Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
Yogyakarta, 6 Oktober 2020 eISSN 2715-7814
B.03 | 1
ECOPRINT DYED BLANKET DENGAN PEWARNA ALAMI TINGI (Ceriops tagal)
PADA VARIASI PRE-MORDAN DAN JENIS KAIN
Ecoprint Dyed Blanket of Tingi (Ceriops Tagal) in Pre-Mordant Variations and Fabric
Types
Suryawati Ristiani, Irfa’ina Rohana Salma, Tika Sulistyaningsih Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara no 7. Yogyakarta Korenspondesi Penulis
Email : [email protected]
Kata kunci: ecoprint, blanket, ceriops tagal, pre-mordan, kriya tekstil Keywords: ecoprint, blanket, ceriops tagal, pre-mordan, textile craft
ABSTRAK
Salah satu pengembangan teknik kriya tekstil adalah ecoprint. Ecoprint merupakan teknik pemindahan bentuk dan warna daun, bunga, dan pewarnaan alami dengan suhu tinggi pada kain. Penelitian ini menggunakan tingi (Ceriops tagal), 3 variasi pre-mordan tawas (K2Al2(SO4)2), symplocos, tanin-symplocos, dan 5 jenis kain (sutra T54, rayon-sutra, katun jepang, katun primissima, rayon-paris). Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan kualitas jejak ecoprint dengan teknik dyed blanket menggunakan pewarna ekstrak kulit kayu tingi dari hasil perlakuan variasi pre-mordan dan jenis kain. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dan dilengkapi dengan pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian, gosokan, dan keringat. Pewarnaan tingi pada sutra T54 dan rayon-sutra menghasilkan warna cokelat pada latar kain dengan jejak bentuk daun/bunga tercetak bagus. Pada katun jepang, katun primissima dan rayon-paris menghasilkan warna cokelat pada latar dengan jejak motif daun/bunga tercetak cukup bagus. Sutra T54 dan rayon-sutra dengan pre-mordan tawas menghasilkan jejak bentuk daun/bunga lebih jelas dan tajam dibandingkan dengan hasil dengan pre-mordan symplocos. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40 ℃, gosokan dan keringat menghasilkan nilai 4 dan 4-5, kategori baik. Katun jepang, katun primissima dan rayon-paris dengan pre-mordan tanin-symplocos menghasilkan warna lebih gelap dan jejak motif daun/bunga tercetak lebih jelas dibandingkan dengan pre-mordan tawas. Hasil uji Ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40 ℃, gosokan dan keringat menghasilkan nilai 4 dan 4-5, kategori baik.
ABSTRACT
One of the developments in textile craft techniques is ecoprint. Ecoprint is a technique of transferring the shape and color of leaves, flowers, and natural dyeding with high temperatures in fabrics. This study used Tingi (Ceriops tagal), 3 variations of pre-mordan alum (K2Al2(SO4)2), symplocos and tannin-symplocos, and 5 types of fabrics (T54 silk, rayon silk, Japanese cotton, primissima cotton, rayon-paris). The purpose of this study was to obtain a high color in pre-mordant variations in several types of fabrics using the ecoprint dyed blanket technique. The method used is descriptive qualitative, and is equipped with color fastness testing against washing, scrubbing, ada sweating. The high coloring of the T54 silk and the rayon silk creates a brown tint on the fabric background with the leaf/flower traces printed nicely. In Japanese cotton, primissima and rayon-paris cotton produces a brown tint on the background also with imprinted leaf/flower prints quite nicely. T54 silk and rayon silk with pre-mordant alum produce clearer and sharper leaf/flower traces compared to results with pre-mordan symplocos. Color fastness resistance to 40 ℃, wash, scrubbing and sweat was grades 4
symplocos produced darker colors and more clearly printed leaf/flower traces compared to pre-mordan alum. Color fastness resistance to 40 ℃, wash, scrubbing and sweat was grades 4 and 4-5, good category.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
Yogyakarta, 6 Oktober 2020 eISSN 2715-7814
B.03 | 3 PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat terhadap green product, berdampak terhadap penggunaan dan produksi pewarna alami yang lebih besar (Pujilestari, 2015). Salah satu produk pemanfaatan warna alam adalah ecoprint. Ecoprint merupakan salah satu teknik pewarnaan bahan alam dengan mentransfer warna dan bentuk (daun, bunga) pada media kain melalui kontak langsung dan menghasilkan motif (Pressinawangi, 2014). Bangsa Indonesia dianugrahi Tuhan dengan beragam tanaman yang merupakan bahan utama ecoprint, masyarakatnya juga terkenal mempunyai talenta seni yang tinggi. Kekayaan alam dan kemampuan seni tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan membuat produk yang bernilai jual (Yoga & Eskak, 2015).
Teknik ecoprint bermacam-macam, salah satunya adalah ecoprint dyed blanket. Teknik ini lebih mengutamakan bentuk detail warna dan serat daun, dengan penambahan pewarna alami pada latar kain. Proses pembuatan ecoprint secara umum terdiri dari tiga tahapan yaitu : treatment bahan (kain dan daun/bunga), proses pencetakan motif (pounding, boiling, atau steaming), dan fiksasi (Chasanah, 2017). Hasil pencetakan ecoprint ini sangat bervariasi sesuai dengan jenis tanaman, bagian tanaman yang digunakan, waktu pengolahan, tingkat pH, kualitas air, metode pengolahan, jenis serat (selulosa, sintetis atau protein) dan lainnya (Lestari, 2017).
Bahan baku kain yang digunakan dalam pembuatan ecoprint adalah berasal dari serat alami selulosa (katun, rami) atau protein (sutra, wol). Beberapa jenis katun yaitu primissima, prima, paris, rayon ataupun kombinasinya, dan jenis sutra T54, T56 ataupun kombinasi sutra rayon adalah bahan baku kain yang banyak digunakan untuk ecoprint. Kain berprotein tinggi yang diperoleh dari bagian hewan memiliki daya serap dan ikat terhadap warna alam lebih baik dibandingkan serat kapas (Sulianthini, 2016).
Sebelum tahap pewarnaan, kain diproses pre-mordan lebih dahulu. Tahap ini akan menentukan kualitas pewarnaan alami dan transfer motif, bentuk maupun warna daun/bunga pada hasil ecoprint. Pre-mordan merupakan proses pemberian donor garam logam/garam mineral dengan melarutkannya ke dalam air. Proses ini berperan penting dalam menghasilkan celupan yang lebih tahan terhadap pencucian dan sinar matahari, meningkatkan intensitas, dan memberi arah warna. Pre-mordan dilakukan agar warna tekstil yang dihasilkan tidak mudah luntur dan cemerlang (Kurniasari & Maharani, 2015). mordan yang umum dilakukan menggunakan tawas (K2Al2(SO4)2) (Murwati, 2015). Pre-mordan tawas tidak mempengaruhi arah warna yang dihasilkan.
Sumber tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pre-mordan lainnya yaitu symplocos. Berasal dari tanaman loba (Symplocos sp), merupakan tanaman endemik di Flores dan Sumba, Nusa Tenggara Timur. Loba dapat digunakan sebagai penguat warna alami karena mempunyai kandungan logam aluminium (Al) dan besi (Fe) yang tinggi. Kandungan ini banyak dijumpai pada daun, kulit kayu dan akar (Priyo, 2016). Kandungan logam Aluminium pada daun loba lebih tinggi dibanding dengan bagian tanaman lainnya.
Daun yang gugur atau berwarna kuning menunjukkan kandungan alumuniumnya sudah maksimal. Daun loba yang gugur secara alami memiliki sifat penguat (mordan) lebih tinggi dibandingkan dengan daun yang masih menempel. Daun loba yang telah dijemur kering kemudian dijadikan serbuk dan siap untuk digunakan. Symplocos mampu mengikat warna pada kain katun sehingga mengurangi kelunturan kain dan meningkatkan intensitas warna (Hadi & Pamungkas, 2012). Symplocos juga dapat digunakan sebagai penguat warna yang dicampurkan dalam bahan pewarna alami pada teknik ecoprint. Kain yang telah di pre-mordan symplocos berwarna kuning terang.
Selain tawas dan symplocos, tanin juga merupakan bahan pre-mordan dalam ecoprint. Tanin adalah senyawa astringent yang memlilik rasa pahit dari gugus polifenolnya yang dapat mengikat dan mengendapkan atau menyusutkan protein (Haffida & Fahmi Dinar Rahadhian, 2017). Tanin digunakan untuk membantu dalam proses pre-mordan terutama pada cellulose fabric/kain serat tumbuhan karena tawas symplocos tidak menyatu pada kain cellulose sebagus pada protein (Kurnia, 2019). Tanin untuk bahan mordan perlu dikombinasikan dengan bahan logam tertentu. Tanin terkondensasi memberikan kekuatan
warna menjadi tidak luntur (Marnoto
et al.,
2012). Oak galls adalah tanin yang tidakberwarna, sedangkan Myrobalan, delima, teh adalah tanin berwarna (Kurnia, 2019). Penelitian Ini menggunakan tanin oak galls yang sudah berbentuk serbuk.
Indonesia sangat kaya sumber warna alam antara lain gambir (Pujilestari & Salma, 2017),
secang (Lestari
et al
., 2018), tegeran (Atika & Salma, 2017), dan lain sebagainya. Namundalam penelitian ini jenis warna yang digunakan adalah tingi (Ceriops tagal) karena bahannya mudah didapatkan. Pohon tingi termasuk familia Rhizoporaceae, merupakan tumbuhan mangrove yang banyak terdapat di Indonesia. Bagian tumbuhan tingi yang mengandung tannin dengan arah warna coklat terdapat pada kayu, kulit kayu, buah, dan akar (Pujilestari, 2017). Daun sebagai komponen utama dalam mencetak motif pada proses ecoprint. Tidak semua jenis daun dapat menghasilkan jejak motif dan warna dengan sendirinya pada proses ecoprint. Berdasarkan pengalaman dari uji coba dari penulis, beberapa jenis daun dengan tanin cukup tinggi mudah mengeluarkan warna. Beberapa jenis daun lain memerlukan perlakuan tertentu untuk dapat menghasilkan jejak motif dan warna. Treatment daun dilakukan sebelum diproses ecoprint untuk membantu keluarnya warna dengan cara daun direndam dalam larutan tertentu. Larutan yang digunakan untuk merendam daun antara lain larutan tunjung (FeSO4), larutan cuka (CH3COOH), dan larutan tawas (K2 Al2(SO4)2) dengan takaran tertentu. Masing-masing jenis larutan tersebut akan memberikan nuansa warna yang berbeda (Ristiani & Isnaini, 2019).
Penelitian ini bertujuan menghasilkan kualitas jejak teknik ecoprint dyed blanket pewarnaan ekstrak kulit kayu tingi dari hasil perlakuan variasi pre-mordan dan jenis kain. Uji ketahanan luntur warna diperlukan karena senyawa-senyawa pembawa warna alami mempunyai ketahanan tertentu (Pujilestari & Salma, 2017). Ketahan luntur merupakan salah
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
Yogyakarta, 6 Oktober 2020 eISSN 2715-7814
B.03 | 5
satu syarat pokok suatu produk hasil proses pewarnaan sebelum dipasarkan (Sukaya
et al
.,2018).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini eksperimental dengan analisis desktriptif kualitatif dan kuantitatif. Variasi eksperiment yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan 3 variasi pre-mordan
tawas (K2Al2(SO4)2),
symplocos
dan tanin-symplocos
, dan 5 variasi jenis kain (sutra T54,rayon-sutra, katun jepang, katun primissima, rayon-paris). Analisis kualitatif pada penelitina ini dari hasil uji visual dan analisis kuantitatif atas hasil uji laboratorium dengan metode pengujain mengacu pada SNI ISO C 06:2010, SNI ISO A02:2010, SNI ISO 105-A03:2010, SNI ISO 105-X12:2012, SNI ISO 105-E04:2015.
Teknik
ecoprint
yang digunakan pada penelitian ini adalahecoprint dyed blanket
dengan cara dikukus dengan beberapa variasi pre-mordan.
Dyed blanket ecoprint
merupakan salah satu teknik
ecoprint
yang warna dasar kain diperoleh dengan caramencelup kain
blanket
(selimut) ke dalam zat warna alam. Kainblanket
tersebut akanmentransfer warna ke kain utama pada saat proses pengukusan (Ristiani, 2019). Penelitian ini menggunakan 3 variasi mordan kain yaitu mordan tawas (K2 Al2(SO4)2),
pre-mordan
symplocos
dan pre-mordan tanin-symplocos
. Kain sutra T54 dan rayon-sutramenggunakan pre-mordan tawas (K2 Al2(SO4)2) dan pre-mordan
symplocos
. Sedangkan kainkatun Jepang, katun primissima
,
rayon-paris menggunakan variasi pre-mordan tawas (K2Al2(SO4)2) dan pre-mordan tanin-
symplocos
. Kainblanket
menggunakan rayon-parispre-mordan tawas (K2 Al2(SO4)2). Perlakuan daun tanpa rendam dan rendam larutan tunjung (FeSO4). Bunga tanpa perlakuan.
Bahan dan alat
Bahan yang digunakan yaitu
kain (sutra T54, rayon-sutra, katun jepang, katun
primissima, rayon-paris), daun lanang (Oroxylum indicum), daun jenitri (Elaeocarpus
ganitrus), daun jarak pagar (Jatropha curcas), daun jarak wulung(Jatropha
gossypifolia L), daun kelengkeng (Dimocarpus longan), daun kersen (Muntingia
calabura), daun pepaya jepang (Cnidoscolus aconitifolius, daun aster (Aster alpinus),
daun mangsi
(Phyllanthus reticulatus), bunga aster ungu (Aster alpinus), kulit kayu
tingi, serbuk daun
symplocos, serbuk tanin oak galls, plastik PE, tali rafia, tawas (K
2Al
2(SO
4)
2), soda abu (Na
2CO
3), tunjung (Fe2SO
4), dan cream of tar-tar.
Satu set komporgas, alat kukus, ember, baki, kain lap, gunting, palu kayu, timbangan digital gelas ukur, dan literan.
Prosedur Kerja
1.
Ekstrak pewarna alam: 1 kg tingi direndam dengan 7 liter air selama 18 jam, kemudiandirebus sampai mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan dan direbus selama 1 jam, dibiarkan dingin, selanjutnya ekstrak warna disaring.
2.
Scouring
yaitu pencucian kain dengan detergent murni tanpa pemutih untukmembersihkan kain dari kanji, minyak dan kotoran lainnya.
Scouring
kain katun: 20 gramTRO dilarutkan dengan 10 liter air hangat 60℃, untuk merendam kain selama 30 menit,
kemudian dibilas dengan air bersih dan ditiriskan.
Scouring
kain sutra dan rayon-sutra:20 ml cairan lerak dilarutkan dalam 10 liter air hangat 60℃ untuk merendam kain selama
1 jam kemudian dibilas dengan air bersih dan ditiriskan.
3.
Pre-mordan tawas kain katun dan rayon-paris: tawas 14 g/l dan soda abu 6 g/ldipanaskan suhu 80℃ sampai larut. Kain dimasukkan, direbus selama 1 jam, dibiarkan
terendam selama 3 x 24 jam, kemudian dibilas dan ditiriskan.
Pre-mordan sutra T54 dan rayon-sutra: tawas 14 g/l dan cream of tar-tar 6 g/l,
dilarutkan pada suhu 60℃, kain dimasukkan, direbus selama 1 jam. Selanjutnya kain
direndam 1 x 24 jam, dibilas dan dikeringkan.
Pre-mordan tanin-
symplocos
kain katun dan rayon-paris: tanin 10% berat kain,dilarutkan dengan air secukupnya dan dipanaskan hingga suhu 60℃. Kain dimasukkan,
direbus selama 1 jam. Kain dipindahkan ke dalam ember, didiamkan selama 12 jam,
kemudian dibilas.
Symplocos
50% berat kain, direbus dengan air secukupnya sampaimendidih. Kain dimasukkan pada suhu 60℃ dan direbus selama 30 menit. Setelah dingin
dibilas air hangat, dan dianginkan sampai kering.
Pre-mordan
symplocos
kain sutra T 54 dan rayon-sutra:symplocos
50% dari berat kain,direbus selama 1 jam. Kain dimasukkan pada suhu 60℃, direbus selama 30 menit.
Setelah dingin, kain dibilas air hangat, dianginkan sampai kering (Goodman, Michele Garcia, & William Ingram, 2013).
4.
Treatment
daun dan bunga. Daun lanang, daun jenitri dan bunga aster tanpa perlakuan. Daun lainnya seperti daun kelengkeng, daun aster, daun jarak pagar, daun jarak wulung,dan daun pepaya jepang direndam dalam air hangat 60℃ selama 30 menit, selanjutnya
direndam larutan tunjung 3 g/l selama 30 menit, ditiriskan dan dikeringkan dengan kain lap.
5.
Proses pencetakan motif daun/bunga pada kain: (1) Plastik PE dibentangkan di atasbidang datar/lantai. (2) Mordan-in: kain utama dicelup dalam larutan tawas 14 gram/liter selama 10 menit, diperas, dibentangkan di atas plastik PE. (3) Daun/bunga ditata di atas
kain, dengan posisi daun menghadap ke atas. (4) Kain
blanket
dicelup dalam ekstrakpewarna tingi selama 1 jam, diperas, dibentangkan di atas daun. (5) Plastik PE
dibentangkan di atas kain
blanket
. (6) Kain ditekan-tekan untuk menghilangkan udarayang terjebak di atara kain dan plastik. (7) Kain digulung padat. (8) Gulungan diikat dengan tali rafia. (9) Gulungan dikukus selama 2 jam. (10) Setelah 2 jam, kain diangkat.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
Yogyakarta, 6 Oktober 2020 eISSN 2715-7814
B.03 | 7
(11) Setelah dingin, gulungan dibuka, sisa-sisa daun dibersihkan, kain diangin-anginkan selama 7 hari.
6.
FiksasiFiksasi dilakukan setelah 7 hari kain kering. Kain
ecoprint
direndam dalam larutan tawas14 gr/liter selama 5-10 menit, selanjutnya dicuci dengan air bersih, dianginkan sampai kering.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ecoprint dyed blanket
dengan pewarna tingi pada kain sutra dan rayon sutraTabel 1. Hasil
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna tingi pada kain sutra dan rayon-sutraPre-mordan
Jenis Kain Tawas Symplocos
Sutra T54
6A 6B
Rayon-sutra
7A 7B
Analisis visual
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna tingi pada kain sutra dan rayon sutraBerdasarkan Tabel 1, hasil pengamatan visual yang dilakukan oleh tim kegiatan, dapat
dijelaskan bahwa
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna alam tingi pada kain sutra T54 danrayon-sutra, menghasilkan warna cokelat pada latar kain, dan jejak motif daun/bunga tercetak bagus. Daun jenitri menghasilkan jejak motif daun berwarna cokelat keemasan. Daun aster, kersen, jarak wulung, jarak pagar, kelengkeng, mangsi menghasilkan jejak motif daun berwarna hijau muda. Daun lanang menghasilkan jejak motif daun berwarna kuning
kunyit. Daun pepaya jepang menghasilkan jejak motif daun berwarna putih. Bunga aster menghasilkan jejak motif bunga berwarna hijau tua pada mahkota bunga, dan kuning pada bagian putik bunga.
Jejak motif daun/bunga yang dihasilkan pada kain sutra T54 lebih jelas dan tajam dibandingkan dengan jejak motif dan daun yang tercetak di kain rayon-sutra. Hal ini disebabkan karena kain sutra T54 merupakan jenis kain sutra murni dari serat protein. Kain rayon-sutra merupakan jenis kain dari serat campuran.
Hasil pada sutra T54 pre-mordan tawas, jejak motif/bunga tercetak lebih jelas dan tajam
dibandingkan dengan hasil pada sutra T54 pre-mordan
symplocos
. Kandungan alumuniumdari
symplocos
yang terikat pada kain mampu mengikat warna dengan baik. Tetapi hasilpada kain pre-mordan
symplocos
secara visual terlihat lebih gelap. Hal ini disebabkan karenasymplocos
memberi warna kuning muda pada saat proses pre-mordan, sehingga kain yangdipre-mordan
symplocos
menjadi berwarna kuning muda. Sedangkan kain yangdipre-mordan tawas, tetap berwarna putih. Perbedaan warna dasar kain sebelum proses cetak daun, meyebabkan ketajaman warna yang tercetak pada kain juga berbeda, sehingga kain yang dimordan tawas (berwarna putih) menghasilkan warna lebih tajam dibandingkan
dengan kain yang dimordan
symplocos
(berwarna kuning). Hasil pada kain rayon-sutrapre-mordan tawas, jejak motif daun/bunga tercetak lebih jelas dan tajam dibandingkan dengan
hasil pada rayon-sutra pre-mordan
symplocos
, tetapi hasil pada kain pre-mordansymplocos
secara visual terlihat lebih gelap.
Jadi secara visual,
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna tingi pada sutra T54 danrayon-sutra hasilnya bagus, jejak motif daun/bunga tercetak jelas. Hasil
ecoprint
pada kainsutra T54 dan rayon-sutra pre-mordan tawas, lebih tajam dibandingkan dengan hasil pada
kain sutra T54 dan rayon-sutra pre-mordan
symplocos
.Kain sutra memiliki sifat higroskopisdengan kekuatan tarik dan daya serap yang baik (Sulianthini, 2016). Sifat tersebut merupakan faktor utama dalam proses pewarnaan alam, sehingga sangat mambantu untuk penyerapan zat warna. Hasil paling bagus intensitas warna dan jejak motif daun/bunga
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna alam Tingi pada kain sutra T54 dan kain rayon-sutra, yaitu pada kain sutra T54 pre-mordan tawas.Hasil dan pembahasan uji ketahanan luntur warna
ecoprint
dyed blanket
pewarna tingi pada kain sutra dan rayon-sutraTabel 2 menunjukkan hasil uji ketahanan luntur warna kain terhadap pencucian 40℃,
gosokan dan keringat pada kain sutra T54 pre-mordan tawas dan pre-mordan
symplocos
,menghasilkan nilai 4 dan 4-5, kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kain
ecoprint dyed
blanket
dengan pewarna tingi pada kain sutra T54 mempunyai ketahanan luntur warna (terhadap pencucian, gosokan, keringat) yang baik, sehingga layak sebagai bahan sandang.Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
Yogyakarta, 6 Oktober 2020 eISSN 2715-7814
B.03 | 9 Tabel 2. Hasil uji ketahanan luntur warna
ecoprint dyed blanket
tingi pada kain sutra danrayon-sutra
No Jenis uji Hasil Uji
6A Sutra T54, Tawas 6B Sutra T54, Symplocos 7A Rayon-sutra, Tawas 7B Rayon-sutra, Symplocos 1 Ketahanan luntur warna terhadap
pencucian 400C Nilai perubahan warna Nilai penodaan warna
- Asetat - Kapas - Poliamida - Poliester - Akrilat - Wool 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 3-4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 3-4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 2 Ketahanan luntur warna terhadap
gosokan
Nilai penodaan warna - Kapas kering - Kapas basah 4 4-5 4 4 4 3-4 4 3-4 3 Ketahanan luntur warna terhadap
keringat a. Asam
Nilai perubahan warna Nilai penodaan warna - Asetat - Kapas - Poliamida - Poliester - Akrilat - Wool b. Basa
Nilai perubahan warna Nilai penodaan warna - Asetat - Kapas - Poliamida - Poliester - Akrilat - Wool 4-5 4-5 4 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4 4 4-5 4-5 Keterangan :
5 = Baik sekali, 4-5 = Baik, 4 = Baik, 3-4 = Cukup baik, 3 = Cukup, 2-3 = Kurang, 2 = Kurang, 1-2 = Jelek, 1 = Jelek
Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40℃, gosokan dan keringat pada
kain rayon-sutra pre-mordan tawas dan pre-mordan
symplocos
menghasilkan nilai 4 danblanket
dengan pewarna tingi pada kain rayon-sutra mempunyai ketahanan luntur warna yang baik, sehingga layak untuk bahan sandang. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadappencucian 400C dan gosokan kain rayon-sutra pre-mordan tawas dan pre-mordan
symplocos
menghasilkan nilai 3-4, kategori cukup baik.Ecoprint dyed blanket
dengan pewarna tingi pada kain katun dan rayon-parisTabel 3. Hasil
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna tingi pada kain katun dan rayon-parisPre Mordan
Jenis Kain Tawas Tanin-Symplocos
Katun Jepang 8A 8B Katun Primissima 9A 9B Rayon-paris 10 A 10 B
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
Yogyakarta, 6 Oktober 2020 eISSN 2715-7814
B.03 | 11 Analisis visual
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna tingi pada kain katun dan rayon-parisBerdasarkan Tabel 1,
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna tingi pada katun jepang,katun primissima dan rayon-paris menghasilkan warna cokelat pada latar kain. Kain dengan
pre-mordan tanin-
symplocos
pada ketiga jenis kain, menghasilkan arah warna lebih gelapdan jejak daun/bunga tercetak lebih jelas dibandingkan dengan kain pre-mordan tawas. Tanin yang sudah terserap pada kain, mampu mengikat logam alumunium yang terkandung
pada
symplocos
. Kandungan alumunium padasymplocos
yang terikat pada kain mampumengikat warna sehingga mengurangi kelunturan kain dan meningkatkan intensitas warna dan jejak daun yang tercetak. Sifat tanin sebagai pengkhelat logam senyawa fenol yang secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam. Proses pengkhelatan akan terjadi sesuai pola subtitusi dan pH senyawa phenolik itu sendiri. Karena itulah tanin terhidrolisis memiliki potensial untuk menjadi pengkhelat logam (Sarda, Asmalia, & Azima, 2013).
Kandungan Alumunium pada
symplocos
yang terikat pada pada kain mampu mengikatwarna sehingga mengurangi kelunturan kain dan meningkatkan intensitas warna dan jejak
motif daun yang tercetak.
Symplocos
sendiri membawa warna kuning muda, sehingga secaravisual, kain yang dipremordan tanin-
symplocos
berwarna kuning muda. Kain denganpremordan tawas berwarna putih. Perbedaan warna dasar kain sebelum proses cetak daun juga berpengaruhi hasil cetak motif daun/bunga, sehingga hasil ecoprint pada kain dengan
pre-mordan tanin-
symplocos
cenderung lebih gelap dibandingkan dengan hasil pada kainpre-mordan tawas.
Secara visual
ecoprint
pada kain katun jepang, jejak daun/bunga tercetak jelas, tetapitidak semua jenis daun mengeluarkan warna. Daun jarak pagar dan daun aster menghasilkan jejak warna putih. Daun kersen dan kelengkeng menghasilkan jejak warna hijau muda. Daun jenitri menghasilkan jejak warna cokelat kekuningan. Daun lanang menghasilkan jejak warna kuning kunyit. Bunga aster menghasilkan jejak motif bunga berwarna hijau tua pada mahkota bunga, dan kuning pada bagian putik bunga.
Hasil
ecoprint
pada katun primissima: jejak daun/bunga tercetak jelas, tetapi tidaksemua jenis daun mengeluarkan warna. Daun jarak pagar dan daun aster menghasilkan jejak warna putih. Daun kersen, kelengkeng, dan jarak wulung menghasilkan jejak warna hijau muda. Daun jenitri menghasilkan jejak warna cokelat kekuningan. Daun lanang menghasilkan jejak warna kuning kunyit. Bunga aster menghasilkan jejak motif bunga berwarna hijau tua pada mahkota bunga, dan kuning pada bagian putik bunga.
Hasil pengamatan visual
ecoprint
pada kain rayon-paris, jejak daun/bunga tercetak jelas,tetapi tidak semua jenis daun mengeluarkan warna. Jejak motif daun Jarak pagar menghasilkan jejak warna putih. Daun kersen, kelengkeng, jarak wulung, aster menghasilkan jejak warna hijau muda. Daun jenitri menghasilkan jejak warna cokelat keemasan. Daun lanang menghasilkan jejak warna kuning kunyit. Bunga aster menghasilkan jejak motif bunga berwarna hijau tua pada mahkota bunga, dan kuning pada bagian putik bunga. Hasil paling
bagus intensitas warna dan jejak motif daun/bunga
ecoprint dyed blanket
dengan pewarna alam tingi pada kain katun jepang, mori primissima dan paris yaitu pada kainrayon-paris pre-mordan tanin-
symplocos
.Ketahanan luntur warna
ecoprint
dyed blanket
pewarna tingi pada kain katun dan rayon-parisTabel 4. Hasil uji ketahanan luntur warna ecoprint dyed blanket tingi pada kain katun dan rayon-paris
No Jenis uji Hasil Uji
8A Katun-jepang, Tawas 8B Katun-jepang, Tanin- Symplocos 9A Katun primissima, Tawas 9B Katun primissima, Tanin- Symplocos 10A Rayon-paris, tawas 10B Rayon-paris, Tanin- Symplocos 1 Ketahanan luntur warna terhadap
pencucian 400C Nilai perubahan warna Nilai penodaan warna
- Asetat - Kapas - Poliamida - Poliester - Akrilat - Wool 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 3-4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 2 Ketahanan luntur warna terhadap
gosokan
Nilai penodaan warna - Kapas kering - Kapas basah 4-5 4 4-5 4 4-5 3-4 4-5 4 4 4 4-5 4 3 Ketahanan luntur warna terhadap
keringat a. Asam
Nilai perubahan warna Nilai penodaan warna - Asetat - Kapas - Poliamida - Poliester - Akrilat - Wool b. Basa
Nilai perubahan warna Nilai penodaan warna - Asetat - Kapas - Poliamida - Poliester - Akrilat - Wool 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 Keterangan :
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
Yogyakarta, 6 Oktober 2020 eISSN 2715-7814
B.03 | 13 5 = Baik sekali, 4-5 = Baik, 4 = Baik, 3-4 = Cukup baik, 3 = Cukup, 2-3 = Kurang, 2 = Kurang, 1-2 = Jelek, 1 = Jelek
Tabel 4 dapat dilihat bahwa ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40℃, gosokan
dan keringat pada kain katun jepang, katun primissima, rayon-paris pre-mordan tawas dan
pre-mordan tanin-
symplocos
, menghasilkan nilai 4 dan 4-5, kategori baik. Hal inimenunjukkan bahwa produk tersebut layak sebagai bahan sandang.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Ecoprint dyed
blanket
dengan pewarna tingi pada kain sutra T54 dan rayon-sutra, menghasilkan warna cokelat pada latar kain, dan jejak daun/bunga tercetak bagus. Kain dengan pre-mordan tawas menghasilkan warna lebih terang dibandingkan dengan hasilpada kain sutra T54 dan rayon-sutra pre-mordan
symplocos
. Hasil paling bagus intensitaswarnanya adalah pada kain sutra T54 dan kain rayon-sutra, yaitu pada kain sutra T54
pre-mordan tawas. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40℃, gosokan dan
keringat pada kain sutra (T54 dan rayon-sutra) pre-mordan tawas dan pre-mordan
symplocos
menghasilkan nilai 4 dan 4-5, kategori baik.Kain katun jepang, katun primissima dan rayon-paris menghasilkan warna cokelat
pada latar kain. Kain dengan pre-mordan tanin-
symplocos
menghasilkan arah warna lebihgelap dan jejak motif daun/bunga tercetak lebih jelas dibandingkan dengan hasil pada kain pre-mordan tawas. Hasil paling bagus intensitas warna dan jejak motif daun/bunga kain katun jepang, katun primissima dan rayon-paris yaitu hasil pada kain rayon-paris
pre-mordan tanin-
symplocos
. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40℃,gosokan dan keringat pada kain katun jepang, katun primissima, rayon-paris pre-mordan
tawas dan pre-mordan tanin-
symplocos
menghasilkan nilai 4 dan 4-5, kategori baik.Saran
Penelitian ini perlu dikembangkan lagi pada berbagai perlakuan proses dan berbagai jenis daun dan bunga dari tanaman lainnya guna mendapatkan produk ecoprint yang lebih variatif lagi.
KONTRIBUSI PENULIS
Kontributor utama pada penelitian ini yaitu Suryawati Ristiani, sedangkan kontributor
anggota yaitu Irfa’ina Rohana Salma dan Tika Sulistyaningsih.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) yang telah menfasilitasi penelitian ini, Seksi Pengujian BBKB, serta pihak-pihak yang telah membantu kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Atika, V, & Salma, I. R. . (2017). Kualitas Pewarnaan Ekstrak Kayu Tegeran (Cudrania Javanensis) Pada Batik. Dinamika Kerajinan Dan Batik, 34(1), 11–18.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v34i1.2642.g2301
Chasanah, A. M. (2017). Batik Ecoprint, yang Sederhana Jadi Barang Mahal. Retrieved February 23, 2018, from http://wargajogja.net/bisnis/batik-eco-print-yang-sederhana-jadi-barang-mahal.html Goodman, S., Michele Garcia, & William Ingram. (2013). The Plant Mordant Project Natural Dyes 100%
from Plants Using Symplocos as a Mordant on Protein and Cellulose Fibers. Retrieved from www.plantmordant.org: http://plantmordant.org/?page_id=39
Hadi, D. S., & Pamungkas, D. (2012). Penguat Warna Kain Alami dari Serbuk Daun Loba. In Seri 3 Iptek Kehutanan (pp. 35–36). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Haffida, A. A., & Fahmi Dinar Rahadhian. (2017). Ekstrasi Zat Tanin Dari Bahan Alami Dengan Metode Steam Extraction. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Handayani, P. A., & Maulana, I. (2013). Pewarna Alami Batik dari Kulit Soga Tingi (Ceriops tagal) dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol. 2, No.2, 1-6.
Kurnia, I. (2019). Oak Galls Tannin. Jakarta: Bikinkain.id.
Kurniasari, I. D., & Maharani, D. (2015). Pembuatan Komposit Kitosan Alumina sebagai Agen Fiksasi Zat Warna Rodamin B Pada Kain Katun. Journal of Chemistry, 4(1), 75–80.
Lestari, D. W., Isnaini, Salma, I. R., & Satria, Y. (2018). Bentonit sebagai Zat Mordan dalam Pewarnaan Alami pada Batik Menggunakan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan Linn.). Dinamika Kerajinan Dan Batik, 35(2), 95–102. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v35i2.4176
Lestari, R. (2017). Ecoprint, Teknik Pewarnaan Alami yang Unik. Retrieved February 23, 2018, from http://www.wanita.me/culture/ecoprint/
Marnoto, T., Haryono, G., Gustinah, D., & Putra, F. A. (2012). Ekstraksi Tannin sebagai Bahan Pewarna Alami dari Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica) Menggunakan Pelarut Organik. Reaktor, 14(1), 39–45.
Murwati, E. S. (2015). Teknik Pewarnaan Sutra dengan Zat Warna Alam dari Daun Puring. In Prosiding Seminar Nasional 4 UNS SME’s Summit & Awards 2015: Sinergitas Pembangunan MKM dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) (p. p.9). Surakarta: UNS.
Pressinawangi, N. (2014). Eksplorasi Teknik Ecoprint dengan Menggunakan Limbah Besi dan Pewarna Alam untuk Produk Fashion. Craft, 3(1).
Priyo. (2016). Tanaman Loba Penguat Warna Alami yang Semakin Langka.
Pujilestari, T., & Salma, I. R. (2017). Pengaruh Suhu Ekstraksi Warna Alam Kayu Secang (Caesalpinia Sappan Linn) Dan Gambir (Uncaria Gambir) Terhadap Kualitas Warna Batik. Dinamika Kerajinan Dan Batik, 34(1), 25–34. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v34i1.1651.g2311 Pujilestari, T. (2017). Optimasi Pencelupan Kain Batik Katun Dengan Pewarna Alam Tingi (Ceriops
Tagal) dan Indigofera Sp. Dinamika Kerajinan Dan Batik, 34(2), 53–62. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v34i1.2606.g2310 53-62
Pujilestari, T. (2015). Sumber Daya dan Pemanfaatan Zat Warna Alam untuk Keperluan Industri. Dinamika Kerajinan Dan Batik, 32(2), 93-106.
Ristiani, S., & Isnaini. (2019). Eksplorasi Teknik Ecoprint Pada Media Kulit. Prosiding Seminar Nasional Batik dan Kerajinan 2019 (p. B5). Yogyakarta: Balai Besar Kerajinan dan Batik.
Sarda, Asmalia, Azima, Permadi, & Dian. (2013, 4 4). Tanin. Retrieved from SlideShare: https://www.slideshare.net/HajarIrmawati/tanin
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
Yogyakarta, 6 Oktober 2020 eISSN 2715-7814
B.03 | 15 Sukaya, Y., Eskak, E., dan Salma, I. R. (2018). Penambahan Nilai Guna Pada Kreasi Baru Produk Boneka
Batik Kayu Krebet Bantul. Dinamika Kerajinan Dan Batik, 35(1), 15–24. Sulianthini, D. (2016). Ilmu Tekstil. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Yoga, W. B. S., & Eskak, E. (2015). Ukiran Bali Dalam Kreasi Gitar Elektrik. Dinamika Kerajinan Dan Batik, 32(2), 117–126. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v32i2.1367.g1156