• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dakwah Kebangsaan Dr. (HC) Ir. KH. Salahuddin Wahid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dakwah Kebangsaan Dr. (HC) Ir. KH. Salahuddin Wahid"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH KEBANGSAAN

DR. (HC) IR. KH. SALAHUDDIN WAHID

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister

Dalam Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh:

Ahmad Yadi

NIM. F0.27.17.215

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bangimana aktivitas dakwah kebangsaan KH. Salahuddin Wahid. Peneltian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif analitik, landasan teori konstruksi sosial Peter L. Burger Luckman dan teori tindakan sosial Max Weber. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dokumentasi.

Hasil Penelitian ini menemukan bahwa; 1) Dakwah kebangsaan KH. Salahuddin Wahid penekanannya lebih kepada oreantasi dakwah kebangsaan yaitu menyangkut kehidupan bangsa Indonesia, menyangkut keberlangsungan bangsa Indonesia, menyangkut kemajuan bangsa Indonesia, dan menyangkut kehidupan rakyat Indonesia. kemudian pendakwah berperan menajadi pandu Ibu partiwi dengan terlibat dalam membangun jiwa seluruh rakyat bangsa Indonesia, dan memperjuangkan kemajuan bangsa Indonesia. Kemudain berperan membangun karakter atau akhlak bangsa terutama para pemimpin bangsa Indonesia. 2) Aktivitas dakwah kebangsaan KH. Salahuddin Wahid merupakan suatu tindakan yang memiliki sasaran pada pencapaian yang rasional yang sudah diperhitungkan pada sasaranya, dakwah ini suatu upaya dalam menanamkan nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman kepada masyarakat santri, mahasiswa, dosen, politisi, dan bahkan kebirokrasi. Adapun proses dalam melakukan tindakan dakwah kebangsaan KH. Salahuddin Wahid yaitu melalui pusat kajian pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dan dikemas dengan kegiatan seminar dan halaqoh kebangsaan. Dan terlibat dalam memperjuangkan Hak Asasi Manusia, Dan mendukung kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi dalam memberantas korupsi.

(7)

ABSTRACT

The problem examined in this study is how the nationalist mission activity KH. Salahuddin Wahid. This research uses a qualitative research method with a descriptive analytic approach, the foundation of Peter L. Burger Luckman's social construction theory and Max Weber's social action theory. The research data collection was carried out by interview, observation, documentation.

The results of this study found that; 1) KH. Salahuddin Wahid national motivation is basically more about nationalism motivation, which concerns the lives of Indonesian people, about the sustainability of the Indonesian people, about the progress of the Indonesian people, and maintain the lives of the people of Indonesia. then the communicator plays a role as a guide for the motherland by being involved in building the souls of all the people of the nation of Indonesia, and fight for the progress of the Indonesian people. Then play the role of building the nation's character, especially the leaders of the Indonesian nation. 2) National motivation activity KH. Salahuddin Wahid is an action that has a target on rational achievement that has been calculated in its goals, this is an effort to instill Indonesian and Islamic values in the santri community, students, lecturers, politicians, and even bureaucracy. The process of carrying out the act of national motivation KH. Salahuddin Wahid is through the KH. Hasyim Asy'ari thought center and is packed with seminars and national meetings. And participate in fighting for human rights, and support the performance of the Corruption Eradication Commission in combating corruption.

(8)

DAFTAR ISI

HALAM JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identivikasi Masalah ... 11 C.Rumusan Masalah ... 12 D.Tujuan Penelitian ... 12 E. Manfaat Penelitian ... 12 F. Definisi Konsep ... 13 1. Dakwah Kebangsaan ... 13

2. Aktivitas Dakwah Kebangsaan ... 19

3. KH. Salahuddin Wahid ... 20

G.Penelitian Terdahulu ... 23

H.Metode Penelitian ... 30

I. Sistematika Pembahsan ... 39

BAB II DAKWAH KEBANGSAAN A.Kajian Dakwah Kebangsaan ... 41

(9)

2. Dakwah Dan Jiwa Nasionalisme Kebangsaan... 48

3. Cinta Tanah Air; Potret Dakwah Kebangsaan ... 53

4. Dakwah Dan Kerukunan Masyarakat ... 58

B.Kajian Teoretik ... 65

1. Teori Konstruksi Sosial ... 65

2. Teori Tindakan Sosial ... 70

BAB III DAKWAH KEBANGSAAN KH. SALAHUDDIN WAHID A.Profil Dr. (Hc.) Ir. KH Salahuddin Wahid ... 75

1. Masa Pendidikan ... 75

2. Masa Pernikahan ... 77

3. Terjun Kedunia Karir... 78

4. Dalam Dunia Menulis ... 79

5. Karya KH. Salahuddin Wahid ... 80

6. Terkait Dunia Politik ... 81

7. Menjadi Pengsuh Tebuireng ... 83

8. Kiai Penggerak Moral ... 85

B.Penyajian Data ... 86

1. Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid ... 86

2. Aktivitas Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid ... 94

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A.Temuan Penelitian ... 105

1. Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid ... 105

a. Berorientasi pada kemajuan bangsa ... 105

b. Menjaga keutuhan bangsa Indonesia ... 107

c. Membangun karakter bangsa ... 108

2. Aktivitas Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid ... 110

a. Dakwah melawan Korupsi ... 110

b. Dakwah Memperjuangkan Hak Asasi Manusia ... 112

(10)

B.Analisis Data ... 115

1. Memahami Konstruksi Sosial KH. Salahuddin Wahid Tentang Dakwah Kebangsaan ... 115

a. Eksternalisasi ... 122

b. Objektivasi ... 123

c. Internalisasi ... 126

2. Memahami Tindakan Sosial KH. Salahuddin Wahid Tentang Dakwah Kebangsaan ... 127

a. Tindakan Tradisional ... 129

b. Tindakan Afektif... 131

c. Tindakan Rasional Instrumental ... 132

d. Tindakan Rasional Nilai ... 132

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 134

B.Saran ... 135

Daftar Refrensi ... 136

DAFTAR TABEL 1.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 27

(11)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Negara dan bangsa Indonesia terbentuk dari berbagai ragam etnis yang terbesar diseluruh pelosok Indonesia. Membangun kebudayaan daerah berarti juga membangun dan memperkokoh kebudayaan Nasional. Dalam khasanah kebudayaan dunia, bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan budaya yang tiada taranya. Kekaguman terhadap budaya Indonesia telah menjadi rahasia dunia. Saat ini, masalah kebangsaan di Indonesia masi menghadapi tantangan yang tidak ringan. Di antara kelompok-kelompok masyarakat, baik yang mayoritas maupun minoritas, telah muncul pemikiran-pemikiran dan aksi yang tidak saling menyapa. 1 Dalam situasi seperti itu, tidak menjadi masalah apabila saat ini kita kembali pada dasar berdirinya negara bangsa Indonesia, yang dibangun diatas perbedaan-perbedaan untuk kebersamaan.

Sebuah negeri yang begitu indah karena didalam dirinya terdapat sentuhan budaya, seni, tradisi, gaya hidup, dan agama yang berbeda-beda. Lalu mengapa Negeri yang Bertabur pelangi ini tiba-tiba terkesan kisruh, tidak toleran, kasar, sangar, dan amburadul seperti negeri raksasa. Mestinya kita selalu menjaga dan saling menghargai untuk mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1 Kacung Marijan, Nasionlaisme Islam Nusantara,Gus Dur dan Indonesia (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2017), hlm 108.

(12)

2

Keagamaan yang patut diwaspadai adalah overlap-nya tudingan, anggapan mendasar yang terkait dengan ideologi beragama maupun berbangsa dalam perhelatan politik skala pendek kepada para pihak, hanya untuk kepentingan sesaat. Pada umumnya saling kurang bisa menahan diri, karena terkontaminasi oleh kepentingan menjatuhkan lawan demi kemenangan. Hal ini dipertajam dengan berkelompoknya berbagai kelompok yang ideologinya berbeda mengusung visi-misi yang sama, sehingga rela mengerosi ideologi agamanya, demi kepentingan dunia yang fana.

Dari potret masyarakat bisa dilihat dari perselisihan dan chaos akhir-akhri ini kembali memunculkan perbedaan pandangan antara Pancasila dan Islam, antara keindonesiaan dan keislaman. Ini suatu kelemahan yang terjadi pada masyarakat dengan mudahnya diadu domba. Sehingga menyulut sumbu perpecahan yang dikhawatirkan merusak rumah bersama yang kita sebut Negara Indonesia.

Beberapa cotoh kasus munculnya potensi perpecahan terkait dengan persoalan keagamaan, Sehubungan dengan penodaan agama di Indonesia pernah terjadi kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahya Purnama (Ahok), saat melakukan sambangan kerja terkait budi daya ikan kerapu di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, tanggal, 27 Septembr 2016. Dalam pidatonya di hadapkan ribuan warga, beliau menyinggung surah al-Maidah ayat 51 dengan mengatakan bahwa “kan dalam hati kecil Bapak Ibu, ngak pilih saya karena di bohongi (orang) pakai surah al-Maidah 51.

(13)

3

Pidato Ahok tersebut di rekam dan di sebarluaskan kemedia sosial oleh warga Jakarta yaitu Bunyani. Tersebarnya rekaman tersebut, menimbulkan reaksi umat Islam begitu besar, hal ini di tujukan dengan aksi besar-besaran untuk menyampaikan aspirasi untuk menangkap Ahok karena sudah di jadikan tersangka tetapi belum di tangkap, maka aksi jutaan umat Islam berlanjut di Monas dan di jalan-jalan protokol di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2016, yang disebut aksi 212, menyusul aksi yang digelar oleh ribuan umat Islam, tanggal, 13 Maret 2017, yang disebut aksi 313, aksi tersebut mengawal persidangan yang terbuka dan trasparan, akirnya hakim memutuskan Ahok bersalah telah menodai agama dan dihukum 2 (dua) tahun penjara. Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada tanggal, 9 Mei 2017.

Kasus ahok tersebut membuat ketegangan berlatar agama dan membuat sulit untuk disangkal bahwa persatuan, bahkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berada dalam bahaya disintegrasi bangsa. Ancaman runtuhnya NKRI juga datang dari dua keterkaitan, pertama terkait konflik-konflik komunalisme yang pernah terjadi di Negara kita, kedua, gerakan masyarakat dalam beberapa provensi yang menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan TNI, seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Organisasi Papua Merdeka (OPM) Republik Meluku Selatan (RMS) yang sewaktu-waktu bisa menuntut diadakannya refrendum (perubahan wilayah suatu negara) tentang apakah mereka tetap berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau mau mandiri. Sehingga penulis berpendapat bahwa dalam kondisi ini, tidak ada solusi kecuali belajar hidup berdampingan dengan pluralistik, saling

(14)

4

menghargai antar suku agama demi mewujudkan bangsa yang kokoh dengan kekayaan perbedaan agama dan budaya.

Pada kasus berbeda pada satu tahun yang lalu, tepatnya 2018, terjadi insiden pembakaran bendera Hizbuttahrir2 yang bertuliskan kalimat tauhid,

Kejadian tersebut di Garut. juga menimbulkan ketegangan masyarakat yang menimbulkan terjadi pro dan kontra yang pada akhirnya akan hanya mengusik persatuan dan kesatuan umat dalam berbangsa dan bernegara. Fakta ini cukup memprihatinkan dan menjadi ancaman besar bagi kehiduapan umat beragama di Indonesia serta eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ancaman tersebut tidak boleh terus menerus dibiarkan, harus dicegah dan di tangkal sejak dini agar keutuhan NKRI tetap terjaga dari segala ancaman, baik internal maupun eksternal.3

Tentu tidak mudah untuk menentukan kriteria “proporsional dan pada tempatnya” itu seperti apa. Karena itu, demi merawat perpaduan keislaman dan kebangsaan yang sudah kita capai, akan jauh lebih baik bila dakwah tentang umat Islam tidak boleh memilih pemimpin non-muslim4, tidak dilakukan secara

2 Salah satu gerakan keagamaan yang berkembang cukup besar dalam Indonesia kontemporer. Dalam mempertimbangkan beberapa aspek penting pada HTI seperti paham keagamaan, ideology dan gerakan sosial-nya, HTI dapat di katagorikan sebagai gerakan keagamaan fundamentalis. Corak fundamentalis pada HTI terlihat pada cara pemahamannya terhadap berbagai doktrin dalam kitab suci dan gerakan sosial yang di rancangnya untuk mewujudkan pemahaman tersebut dalam realitas politik dan sosial kontemporer terutama di Indonesia. Mimpi-mimpi yang mengenai terwujudnya negara Islam (Daulah Islamiyah). Adapun penjelasan selanjutnya baca Syamsul Arifin, Studi Islam Kontemporer Arus Radikalisme di Indonesia. (Malang: Intrans Publishing, 2015) hlm 109-110.

3 Machfud Syaefudin, Gerakan Dakwah Cinta Tanah Air Indonesia (Strategi Dan Metode Dakwah KH. Habib Luthfi Pekalongan), Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 37, No.2, Juli – Desember 2017 ISSN 1693-8054.

(15)

5

terbuka. Menjaga dan merawat keindonesiaan bagi saya ialah menjaga perpaduan keindonesiaan dan keislaman, keagamaan dan kebudayaan yang sudah kita capai selama ini. Jangan lagi kita mempertentangkan itu semua. Jangan lagi memperdebatkan, apakah kita ini orang Indonesia yang beraga Islam atau orang Islam yang tinggal di Indonesia. Kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam, sekaligus orang Islam yang berbangsa Indonesia.5 kita adalah bangsa yang beragam memiliki budaya, agama, suku, dan ras yang berbeda dan perbedaan itu jadikan sebagai rahmat untuk menjadi bangsa yang berperadaban baik dengan kesadaran kebangsaan.

Dakwah kebangsaan dalam konteks Indonesia memiliki titik berat dalam menyebarkan dan memperjuangkan Islam rahmatan lil alamin dengan tetap berprinsip menjaga keutuhan NKRI dengan Pancasila dan UUD sebagai landasan ideologis dalam berbangsa dan bernegara.

Secara implementatif dakwah kebangsaan menurut Cholil Nafis adalah diwujudkan dengan memperjuangkan dan memperkokoh NKRI dan UUD 1945. Memaksakan sistem khilafah di negara Indonesia yang telah sepakat dan final meletakkan dasar negara berlandaskan Pancasila berarti penghianatan terhadap perjanjian persatuan. Inilah yang tidak baik dan yang harus diperangi bersama, sebab umat Islam Indonesia melalui ijtihad para ulama telah mengikat janji dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).6

5 Salahuddin Wahid, Memadukan Keislaman dan Keindonesiaan, Majalah Tebuireng edisi 49 Maret-April 2017. hlm 8.

6 Cholil Nafis, Dakwah Kebangsaan, (Kumparan.com. 18 Mei 2017) di Akses pada tgl 25 Februari 2019.

(16)

6

Munculnnya fenomena menguatnya kembali gerakan atau ideologi anti-NKRI dan Pancasila, mendorong komisi Dakwah dan pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mendiskusikan metode dakwah kebangsaan yang efektif, dengan tema “Metode Dakwah Kebangsaan: Harmoni antara Agama dan Negara” pada rabu (17/5/2017) di gedung MUI pusat. Kesimpulan pembahasan agar metode dakwah dapat membangun nasionalisme maka semua pihak harus kembali kepada Fatwa MUI yang telah menegaskan tentang mengukuhkan NKRI adalah ijtihad yang sudah final sebagai implementasi Islam Rahmatan Lilalamin.

Ulama telah memastikan nilai-nilai Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut Islam, model dan bentuk agama adalah masalah

ijtihadiyah (oleh pikir manusia), bahwa yang terpenting adalah terciptanya keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan. Sudah sepatutnya energi umat Islam lebih diarahkan pada pembangunan sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi umat. Perdebatan ideologi negara berkepanjangan hanya menyita waktu umat Islam.

NKRI dan Pancasila sangat adaptif terhadap ajaran Islam. Pengusungan ideologi yang bertentangan dengan NKRI dan Pancasila hanya akan mengundang kontroversi berkepanjangan, sungguh pun mengatasnamakan ajaran Islam. Seperti paham yang mendukung negara sistem khilafah. Sistem

(17)

7

seluruh dunia adalah bagian dari ijtihad manusia. Khilafah seperti itu bukan satu-satunya tafsir tentang model pemerintahan Islam.7

Dalam ajaran Islam, doktrin aqidah memang suatu keharusan yang harus dijunjung umat, akan tetapi dalam penyampaian pesan dakwah suatu dogma agama yang mutlak juga dapat dikemas dalam konteks yang dapat mengakomodir umat dibingkai tatanan sosial yang ideal sesuai perkembangan zaman dan realitas masyarakat yang majemuk, sebagai upaya kongrit deradikalisasi ideologi-ideologi radikal dan fundamentalisme agama dimasyarakat.

Terindikasi juga gejala fundamentalisme dan radikalisme agama dipengaruhi dan munculnya dakwah yang dilakukan oleh kaum radikal. Maka dari itu konsep dakwah humanis perlu disosialisasikan secara masif, sehingga

ukhuwah Islamiyah dalam semangat kebhinekaan dan keindonesiaan tidak terdistorsi oleh unsur-unsur radikalisme agama yang tekstual dan sempit.

Pembaharuan ide oleh generasi mubaligh yang ada dan faham akan persatuan bangsa dan keutuhan NKRI dengan membuat konsep dakwah yang dikontekstualisasikan dan disesuaikan dalam nilai-nilai keindonesiaan adalah sebagai problem solving untuk menjawab tantangan dan hujat umat demi keberlangsungan generasi bangsa.8

7 CholilNafis, Dakwah Kebangsaan dan NKRI Harga Mati, (Tribunnews.com,) http://www.tribunnews.com/tribunners/2017/05/18/mui-dakwah-kebangsaan-dan-nkri-harga-mati Di akses pada tgl 16 maret 2019.

8Fahd Riyadi, Dakwah Kebangsaan dan Upaya Deradikalisasi, (Kompasiana.com. 26 Juni 2015) Kompasiana.com/fahd/5500da51813311a019fa7e7e/dakwah-kebangsaan-dan-upaya-deradikalisasi. Di akses pada tgl 26 maret 2019.

(18)

8

Untuk merumuskan pola hubungan yang ideal demi keberlangsungan generasi bangsa tersebut, Buya Syafi’i Menyodorkan asumsi-asumsi proposional bahwa;

Pertama, Islam Indonesia harus dilandaskan pada model Islam yang damai, karena demikian awalnya Islam masuk menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Cara damai ini seharusnya mampu memberi corak Islam yang terbuka, meneduhkan memberi kenyamanan pada kelompok-kelompok agama-agama lain.

Kedua, Sejarah menunjukkan bahwa para founding father bangsa ini, yang sebagian besar adalah muslim, baik yang berjuang dalam ranah partai atau gerakan nasionalis, secara de facto menerima sistem politik demokrasi, meski demokrasi masih banyak kelemahannya.

Ketiga, Demokrasi tidak bisa dilepaskan dari penerimaan pluralitas dan adanya toleransi. Dalam konteks ini, masalah pencarian dasar negara menjadi polemik yang berkepanjangan antara Pancasila atau Islam. Dan Muhammadiyah dan NU telah menerima Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, serta meninggalkan Piagam Jakarta dan menolak Khilafah Islamiyah.

Kempat, masa depan agama terletak di dalam upaya ijtihad. Maka peran pendidikan menjadi penting, bukan hanya tujuan pragmatisnya, yaitu menekankan perolehan pengatahuan dan mempersiapkan untuk mendapatkan kesempatan kerja demi meningkatkan kesejahteraan. Islam ingin memerangi

(19)

9

kebodohan dan kemiskinan sebagian besar umatnya.9 Tekanan lain suatu pendidikan di tujukan untuk meringankan beban dalam mengembangkan kemampuan penalaran agar sanggup mempertanggung jawabkan pernyataan, keyakinan dan tindakannya.

Di tengah masyarakat, kiai dipandang sebagai sosok yang memiliki integritas, konsisten al-istiqamah dan komitmen terhadap apa yang disampaikan dengan perilaku kesehariannya, senilai dengan ajaran-ajaran Islam. Eksistensi inilah memposisikan kiai sebagai pendakwah yang strategis untuk melakukan

amar ma’aruf nahiy al-munkar, memelihara tradisi lama yang baik dan

mengambil tradisi baru yang lebih baik dan mengajak umat ke jalan Allah, dan membangun bangsanya melalui pesantren/lembaga pendidikan sebagai media dakwahnya. Salah satunya adalah KH. Salahuddin Wahid atau dikenal dengan nama sapaannya Gus Sholah, ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dan sekaligus sebagai Rektor Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY). Gus Sholah tidak sekedar pengasuh atau Rektor saja tapi juga sebagai Tokoh Bangsa dan Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang dikagumi berbagai kalangan umat muslim ataupun non-muslim. dimana beliau seringkali menyampaikan pidato atau ceramah di seminar-seminar ataupun di pengajian. Gus Solah sering kali menyampaikan ceramah tentang memadukan keislaman dan kebangsaan untuk menjaga keutuhan negara republik Indonesia.

9 Damanhuri, Islam, Keindonesiaan, dan Kanusiaan Telaah Pemikiran Ahmad Syafii Maarif (Jurnal Al-Banjari Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2015) hlm 82-83.

(20)

10

KH. Salahuddin Wahid juga aktif dalam memberikan kesejukan disaat ada yang terjadi konflik, misalnya kasus pembakaran bendera HTI, yang sudah penulis paparakan diatas. Gus Sholah juga ikut terlibat dalam memberikan kesejukan dalam konfersi pres yang dilakukan di kediaman kesepuhan Pesantren Tebuireng, Gus Sholah berharap masyarakat tidak terpancing dan tetap tenang. “saya harap masyarakat tetap tenang, tidak ada kegaduhan dan tindakan saling menyerang dan memprovokasi.” Dan itu juga dilakukan disaat aksi 212 dengan kasus Ahok, dan baru belakangan ini terkait konflik Pemilihan Presiden Gus Sholah selalu memberikan pesan yang menyejukkan dan selalu mengingatkan pada masyarakat tetap menjaga persatuan bangsa Indonesia. Gus Sholah memang sering kali dimintai oleh media massa untuk memberikan tanggapannya dengan upaya mampu memberikan kesejukan pada masyarakat.

KH. Salahuddin Wahid telah melakukan dalam wilayah yang lebih luas “di luar” pesantren Tebuireng, yaitu secara umum dan luas wilayah Nasional (Indonesia) dengan berbagai bentuk aksi dan kegiatan keislaman, sosial, ekonomi, politik, keagamaan, kemanusiaan dan sebagainya. Bila M. Jakfar mempunyai pandangan, dimana dia mengkategorikan ada dakwah pembangunan, antara lain membangun peradaban manusia (Tamaddun) peningkatan harkat martabat manusia, Hak Asasi Manusia (HAM) dan ekonomi, maka Gus Sholah mempunyai pemikiran dan berupaya membangun masyarakat Indonesia sebagai mitra dakwahnya untuk mewujudkan tatanan sosial budaya masyarakat berlandaskan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.

(21)

11

Gus Sholah juga aktif dalam menulis di berbagai media massa dan jika dicermati, ada beberapa ciri khas Gus Sholah yang bisa kita dapatkan manakala membaca berbagai tulisannya. Nyaris tidak penah kita temui Gus Sholah menyerang secara frontal ataupun menyinyiri pemikiran seseorang yang pendapatnya tidak beliau setujui. Maka dari itu peneliti sangat berkomitmen dan bekerja keras untuk melakukan penelitian ini dari sudut pandang dakwah kebangsaan KH. Salahuddin Wahid khususnya dalam bidang dakwah kebangsaan yang akan menjadi fokus penelitian dengan judul: “Dakwah

Kebangsaan Dr. (H.C.) Ir. KH. Salahuddin Wahid” dengan harapan mampu menjawab dan menemukan persoalan dakwah kebangsaan yang digunakan Gus Sholah dalam menyapaikan pesan dakwahnya kepada masyarakat santri, mahasiswa, politisi, dan bahkan ke birokrat.

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Untuk mendapatkan fokus penelitian yang cermat dan rasional maka penulis memberikan batasan masalah, agar mempermudah para pembaca dalam memahami penelitian ini nanti. Ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari seluruh penjelasan pada latar belakang di atas, antara lain: Gus Sholah banyak menyampaikan Keislaman dan Kebangsaan, sebagai rujukan Beragama dan Bernegara, Pengasuh, Rektor, dan juga sebagai Tokoh Agama, Tokoh Bngasa dan Aktivis HAM. Gus Sholah juga aktif menulis diberbagai media cetak dan juga online. Gus Sholah dikenal sebagai Ulama, politisi, dan aktivis. Dari identifikasi masalah tersebut, penelitian ini hanya membatasi pembahasan untuk memecahkan persoalan tentang Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid.

(22)

12

C.Rumusan Masalah

Dengan demikian penulis menentukan suatu rumusan masalah sebagai berikut;

1. Bagaimana Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid?

2. Bagaimana Aktivitas Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami tentang Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid 2. Untuk memahami Aktivitas Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid

E.Manfaat Penelitian

Penelitian tentang “Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid” ini secara teoritis diupayakan mampu memberikan peningkatan konstribusi terhadap pengembangan ilmu komunikasi penyiran Islam pada khususnya dan ilmu sosiologi Islam pada umumnya. Adapun sumbangsih tersebut dapat diambil dari Aktivitas Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatan konstribusi kepada para aktivis dakwah dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan dakwah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan umat secara subtantif dengan mempertimbangkan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian. Tidak menutup kemungkinan didapatkan suri tauladan dari seorang kiai atau tokoh agama dari kerakter objek penelitian tersebut.

(23)

13

F. Definisi Konsep

1. Dakwah Kebangsaan

Beberapa ahli telah mengadakan studi tentang Ilmu Dakwah memberikan rumusan tentang pengertian ilmu dakwah dengan berbagai rumusan yang berbeda-beda. Toha Yahya Omar dalam bukunya Ilmu Dakwah adalah suatu ilmu pengatahuan yang berisi tentang cara-cara dan tuntutan, bagaimana menarik perhatian untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, dan pekerejaan tertentu. Ali Aziz, dalam bukunya “Ilmu Dakwah” menurutnya dakwah adalah proses peningkatan iman dalam diri manusia sesuai dengan shari’at Islam.”Proses” menunjukan kegiatan yang terus menerus, berkesinambungan dan bertahap. Masdar Hilmy dalam bukunya “Dakwah dalam Alam Pembangunan” Ilmu Dakwah adalah ilmu yang mempelajari ajakan kegiatan manusia dalam menyampaikan isi ajaran Islam kepada sesama manusia untuk kebahagiaanya baik dunia maupun akhirat.10

Pendapat Nasaruddin Lathif dakwah adalah usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat mengajak, menasehati, dan menyerukan kepada manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah Swt sesuai dengan garis-garis syari’at serta akhlak Islamiyah. Dakwah juga diartikan sebagai ajakan atau seruan untuk mengajak seseorang atau kelompok orang untuk mengikuti dan mengajarkan ajaran nilai-nilai Islam.11 Dakwah dapat di pahami sebagai suatu kegiatan untuk memotivasi orang dengan mengajak melakukan

10 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013.) hlm 28.

11 Rosidah, Definisi Dakwah Islamiyah Ditinjau Dari Perspektif Konsep Komunikasi Konvergensi Katherine Miller, (Jurnal Qathruna Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2015)

(24)

14

sesuatu hal yang baik sesuai yang telah di perintahkan oleh Allah dan Rasulullah Saw.

Adapun dakwah kebangsaan yaitu merupakan dakwah yang dikontekstualisasikan dan disinergikan dalam nilai-nilai Keindonesiaan untuk menjawab tantangan dan hajat umat demi keberlangsungan generasi bangsa. Dengan kata lain, dakwah kebangsaan dalam konteks Indonesia memiliki titik berat dalam menyebarkan dan memperjuangkan Islam rahmatan lil alamin

dengan tetap berprinsip menjaga keutuhan NKRI dengan Pancasila dan UUD sebagai landasan ideologis dalam berbangsa dan bernegara.12 Dalam hal ini dakwah kebangsaan berarti suatu upaya dalam dalam mempertahankan NKRI dan mewujudkan amanat undang-undang dasar dan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Dakwah kebangsaan memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada masyarakat. Kiai sebagai pemimpin tradisional telah sepakat untuk mempertahankan untuk memantabkan nasionalisme Indonesia tanpa ada membedakan garis kepentingan agama, umat, suku, golongan, dan kepentingan sendiri. Mereka berkomitmen untuk tetap mengokohkan nasionalisme dalam situasi sesulit apapun seperti saat ini, di mana bangsa Indonesia sedang berhadapan dengan maraknya gerakan kembali etnisitas, primordialisme kelompok,13 semangat globalisasi dan bahkan

12 Cholil Nafis, Dakwah Kebangsaan, (Kumparan.com. 18 Mei 2017) di Akses pada tgl 25 Februari 2019.

13 Primordialisme adalah sebuah paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil seperti adat istiadat, kepercayaan maupun hal-hal yang sudah ada di lingkungan pertamanya. Hal ini ditandai dengan menguatnya sikap dan perilaku eksklusivisme kelompok yang mengusung

(25)

15

fundamentalisme agama.14 “Membangun pemahaman yang memiliki komitmen kuat pada bangsa ini karena kita hidup dalam masyarakat plural. Dalam hal ini kita akan menyokong pemahaman keagamaan yang toleran terhadap keberagaman dan pluralisme itu.” Bagaimanapun peran pendakwah sangat dibutuhkan dalam mengkampanyekan pentingnya persatuan umat, terlebih dalam konteks seperti saat ini, pendakwah harus jadi embrio persatuan bukan pemecah belah.15 Ulamalah yang menjadi pilar keagamaan memegang

peran pemting dalam menguatkan kolektifitas bangsa ini. Mulai dari Wali Songo yang melakukan proses Islamisasi dengan tidak sekedar mengajak masyrakat masuk Islam, lebih dari itu mengubah struktur sosial masyarakat menuju tatanan sosial yang lebih adil, manusiawi, dan juga berakar pada tradisi masyarakat setempat.

tema primordialisme di masyarakat. "Untuk hal tersebut MUI mengajak semua pihak untuk kembali kepada semangat perjanjian luhur para pahlawan yang telah meletakkan dasar-dasar berdirinya NKRI yaitu Pancasila, agar bangsa Indonesia selamat dari bahaya perpecahan dan tetap berdiri tegak hingga akhir masa." MUI pun mengajak masyarakat untuk meneladani sifat dan sikap perilaku para pahlawan agar diterapkan di kehidupan sehari-hari. Misalnya, sikap rela dan ihlas berkorban, berani, jujur, cinta tanah air, mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, serta rendah hati dan tidak sombong. Penjelasan selanjutnya silahkan baca CNN Indonesia MUI Khawatir Ekslusivisme dan Primordialisme yang Menguat | Minggu11/11/2018.

14 Dalam konteks diatas, Kiai mengajukan solusi dalam konsep Tri Ukhuwwah dari KH. Ahmad Siddiq, yaitu Ukhuwwah Basyariyyah, Ukhuwwah Islamiyah, dan Ukhuwwah wathaniyah. Ukhuwwah Basyariyyah memberi landasan dan panduan bagi umat tentang bagaimana kita bergaul dengan sesame manusia tanpa memandang variabel pembeda dari masing-masing orang. Ukhuwwah Islamiyah, adalah perinsip hubungan dengan sesama orang Islam secara internal, atau pun kelompoknya, seperti yang telah diatur dengan tegas dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Sedangkan Ukhuwwah Wathaniyah adalah perinsip persaudaraan dengan orang, kelompok, golongan suku, dan komunitas lain dalam sebuah bingkai negara Indonedia yang telah diciptkan bersama. Perinsip ini menuntut umat Islam untuk selalu bersikap, berpikiran, dan beroreantasi untuk kepentingan negara-bangsa secara umum, bahkan kepentingan orang yang sedang memerintah. Penjelasan selanjutnya baca buku Ali Maschan Moesa, Nasionalisme kiai konstruksi sosial berbasis agama, (Yogyakarta: PT LKis Pelangi Aksara, 2017) hlm, 231-132. 15 Hasyim Muzadi, Visi Kebangsaan NU Harus Diutamankan (Jakarta, NU Online Kamis, 22 Januari 2004 16:1)

(26)

16

Pemahaman kemerdekaan beragama begitu penting bagi semua umat manusia yang hidup dalam suatu negara, Indonesia misalnya, mengingat keniscayaan pluralisme budaya dan agama yang ada. Bahkan Sayyid Qutb berpandangan bahwa Islam sangat toleran kepada penganut aqidah yang berbeda, tidak boleh membenci, justru diperbolehkan menunjukkan keyakinan yang berbeda dengan Islam mesikipin berbeda di bawah naungan sistem negara Islam, tetapi dengan sharat mereka tidak mengganggu dakwah dan mencederai Islam.16

Bagi kaum sunni mengembangkan sikap toleransi (tasammuh) sebagai cara pandang atas entitas lain, mengakui adanya kelompok lain di luar dirinya, tetapi tasammuh sebatas sikap menghargai dan tidak akan pernah mengarah pada upaya peleburan dan melegitimasi kebenaran teologi agama lain. Konsepsi ini sejalan dengan akar sejarah yang secara subtantif sebagaimana pandangan Abdul Rashid Moten bahwa lahirnya Piagam Madinah menjadi

starting point bagi penataan antar umat beragama di Madinah untuk hidup berdampingan (coexistence) secara bermartabat yang sangat signifikan untuk dijadikan model dalam membangun hubungan antar umat beragama, sekaligus hubungan inter umat beragama.17

Oleh karena itu, kesuksesan dakwah Nabi Muhammad saw. Dalam membangun masyarakat Madinah dengan perinsip-perinsip tersebut, oleh

16 Sayyid Quthb, Tafsir fi-Zilalil Qur’an, Terj. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jilid III, Juz 5-6 (Jakarta: Robbani Press, 2000), hlm 252

17 Muhammadiyah Hilmi dan Fatoni Sultan, NU: Identitas Islam Indonesia (Jakarta: eLSAS, 2004), hlm 98.

(27)

17

pakar sosiolog dan futurolog Robert N. Bellah dinilai sebagai luar biasa modern, yaitu dalam tingkat komitmen, partisipasi dan keterlibatan yang tinggi dalam seluruh lapisan masyrakat.18

Dalam konteks Islam, pesan-pesan yang paling diutamakan selain dogma keimanan kepada Tuhan adalah keadilan. Konsep yang paling ditekankan dalam Islam. Dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat 8; َني ِذَّلا ا َهُّيَأ اَي

َم ِر ْجَي َلَ َو ۖ ِطْسِقْلاِب َءاَدَهُش ِ َّ ِلِلّ َني ِما َّوَق اوُنوُك اوُن َمآ ۚ اوُل ِدْعَت َّلََأ ٰىَلَع ٍم ْوَق ُنآَنَش ْمُكَّن

َ َّاللَّ َّنِإ ۚ َ َّاللَّ اوُقَّتا َو ۖ ٰى َوْقَّتلِل ُب َرْقَأ َوُه اوُل ِدْعا َخ

َنوُل َمْعَت ا َمِب ٌريِب

Artinya: hai orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah kamu sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah,karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qs. al-Maidah ayat 8.

Artinya, sentimen kelompokmu terhadap kelompok lain tidak boleh merusak komitmen (yang suci) untuk menegakkan keadilan misalnya, kebencian terhadap partai lain, kelompok lain, agama lain, itu tidak boleh. Kebencian tidaklah boleh merusak komitmen kita yang suci itu terhadap keadilan. Karena keadilan itu bersifat universal, serta memandang bahwa manusia seluruhnya sama dan sederajat. Hal yang membedakan mereka adalah amal saleh di hadapan Tuhan. Kita boleh bersyukur dengan Pancasila, karena

18 R.N Bellah, dalam Beyond Belief, Paperback yang dikutip Nurcholis Madjid dalam “Menuju Masyarakat Madani” Jurnal Kebudayaan dan Peradaban Ulumul Qur’an. Vol. VII, No. 2,

(28)

18

dalam Pancasila terdapat sila kelima yang merupakan muara dari setiap sila.19 Untuk itu dakwah kebangsaan yang dimaksudkan juga disini adalah pendakwah yang selalu menjaga keutuhan negara dengan memperjuangkan keadilan dalam berbangsa dan beragama. Sehingga dakwah dalam konteks kebangsaan berupaya mempertahankan dan mengembangkan persatuan dan kerukunan masyarakat intern umat Islam, dan antar umat beragama lainnya yang hidup di dalam suatu bangsa dan dilindungi oleh undang-undang Negara Republik Indonesia.

Dakwah kebangsaan bukan penyatuan umat “Islam” dalam satu komando kepemimpinan apapun namanya, termasuk bukan dalam bentuk Negara Islam. Dakwah kebangsaan yang penulis maksud ada kesamaan dengan pandangan M. Jakfar, bahwa di dalam dakwah ada kategorik dakwah pembangunan, antara lain membangun peradaban manusia (tamaddun), peningkatan harkat dan martabat manusia, Hak Asasi Manusia (HAM) dan Ekonomi.20 Maka wilayah garapan dakwah kebangsaan lebih luas karena meliputi aspek-aspek kehidupan masyarakat, sejalan dengan banyaknya aspek ajaran Islam. Harun Nasution berpandangan, bahwa Islam Tidak hanya aspek ibadah, fiqih dan tauhid saja, tetapi juga aspek moral, kebudayaan, politik, sosial, ekonomi, hukum, lembaga-lebaga kemasyarakatan, ilmu pengatahuan, tarekat, dan aspek pemikiran serta usaha-usaha pembaharuan dalam Islam.

19 Dani Gunawan, Indonesia Tanpa Caci Maki, (Jakarta: PT Elex Media Kompotindo, 2019) hlm. Xvi.

20 M. Jakfar Puteh, Dakwah Tekstual Dan Kontekstual (Peran Dan Fungsinya Dalam Peradaban Ekonomi Umat) (Yogyakarta: AK Group, 2006), hlm viiii.

(29)

19

2. Aktivitas Dakwah Kebangsaan

Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, pekerjaan yang memiliki suatu tujuan.21 Sedangkan menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi manusia dalam membuat dan menghasilkan sesuatu. Dengan aktivitas menandai bahwa hubungan khusus manusia dengan kehidupan.22

Aktivitas dalam penelitian ini yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berbentuk suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar yang mengajak manusia kejalan Allah SWT. Selanjutnya aktivitas dakwah kebangsaan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dengan segala upaya tindakannya yang konsisten dalam memperjuangkan keberlangsungan bangsa Indonesia. Dapat pula diartikan sebagai bentuk kegiatan dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pengertian aktivitas dakwah kebangsaan di atas peneliti menegaskan bahwa ada beberapa prinsip yang menjadikan subtansi aktivitas dakwah kebangsaan sebagai berikut:

1. Aktivitas dakwah kebangsaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan, yaitu berupa pesan moral kislaman dan kebangsaan.

21Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004, 2004) hlm 17.

(30)

20

2. Sasaran dakwah kebangsaan yaitu santri, mahasiswa, dosen, politisi, birokrasi, dan masyarakat Indonesia. Dalam hal ini berusaha memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman.

3. Selanjutnya metode dakwah kebangsaan yaitu ceramah, pidato dan terlibat dalam suatu lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan.

3. KH. Salahhuddin Wahid

KH. Salahuddin Wahid merukapakan salah satu tokoh Islam Indonesia yang dikenal sebagai sosok ulama moderat dan nasionalis. Hal ini terlihat dari kiprah dan karyanya yang dijadikan banyak refrensi oleh tokoh-tokoh nasional di tanah air. Konsep dalam dakwah kebangsaan KH. Salahuddin Wahid bisa kita lihat bagaimana Gus Solah melanjutkan perjuangan sang ayah dan kakeknya dalam memperjuangkan Islam di Indonesia. Melalui karyanya “Memadukan Keisalam dan Kebanggsaan” yang diterbitkan oleh Pustaka

Tebuireng, beliau banyak memaparkan pandangan kebangsaan.23

Sejauh ini ia selalu mengingatkan bahwa Indonesia dan Islam memiliki hubungan romantisme yang baik, jadi tidak ada yang berbenturan antara satu dengan yang lain. Seharusnya kita memelihara apa yang telah diamanatkan oleh Founding Fathers dalam berbagai undang-undang yang mengakomudasi ke-Isalaman dan ke-Banggsaan.

23 Silmi Adawiya. Salahuddin Wahid Sosok Kiai Moderat dan Nasionalis (Bincang Syariah.Com)18 Mei 2018) di akses pada tgl 23 Januari 2019

(31)

21

Dengan melihat perkembangan situasi kebangsaan yang memprihatinkan, Gus Solah membentuk Pusat Kajian Pemikiran KH Hasyim Asy’ari Tebuireng (PKPHAT) guna mempersatukan umat Islam yang kian di ambang perpecahan. Pusat kajian tersebut mempunyai kepentingan dan kewajiban melakukan al muhafadhah, meresapkan, mengaktualisasikan, dan mengimplementasi pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Konsep yang ditawarkan menjadi bentuk rekonsiliasi konflik internal di dalam kaum nahdliyin, konflik internal di dalam Islam, dan konflik yang melanda dunia internasional. Adanya konsep yang digunakan adalah konsep

alishlahiyah (akomodatif) dan attawasuthiyah (moderat).

Pesan kebangsaan itu pada intinya mengingatkan kembali kepada bangsa Indonesia akan cita-cita besar para pendiri bangsa yang tidak mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan. “Bangsa Indonesia adalah adikarya para pendiri bangsa yang amat ideal. Perjalanan 73 tahun belum cukup memadai untuk bisa mencapai cita-cita kemerdekaan secara nyata. Bangsa kita masih menghadapi banyak masalah mendasar yang harus diselesaikan. Pesan lain menyinggung tentang hubungan konsep Negara Indonesia dan Islam yang tidak perlu diperdebatkan. “Keindonesiaan dan keislaman yang semula dipertentangkan telah berhasil kita padukan melalui pembentukan Kementerian Agama, sinkronisasi antara pendidikan nasional dan pendidikan Islam, penerimaan Pancasila secara i’tiqadi (keimanan) dan

(32)

22

dan partai Islam, serta akomodasi substansi syariah Islam ke dalam sejumlah undang-undang”.

Gus Solah mengingatkan agar NKRI dan Pancasila yang merupakan hasil pemikiran para pendiri bangsa dari berbagai golongan tetap dijaga. “Perpaduan keindonesiaan dan keislaman yang merupakan faktor utama persatuan Indonesia serta berpotensi menjadi model bagi dunia harus kita kawal dan rawat bersama,” Pesan kebangsaan juga berisi catatan yang harus diperhatikan pemerintah serta elite politik dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.24 Inilah gambaran dakwah kebangsaan KH.

Salahuddin Wahid dengan jiwa komitmennya menjaga persatuan kebangsa demi merealisasikan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia tidak sekedar dokumen atau ucapan, tapi juga secara nyata dirasakan oleh masyarakat bangsa Indonesia.

Dakwah kebangsaan KH. Salahuddin Wahid yang penulis maksud disini yaitu dakwah yang berusaha memberikan pemahaman tentang kebangsaan dan mengajak kepada masyarakat untuk tetap menjaga nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman dengan harapan mampu menciptakan kehidupan negara bangsa Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera.

24 Ishomuddin, Pesan Tebuireng: NKRI dan Islam Tak Perlu Dipertentangkan, (Tempo.co. Jombang. Minggu, 5 Februari 2017 18:00 WIB)

(33)

23

G.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan rujukan yang dapat digunakan peneliti dalam membandingkan persamaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian yang sebelumnya dan mempunyai relevansi dengan penelitian penulis adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian ini ditulis oleh Zainal Abidin pada 2012. Tesis berjudul: “Pemikiran Dan Implementasi Dakwah Dr. (HC) Ir. KH. Shalahuddin Wahid” program pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pemikiran dan Implementasi Dakwah KH. Sholahuddin Wahid. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa pemikiran dakwah KH. Sholahuddin Wahid yang berwawasan keilmuan, berakar nilai-nilai al akhlaq al-kharimah. Implementasinya melalui pendidikan, keagamaan, politik, sosial, kemanusiaan, dan keteladanan dalam rangka untuk meningkatkan keilmuan secara integratif bagi umat Islam dalam membangun kerakter masyarakat bangsa yang jujur, ihklas, tanggung jawab, adil, dan tasammuh (toleran). Ia merupakan kiai transformatif terhadap pengalaman dan keilmuan, cakap dan tindakan, fokus dalam pandangan, istikomah terhadap prinsip hidup. Penelitian di atas fokus pada pemikiran dan implementasi dakwah KH. Salahuddin Wahid, sedangkan peneliti di sini fokus dalam Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid, jadi sangat berbeda jika dilihat dari konsepnya, sehingga masih sangat relevan untuk diteliti untuk meningkatkan khasanah keilmuan dalam bidang Dakwah Kebangsaan.

(34)

24

Kedua, Muhammad Faizin, tahun 2018, Tesis berjudul: “Dakwah Politik

Bupati Bojonegoro Sunyoto”. Penelitian ini focus pada dakwah politik Bupati Bojonegoro Suyoto dalam membangun birokrasi pemerintah yang bersih dan baik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam terhadap informan. Dan penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann. Menurutnya, konstruksi sosial terhadap realitas dapat terjadi melalui tiga proses simultan, yaitu: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Hasil penelitian menemukan bahwa; 1) Dakwah politik Suyoto menekankan pada penanaman unsur value, nilai, budaya dan keagamaan secara substansial. Pelatihan “Jalan Sukses Al-Fatihah” salah satu cara inovatif dan kreatif Suyoto sebagai solusi masalah birokrat, seperti memiliki mindset, sifat dan karakter yang salah. Selain itu, Suyoto menagadakan varian kegiatan, seperti dialog publik, pengajian kebangsaan, dan berbagai kegiatan di ruang birokrasi. Semuakegiatan tersebut hakekatnya ialah sebagai instrumen Suyoto dalam mentranformasikan segala bentuk pengalaman subjektifnya. KetokohanSuyoto sebagai Bupati yang patut diteladani menjadi faktor penting dalam sukses tidaknya berbagai upaya tersebut. 2) Nilai kandungan “Jalan Sukses AlFatihah”, ilmu, dan pengalaman Suyoto yang diajarkan kepada birokrat dilegitimasi bersama sebagai nilai objektif yang rasional dan bertujuan. 3)“Jalan Sukses Al-Fatihah” menjadi salah satu sistem refleksi diri yangdiwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Tentunya, hal itu berdampak langsungterhadap terciptanya birokrasi yang bersih dan baik.

(35)

25

Ketiga, buku yang ditulis oleh H.R. Taufiqurracman pada tahun 2011 berjudul “Kiai Manajer; Biografi Singkat Salahuddin Wahid”. Dalam buku ini memuat sejarah kehidupan, karir pekerjaan, politik, organisasi kemasyarakatan, sampai menjadi pengasuh pesantren Tebuireng, dan juga memuat pemikiran-pemikiran KH. Salahuddin Wahid. Diantara pemikiran-pemikirannya adalah Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang diberikan Tuhan kepada umat manusia agar dijaga dan diperjuangkan, sebagaimana para Nabi dan Rasul membebaskan manusia dari ketertindasan dan keterbelakangan dari tirani menuju kebebasan yang sesungguhnya. Dalam buku ini dapat diambil point-point penting, antara lain bahwa KH. Salahuddin Wahid termasuk sosok pembela masyarakat kecil, penggerak moral kebangsaan, pendorong kemajuan ilmu pengetahuan bagi anak bangsa, sosok tauladan umat yang istikomah, dan sebagai pengasuh pesantren yang tercatat paling cepat melakukan pengembangan fisik maupuns non fisik dengan idea modern islamic boarding school, dengan tetap mempertahankan niali-nilai etis ajaran pendahulunya.

Keempat, Machfud Syaefudin, Gerakan Dakwah Cinta Tanah Air Indonesia (Strategi Dan Metode Dakwah KH. Habib Luthfi Pekalongan), Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 37, No.2, Juli – Desember 2017 ISSN 1693-8054. Gerakan dakwah cinta tanah air oleh KH. Habib M. Luthfi cukup relevan ditengah-tengah kondisi bangsa Indonesia sekarang ini. Sebagai ulama, kiai, dan tokoh tarekat sufi (Rais ‘âm jam’îyah ahli ath-tharîqah al-mu’tabarah an-nahdhîyah) telah berperan penting untuk menumbuhkan nasionalisme dan konsisten mendakwahkan Islam khususnya dalam upaya meneguhkan semangat cinta

(36)

26

tanah air dan bangsa. Syi’ar Islam dan cinta tanah air telah mendapatkan penekanan pada setiap even dakwahnya. Sehingga apa yang dilakukan terlihat kental dengan atribut cinta tanah air. Peneguhan cinta tanah air sangat penting untuk dilakukan oleh semua pihak, termasuk bagi juru dakwah sebagai pengemban misi Islam rahmatan lil alamin. Keikhlasan dakwah KH. Habib M. Luthfi seolah menjadi sebuah gerakan dakwah yang cukup massif dalam upaya merawat dan menjaga keutuhan NKRI. Adapun gerakan dakwah tersebut antara lain: Senantiasa membingkai rangkaian maulid kanzus sholawat dalam nuansa nasionalisme, menyelenggarakan konferensi dan forum ilmiah cinta tanah air, menggalakkan dan menyanyikan syair lagu berwawasan nasionalisme, menyusun rangkaian acara bernuansa nasionalime, mendesain dan memasang spanduk dan famlet yang kental dengan nuansa keindonesiaan, serta menjalin silaturahmi dengan berbagai kelompok anak bangsa.

Kelima, Disertasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hj. Mardiyah, pada tahun 2012, dengan judul “Kepemimpinan Kiai dalam memelihara Budaya dan Organisasi”. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus masalah yaitu bagaimana budaya organisasi yang sudah dibangun kiai sebagai pemimpin pesantren. Disertasi ini menjelaskan sejarah dan perkembangan serta pola dan karakter kepemimpinan KH. Salahuddin Wahid dalam mempimpin Pondok Pesantren Tebuireng sejak awal berdiri hingga masa Gus Sholah. Dalam disertasi tersebut tertulis bahwa pola kepemimpinan KH. Salahuddin Wahid merupakan suatu revolusi dalam tradisi kepemimpinan

(37)

27

pesantren, tapi ia lebih bersandar pada rasional dan bersifat open managemen dengan tetap berusaha mengembangkan program-program lama yang baik.

Agar mudah dipahami dari penelitian terdahulu peneliti membuat suatu tabel terkait dengan judul penelitian:

Tabel 1.1

No Peneliti Judul Tahun Persamaan & Perbedaan

1 Tesis: Zainal Abidin Pemikiran Dan Implementasi Dakwah Dr. (HC) KH. Salahuddin Wahid 2012  Pada penelitian ini penulis menemukan beberapa kesamaan dari jenis penelitian yaitu menggunakan

kualitatif dan juga sama-sama mengakat tokoh yang sama.

 Adapun

perbedaanya adalah dalam penelitian tersebut fokus pada

pemikiran dan

Implementasi

Dakwah KH.

Salahuddin Wahid jadi sangat berbeda karena peneliti fokus pada Pemikiran dan

Ihktiar Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid 2 Tesis: Muhammad Faizin Dakwah Politik Bupati Bojonegoro Suyoto 2018  Dalam penelitian Muhammad Faizi memiliki kesamaan dalam menentukan suatu metode penelitian yaitu dengan menggunakan metode kualitatif dan

(38)

28 sama-sama dakwah ketokohan.  Adapun yang berbeda dalam penelitian M. Faizin yaitu dari segi fokus masalah, pendekatan teori, landasan terori. Fokus penelitian bagaimana dawkah

politik Bupati

Bojonegoro Suyoto dalam membangun birokrasi yang bersih, menggunakan

pendekatan etnografi, dan landasan teorinya menggunakan teori konstruksi sosial. Dalam penelitian ini

memiliki fokus

masalah yang berbeda yaitu bagaimana pemikiran dan Ihtiar dakwah kebangsaan KH. Salahuddin Wahid. dan menggunakan landasan teori tindakan sosial. 3 Buku: Taufiqurracman Kiai Manager; Biografi Singkat Salahuddin Wahid 2011  Dalam buku Taufiqurrahman tersebut memiliki kesamaan dari subjek penelitian

 Perbedaan

dalam penelitian tersebut dalam buku Taufiqurrahman fokus pada sejarah KH. Salahuddin Wahid sedangkan peneliti disini tidak terlalu bergantung pada

sejarang tapi

(39)

29

KH. Salahuddin

Wahid dalam bidang pemikiran dan ihktiar dakwah kebangsaan. 4 Jurnal:

Machfud Syaefudin

Gerakan Dakwah Cinta Tanah Air Indonesia (Strategi dan Metode Dakwah KH. Habib Luthi Pekalongan) 2017  Persamaan dalam penelitian tersebut bisa di lihat dari jenis penelitiann yaitu sama-sama menggunakan

penelitian kualitatif dan juga menganggat tokoh sebagai subjek penelitian

 Dari segi

perbedaan dalam

penelitian Mas

Machfud bisa kita lihat dari fokus penelitian yaitu strategi dan gerakan dakwah cinta tanah air KH. Habib Lutfhi sedangkan dalam penelitian tersebut fokus pada pemikiran dan Aktivitas dakwah

kebangsaan KH. Salahuddin Wahid. 5 Disertasi: Hj. Mardiyah “Kepemimpinan Kiai dalam memelihara Budaya dan Organisasi” 2012  Dalam

penelitian disertasi ini menggunakan

pendekatan kualitatif

dan memiliki

kesamaan dalam

mengunakan

pendekatan dan juga menggangkat tokoh yang sama yaitu KH. Salahuddin Wahid dari sudut pandang kepemimpinan kiai

dalam budaya

organisasi.

 Sedangkan

(40)

30

mengangkat tokoh yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. Kehadiran peneliti disini berupaya memandang

KH. Salahuddin

Wahid dalam aktivitas dakwah kebangsaanya. Jadi sangat jelas perbedaanya dalam disiplin ilmu. H.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian.

Penelitian ini mengunakan metode kualitatif adalah metode yang sesuai bagi penelitian ini, karena penelitian ini berfokus pada proses, dengan kacamata proses Aktivitas Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid dan memperhatikan interaksi subyek penelitian dengan berbagai lapisan masyarakat, dan pemikiran dan perilaku yang ditampilkannya secara apa adanya termasuk di dalamnya mendeksripsikan bagimana subyek tersebut berinteraksi dengan sekelilingnya.25 Atas dasar itu pula, maka penelitian

terhadap subyek penelitian dilandaskan pada tafsir dan nilai etis, dan bukan merupakan analisis formal terhadap data dan angka.26

Kirk dan Miler dalam Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu osisla yang secara fundanmental

25 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: Erllangga, 2009), hlm, 24-25.

(41)

31

bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa kata-kata dan gambar, bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Disini peneliti terlibat langsung dan mengamati aktivitas objek yang akan diteliti dan menggali informasi yang sesuai data yang di inginkan.

Ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif yang digunakan oleh penulis, yaitu:

a. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh, sebab sumber data yang diharapkan berasal dari seluruh sumber yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Peneliti terjun langsung kelapangan untuk menggali informasi, sumber data yang berkaitan langsung dengan sasaran penelitian yaitu KH. Salahuddin Wahid.

b. Selain itu, karena data yang dibutuhkan bukan hanya bersifat oral (wawancara) tetapi juga berupa dokumen tertulis ataupun sumber-sumber non-oral lainnya, yang membutuhkan interpretasi untuk menganalisanya, maka penelitian kualitatif yang tepat untuk dipergunakan yang kemudian dianalisis.

Penelitian ini juga dirancang dengan pendekatan lingkungan dalam kajian dakwah kebangsaan. Dalam keilmuan dakwah boleh dibilang masih sangat premature dibandingkan keilmuan-keilmuan lainnya. Untuk itu, perkembangannya seperti ilmu-ilmu lainnya dalam kelompok dakwah akan

(42)

32

masi terus membutuhkan kajian dalam penelitian secara kontinu dan dengan ilmu-ilmu yang lainnya yang memiliki sifat progresif, dakwah akan terus mengalami perkembangan sesuai peradaban manusia.27 Inilah yang menjadi alasan peneliti memilih metode ini agar data yang ditemukan benar-benar mempu memberikan suatu sumbangsih ilmu baru dalam bidang dakwah kebangsaan.

2. Jenis dan Sumber data

Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang penelitian mendapatkan sejumlah informan atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian, baik data utama maupun data pendukung.28 Namun data yang didapatkan tidak semua peneliti sajikan karena akan disaring dulu sehingga data yang kita masukan adalah data yang benar-benar tepat dan di butuhkan dalam penelitian tersebut.

Subagyo menyatakan bahwa data yang dimaksud sumber data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan informan atupun yang berasal dari dokumen-dokumen, baik bentuk berita, buku, dan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Jenis data penulisan ini adalah data primer dan data sekunder.29 Jenis dan sumber data peneliti peroleh langsung dari subjek informan yaitu KH. Salahuddin Wahid dan karya-karyanya, seperti buku dan tulisan Gus Sholah yang di muat di media sosial. Adapaun data pendukung

27 Wahyu Ilahi. Komunikasi Dakwah, hlm 75.

28 Mukthar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi, 2013), hlm. 99. 29 Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.87.

(43)

33

kita ambil dari hasil observasi, dokumentasi terkait aktivitas dakwah kebangsaan.

a. Data primer adalah data pokok dalam penelitian ini secara langsung diperoleh melalui lapangan. Sumber ini penulis ambil dari informan dan tindakan yang berkaitan erat dengan masalah yang penulis teliti. Data pokok peneliti dapatkan langsung dari subjek informan yaitu KH. Salahuddin Wahid.

b. Data sekunder adalah data penunjang. Data peneliti ini data-data yang menunjang data primer yang diperoleh melalui buku-buku bacaan dan dokumen-dokumentasi berupa berita yang berkaitan erat dengan persoalan dalam penelitian ini.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam setiap penelitian, data merupakan faktor penting yang akan menentukan pada bagimana hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid. Perlu menggunakan sumber-sumber yang sesuai dan dapat dipercaya kebenerannya serta menggunakan metode yang berkenaan dengan penelitian ini adalah Field research atau penelitian lapangan yakni penulis bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar belakang dan interaksi sosial, individu, kelompok lembaga dan masyarakat dalam waktu yang terbatas dan untuk mendapatkan data primer dan sekunder dalam penelitian ini. Untuk melakukan Field research atau penelitian lapangan selanjutnya peneliti akan melakukan langkah-langkah pengumpulan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

(44)

34

a. Observasi

Observsi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung aktivitas yang dilakukan subjek penelitian. Kegiatan observasi ini merupakan salah satu kegiatan untuk memahami subjek penelitian30, selain membaca berita, melihat televisi, kalau sekarang bisa melalui yotube, Twitter, Instagram, Pacebook. Adanya observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan atau aktivitas dakwah kebangsaan KH Salahuddin Wahid. berdasarkan paparan di atas peneliti secara langsung mengamati yang dilakukan oleh subjek penelitian baik secara langsung.

b. Interview atau wawancara

Wawancara atau interview adalah percakapan dengan maksud tertentu.31 Wawancara berarti proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).32 Peneliti melakukan wawanca secara langsung dengan subjek penelitian, itu berlangsung di kediaman KH. Salahuddin Wahid c. Dokumentasi

Dokumentasi biasanya terbagi atas dokumen pribadi yang terdiri dari buku harian, surat pribadi, potobiografi, dan dokumen resmi.

30 Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, cetakan ke 7 2014

31 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 186.

(45)

35

Dokumen resmi terdiri dari dokumen internal dan eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, intruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Sedangkan, dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh kondisi lembaga sosial. Misalnya majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan kepada media massa.33 Peneliti menggali data secara pribadi mendokumentasikan hasil observasi dan mengumpulkan data data eksternal baik dari buku ataupun berita. Peneliti disini banyak menggali data dari buku-buku KH. Salahuddin Wahid dan juga tulisan-tulisan di berbagai media yang terkait dengan dakwah kebangsaan.

4. Tahap-tahapan Penelitian a. Tahapan Pra Lapangan

1) Menyusun rencana penelitian

Penelitian menemukan tema dan judul yang hendak diangkat sebagai bahan penelitian, kemudian menentukan sasaran dan lokasi penelitian. Membuat proposal pengajuan penelitian untuk memberikan garis besar atau arahan penelitian.

2) Mengurus perizinan

Peneliti menghubungi orang yang dekat dengan KH. Salahuddin Wahid guna mengkonfirmasi kesediaan beliau dijadikan sebagai subjek penelitin. Karena untuk dilakukannya penelitian dan menghubungi

33 Lexy, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000) cet,11, hlm.219

(46)

36

narasumber terkait dengan penelitian untuk meminta izin melakukan pengalian data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

b. Tahapan orientasi

Peneliti melakukan observasi dan wawancara mendalam secara umum guna mendapatkan gambaran luas untuk kemudian ditentukan sebagai fokus penelitian. Dan peneliti disini banyak membaca buku-buku, baca tulisan di media sosial dan peneliti juga banyak mendengar Gus Sholah mengisi seminar kebangsaan yang update di youtube.

c. Tahapan eksplorasi

Setelah Peneliti menemukan tahapan selanjutnya yang peneliti akan menemukan titik fokus penelitian, maka yang perlu dilakukan hanyalah observasi dan wawancara mendalam yang mengarahkan pada titik fokus penelitian. Peneliti wawancara dakwah kebangsaan dengan KH. Salahuddin Wahid di kediamannya berlangsung di Pondok Pesantren Tebuireng.

5. Teknik analisis data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriftif analisis, yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar bukan angka. Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya. Atau data yang berasal dari wawancara, obsevasi catatan lapangan, dokumentasi dan sebaginnya. Kemudian

(47)

37

dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realistis.34 Data yang dihasilkan peneliti dipaparkan pada bagian bab tiga lalu

menganalisis pada bab empat agar lebih mudah di pahami. a. Reduksi data

Reduksi data bisa diartikan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerdanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, menelusuri tema, dan lain sebagainya. Yang dimaksud hal tersebut yakni menyisihkan data yang tidak relevan dan yang relevan dengan judul penelitian dari informasi dan informan.

b. Display Data Atau Penyajian Data.

Display data atau penyajian data adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data dalam bentuk teks naratif, dengan tujuan dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu untuk mempermudah untuk dipahami. c. Verifikasi Data Atau Penarikan Kesimpulan.

Verifikasi data atau penarikan kesimpulan kegiatan ini bertujuan untuk mencari makna yang dikumpulkan sehingga mudah untuk mengetahui persamaan, atau perbedaan data dalam penelitian. Verifikasi data atau penarikan kesimpulan dilakukan untuk membandingkan

(48)

38

kesesuaian pernyataan dari subyek peneliti (Informan) dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar penelitian tersebut.

6. Teknik pemeriksaan keabsahan data a. Perpanjangan keikutsertaan

Perpanjang keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat keprcayaan data yang dikumpulkan. Dengan perpanjangan keikutsertaan ini, peneliti mengecek kembali kebenaran data yang telah diberikan selama ini. peneliti kembali kelapanagan untuk memastikan apakah data yang telah diperoleh sudah benar atau masih ada yang salah dengan realita dilapangan.

b. Teknik triangulasi

Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan dua cara:

Pertama, triangulasi dengan teori melakukan konfirmasi dengan teori yang digunakan, baik mendukung maupun yang bertentangan. Yakni ketika peneliti sudah menemukan teori dari hasil wawancara yaitu dilakukan uji ulang teori yang digunakan dalam penelitian.

Kedua, triangulasi dengan sumber (informan) melakukan pengecekan informasi pada informan yang telah memeberikan informasi agar data yang didapat benar-benar valid. Apakah data yang diberikan oleh informan sesuai dengan ungkapan pertamanya atau tidak.

(49)

39

c. Ketekunan pengamatan, Meningkatkan ketekunan pengamatan secara lebih cepat dan berkesinambungan dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.35

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai sumber referensi buku, jurnal maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mendpatkan gambaran yang jelas sistematika pembahasan dalam data penelitian ini peneliti membagi lima bab yang terdiri sub bab seperti berikut:

a. BAB I: Berisi pendahuluan yang berisi gambaran umum yang berfungsi dalam memahamai bab berikutnya. Bab ini memuat pola dasar penulisan meliputi: latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, definisi konseptual, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

b. BAB II: Merupakan asumsi-asumsi berupa artikel-artikel yang menjelaskan hal-hal berkaitan dengan konsep dakwah kebangsaan dan pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Yang meliputi kajian landasan teori.

35 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatakn Kualitatfi dan kuantitaif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2008), hlm. 272

(50)

40

c. BAB III: Berisi tentang penyajian data untuk menjawab rumusan masalah. Data inti merupakan data untuk menvalidasi. Seperti halnya data tentang Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid dan data lainya yang dianggap penting dan berkaitan dengan judul penelitian tersebut.

d. BAB IV: Berisi temuan dan analisis penelitian. Analisis ini merupakan pembacaan data yang uraian menurut teori yang digunakan. Sehingga dengan analisis tersebut bisa diketahui Aktivitas Dakwah Kebangsaan KH. Salahuddin Wahid.

e. BAB V: Penutup, bab ini merupakan bab akhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran penelitian. Dalam bab ini, secara general menjelasakan inti sari dari hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengungkap persoalan secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi tokoh dengan pendekatan ilmu dakwah yang berguna untuk

pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan, pertama, permasalahan yang dikaji

Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah: historis, antropologi, politik, pendidikan dan agama. Selanjutnya, metode

Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan manajemen dakwah dan sosiologis, adapun sumber data dalam penelitian

Tujuan kajian ini ialah mengetahui jenis tindak tutur dan daya pragmatik iklan dakwah tentang riba.. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah: Manajemen strategi dakwah, kultural dan sosiologi. Adapun sumber

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan strategi dakwah. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu Penanggungjawab Produksi dan Programmer Radio

Metode penelitian yang dilakukan yaitu analisis kualitatif dengan pendekatan semiotika.18 Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan isi pesan dakwah yang terkandung dalam film Bulan