Peneliti terfokus pada teori pesan dalam 6 buku tentang Gus Dur, karene buku merupakan produk komunikasi massa. Maka dari itu, pesan dakwah Gus Dur tentang pluralisme agar dapat diterima secara serentak pada waktu yang sama, maka diperlukan sebuah teori. Gus Dur dalam menyampaikan dakwahnya menggunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, atau televise.
1. Teori Pesan dalam komunikasi a. Teori Uses and Gratification
Nurudin,33 Uses and Gratification, teori ini mengatakan bahwa pengguna media melainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Penggunaan media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi, teori ini jelas merupakan kebalikan dari teori peluru. Dalam teori peluru media sangat aktif dan all powerfull, sementara itu, dalam teori uses and gratification ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa, konsumen media mempunyai kebebasab untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak positif pada dirinya.
Secara umum, jenis pesan terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampayannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.
Sedangkan, pesan non verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkahlaku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan.
33 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014,), 192
Pada pesan non verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul.34
b. Fungsi Pesan
Fungsi pesan adalah pesan singkat yang disampaikan untuk suatu keadaan maupun suatuhal dari keadaan itu sendiri dan pesan yang bisa disampaikan secara ringkas.35
c. Macam-macam Pesan
Jalaluddin Rakhmat,36 mengatakan dalam bukunya bahwa macam-macam pesan ada 8 yaitu:
a) Pesan Kinesik b) Pesan Fasial c) Pesan Gestural d) Pesan Postural e) Pesan Proksemik f) Pesan Artifaktual g) Pesan Paralinguistik
h) Pesan Sentuhan dan Oflaksi
Pesan non verbal non visual dan non vokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit yang mampu membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Alma Ismith memberikan macam sentuhan dicurahkan dalam perasaan: tanpa perhatian
34 Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pesan (26 September 2015)
35https://www.translate.com/english/fungsi-dari-pesan-ialah-sebagai-pesan-singkat-yang- disampaikan-utk-suatu-keadaan-maupun-suatu-hal-da/6241454 (26 September 2015)
36 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (PT Remaja Posdakarya, Bandung, 2000), 289-294.
(detached), kasih sayang (mothering), takut (fearful), marah (angry), bercanda (playful).
Berkomunikasi secara sadar maupun tak sadar bisa menggunakan cara bau-bauan, misal yang sadar dengan menggunakan parfum, dan yang tidak sadar misalnya karena tegang maka mengeluarkan keringat yang bau khas.
komunikasi non verbal dapat dimunculkan terutama sentuhan dengan adanya bersalaman itu akan menunjukkan adanya persahabatan. Sentuhan memang cara yang baik dalam menyampaikan pesan tergantung konteknya.
2. Fungsi, dan Tujuan Dakwah a. Pengertian Dakwah
Menurut Yunus,37 secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak. Bila diurai menurut tata bahasa Arab kata dakwah berasal dari kata ةﻮﻋد - اﻮﻋﺪﯾ - ﺎﻋد yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.
Sedangkan secara terminologi (istilah) kata dakwah memiliki arti yang beragam. Hal ini disebabkan karena adaanya perbedaan sudut pandang dan penafsiran yang dilakukan oleh para ahli dan praktisi dakwah. Beberapa diantaranya yang memaparkan pengertian tentang dakwah adalah:
a. Prof. Toha Yahya Omar menyatakan bahwa dakwah Islam adalah sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana
37 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidayah Karya Agung, 1989), 128
kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan didunia dan akhirat.38
b. Syaikh Ali Mahfudz didalam kitabnya Hidayatul Mursyiddin dakwah adalah mendorong (meotivasi manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma‟ruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat).39
c. Syaikh Abdullah Ba’alawi mengatakan dakwah adalah mengajak, membimbing, dan memipin orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada Allah, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.40
d. Syaikh M. Abduh mengatakan dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim.41
e. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma’ruf nahi munkar.42
Dari berbagai pengertian tentang dakwah diatas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha baik dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan, dan sebagainya yang merupakan proses untuk menyeru, mengajak individu atau kelompok agar mau menuju jalan Islam untuk beramal ma’ruf nahi munkar dan
38 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), 1
39 Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006), 10
40 Ibid
41 Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, (Solo: Citra Islami Press, 1996), 13-14.
42 Nur Amien Fattah, Metode Dakwah Wali Songo, (Pekalongan: PT. T.B. Bahagia), 16
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai keridloan Allah.
b. Fungsi Dakwah
Menurut Ilaihi,43 Dengan memahami apa fungsi komunikasi Dakwah, kita dapat menentukan langkah-langkah strategis untuk mempersiapkan diri menghadapi setiap tantangan dalam proses berdakwah, mengetahui dampak negatif, dan menghindarkannya dari tujuan berkomunikasi. Dengan memahami fungsi komunikasi dakwah kita juga dapat mengembalikan peran dakwah sebenarnya, sehingga segala sesuatau yang menghambat proses komunikasi dakwah dapat dihilangkan.
c. Tujuan Dakwah
Proses penyelenggaraan dakwah terdiri dari berbagai aktivitas, yang dilakukan dalam rangka mencapai nilai tertentu.
Nilai tertentu yang diharapkan dapat dicapai dan diperoleh dengan jalan melakukan penyeleng-garaan dakwah harus mempunyai tujuan. Tanpa adanya tujuan tertentu yang harus diwujudkan, maka penyelenggaraan dakwah tidak mempunyai arti apa-apa. Bahkan hanya merupakan pekerjaan sia-sia yang akan menghamburkan pikiran, tenaga dan biaya saja.
Bagi proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang paling penting dan sentral. Pada tujuan itulah dilandaskan segenap tindakan dalam rangka usaha kerja sama
43 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 38
dakwah itu. Ini berarti bahwa dalam menentukan sistem dan bentuk usaha kerja sama dakwah, tujuan adalah landasan utamanya.
Demikianpula tujuan adalah juga menjadidasar bagi penentuan sasaran dan strategi atau kebijaksanaan serta langkah-langkah operasional dakwah. Sebagai landasan penentuan sasaran dan strategi tujuan dakwah memang sudah mengandung arah yang harus ditempuh serta luasnya skope aktiva yang dapat dikerjakan.
Di samping itu, tujuan dakwah juga menentukan langkah-langkah penyusunan tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan horizontal dan vertikal, serta penentuan orang-orang yang kompeten.44
Perumusan suatu tujuan diperlukan kejelasan (clarity) dan operasional, artinya tujuan yang dirumuskan tidak terlalu ideal, bertele-tele bahasanya dan kemungkinan mampu dikerjakan.
Tujuan khusus dakwah (minor objective) merupakan perumusan tujuan sebagai perincian daripada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, apapun jenis kegiatan yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antara juru dakwah yang satu dengan yang lainnya yang hanya disebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.
44 Drs. Abd. Rosyad Shaleh, loc. cit. 19
bawah ini disajikan beberapa tujuan khusus dakwah (minor objective) sebagai terjemahan dari major objective yaitu: mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarang-Nya.
Firman Allah dalam AlQur’an surat al-Maidah Ayat 2:
Artinya: “Dan tolong-menolong lah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosadan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya berat siksaannya bagi orang yang tolong-menolong dalam kejahatan”.45
Esensi dakwah dalam sistem sosio-kultural adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan. Mengubah struktur masyarakat dan budaya dari kezhaliman ke arah keadilan, kebodohan ke arah kemajuan atau kecerdasan, kemiskinan ke arah kemakmuran, keterbelakangan kearah kemajuan yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat ke arah puncak kemanusiaan atau taqwa.46
Operasionalisasi atau praktek dakwah terdapat unsur-unsur yang sangat menentukan dapat berlangsungnya dakwah itu dengan baik. Unsur-unsur ilmu komunikasi dakwah itu disebut aspek-
45 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1989), 54
46 Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Prima Duta, 1983), 17- 18
aspek komunikasi dakwah. Ada beberapa aspek yang menentukan terjadinya komunikasi atau dakwah dengan baik, seperti aspek sumber atau resource, sumber berita atau informasi dapat diketahui apabila ada pribadi yang menyampaikannya. Oleh karena itu, pada hakekatnya sumber di sini yang dimaksud adalah seseorang yang menyampaikan berita atau informasi. Di dalam ilmu komunikasi biasanya disebut komunikator atau dalam bahasa dakwahnya adalah da’i.
Baik komunikator maupun da’i pada dasarnya merupakan narasumber bagi adanya kegiatan komunikasi atau berdakwah.
Itulah sebabnya komunikator atau da’i sangat menentukan pelaksanaan dakwah tersebut. Tanpa sumber berarti bukan komunikasi dakwah.
Aspek sumber (resource) merupakan kunci keberhasilan dakwah. Oleh karena itu, terdapat syarat-syarat psikologi yang sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus yang menjadi penentu dan pengendalisasaran dakwah.
Salah satu syarat yang paling essensi bagi seorang da’i atau komunikator adalah masalah moral akhlak atau budi pekerti. Budi pekerti seorang da’i ini didasarkan atas pandangan bahwa dakwah adalah media perubahan perilaku mulia. seorang da’i atau komunikator cenderung menjadi tauladan oleh para mad’u-Nya.
Sebab berhasil dan tidaknya dakwah yang disampaikan tergantung
pada da’i yang memiliki akhlak yang dapat menjadi panutan Jika da’i-nya mempunyai akhlakul karimah secara otomatis audience akan meniru serta melaksanakannya. Dengan demikian syarat psikologi bagi seorang da’i dan komunikator adalah mempunyai moral yang tinggi.47
3. Metode dan Strategi Dakwah a. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah SWT, dan hadits Nabi Muhammad SAW:
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, (Q.S. An-Nahl 16:125).48
Menurut Nafiz,49 ayat diatas dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu; metode hikmah, metode mau’ziah khasanah, metode mujadalah billati hiyaahsan, banyak penafsiran paraulama “terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain:
47 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta, CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), 8-9
48 Al Qur’an Al Karim dan Terjemahannya Departemen Agama RI, Q.S. An-Nahl 16: 125, (PT.
Toha Putra Semarang).
49 Abdul Wadud Nafis. Metode Dakwah, (Jakarta Selatan: Mitra Abadi Press, 2009), 81-82.
1) Metode hikmah menurut Syeh Mustoa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwah ikmah yaitu; perkataan yang jelas dan tegas disertai dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
2) Metode mau’ziah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati.
3) Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut imam Ghazali dalam kitapnya Ihya’Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar pikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya.
Tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta Mujadalah atau diskusi itu sebagai lawan yang saling tolong- menolong dalam mecapai kebenaran.
b. Strategi dakwah
Menurut Amin,50 strategi dakwah artinya metode, siasat, taktik atau manuver yang digunakan dalam aktivitas (kegiatan) dakwah. Untuk mecapai keberhasilan dakwah Islam secara maksimal, maka diperlukan berbagai faktor penunjang, diantaranya adalah strategi dakwah yang tepat sehingga dakwah Islam mengena sasaran.
50 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah,(Jakarta: Amzah, 2009). 107-108.
Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, diantaranya adalah:
1) Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah.
2) Asas kemampuan dan keahlian da’i (Achievement and professionalis): Asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i sebagai subjek dakwah.
3) Asas sosiologis: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas agama disuatu daerah, filosofis sasaran dakwah, sosiokultural sasaran dakwah dan sebagainya.
4) Asas psikologis: Asas ini bembahasan masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitupula sasaran dakwahnya yang memiliki karakter unik dan berbeda satu samalain. Pertimbangan- pertimbangan masalah psikologis harus diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.
5) Asas efektivitas dan efisiensi: Maksud asas ini adalah didalam aktivitas dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaan hasilnya. Sehingga hasilnya dapat maksimal.
Strategi dakwah yang digunakan Gus Dur tentang pluralisme, yaitu. Menjamin keselamatan fisik warga negara secara individual, hak warga untuk melindungi keluarga dan keturunan mereka, keselamatan milik mereka, dan pembelaan terhadap kaum menoritas.
4. Pengertian Dan Nilai-Nilai Pluralisme a. Pengertian Pluralisme
Menurut Osman,51 pluralisme adalah kelompok-kelompok menoritas dapat berperanserta secara penuh dan setara dengan kelompok mayoritas dalam masyarakat, sambil mempertahankan identitas dan perbedaan mereka yang khas. Pluralisme diperlihara oleh negara dan hukum, pertama-pertama oleh hukum negara dan akhirnya oleh hukum internasional.
Pluralisme pada mulanya hanya mengacu pada perbedaan- perbedaan etnis dan agama. Namun, dalam demokrasi perbedaan- perbedaan ideologis dan politis pada akhirnya juga termasuk kedalam istilah yang sama, berdasarkan landasan filosofis bahwa tidak ada pemahaman tunggal mengenai kebenaran dan karena itu beragam keyakinan, kelembagaan, dan komunitas seyogyanya muncul bersama dan memperoleh pengakuan yang setara.
Hubungan-hubungan seyogyanya bersifat membangun, apapun mungkin keyakinan-keyakinan kelompok tertentu menyangkut
51 Mohamed Fathi Osman, Islam, Pluralisme Dan Toleransi Keagamaan, (Jakarta: Democracy Project, 2012), 1-3.
kebenaran yang tunggal dan universal. Ensiklopedia Britannica memasukkan didalam pembahasaan tentang pluralisme dua perbedaan: perbedaan bawaan-alamiah dan perbedaan perolehan.
Definisinya adalah: “Otonomi dinikmati oleh kelompok-kelompok berbeda dalam suatu masyarakat seperti kelompok keagamaan, serikat dagang, organisasi profesi atau minoritas etnis”. Barangkali lebih tepat apabila istilah “otonomi” diganti dengan “hak untuk memper tahankan identitas dan kepentingan bersama”.
b. Nilai-Nilai Pluralisme
Menurut Zainuddin,52 Didunia internasional dialog antar agama telah terjadi dalam bentuk bilateral maupun multilateral.
Dialog tersebut bertujuan mempererat persaudaraan dalam suasana iman, menjadikan budaya, sosial dan spiritual sebagai tema pertemuan, misalnya dialog Islam-Kristen diSwiss, serta Konferensi Vatikan antara pemimpin Katolik dan pemimpin Islam pada tahun 1970.
Sejumlah pemikir agama-agama yang membahas relasi antar agama di Birmingham pada april, 1970 berkesimpulan, bahwa dialok antar agama merupakan suatu yang urgen dan berada dalam kerangka relasi serta pencarian makna kebenaran yang hendak dicapai. Dialog harus mengarah pada kebenaran yang
52 H.M. Zainuddin, Pluralisme Agama, (Malang, UIN-Maliki Press. 2010), 58-59.
mengantarkan pada situasi dimana isi dan ajaran yang dipertentangkan satu samalain dapat terlampaui.
Terujutnya landasan humanisme umum, memodernisir kedua agama (Kriten-Islam) kesatu titik sasaran, yakni peranan dan anti agama, Meningkatkan keimanan dan dialektika yang mempunya ciri-ciri. Pluralisme, pertukaran dan asal-usul keasliannya yang terjadi dalam masyarakat.