jumlah anak, mengatur jarak kelahiran. Sedangkan responden yang menggunakan MKJP bertujuan untuk membatasi jumlah anak dan bertujuan untuk mengatur jarak kelahiran anak.

(7)

kontribusi pemakaian kontrasepsi terhadap penurunan angka kelahiran tidak saja ditentukan oleh banyaknya pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi tetapi juga dipengaruhi oleh kualitas pemakaiannya. Serta menurut Bernard Bereslon dalam Singarimbun (1978: 76) menyatakan bahwa, langkah pertama untuk menanggulangi laju pertumbuhan penduduk yang demikian tinggi adalah memperkenalkan cara kontrasepsi dan cara tersebut diharapkan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara sukarela.

wanita pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan metode jangka pendek (Non MKJP) di Desa Bumi Sari cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak dan wanita pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan metode jangka panjang (MKJP) di Desa Bumi Sari cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit. Hal ini menyatakan bahwa, ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014.

SIMPULAN DAN SARAN

1. Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan .

2. Usia kawin pertama wanita pasangan usia subur (PUS) berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan.

3. Penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan .

4. Tingkat pendidikan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi wanita pasangan usia subur (PUS) berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Bumi Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

SARAN

1.Bagi wanita PUS yang berpendidikan rendah dan masih berpandangan sempit terhadap jumlah anak dan alat kontrasepsi agar lebih banyak mengikuti penyuluhan-penyuluhan agar memperoleh informasi yang baik dan benar tentang Keluarga Berencana. 2.Bagi wanita agar memikirkan untuk tidak menikah pada usia yang muda, karena dengan rendahnya usia kawin pertama wanita memiliki resiko melahirkan jumlah anak yang lebih banyak

3.Bagi wanita PUS hendaknya menyesuaikan pemilihan jenis alat kontrasepsi yang digunakan.

4.Diharapkan bagi wanita PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi sebelum memiliki jumlah anak yang banyak.

DAFTAR RUJUKAN

Ananta ,Aris. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta. Bina Aksara.

(8)

Dariyo,A. 2003. Psikologi

Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta. Gresindo.

Davis Kingsley dan Blake Judith. 1978. Struktur Sosial dan Fertilitas: Suatu Kerangka Analitis dalam Singarimbun, Masri (editor). Liku-liku Penurunan Kelahiran. Jakarta. Aquarista Offset. Nazir. M 2005. Metode Peneitian. Ghalia Indonesia. Darussalam. Notoatmoji, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta

Rineka Cipta.

Said Rusli. 1985. Pengantar. IlmuKependudukan Penerbit Jakarta. LP3E.

Wirosuhardjo, Kartomo.1986. Kebijakan Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Jakarta. FE UI

Gambar

Tabel  1.  Jumlah  Anak  Lahir  Hidup  yang  Dilahirkan  Wanita  Pasangan  Usia Subur  (PUS) Disetiap Dusun di  Desa Bumi Sari Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Temuan dari penelitian adalah bahwa bentuk-bentuk upaya pengelolaan aset desa yang dilakukan di Desa Bakung Kabupaten Ogan Ilir belum sesuai dengan konsep

3.4 Pengaruh jenis ekstraktan pada sorpsi ion logam Campuran ekstraktan D 2 EHPA/TBP (3:1) memberikan persen sorpsi yang terbaik dibandingkan dengan menggunakan ekstraktan

Berdasarkan asas di atas, penulis menganalisis bahwa 40 (empat puluh) putusan undang-undang yang bertentangan dengan UUD 1945 yang dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi pada

balik antara ruang publik di mall dan perilaku pengunjung adalah dengan melihatnya dalam keadaan saling terkait tidak berdiri sendiri, dalam arti bukanlah bagaimana indra

Dari hasil percobaan diperoleh data bahwa dekstrin dengan DE dibawah 20 dihasilkan dari hidrolisa ini, pada kondisi terkendali, DE produk dekstrin dari hasil

Bahasa pemrograman dirancang untuk komputer: well-match atau tidak dengan arsitektur komputer yang ada. • Technical Setting, memperhatikan sistem operasi, IDE (Integrated

Akhirnya, uraian diatas pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa merealisasikan strategi pembangunan melalui pemberdayaan sektor ekonomi Usaha Mikro Kecil

Hasil dalam penelitian ini adalah sebuah aplikasi berbasis android yang dapat digunakan untuk memberikan informasi detail dan lokasi gedung di Universitas Muria