Pada saat yang sama, Gus Dur menolak bentuk dakwah yang menggunakan kekerasan atas nama agama. Di sisi lain, upaya melestarikan pluralisme bagi Gus Dur merupakan kewajiban konstitusional untuk melindungi hak setiap warga negara. Bagi Gus Duro, perjuangan menyebarkan nilai-nilai pluralisme merupakan perintah agama, ibarat realitas ketuhanan dalam penciptaan berbagai makhluk.
Tujuan Umum
Pengertian di atas mengacu pada beberapa rumusan masalah, sehingga peneliti mengelompokkan tujuan penelitian menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat sebagai salah satu cara untuk mengembangkan wawasan penerapan kehidupan umat beragama ke dalam dakwah KH.
Definisi Istilah
Oleh karena itu, pluralisme adalah suatu konsep atau teori yang berasumsi bahwa realitas terdiri dari banyak substansi. Kerukunan terjadi bukan karena kesepakatan bersama, melainkan akibat adanya paksaan kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah.18. Sedangkan menurut Syamsul, 20 mengartikan pluralisme sebagai sikap saling memahami, memahami dan menghormati perbedaan guna mencapai kerukunan antar umat beragama.
Metode Penelitian
- Pendekatan dan Jenis Penelitian
- Sumber Data
- Metode Pengumpulan Data
- Analisis Data
Menurut Nasir24, pendekatan penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan analisis kritis terhadap pemikiran Gus Dur dalam mendakwahkan pluralisme. Jenis penelitian yang digunakan adalah biografi intelektual Gus Dur dan dakwah pemikiran pluralisme. Analisis data merupakan analisis data yang dikumpulkan peneliti melalui enam buku pemikiran Gus Dur.
Kajian Terdahulu
Sofwan Hidayat (2007) UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta dengan judul Multikulturalisme Abdurrahman Wahid dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam. Disertasi ini menyimpulkan bahwa konsep kulturalisme relevan dengan pendidikan Islam.Perbedaan penelitian penulis terletak pada konsep multikulturalisme dan inklusivitas Abdurrahman Wahid. Penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui dan mendeskripsikan konsep modernisasi pendidikan Islam dalam perspektif KH. 2009) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Nilai-Nilai Pluralisme dalam Topik Budaya-Sejarah Islam.
Kajian Teori
Salah satu syarat yang paling esensial bagi seorang mubaligh atau komunikator adalah soal akhlak atau akhlak. Karakter seorang khatib didasarkan pada pandangan bahwa dakwah merupakan media untuk mengubah perilaku yang mulia. Seorang da'i adalah manusia, begitu pula sasaran dakwahnya yang mempunyai karakter unik dan berbeda satu sama lain.
Biografi KH. Abdurrahman Wahid
Secara tidak langsung, Gus Dur pun mulai mengenal dunia politik, mendengarnya dari rekan-rekan ayahnya yang kerap datang ke rumahnya. Setelah menyelesaikan sekolah menengah, pada tahun 1957-1959, Gus Dur melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Di bawah bimbingan Kyai inilah, Gus Dur mulai berziarah ke makam-makam suci di tanah Jawa.
Pada periode inilah Gus Dur mengalami konsolidasi kajian formal Islam dan sastra Arab klasik. Pada tahun 1966, Gus Dur pindah ke Irak, negara modern yang memiliki peradaban Islam cukup maju. Di kota seribu satu malam ini, Gus Dur mendapat rangsangan intelektual yang tidak ada di Mesir.63.
Semasa studi di Timur Tengah, Gus Dur menjadi ketua Persatuan Pelajar Indonesia Timur Tengah. Gus Dur juga kuliah di McGill University di Kanada untuk mempelajari studi Islam secara mendalam. Tiga tahun kemudian ia menjadi sekretaris Pondok Pesantren Tebu Ireng dan di tahun yang sama Gus Dur mulai aktif menulis.
Pada tahun 1979, Gus Duro ditawari belajar di sebuah universitas di Australia untuk memperoleh gelar Ph.D.
Karya-karya KH. Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid untuk melanjutkan ke MC Gill University di Kanada untuk mempelajari studi Islam secara mendalam. Namun pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah terinspirasi oleh berita menarik tentang perkembangan dunia pesantren. Pada tahun 1972 hingga tahun 1974 dipercaya menjadi dosen bersama Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Asy'ari Jombang.69 Kemudian pada tahun 1974 hingga tahun 1980 oleh pamannya, KH.
Dengan bahasa yang sederhana dan lancar, berbagai tulisannya, termasuk buku, makalah, dan esai Kompas tahun 1990-an, menunjukkan tingkat intelektualitasnya. Abdurrahman Wahid merupakan seorang yang terpelajar, ia tidak mempunyai gelar sarjana barat, namun berbagai tulisannya menunjukkan bahwa ia adalah seorang intelektual yang maju dan jarang kita temukan catatan kaki dalam berbagai tulisannya. Hal ini disebabkan kemampuannya yang luar biasa dalam memahami karya-karya tokoh-tokoh besar dunia (para pemikir dunia seperti: Plato, Aristoteles, Karl Max, Lenin, Max Weber, Snouck Hugronje, Racliffe Brown dan Milinowski).
Penghargaan yang Diperoleh KH. Abdurrahman Wahid
Oleh karena itu, disini peneliti akan menjelaskan bagaimana strategi Gus Dur dalam menyampaikan pesan tentang pluralisme yang dilakukan. Menurut Gus Dur, Islam hendaknya diajarkan kepada masyarakat dengan cara yang damai, santun, dan humanis. Gus Dur berpendapat, untuk mencapai kesejahteraan materil dan rohani, peran dan partisipasi masyarakat (da'i) harus dilibatkan secara langsung.
Hal ini menunjukkan bahwa Gus Dur adalah seorang da'i atau pendakwah yang menggunakan berbagai cara (multiple method) dalam mendakwahkan agama Islam yang berkah bagi alam semesta. Ungkapan tersebut didasari oleh kenyataan bahwa Gus Dur selain aktif berceramah di berbagai acara dan kesempatan, terutama saat menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, juga senantiasa berkeliling ke daerah-daerah untuk memberikan tausiyah atau nasehat, nasehat kepada para wali atau jamaah Nahdliyin. Gus Dur dalam hal pemberdayaan masyarakat yang dilakukan bersama pemuda NU melalui pembentukan Persatuan Pondok Pesantren dan Bina Lingkungan (P3M).
Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAPESDAM), Lembaga Studi Islam dan Sosial (LKiS) dan eLSAD merupakan karya nyata Gus Dur. Tujuan Gus Dur dalam perspektif ini adalah menciptakan kesejahteraan dan keadilan, jika hal ini berhasil dicapai oleh masyarakat Islam, berarti Islam telah berhasil mensejahterakan warga negara tanpa menjadi suatu sistem formal. Dalam perkembangannya, Gus Dur sendiri mengaku lebih fokus dalam perjuangannya melindungi hak asasi manusia dalam memulihkan hak-hak kelompok minoritas. 84.
Meski Gus Dur seorang muslim sejati, namun ia tak mau menjadikan Islam sebagai dasar negara.
Konsep Pluralisme yang Dilakukan KH. Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid dengan tegas menolak “satu Islam” dalam ekspresi budaya, misalnya semua simbol (identitas Islam) harus menggunakan ekspresi budaya Arab. Bahaya dari proses Arabisasi adalah kita tercabut dari akar budaya kita sendiri.94 “Kemampuan umat Islam untuk memahami permasalahan mendasar yang dihadapi bangsa dan tidak mencoba memaksakan agendanya sendiri. Pribumisasi Islam adalah upaya dakwah” Amar Ma'ruf Nahi Mungkar" sesuai dengan konsep "Mabadi Khoiro Ummah", dimana implementasi konkritnya adalah nasionalisasi perjuangan Islam dengan harapan tidak ada lagi kesenjangan antara kepentingan nasional dan kepentingan Islam.97 Islam itu salah satu agama yang diakui di Indonesia selain agama lain, diaktualisasikan sebagai inspirasi spiritual bagi perilaku manusia atau kelompok dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Gus Dur pernah mengatakan bahwa permasalahan rumit yang sering dihadapi umat beragama adalah bagaimana menyelesaikan ketegangan antara agama (sebagai jaringan aturan) dan budaya (sebagai proses perubahan).99. Gus Dur menambahkan, hak asasi manusia harus memiliki kerangka makro yang lebih luas, mulai dari peradilan yang terbuka dan adil, hingga perlindungan supremasi hukum dan pengembangan lembaga pengawasan yang benar-benar kuat.”100. Dalam perkembangannya, Gus Dur sendiri mengaku lebih fokus dalam perjuangannya melindungi hak asasi manusia dalam memulihkan hak-hak kelompok minoritas.” 101.
Menariknya, meski Gus Dur seorang muslim sejati, ia tak mau menjadikan Islam sebagai dasar negara. Karena itu, Gus Dur ingin umat Islam tidak terlalu khawatir terhadap kepemimpinan dan sistem pemerintahan. Menurut pandangan Gus Dur dari definisi di atas, jika hukum agama di negara Islam merupakan keputusan hukum formal, maka asas pluralitas tidak lagi menjadi landasan kehidupan.
Pandangan Gus Dur tentang kemanusiaan muncul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konflik berkepanjangan yang terus bermunculan dari hari ke hari hingga saat ini, baik atas nama suku, ras, golongan, maupun atas nama agama di berbagai wilayah Indonesia.
Pendekatan Dakwah KH. Abdurrahman Wahid Tentang Pluralisme Pendekatan dakwah merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
Pendekatan yang digunakan Gus Dur untuk menampilkan gambaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat adalah pendekatan sosio-kultural. Pemikiran Gus Dur selalu bertentangan dengan gagasan Islam sebagai ideologi alternatif yang disampaikan sejumlah kalangan. Dapat digarisbawahi bahwa pandangan Gus Dur sangat substantif, yaitu pemikiran yang penekanannya terletak pada perwujudan hakikat nilai-nilai Islam (Islamic Suntikan) dalam aktivitas politik, bukan pada formalitas dan simbolisme; Artinya, ia tidak mempersoalkan bentuk operasional pemerintahan asalkan konsisten dengan realitas yang berkembang.
Hasyim Asy'ari, namun juga karena Gus Dur merupakan ulama-intelektual terkemuka NU yang berwawasan kosmopolitan. Maksud dan tujuan Gus Dur adalah mewujudkan masyarakat sejahtera yang dijiwai ajaran Islam Ahlusunnah wal Jamaah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sejahtera dan adil yang diridhoi Allah SWT, serta mewujudkan masyarakat Indonesia, khususnya perempuan, yang sadar akan agama, masyarakat, bangsa dan negara.121. Hal ini lebih disebabkan oleh peran dan pengaruh politik Gus Dur yang luar biasa di PKB.
Besarnya peran dan pengaruh politik Gus Dur di PKB setidaknya disebabkan oleh beberapa hal. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kehadiran Gus Dur dengan faktor silsilahnya sangat mempengaruhi eksistensi dan pola kepemimpinannya di Partai Kebangkitan Bangsa, partai yang juga bercokol di kubu NU. Hal lain yang membedakan Gus Dur dengan pendakwah lainnya adalah Gus Dur atau Abdurrahman Wahid merupakan pembela bagi mereka yang terancam atau tertindas dalam segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.
Tidak ada beban baginya ketika harus membela ketidakadilan.127 Hal-hal itulah yang membedakan Gus Dur dengan para da’i, da’i, dan ustad lainnya di Indonesia.
Kesimpulan
Saran-saran
Segala puji milik Allah. Atas rahmat dan kebaikan-Nya, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi yang berjudul “Risalah Dakwah KH. Tuangkan terus doa dan salam di hari revolusi besar yaitu Nabi Muhammad a.s. yang membawa kita dari lembah malu di lautan penuh cahaya Islam Bapak Maskud, S.Ag., M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Dakwah IAIN Jember.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan seorang pelaku atau subjek dakwah sangat menentukan keberhasilan kegiatan dakwahnya, baik lisan maupun tulisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, analisis kritis terhadap pemikiran Gus Dur tentang dakwah pluralisme.Jenis penelitian ini adalah (library Research), artinya penelitian yang bersifat murni perpustakaan yang datanya berdasarkan atau diambil dari bahan tertulis, baik berupa buku atau yang lain, yang ada kaitannya dengan pokok bahasan atau topik pembahasan skripsi yang judulnya risalah dakwah KH. Peneliti ini menyimpulkan: 1) bahwa seorang pelaku atau subjek dakwah menyusun strategi dalam melakukan dakwah sangat menentukan keberhasilan dakwahnya; 2) seorang pelaku atau subjek undangan, sebelum menyampaikan undangannya memerlukan suatu konsep agar proses dakwahnya berjalan sempurna;