• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAKWAH KH. ABDURRAHMAN WAHID DALAM MENJAGA KERUKUNAN ANTAR UMAT

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "STRATEGI DAKWAH KH. ABDURRAHMAN WAHID DALAM MENJAGA KERUKUNAN ANTAR UMAT "

Copied!
72
0
0

Teks penuh

Gus Dur menunjukkan pemikiran-pemikiran kritis terhadap kehidupan berbangsa, demokrasi dan juga terhadap agama-agama, termasuk agamanya sendiri, serta memiliki pemikiran tasamuh (toleransi) antar sesama. Dari hasil penelitian ini Gus Dur menekankan visi keterbukaan untuk menemukan kebenaran di mana-mana. Di sinilah nantinya menurut Gus Dur akan terbentuk persamaan antar agama, bukan pada ajaran atau akidah yang dianut, melainkan hanya pada tataran pencapaian materi.

BIOGRAFI KH. ABDURRAHMAN WAHID

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENUTUP

PENDAHULUAN

Pertanyaan Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Penelitian Relevan

Skripsi ini membahas tentang faktor dan model kehidupan apa saja yang diterapkan oleh penduduk desa Cigugur agar hidup rukun berdampingan satu sama lain meskipun berbeda keyakinan. Skripsi ini membahas tentang apa yang terjadi pada masyarakat Dusun Losari, meskipun hidup dalam pluralitas agama dan terdapat tiga tempat ibadah yaitu masjid, gereja katolik dan pura Trinarmada yang letaknya tidak berjauhan bahkan gereja. . Dan. Skripsi ini membahas tentang perkembangan zaman pada era sekarang yang memiliki tantangan yang berbeda-beda, mulai dari tantangan ekonomi dan sosial hingga tantangan pemikiran.

Metodologi Penelitian

  • Jenis dan Sifat penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisi Data
  • Pengertian dan Ruang Lingkup Strategi Dakwah
  • Dasar Hukum Dakwah

Penelitian ini bersifat deskriptif dan mendeskripsikan strategi dakwah KH Abdurrahman Wahid dalam menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Sebagai tinjauan pustaka, sumber data penelitian ini diambil seluruhnya dari penelitian kepustakaan dengan mengandalkan bacaan berupa buku-buku yang relevan dengan masalah yang sedang dibahas yaitu “KH. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur yang mendukung penelitian primer. sumber data seperti buku, jurnal, data dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini dan penelitian sebelumnya yang relevan.

Setelah mengumpulkan data, peneliti mengolah data dengan menggunakan cara berpikir induktif yaitu berpikir yang dimulai dari hal-hal khusus (fakta empiris) menuju hal-hal umum (tingkat konsep)19 dan menganalisis secara kualitatif untuk menarik kesimpulan yang tepat dengan menggunakan metode kualitatif analisis, menggunakan deskriptif kualitatif sehingga gambaran tersebut tergambar pada hal-hal yang berkaitan dengan strategi dakwah KH. Kata strategi “biasanya merujuk pada suatu cara memenangkan sesuatu, yang berarti sesuatu seperti “taktik” atau “cara” (tetapi bukan “metode” atau teknik). Strategi menurut Arifin dalam buku strategi dakwah kontemporer adalah keseluruhan keputusan bersyarat tentang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan.

Maksudnya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. cara Oleh itu, berdebat dalam situasi seperti ini perlu dilakukan dengan cara yang terbaik iaitu dengan mendengar dan menilai pendapat lain.

Quraish Shihab dalam tafsirnya mengatakan bahawa dalam ayat ini dikatakan, Wahai Nabi Muhammad, serulah, iaitu teruskan usahamu untuk menyeru semua yang kamu sudi menyeru ke jalan yang ditunjukkan oleh Tuhanmu, iaitu ajaran Islam. dengan hikamah dan ajaran yang baik dan bertentangan dengannya, iaitu sesiapa yang menolak atau meragui ajaran Islam dengan cara yang terbaik.

Kerukunan Antar Umat Beragama

  • Pengertian Kerukunan antar umat beragama
  • Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Perbedaan penafsiran ini terdapat pada minkum “min” yang memiliki arti “littab’idh” yang artinya sebagian, menunjukkan hukum fardhu kifayah. Hal ini tidak berarti merelatifkan agama-agama yang ada untuk melebur menjadi satu totalitas dengan menjadikan agama-agama yang ada sebagai sekte dari agama yang menyeluruh ini, melainkan sebagai cara atau sarana untuk mempersatukan, mengatur hubungan lahiriah antara orang-orang yang tidak seiman atau antara kelompok keagamaan dalam kehidupan sosial. Dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) no. 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah Dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama Dan Pembangunan Rumah Ibadah, disebutkan bahwa kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan antar umat beragama berdasarkan toleransi, saling pengertian, saling menghargai, menghargai kesetaraan dalam pelaksanaan ajaran agamanya dan partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. , berbangsa dan bernegara dalam wadah negara kesatuan republik indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar. Republik Indonesia, 194510.

Pancasila, yaitu: sila Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maret 1973 di Jakarta, dikatakan bahwa (1) Atas dasar keimanan masyarakat Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama dan hidup dalam keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa diarahkan untuk membangun lingkungan hidup yang harmonis di antara sesama umat beragama, seluruh orang yang beriman kepada Yang Maha Esa. Tuhan Maha Esa dan perbanyakkan amal dalam membina masyarakat bersama. Hal ini ditegaskan lagi dalam Pasal 29 ayat 1 yang berbunyi: “Negara Berdiri atas Tuhan Yang Maha Esa” dan ayat 2 yang berbunyi: “Negara menjamin kebebasan tiap-tiap warga negara untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut ajaran agama dan kepercayaannya. .”.

Kehidupan lintas agama diatur dengan peraturan pemerintah dalam peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri. Urusan Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 / Nomor 8 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa umat beragama harus berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Biografi K.H Abdurrahman Wahid

Setelah lulus dari SMP Ekonomi di Yogyakarta pada tahun 1957, Gus Dur mulai belajar di pesantren secara penuh. Gus Dur membuktikan diri sebagai santri yang berbakat dengan menyelesaikan studinya selama dua tahun di Tegalrejo di bawah bimbingan Kiai Khudori. Di Tegalrejo, Gus Dur lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kelas dengan membaca buku-buku Barat.

Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Jombang untuk belajar penuh waktu di Pesantren Tambakberas di bawah Kiai Wahab Chasbullah. Gus Dur saat itu mencoba menggabungkan kajian Islam dengan pendekatan ilmu dan pemahaman yang sama sekali berbeda. Gaya komunikasi politik Gus Duro benar-benar unik dan berbeda dari kebanyakan tokoh nasional dan internasional.

Mengkritik dan menentang orang dan kelompok tertentu yang dianggap sesat sepertinya menjadi ciri khas Gus Duro. Gagasan besar yang selalu diimplementasikan Gus Dur selama ini adalah proses demokratisasi di Indonesia. Gus Dur menegaskan dengan tegas bahwa negara Pancasila tidak berkepentingan dengan negara agama, dalam hal ini negara Islam.

Alhasil, Gus Dur tidak setuju dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan agama sebagai agama resmi.

Karya-karya K.H Abdurrahman Wahid

Kebijakan seperti ini jelas sangat berbahaya ketika digunakan pemerintah untuk melawan kekuatan sosial guna mempertahankan kekuasaannya. Jika lembaga keagamaan yang didirikan oleh pemerintah, seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia) untuk Islam dan PGI (PersekuanGereja Indonesia) untuk Protestan, diberikan legitimasi oleh pemerintah untuk menindas salah satu cabang yang tumbuh dalam agama tersebut, berarti pemusnahan cabang tersebut berarti bahwa hal itu akan melemahkan juga kekuatan umat beragama secara keseluruhan; maka pemerintah akan dengan mudah mengontrol dan mengendalikan orang-orang beragama tersebut.

Karakteristik Dakwah K.H Abdurrahman Wahid

Selain itu, ia juga meninggalkan karya lain yaitu pengembangan demokrasi di berbagai organisasi, baik sosial-keagamaan, baik organisasi politik maupun organisasi non-pemerintah atau masyarakat yang berbeda lintas agama, ras, suku dan ideologi. Padahal, orang yang paling mulia di antara kamu di mata-Ku adalah orang yang paling berbakti kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Li ta'arafu” (saling mengenal), bukan sekedar mengetahui nama, alamat rumah, nomor handphone, atau mengetahui wajah dan apa yang tidak.

Lebih dari segalanya "li ta'arafu" berarti kalian harus bijaksana satu sama lain. Pemikiran dakwah multikultural Gus Dur bahwa Islam sebagai agama rahmat harus didakwahkan dengan cara-cara damai dan jauh dari cara-cara kekerasan. Pemikiran dakwah Gus Dur lainnya antara lain mengembangkan makna aswaja, pribumisasi ajaran Islam, Islam sebagai etika sosial, Islam anti kekerasan, mengikis egosentris, menerima keberagaman dan perbedaan.

Di saat mayoritas umat Islam bergerak bersama untuk memperjuangkan pelarangan Ahmadiyah karena bertentangan dengan Syariat Islam, Gus Dur memilih membela Ahmadiyah dengan mengatakan, Saya akan mempertahankan Ahmadiyah sampai mati. multikulturalisme, sekularisme masih hangat diperdebatkan di kalangan umat Islam, jika pendirian rumah ibadah tidak mempertimbangkan situasi dan kondisi umat beragama demi stabilitas sosial budaya masyarakat setempat, pertengkaran (konflik) atau masalah akan muncul dalam komunitas-komunitas religius.

Jika penyiaran agama menimbulkan agitasi dan memaksakan kehendak bahwa agama itu sendirilah yang paling benar dan tidak mau memahami keberagaman agama lain, maka muncullah persoalan agama yang menghalangi kerukunan antar umat beragama.

Strategi Dakwah K.H Abdurrahman Wahid Dalam Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama Di Indonesia

Walaupun pemikirannya dan tentang pluralisme tidak segera disokong oleh semua pihak, Gus Dur tetap membuat kata kunci pluralisme dan pertahanan. Perjuangan berani untuk menyatakan kebenaran dan keadilan sering menyebabkan Gus Dur disisihkan daripada masyarakat. Bagi penganut Katolik, Gus Dur adalah suri teladan dan tokoh yang layak dianggap bapa bangsa kerana berbakti kepada sesama manusia.

Gus Dur selalu menyatakan bahwa menghargai perbedaan dan toleransi merupakan kewajiban yang harus selalu diperjuangkan. Kegigihan Gus Dur dalam membela hak beragama yang sama terlihat dari keteguhannya dalam menghadapi aksi kekerasan agama. Gus Dur mengatakan bahwa kita harus selalu berpikiran positif terhadap orang lain yang berbeda dengan kita.

Gus Dur berpendapat bahwa perbedaan keyakinan tidak membatasi atau melarang kerjasama antara Islam dan agama lain, terutama dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan kemanusiaan. Menurut Gus Dur, setiap agama memiliki kewajiban menciptakan kekayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, meski bentuknya berbeda-beda. Gus Dur mengatakan ayat tersebut menunjukkan perbedaan yang selalu ada antara laki-laki dan perempuan, serta antara bangsa dan suku yang berbeda.

Gus Dur menegaskan bahwa dialog yang muncul dari kepentingan bersama untuk kebaikan bersama, apapun agamanya, tidak penting karena yang dilihat adalah kontribusinya.

SARAN

Religious Harmony Between Islam, Christianity and Sundanese Wiwitan (Gevallestudie: Cigugur Village, Cigugur District, Kuningann-West Java), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014. KH Abdurrahman Wahid & Daisaku Ikeda, Civilization Dialogue for Tolerance and Peace Jakarta: Gramedia Main Biblioteek, 2011. Interfaith Harmony in Plural Society (Studie van Harmonie onder Moslems, Protestantse Christene, Katolieke en Boeddhiste in Losari Hamlet, Losari Village, Distrik, Grabag, Magelang Regency), Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Peran Tokoh Agama Sebagai Perekat Kerukunan Umat Beragama Dari pemaparan narasumber megenai peran tokoh agama sebagai perekat kerukunan antar umat beragama