• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Teologi Amreta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Teologi Amreta"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teologi

Amreta

Theme: Mission in the Spirit Vol. 4, No. 1, Desember 2020

Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti – Malang

Tanggal verifikasi : 29 Agustus 2017

SK ISSN - 0005.25993100/JI.3.1/SK.ISSN/2017.12 (8 Desember 2017)

(2)

i

Jurnal Teologi Amreta Vol. 4, No. 1

Theme: Mission in the Spirit

Penanggung jawab:

- Ketua STT Satyabhakti: Pdt. Gatut Budiyono, DMin. - Pdt. Gani Wiyono, ThM, MTh. (Academic Dean) Dewan Penasihat:

- Pdt. Gatut Budiyono, DMin. - Pdt. Gani Wiyono, ThM., MTh. - Dr. Keith Sorbo

Ketua Dewan Penyunting: Victor Christianto, MTh. Dewan Penyunting: - Pdt. Yahya Afandi, MTh. - Pdt. Amelia Rumbiak, MTh. Mitra Bestari: - Pdt. Gani Wiyono, ThM., MTh. - Pdt. Dr. Hudus Pardede - Pdt. Ekaputra Tupamahu, PhD. - Dr. Paskalis Edwin Nyoman Paska

- Pdt. Dr. Elia Tambunan, S.Th, M.Pd. (STT Salatiga) - Pdt. Silwanus Gabriel, MTh. (STT Berea)

- Pdt. Soerono Tan, MTh.

- Jessica Layantara, MTh. (Universitas Pelita Harapan, Karawaci) Desain Sampul: Victor Christianto

Alamat Redaksi:

Editor Jurnal SATI

STT Satyabhakti, Jl. Raya Karanglo 94-103, Malang Email: jurnal@sttsati.org

(3)

ii Editorial

“Mission in the Spirit”

Seperti kita ketahui, kalangan Karismatik-Pentakostal dikenal lebih bersemangat untuk mewartakan Kabar Baik. Meski secara umum, gereja-gereja yang non-Pentakostal juga mengenal tritugas panggilan gereja: koinonia, diakonia dan marturia, namun dalam prakteknya acapkali hanya menekankan sebagian saja dari tugas tersebut.

Dalam edisi Jurnal Amreta kali ini, tema yang diangkat adalah bagaimana bermisi dalam pimpinan Roh Kudus. Karena jika gereja bermisi hanya dengan

mengandalkan metode-metode atau hikmat manusia, hal tersebut bisa saja justru bertentangan dengan maksud dan kehendak Tuhan bagi jemaat gereja yang bersangkutan. Padahal sebagai tubuh Kristus, kita mesti belajar untuk mendahulukan kehendak Tuhan daripada program-program rancangan manusia. Artikel-artikel dalam edisi kali ini dipilih untuk mewakili tema tersebut.

Sebagai artikel pembuka, Pdt. Isak Suria memaparkan mengenai pengertian

peripateo dan stoikheo. Seperti kita ketahui, istilah “Berjalan dalam Roh” sering kita dengar di kalangan Kristen namun masih memerlukan kajian lebih dalam, karena banyak perbedaan tafsiran. Sebuah artikel yang layak disimak.

Lalu Michelle Fortunella Sugianto menguraikan mengenai doktrin kesembuhan dalam pelayanan Karismatik, serta implikasinya dalam konteks pandemi covid-19 yang sedang terjadi. Selanjutnya dalam artikel ketiga, Pdt. Robby Chandra membahas mengenai peran Roh Kudus dalam misi Allah, berdasarkan teks Kisah Para Rasul 16:11. Ada beberapa hal baru dan penting yang diungkapkan dalam tulisan ini, khususnya implikasinya dalam kepemimpinan gerejawi.

Artikel selanjutnya adalah mengenai peran kepemimpinan misi Rasul Paulus, ditulis oleh Christian Bayu Prakoso dan Yonatan Alex Arifianto. Kedua penulis juga menguraikan beberapa saran untuk kepemimpinan misi masa kini.

(4)

iii

Dalam artikel kelima, Alentinus Yonathan menguraikan mengenai makna Roh di Endor dalam 1 Samuel 28, khususnya jika dibandingkan dengan Ajaran Aliran Pangestu.

Sebaagai artikel non-tematik, catatan awal mengenai Logika Sentensial oleh V. Christianto dapat disimak, khususnya dalam hubungannya dengan diskusi Manunggaling Kawula Gusti dan Trinitas.

Sebagai penutup, ada dua resensi terhadap karya Azurdia III berjudul Spirit Empowered Preaching: Menyampaikan Khotbah dengan Ilham Roh dan Kuasa Ilahi, dan juga karya Peter J. Williams, berjudul Can We Trust the Gospels? (Dapatkah kita mempercayai Injil?). Kedua resensi buku ini menutup edisi Mission in the Spirit ini.

Tentu harapan kami adalah edisi ini dapat menyegarkan wawasan teologis kita mengenai hal-hal yang perlu lebih diperhatikan dalam melaksanakan misi Allah dalam pimpinan Roh Kudus itu.

Meskipun artikel-artikel yang dimuat dalam edisi ini cukup selektif dibandingkan dengan luasnya tema misi dalam pimpinan Roh Kudus tersebut, namun kiranya dapat memberikan gambaran tentang diskusi terkini seputar topik-topik ini.

***

Jurnal Teologi Amreta adalah berkala semi-ilmiah bilingual (dalam bahasa Indonesia dan English) yang ditujukan untuk turut mengembangkan dan memajukan karya tulis di bidang biblika, teologi, misiologi, pelayanan, filsafat, psikologi, kepemimpinan, dan bidang terkait lainnya. Meskipun visi dan misi institusional bercorak Pentakosta-Kharismatik, jurnal ini tetap membuka diri terhadap karya tulis bermutu yang bernuansa lintas denominasi.

Jurnal ini bersifat diamond open access (tidak memberlakukan biaya

berlangganan baik kepada penulis maupun pembaca). Jurnal ini direncanakan terbit dua kali setahun (semi-annually) dalam versi daring (online).

(5)

iv

Sebagai penutup, ijinkan kami mewakili editor menyampaikan banyak terima kasih atas partisipasi para kontributor edisi ini, baik para penulis dan juga mitra bestari yang telah bekerja keras, dan terimakasih atas kesediaan Anda

meluangkan waktu membaca Jurnal ini.

Kiranya Tuhan memperluas dan memperlengkapi Anda dengan segala yang baik untuk memuliakan namaNya.

Salam dalam kasih Kristus,

Malang, 3 Desember 2020. Victor Christianto

Dewan Penyunting Jurnal Teologi Amreta

Ucapan terimakasih kepada para kontributor edisi ini: 1. Pdt. Dr. Isak Suria

2. Michelle Fortunella Sugianto, STh. 3. Pdt. Em. Robby Chandra, DMin., MTh. 4. Christian Bayu Prakoso, STh.

5. Pdt. Yonatan Alex Arifianto 6. Alentinus Yonathan, STh. 7. Pdt. Jefri Hina Remi Katu, MTh. 8. Pdt. Stefanus Kristianto

(6)

v Visi dan Misi STT Satyabahkti

Visi Institusi STT Satyabhakti: Menjadi Sekolah Tinggi Teologi Pentakosta-Kharismatik yang unggul dalam mutu di tingka nasional dan regional serta relevan dengan perkembangan Jaman.

Misi Institusi STT Satyabhakti:

1. Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang memiliki reputasi nasional dan regional serta beridentitas Pentakosta-Kharismatik.

2. Menuntaskan proses menjadi Sekolah Tinggi Teologia yang mandiri dan memiliki tata kelola yang baik.

Tujuan Jurnal Teologi Amreta

Jurnal Teologi Amreta adalah publikasi berkala semi-ilmiah bi-lingual (dalam bahasa Indonesia dan English) yang dirancang untuk turut mengembangkan dan memajukan karya tulis di bidang biblika, teologi, misiologi, pelayanan, filsafat, psikologi, kepemimpinan, dan bidang terkait lainnya. Meskipun visi dan misi institusional bercorak Pentakosta-Kharismatik, jurnal ini tetap membuka diri terhadap karya tulis bermutu yang bernuansa lintas denominasi.

Jurnal ini bersifat diamond open access (tidak memberlakukan biaya

berlangganan baik kepada penulis maupun pembaca). Jurnal ini direncanakan terbit dua kali setahun (semi-annually) dalam versi cetak maupun daring

(7)

vi

Selain itu, kami terpanggil untuk ikut berkontribusi dan memberi warna pada pada pembinaan warga jemaat dan orang Kristen pada umumnya melalui

pemikiran dan pelayanan para hamba Tuhan agar gereja di Indonesia khususnya dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat dan benar.

Karya tulis yang tercakup di dalamnya meliputi tulisan hasil penelitian, pemikiran interaksi dengan topik kekinian, bahan eksegese/eksposisi, materi pengamatan, studi kasus, ringkasan khotbah, ulasan musik/film atau buku

rohani, dan bentuk ekspresi pikiran lainnya dalam lingkup luas penelitian teologi yang terdokumentasi dengan referensi yang memadai.

Untuk itu kami mendorong para hamba Tuhan, pendeta, dosen, alumni, dan peminat serius lainnya supaya dapat berpartisipasi dalam menyumbangkan karya tulis terbaiknya. Para mahasiswa tingkat pascasarjana dan doktoral dari berbagai seminari (teologi) juga diharapkan dapat ikut menambah ragam tulisan dalam berkala ini.

Redaksi akan mempertimbangkan penerbitan tiap artikel yang masuk

berdasarkan masukan dari para mitra bebestari (berdasarkan sistem "blind peer-review"), serta menyuntingnya menurut ketentuan penerbitan jurnal yang

umum. Artikel yang diterima akan diberikan imbalan. Keputusan akhir publikasi setiap artikel merupakan hak penyunting Jurnal. Untuk mengetahui persyaratan penyerahan naskah tulis, lihat "Petunjuk untuk Para Penulis" di bagian akhir jurnal ini.

(8)

vii

Daftar Isi

Penanggung Jawab i

Editorial ii

Visi dan Misi STT Satyabhakti v

Tujuan Jurnal Teologi Amreta v

Daftar Isi vi

Artikel Utama 1. Peripateo dan Stoikheo: Pengertian Teks “Berjalan dalam Roh”–Isak Suria 2

2. Doktrin Kesembuhan dalam pelayanan Karismatik di Era Pandemi Covid 19 – Michelle Fortunella Sugianto 22

3. Peran Roh Kudus dalam Misi Allah: Ajaran yang Terlewatkan dalam Narasi Kisah Rasul 16:11– Robby I. Chandra 44

4. Peran Kepemimpinan Misi Paulus dan Implikasinya bagi Pemimpin Misi Masa Kini – Christian Bayu Prakoso & Yonatan Alex Arifianto 67

5. Roh di Endor: Pemanggilan Roh dalam 1 Samuel 28:1-25 dan Ajaran Aliran Pangestu – Alentinus Yonathan 89

Artikel Non-tematik 6. Catatan awal tentang Logika Sentensial dan implikasinya dalam diskusi Manunggaling Kawula Gusti dan Trinitas – V. Christianto 103

Resensi buku 7. Azurdia III, Asturo G.,Spirit Empowered Preaching: Menyampaikan Khotbah dengan Ilham Roh dan Kuasa Ilahi – Jefri Hina Remi Katu 114

8. Peter J. Williams, Can We Trust the Gospels? – Stefanus Kristianto 120

Call for Paper: Jurnal Amreta edisi vol. 4, no. 2, Juli 2021 127

(9)

1

(10)

2

PERIPATEO DAN STOIKHEO: PENGERTIAN TEKS “BERJALAN

DALAM ROH”

Isak Suria

Abstrak

Istilah “Berjalan dalam Roh” sering kita dengar di kalangan Kristen namun masih memerlukan kajian lebih dalam, karena banyak perbedaan tafsiran. Pertama, istilah tadi tidak dipergunakan di dalam Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru walaupun ada di dalam Alkitab bahasa Inggris. Kedua, menurut Surat Galatia 5:16 dan 5:25 yang menjadi bahasan artikel ini, ada dua kata yang terkait istilah tersebut yaitu peripateo dan stoikheo. Artikel ini menelusuri maknanya. Metodologi yang digunakan dalam journal ini adalah penafsiran teks Alkitab dan meneliti keselarasan ajaran ini dalam teks lain di Alkitab. Dari penelitian ini ditemukan bahwa istilah “peripateo” (Gal 5:16) dan “stoikheo” (Gal 5:25) menunjukkan Gaya Hidup dan konsistensi mengikuti garis lurus atau barisan orang-orang yang sudah mengikuti Kristus sebelumnya dan juga berhubungan erat dengan ucapan Tuhan Yesus bahwa setiap orang yang mengikut Dia harus menyangkal diri dan memikul salib. Aplikasi hasil studi ini adalah bahwa siapa yang berjalan dalam Roh berarti mengiring Yesus sambil memikul salib dan menyangkal diri.

Kata kunci: Peripateo, Stoikheo, berjalan, Roh Kudus

Abstract

Most Christians are familiar with the term "walking in the Spirit", yet the term does not exist in the Indonesian Bible, even though the English Bible has it. How can we explain the phenomenon and the origin of the term? According to the Epistle of Galatians 5:16 and 5:25 which are the main subjects of this article, there are two words related to that term: peripateo and stoikheo. The article is an exploration to their meaning. The methodology used in this journal is biblical text interpretation followed with further exploration on the harmony of this teaching of Galatian 5 with the content of other texts in the Bible. From this research, it was found that the terms "peripateo" (Gal 5:16) and "stoikheo" (Gal 5:25) indicate a lifestyle and consistency to follow a straight line or line of people who have followed Christ earlier. It is also closely related to what Jesus said that everyone who follows Him must deny themselves and take up the cross. The study clarifies the meaning of walking in the Spirit: it means that whoever follows Jesus should carry the cross and deny himself while walking together in the line of people before him.

(11)

3 Pendahuluan

Istilah “Berjalan dalam Roh” dalam kekristenan itu penting. Namun, seperti disampaikan Fuchsia dalam bukunya Walking in The Spirit, banyak orang tidak memahami apa artinya berjalan dalam Roh, bahkan bagi beberapa pelayan Tuhan hal ini juga masih merupakan konsep yang kurang jelas1

Menurut Jusuf BS yang adalah seorang Gembala Sidang senior, penulis buku-buku rohani dan ketua Sidone Gereja Tabernakel Indonesia, “Jika seseorang mau menjadi pengikut Kristus sejati, siapapun dirinya, ia harus bersedia hidupnya dipimpin Roh dan tidak menurut keinginan dagingnya.”2 Kekristenan yang normal harus berjalan dengan

dipimpin Roh Tuhan, sehingga bisa menikmati kehidupan Kristus yang penuh dan berkemenangan. Demikian juga Nee berkata, “Untuk menikmati kehidupan yang sungguh di dalam Kristus, wajiblah belajar untuk berjalan menurut Roh. Adalah fakta sejarah, bahwa di dalam Kristus, manusia lamaku sudah tersalib. Adalah juga fakta bahwa aku diberkati di dalam Kristus dengan segala berkat rohani dari Sorga (Ef. 1:3)”.3

Pengertian mudahnya berjalan dalam Roh adalah kita mengijinkan Roh Kudus melakukan pekerjaan-Nya di dalam kita sehingga memuliakan nama Tuhan. Seperti rasul Paulus yang memberikan dirinya untuk diikat oleh Roh Kudus.

Kasus menarik mengenai pandangan mengenai berjalan dalam Roh atau dengan Roh dipaparkan dalam buku Surprised by The Power of The Spirit karangan Jack Deere, seorang profesor Perjanjian Lama di Dallas Theological Seminary, lektor kepala, dan penyumbang naskah untuk Bible Knowledge Commentary, yang dapat dijadikan contoh bagaimana pandangannya mengalami perubahan. Dahulu ia berpandangan bahwa Allah tidak lagi memberikan karunia Roh untuk melakukan mukjizat. Tuhan tidak lagi berbicara kepada manusia melalui mimpi, penglihatan, kesan yang mendalam, sebab sudah ada Firman Allah yang tertulis. Jika ada orang berkata, “Bahwa Tuhan berbicara kepadanya” maka sang penulis menganggap bahwa orang itu mencuri otoritas Allah dan menghina Allah. Dengan demikian menurutnya, maka segala bentuk karunia Roh Kudus sudah tidak ada lagi.

1 Fuchsia Pickett, Walking in The Spirit (Florida: Charisma House) 176 2 Jusuf BS, Kemah Suci Jilid 1, (Surabaya: Penerbit Bukit Zaitun 2004.) 460

(12)

4

Suatu waktu ia turut hadir dalam pelayanan John White di suatu Gereja. Saat itu mata hatinya terbuka, bahwa pelayanan dengan karunia rohani itu nyata. Tetapi ia masih belum yakin, sampai suatu waktu ia bertemu dengan John Wimber (pendeta di Vineyard Christian Fellowship di Anaheim) dan ia melihat bagaimana Wimber menyampaikan suara Tuhan dalam pelayanannya. Ia berpikir, bahwa hal itu salah, sebab dalam pengetahuannya seharusnya seseorang berdoa kepada Bapa melalui Yesus oleh Roh Kudus ( hal 40). Dalam pemahaman Jack, memang konsep berjalan dalam Roh sulit dimengerti, sampai akhirnya ia dipertemukan oleh orang-orang yang sudah mempraktekkan hidup berjalan dalam Roh seperti John Wimber, Paul Cain dsb., sehingga ia belajar lagi.

Dalam bukunya Surprised by the Voice of God, Jack memaparkan bagaimana ia mengubah pelayanannya dengan mengikuti perintah Roh Kudus. Karena cara pelayanannya berbeda dengan apa yang dahulu dikerjakannya, akhirnya ia mengundurkan diri dari dari Dallas Theological Seminary. Jack Deere mempraktikkan hidup berjalan dalam Roh di dalam hidupnya.4 Dari pengalaman Jack ini dapat

disimpulkan bahwa orang yang tidak mengerti apa artinya berjalan dalam Roh akan merasa seolah-olah berjalan dalam Roh itu seperti berjalan dalam dunia mimpi. Tetapi bagi orang yang mengerti, ini adalah kehidupan yang indah. Orang yang tidak mengalami itu, dalam buku barunya tahun 2020, “Why I am still Surprised by the power of Spirit” disebut oleh Jack sebagai orang-orang yang menganut paham cessationism, yaitu yang menyatakan bahwa karunia sudah berakhir5. Ini memperjelas bahwa memang banyak

orang tidak memahaminya.

Ketidakjelasan pemahaman di atas terkait dengan kenyataan bahwa di dalam beberapa terjemahaan Alkitab, misalnya Alkitab Indonesia Terjemahan Baru (TB) tidak ada istilah “Berjalan dalam Roh”. Istilah yang digunakan adalah “Dipimpin oleh Roh” atau “Hidup oleh Roh”. Sedangkan di Bible King James Version menulisnya dengan kata “walk in the Spirit.” Di Galatia 5:16 tertulis “This I say then, walk in the Spirit, and ye shall not fulfil the lust of the flesh” (Alkitab TB: hidup oleh Roh). Dan di Galatia 5:25 tertulis “If we live in the Spirit, let us also walk in the Spirit” (Alkitab TB: Dipimpin Roh). Jadi ada dua istilah yang dikenal: Berjalan dalam Roh dan dipimpin oleh Roh.

4 Jack Deere, Surprised by The Power of The Spirit (Yogyakarta: Yayasan Andi 1998) 1-30 5 Jack Deere, Why I am still Surprised by the Power of Spirit (Michigan: Zondervan 2020) 55

(13)

5

Dalam teks aslinya perbedaannya nyata, sebab menggunakan dua istilah yang berbeda. Galatia 5:16 memakai kata “peripateo“ sedangkan Galatia 5:25 memakai kata “stoikheo,” yang diterjemahkan oleh KJV sebagai walk in the Spirit. Kedua kata ini akan menjadi fokus penelitian dalam artikel untuk menjelaskan istilah “Berjalan dalam Roh” secara utuh dan aplikasinya.

Pembahasan dan Hasil 1. Latar Belakang Konteks Surat Galatia

Surat Galatia6 adalah surat penting yang ditulis oleh Rasul Paulus (Gal 1:1)

kira-kira tahun 60 M berarti sebelum Paulus dipenjara. Tujuan Paulus menulis surat ini karena ada ajaran-ajaran yang menyesatkan jemaat dari kaum Yudais, selain itu Paulus mengajarkan kepada jemaat bagaimana hidup menjadi seorang Kristen yang sebenarnya. Orang Kristen harus bebas dan merdeka daripada segala ikatan-ikatan filsafat duniawi. Surat Galatia sering juga disebut sebagai Magna Charta dari kekristenan atau “Piagam kemerdekaan orang Kristen”, maksudnya bahwa sesungguhnya orang Kristen adalah orang yang merdeka, merdeka dari dosa, merdeka dari segala tradisi dunia, bahkan juga dari peraturan Taurat, sebab Tuhan Yesus telah memerdekakannya di kayu salib. Martin Luther, bapak Reformasi mengakui Surat Galatia sebagai piagam kemerdekaannya, sebab itu ia sangat mencintai surat ini sama seperti ia mencintai isterinya Katherina. Luther berkata tentang surat Galatia, “The epistle to the Galatians is my epistle. To it I am, as it were, in wedlock. It is my Katherine”7. Catatan Luther tentang Surat Galatia, rupanya

mempengaruhi pengkhotbah besar John Bunyan, bagaimana ia mendapat kekuatan dari buku itu, seperti yang ia tulis, “I found my condition in his experience, so largely and profoundly handled, as if his book had been written out of my heart”.8

Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus dalam bahasa yang jelas dan terus terang, ia sama sekali tidak multi-interpretable. Ia dengan berani menyebut penganut agama Yahudi sebagai saudara-saudara palsu (2:4). Sebab mereka telah membawa injil lain,

6 Galatia adalah kota di Asia Kecil. Ketika orang-orang Romawi mengorganisir Kembali dunia kuno, mereka menjadikan Galatia sebagian dari sebuah propinsi yang lebih luas yang mencakup beberapa daerah lainnya, dan mereka menyebut seluruh provinsi tersebut Galatia. Di sini dapat ditemukan wilayah di mana Rasul Paulus memberitakan Injil yaitu Antiokhia, Ikonium, Listra, Derbe (Kis 13-14). Warren W.Wiersbe, Merdeka di dalam Kristus (Bandung: kalam Hidup) 11

7 Max Anders, Holman New Testament Commentary Galatians, Ephesians, Philippians, Colossians (Tennessee: Broadman and Holman Publishers 1999) 91

8 Philip Graham Ryken, Reformed Expository Commentary (New Jersey: P&R Publishing 2005)

(14)

6

yang berbeda dengan apa yang Rasul Paulus beritakan dan injil mereka telah menyesatkan jemaat Galatia, sehingga mereka yang mulai dari Roh hendak mengakhirinya dalam daging. Paulus juga menegur dengan keras kepada Jemaat Galatia sehingga menyebutnya “Hai, orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?” (Gal 3:1). Begitu tajamnya perasaan Paulus dalam merasakan kebutuhan gereja kepada “Kebenaran Injil” sehingga ia siap melawan siapa pun.9

Paulus cemas melihat bahaya yang hendak menimpa jemaat Galatia, sehingga ia harus berbicara dengan terus terang. Bahkan ia juga harus menceritakan tentang hidupnya yang dahulu berpegang teguh kepada agama Yahudi sehingga membunuh orang-orang Kristen, tetapi sekarang setelah ditangkap oleh Kristus, Paulus merasa bahwa apa yang dilakukannya dahulu adalah salah. Bahkan ia juga menyebut dirinya sebagai orang hina.

Jemaat Kristen di Galatia adalah golongan non Yahudi dan mereka tidak tahu tentang hukum agama Yahudi. Sedangkan di satu sisi orang Yahudi menganggap akar kekristenan adalah Yahudi, sehingga orang Kristen wajib melakukan hukum Taurat. Orang Kristen di Galatia dibingungkan dengan ajaran Taurat, sunat dsb, sehingga Paulus harus menjelaskan maksud Tuhan yang sebenarnya, bahwa hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali bukan karena melakukan hukum Taurat tetapi karena pemberitaan iman (Gal 3:2), sehingga manusia dimerdekakan dari dosa dan tentu juga dari kewajiban melakukan hukum Taurat. Paulus mengatakan, “Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mukjizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?” (Gal 3:5) dan Paulus menjawabnya sendiri,

“Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.” (Gal. 2:16)

(15)

7

Pembaca Galatia pasal lima akan menemukan dua kata ganti orang yaitu “kita” (hemeis) di ayat 1 dan 5 lalu “kamu” (humin) di ayat 2 dan 4. Sehingga bisa disimpulkan saat itu Paulus sedang berbicara kepada seseorang yang bukan bagian dari “kita”10. Ini

menggambarkan bahwa saat itu jemaat Galatia yang sudah mendengar Injil, telah kedatangan orang-orang Yahudi dari Yerusalem11 yang menganjurkan bahwa percaya

kepada Yesus saja tidak cukup, harus dengan melakukan hukum Taurat dan sunat. Paulus merasa heran terhadap orang Galatia sebab begitu cepat mereka berpindah dari Tuhan yang telah memanggilnya (Gal 1:6), sehingga Paulus mengatakan jikalau ada orang mengabarkan Injil lain walaupun malaikat sekalipun harus ditolak, karena ini tidak sesuai dengan kebenaran Tuhan sendiri. Paulus telah membawa ajaran yang benar kepada jemaat, sebab ajaran yang benar akan menghasilkan hidup yang benar. Ajaran yang salah akan menghasilkan hidup yang salah. Sekarang jika orang Galatia berpindah dari kehidupan Roh kepada kehidupan Taurat, maka hidupnya akan hancur, karena Roh Kudus tidak bisa bekerja. Itulah sebabnya ditekankan untuk berjalan dalam Roh Kudus.

2. Tafsiran teks Galatia 5

Dalam Surat Galatia terdapat tiga belas kata “Roh” (pneuma) yaitu Gal 3:2, 3,5,14; 4:6,29; 5:5,16,17,18,22,25; 6:8. Roh yang dimaksudkan ini adalah Roh Kudus, walaupun tidak ditulis Roh Kudus, tetapi dengan jelas kita tahu bahwa ini adalah Roh Kudus. Witness Lee mengatakan, “Roh ini pasti adalah Roh Kudus yang tinggal dan berbaur dengan roh kita.”12 Maksud berbaur adalah Roh Kudus yang tinggal di dalam kita menjadi

satu dengan roh kita, sehingga tidak lagi ditulis Roh kudus, cukup Roh saja (1Kor 6:17: “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya kepada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia”).

Isu yang muncul adalah apakah makna berjalan dalam Roh ataukah berjalan oleh Roh, lalu istilah mana yang paling tepat dengan Galatia 5 dan bagian-bagian Alkitab lainnya? Jika melihat kata “Pneumati” yang adalah bentuk datif maka diterjemahkan “oleh Roh” daripada “dalam Roh”, seperti yang tertulis dalam TB tetapi teks Ibrani וּר ָּב(baruakh = dalam roh), sama dengan KJV. Jadi penulis memakai kata “dalam Roh”. Galatia 5:16

10 John MacArthur, MacArthur New Testament Commentary – Galatians (Chicago: Moody Press, 1987)

11 Pengajar-pengajar sesat ini kemungkinan mempunyai hubungan dengan gereja di Yerusalem (Gal

2:11-14).

(16)

8

“Λέγω δέ, (lego de =Tetapi aku berkata) πνεύματι περιπατεῖτε, (pneumati peripateite yang berarti berjalanlah dalam Roh) καὶ ἐπιθυμίαν σαρκὸς οὐ μὴ τελέσητε. (kai epithumian sarkos ou me telesete yang diterjemahkan sebagai “dan kamu sekali-kali tidak akan memenuhi keinginan daging)”. Sedangkan Galatia 5:25 “Εἰ ζῶμεν πνεύματι, (Ei zomen pneumati yang berarti “jika kita hidup oleh Roh) πνεύματι καὶ στοιχῶμεν.” (pneumati kai stoikhomen =kita juga dapat berjalan di dalam Roh). Penggalian pada kedua kata yang digunakan pada Galatia 5 menunjukkan beberapa hal di bawah ini.

a. Peripateo

Dalam Lexicon Greek Bible, περιπατέω (peripateo) berasal dari kata peri (about, around) dan pateo (walk, tread), sehingga artinya berjalan mengelilingi, melangkahkan kaki. Peripateo umumnya dipakai dalam hal berjalan secara fisik. Bauer’s mengartikan peripateo sebagai “go about, walk around” (pergi, berjalan-jalan) —1. lit. walk around, go about, walk, go (berjalan-jalan, pergi, berjalan) Mat 9:5; Mrk 11:27; Luk 11:44; 1 Ptr 5:8; Why 2:1; 3:4.— 2. fig. walk in the sense life, conduct oneself (berjalan dalam arti kehidupan atau tingkah laku ) Mrk 7:5; Kis 21:21; Rm 6:4; 8:4; 1 Kor 7:17; 2 Kor 5:7; Gal 5:16; Ef 4:1; Kol 3:7; 1 Tes 2:12; 2 Tes 3:6; Ibr 13:9.13

Dalam Alkitab TB terdapat 95 kata “peripateo” yang diterjemahkan sebagai14:

Berjalan (Mat 4:18; 9:5; 11:5; 14:25,26,29; 15:31; Mrk 2:9; 5:42; 6:48,49; 7:5; 11:27; 12:38; 16:12; Luk 5:23; 7:22; 11:44; 20:46; 24:17; Yoh 5:8,9,11,12; 6:19: 8:12; 10:23; 11:9,10; 21:18; Kis 3:6,9,12; 14:8; Why 2:1; 3:4; 16:15; 21:24); Berjalan-jalan (Mrk 12:38; Luk 20:46; Yoh 10:23); Lewat (Yoh 1:36); Mengikut (Yoh 6:66); Berjalan keliling (Yoh 7:1; 1Ptr 5:8); Tampil (Yoh 11:54); Percayalah (Yoh 12:35); Berjalan kian kemari (Kis 3:8; 14:10); Hidup (Kis 21:21; Rm 6:4; 8:4; 13:13; 14:15; 1Kor 3:3; 7:17; 2Kor 5:7; 10:2,3; 12:18; Gal 5:16; Ef 2:2,10; 4:1,17; 5:2,8,15; Flp 3:17,18; Kol 1:10; 2:6; 4:5; 1Tes 2:12; 4:1,12; 2Tes 3:11; 1Yoh 1:6,7; 2:6,11; 2Yoh 1:4,6; 3Yoh 1:3,4).

Dari analisa ayat-ayat di atas, maka istilah peripateo dalam Alkitab TB diterjemahkan sebagai “berjalan” dan “hidup”. Kitab Injil banyak memakai kata “berjalan” yaitu berjalan secara fisik. Sedangkan surat-surat Paulus memakai bentuk figuratif sehingga diterjemahkan ”hidup”. Dalam Septuaginta (LXX) ada 25 kata

13 Walter Bauer’s, A Greek-English Lexicon of the New Testament (Chicago, The university Chicago press) 649

(17)

9

“peripateo” (Kej 3:8,10; Kel 21:19; Hak. 21:24; 1Sam 17:39; 2Sam 11:2; 2Raj 20:3; Es 2:11; Ay 9:8; 20:25; 38:16; Mzm 12:8; 104:3; 115:7; 135:17; Ams 6:22,28; 8:20; 23:31; Pkh 4:15; 11:9; Yes 8:7; 59:9; Dan 3:25; 4:29,33). Tetapi arti sesungguhnya adalah berjalan (peripateo).

Mengapa Alkitab TB menerjemahkan peripateo dalam surat-surat Paulus sebagai “hidup”? Memang studi dari Daniel C. Arichea Jr, dan Eugene A. Nida menunjukkan bahwa secara pengertian peripateo itu mengacu kepada cara hidup seseorang atau gaya hidup15.

Misalnya Paulus menasihati jemaat di Efesus supaya hidupnya tidak lagi memakai cara dunia (Ef. 4:17). Alkitab TB memakai arti figuratif bukan arti literal sebab menurut New International Dictionary, bahwa Peripateo dalam Yunani klasik diartikan berjalan, berhenti (berjalan kian kemari seperti di pasar) sedangkan arti figuratifnya cara hidup (in Philodemus – abad 1. B.C.), makna hidup (De Libertate 23, 3), seperti dalam 2 Raja-raja 20:3 …aku telah hidup di hadapanmu…. atau Pengkhotbah 11:9 … turutilah keinginan hatimu (kai peripatei en hodois kardias)16 Jadi peripateo, arti literalnya

berjalan, sedangkan arti figuratifnya cara hidup. Sehingga πνεύματι περιπατεῖτε (pneumatic peripateite) yang diterjemahkan berjalan dalam roh adalah cara hidup bagaimana seseorang dipimpin oleh Roh Kudus.

b. Stoikhomen

Dalam Lexicon Greek Bible, στοιχῶμεν (stoikhomen) atau στοιχέω (stoikheo)

diterjemahkan hold to, agree with, follow (Kis 21:24; Rm 4:12; Gal 5:25; 6:16; Flp 3:16).17.

Rienecker menulis stoikheo adalah “to stand in a row, to walk in a straight line, to behave properly. The word was used for movement in a definite line, as in military formation or in dancing.18 (Berdiri dalam satu barisan, berjalan dalam garis lurus, berperilaku baik.

Perkataan itu digunakan untuk gerakan di dalam suatu garis tertentu, seperti dalam formasi militer atau tarian). Jadi, kata “stoikheo” artinya berjalan lurus19, seperti orang

15 Dalam PB kata kerja “berjalan” sering dipakai untuk menggambarkan sikap hidup dan perilaku –, Pedoman Penafsiran Alkitab, Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011) 141

16 Brown, Colin, Editor, New International Dictionary of NT Theology, (Zondervan 1986)/ preceptaustin.org galatians_516

17 Walter Bauer’s, A Greek-English Lexicon of the New Testament (Chicago, The university Chicago press) 768

18 Fritz Rienecker & Cleon Rogers, Linguistic Key to The Greek New Testament (Michigan, Regency1980) 518

19 Kata “berjalan” di sini dapat juga diterjemahkan menjadi berjalan lurus. Daniel C. Arichea Jr, dan Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab, Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia, (Jakarta: LAI) 152

(18)

10

yang sedang berbaris, lurus dengan tidak menyerong ke mana-mana. Di sini lebih menekankan keteraturan dalam berjalan atau berjalan dalam suatu barisan. Seperti abjad berbaris mulai dari huruf A kemudian B lalu C dst. Fuller mengatakan Stoikhomen adalah “the idea of marching in step or of ordering one’s life; this is a much more specific imperative than the English words “live” or “walk” connote.”20 Jadi berjalan dalam Roh adalah

berbaris sesuai dengan kehendak Tuhan, dan Dialah yang meletakan kita dalam barisan itu. Jika melihat pasukan yang sedang berbaris, tampak begitu rapi dan mereka tidak boleh bergerak semau sendiri sehingga mengacaukan barisan. Sebab berbaris adalah suatu kesatuan. Demikian juga yang dikerjakan Roh Kudus buat semua orang percaya di seluruh dunia, semua dalam keteraturan yang rapi dan dalam posisi yang sesuai dengan kehendak Roh. Jika seseorang tidak mau taat kepada pimpinan Roh Kudus, maka ia telah mengacaukan pasukan Tuhan. Kita memang tidak melihat apa yang Roh Kudus kerjakan untuk seluruh dunia ini, tetapi hendaklah kita taat kepada-Nya, nanti waktunya kita akan melihat semua rencana Allah yang dikerjakan oleh Roh Kudus terjadi dalam hidup kita. Jadi kalau Paulus mengatakan “Berjalan dalam Roh” (stoikheo), itu berarti Paulus menetapkan suatu standar barisan di mana Yesus berjalan di muka, kemudian disusul oleh murid-murid-Nya. Sebab Paulus mengatakan, “Tirulah teladanku sama seperti aku meniru teladan Kristus (1Kor 11:1).” Stoikheo tertulis tujuh kali dalam PB (Gal 4:3; 5:25; Kol 2:8,20; Ibr 5:12; 2Ptr 3:10,12) dan satu kali dalam LXX yaitu Pkh 11:6.

Stoikheia adalah kaidah atau standar yang harus diikuti, sehingga tidak heran Galatia 4:3; Kolose 2:8 menerjemahkan dengan kata “kaidah”, (KJV: elements), “suatu dasar yang ditetapkan.” Sehingga maksud ayat ini adalah bahwa, ketika masih kanak-kanak, kita diatur oleh kaidah-kaidah dunia (berada dalam aturan duniawi) atau dalam perwalian dunia (guardians and trustees)21 . Berjalan dalam Roh adalah ketetapan,

kaidah yang Tuhan tetapkan bagi orang percaya. Spurgeon mengatakan “Jika kehidupan rohani kita hasil dari pekerjaan Allah, biarlah tindakannya juga selaras dengan-Nya. Maksudnya adalah berjalan sesuai dengan kebenaran Firman.”22 Jika orang berdosa

mengikut standar dunia, tetapi jika orang percaya mengikuti standar Allah. Jika kehidupan rohani kita hasil dari pekerjaan Allah, biarlah tindakan kita juga selaras dengan-Nya.

20 Daniel P Fuller, Walking by the Spirit: Step by step through Galatians ( USA Lulu Inc) 85 21 Daniel P Fuller. Walking by the Spirit: Step by step through Galatians ( USA Lulu Inc) 61-62 22 Galatians 5:16 Commentary, Preceptaustin. org/ galatians_524-26 diambil Mei 2020

(19)

11 3. Kajian lebih dalam

Berjalan dalam Roh adalah cara hidup yang tepat sebagai orang Kristen dewasa. Bailey menulis “Pimpinan Roh itu dialami oleh mereka yang dewasa di dalam Kristus” Sebab Paulus menerangkan semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah (huios = putra yang dewasa).23 Berjalan dalam Roh adalah cara untuk mengatasi

kehidupan dosa, menanggulangi watak dan mengalahkan Iblis.24 Berjalan dalam Roh

berarti menempuh kehidupan sehari-hari kita.25 Tetapi supaya bisa berjalan dalam Roh,

harus hidup oleh Roh. Paulus menjelaskan syarat utama untuk berjalan dalam Roh adalah kelahiran baru (2Kor. 5:17). Sebab dalam kelahiran baru, hidup sudah ditebus, dosa dihapuskan dan Roh Kudus tinggal dalam hidup kita selamanya, kita taat kepada-Nya. Roh Kudus akan memimpin hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Dari bahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berjalan (peripateo) adalah melangkah secara aktif setahap demi setahap. Kita berjalan bersama Tuhan secara fisik, selangkah demi selangkah dalam pimpinan Tuhan. Galatia 5:16 menulis “peripateite” dalam bentuk imperative, sehingga ini adalah kata “perintah” dari rasul kepada jemaat di Galatia untuk berjalan dalam Roh. Perintah ini ditujukan kepada semua orang Kristen, baik Yahudi maupun non Yahudi. Pada zaman Aristoteles “peripateo” dipakai untuk menerangkan murid-murid yang bergerak mengikuti gurunya.26 Bagi orang Kristen,

berjalan dengan Roh berarti mengikuti Kristus yang adalah Guru kita. Kita harus mendengarkan Firman-Nya dan mengikuti bimbingan-Nya, meniru perbuatan-Nya. Inilah kehidupan Kristen yang normal. Orang Kristen harus memutuskan untuk berjalan terus menerus (present tense) dipimpin Roh Kudus. Kalau selalu hidup dipimpin Roh, maka tidak akan timbul buah-buah daging dalam hidupnya. “Buah-buah daging adalah perzinaan, percabulan, kenajisan, rangsangan badani, penyembahan berhala, sihir, permusuhan, perbantahan, iri hati, amarah, persaingan, perpecahan, kelompok sesat, kedengkian, pembunuhan, kemabukan, pesta pora.” (Gal 5:19-20 ILT)

Arti selanjutnya adalah kita tidak bisa berjalan dipimpin Roh sambil memuaskan daging kita. Kita harus memilih hidup dalam Roh atau hidup dalam daging, tidak ada yang netral di sini, harus memilih mau mengikut siapa. Jika tunduk pada Roh, maka kehendak

23 Brian J. Bailey, Roh Kudus Sang Penghibur (Jakarta: Voice of Hope) 229

24 Witness Lee, Pelajaran Hayat Galatia (2)(Surabaya, Yayasan Perpustakaan Injil 2001) 340 25 Witness Lee, Pelajaran Hayat Galatia (2)(Surabaya, Yayasan Perpustakaan Injil 2001) 345 26 Preceptaustin. org – Galatians _516 diambil Mei 2020

(20)

12

daging tidak akan dipenuhi. Kita harus berkata “ya” kepada Roh Kudus dan tidak kepada daging. Berjalan dalam Roh adalah dasar untuk hidup kudus terus-menerus. Ini adalah tindak lanjut setelah mengalami kelahiran baru.

Jadi peripateo adalah berjalan melangkah sedangkan stoikheia adalah berjalan dalam barisan yang teratur dengan tujuan. Witness Lee menguatkan penulisan ini dengan mengatakan, “Untuk jenis pertama (peripateo) Roh adalah esensi kita, sedangkan jenis kedua (stoikheia) Roh adalah jalan kita, jalan setapak”27. Dahulu hidup di jalan Taurat,

tetapi sekarang hidup di jalan Roh. Jikalau hidup oleh Roh, maka kita harus ada di jalan Roh. Kita tidak hidup menurut doktrin, teologi, agama, tradisi, tetapi menurut Roh.

Peripateo-Stoikheo juga berkaitan dengan ucapan Yesus. Misalnya dalam Markus 2:14 Yesus memanggil murid-murid-Nya, Ia berkata, “Ikutlah Aku…”. Kata “mengikut” ditulis “akouleteo” yang artinya mengikut dengan jarak dekat, atau mengikut di belakangnya. Ini berarti Tuhan mengajak murid-murid-Nya berada di belakang-Nya, ada dalam satu barisan. Juga dalam Matius 11:29 Tuhan berkata, “Pikullah kuk-Ku atasmu dan belajarlah dari-Ku … (Mat 11:29 ILT). Tuhan memakai kata kuk. Kuk (zugon) adalah palang kayu lengkung yang berat yang diletakkan di atas leher dua ekor binatang seperti lembu untuk menarik bajak atau kereta atau dua buah perahu yang digandengkan menjadi satu, atau kebersamaan para prajurit dalam mendayung sebuah kapal. Jadi penekanan “kuk” adalah diikat menjadi satu dalam suatu pekerjaan. Sehingga ayat ini menunjukkan bahwa berjalan dalam Roh, bukan hanya kita menurut kehendak Roh, tetapi juga berjalan bersama-sama dalam satu kuk dengan Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Mat. 16:24). Menyangkal diri adalah melawan kehendak daging, sedangkan memikul salib adalah memikul beban yang Tuhan taruh dalam hidupnya. Inilah perjalanan orang Kristen. Jadi adalah tidak mungkin jika seseorang mau berbaris di belakang (mengikut) Yesus tanpa memikul salib dan menyangkal diri. Jadi ada tiga hal yang diucapkan oleh Yesus yang berhubungan dengan berjalan dalam Roh (stoikheo) yaitu berjalan mengiring Yesus dengan jarak dekat, menanggung kuk yang Tuhan berikan kepadanya, menyangkal diri dan memikul salib. Tetapi ketiga hal ini bisa dijalankan jika kita mau dipimpin (berjalan)

(21)

13

dalam Roh. Roh Kudus akan memimpin kita untuk mengiring Yesus, dan kita meminta kekuatan dari Roh Kudus untuk bisa menaatinya.

Daniel P. Fuller mengatakan, “Berjalan dalam Roh adalah berjalan dalam kasih, sebab kasih mencegah seseorang memenuhi keinginan dagingnya”.28 Sedangkan Pickett

mengatakan, “If we are not following the way of love, we are not walking in the Spirit at all, but are following the carnal ways of our flesh nature.”29 Sebab Yesus berjalan dalam kasih,

maka orang yang berjalan dalam Roh harus berjalan dalam kasih. Memang tampaknya benar, tetapi tidak demikian. Sebab berjalan dalam kasih juga tidak mudah, karena kasih yang Tuhan tunjukkan adalah kasih Ilahi. Tanpa dipimpin Roh tidak mungkin bisa berjalan dalam kasih, tidak mungkin bisa melakukan kehendak-Nya. Paulus mencoba melakukan kehendak Tuhan dengan kekuatan sendiri, tetapi gagal. Ketika yang baik hendak dikerjakan, yang jahat yang muncul. Ia sudah mencobanya dan tidak berhasil. Hal ini diungkapkan dalam Roma 7, sehingga ia mengatakan dirinya sebagai manusia celaka (Rm. 7:24). Tetapi ketika ia menyerahkan dirinya untuk dipimpin Roh, ia sanggup melakukannya, bahkan menjadi lebih dari pemenang (Rm. 8:37). Berbaris bersama Tuhan dalam suatu barisan (peripateo-stoikheo) membutuhkan dipimpin Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus tidak mungkin berjalan dalam kehendak Tuhan. Berjalan dalam Roh yang saya maksudkan disini adalah berjalan dalam pola Tuhan yaitu dalam kuasa dan pimpinan Roh Kudus.

4. Keselarasan dengan bagian lain Alkitab

Membahas tentang peripateo dan stoikheo akan terlihat dalam kehidupan Yesus Kristus dan murid-murid-Nya yang berjalan dalam satu barisan rencana Bapa. Ini merupakan suatu pola (patron) yang diajarkan Tuhan Yesus dan diikuti para murid dan juga sampai saat ini.

a. Kehidupan Yesus Kristus.

Dalam inkarnasi-Nya kehidupan Yesus dibatasi, Ia menjadi seperti manusia biasa, sehingga Ia menyandarkan diri-Nya sepenuhnya kepada pimpinan Roh Kudus, supaya dapat mengerjakan pekerjaan Bapa yang dibebankan kepada-Nya. Injil Lukas (2:40)

28 Daniel P Fuller, Walking by the Spirit: Step by step through Galatians ( USA Lulu Inc) 81 29 Fuchsia Pickett, Walking in The Spirit (Florida: Charisma House) h. 177

(22)

14

menulis tentang masa kecil Yesus, bagaimana Ia bertumbuh dalam Roh (καὶ ἐκραταιοῦτο πνεύματι (kai ekrataiouto pneumati), sehingga hikmat dan anugerah Allah ada pada-Nya.” Pada usia 12 tahun Yesus dibawa ke Yerusalem oleh orang tua-Nya, dan Ia berada di Bait Allah untuk bercakap-cakap dengan para ahli Taurat. Semua orang yang mendengar jawaban Dia sangat heran sebab kecerdasan-Nya. Tetapi Yesus belum mau keluar untuk memberitakan Kerajaan Allah, sebab menurut peraturan Imamat, seorang imam mulai bekerja dalam usia 30 tahun (Bil. 4:3). Yesus tunduk kepada peraturan Taurat (Gal. 4:4), sehingga Ia pulang dengan orang tua-Nya ke Nazaret. Kemudian pada usia 30 tahun Yesus dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. Yohanes merasa tidak layak membaptiskan Yesus, tetapi Yesus menyuruh tetap melaksanakannya supaya tetap berada di jalur yang sudah ditetapkan Bapa bagi-Nya (Mat. 3:15). Perhatikan langkah-langkah stoikheo terlihat. Setelah dibaptis, Roh memimpin Yesus ke padang gurun untuk berdoa dan berpuasa. Matius dan Lukas memakai istilah “Yesus dibawa (ago = membawa) oleh Roh” sedangkan Markus memakai kata “Roh memimpin” (ekballo = mendorong). Setelah empat puluh hari dan empat puluh malam berdoa dan berpuasa, Iblis datang mencobai-Nya untuk mengajak Yesus keluar dari barisan rencana Allah, tetapi Yesus menentangnya (Mat 4:1-11; Mrk 1:12-13; Luk 4:1-13). Lalu selesai menang dalam pencobaan, Roh memimpin Yesus ke Galilea (Luk 4:14). Kemenangan Yesus karena Ia tetap berada dalam barisan rencana Allah dan dipimpin oleh Roh Kudus.

Kemudian Yesus berkata, “Roh Tuhan ada padaku.” (Luk. 4:18) Yesus berbicara soal pengurapan Roh Kudus sebelum memberitakan kabar baik. Roh Kudus adalah kuasa yang memungkinkan seseorang menjadi saksi (Kis 1:8). Kemudian Yesus mengatakan Kabar Baik harus diberitakan kepada orang-orang miskin, yaitu mereka yang miskin dalam hal-hal Surgawi (Luk 12:21; Why 3:17; Mat 5:3). Selain itu, Injil juga harus diberitakan kepada para tawanan, orang-orang buta, dan orang-orang yang tertindas (Yes 42:7; Zef 1:17; Yoh 9:39-41; Kis 26:18; Luk 13:11-13; Yoh 8:34). Ucapan Yesus membuat orang takjub, sehingga berkata, “Bukankah Ia tukang kayu, anak Yusuf, anak Maria, dan saudara-Nya Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon, dan saudara-Nya yang perempuan juga ada bersama kita, jadi dari mana hikmat yang diperoleh-Nya itu?” Meskipun orang-orang takjub akan perkataan yang diucapkan Tuhan, namun kelihatannya mereka tidak memahami-Nya. Kata-kata indah yang Tuhan Yesus ajarkan waktu itu sebenarnya adalah berita keselamatan, namun karena tidak mengenal Tuhan, maka mereka berbalik menolak Dia (Luk. 4:22; 2Kor 5:16).

(23)

15

Dari Kapernaum Yesus pergi ke Galilea, lalu mengajar di situ pada hari Sabat dan semua orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh dengan kuasa (Luk 4:32). Di Sinagoga ada orang yang dirasuk setan dan berteriak-teriak dengan suara keras. Mendengar Setan berteriak-teriak seperti itu, lalu dengan otoritas, Yesus menghardiknya dan Setan itu menghempaskan orang yang dirasuknya di hadapan orang banyak, lalu meninggalkannya sehingga tidak menyakiti lagi. Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu sangat takjub dan berkata, Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar. (Luk. 4:36). Melihat perbuatan Yesus, orang banyak menjadi sangat takjub, sehingga memperbincangkan-Nya satu sama lainnya, sebab Yesus berbicara dengan kuasa, bahkan roh jahatpun dapat diperintahnya”. (Mrk 1:27-28). Pengajaran Yesus memang berbeda dengan para ahli Taurat, walaupun kitabnya sama, sebab Roh Kudus itulah yang membedakannya. Yesus menjelaskan apa yang ada dalam hati dan pikiran Allah, sedangkan ahli Taurat menjelaskan apa yang ada dalam pengetahuannya. Apa yang ada di hati Allah itulah yang harus diberitakan, dan itulah yang akan mendatangkan kuasa (Mrk. 9:1-8).

Kehidupan Yesus sebagai Putra manusia sepenuhnya dipimpin oleh Roh Allah, tidak ada satupun yang tersisa. Baik dalam memilih para murid, mengadakan mukjizat, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, bahkan kematian-Nya di kayu salib, semua adalah dalam pimpinan Roh Kudus. Tuhan Yesus tidak pernah melakukan pekerjaan yang Bapa tidak suruh kepada-Nya. Ketika hari raya Pondok Daun, saudara-saudara Yesus menyuruh Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan hari raya itu, tetapi Ia tidak pergi sebab saat-Nya belum tiba (Yoh 7:6, 8). Ketika waktunya tepat barulah Yesus pergi.

Perkataan Yesus penuh dengan hikmat sehingga tidak ada seorangpun yang bisa membantah-Nya. Banyak orang ingin menjebak-Nya, tetapi tidak dapat. Para ahli Taurat membawa perempuan berzina kepada Yesus meminta ketegasan pengadilan, tetapi Yesus menjawab dengan tepat, sehingga mereka pergi dan undur. Ini semua adalah kesaksian bahwa Yesus bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus. Ingatlah bahwa saat itu Yesus sedang mengosongkan diri-Nya dan menjadi seorang manusia (Flp. 2:6,7). Dia mengandalkan pengurapan dan kuasa Roh Kudus, bukan kuasa ilahi-Nya sendiri (Luk 4:14).

(24)

16

Setelah Yesus mati, Ia bangkit dan naik ke Sorga. Ia berpesan kepada murid-murid-Nya untuk menantikan janji Bapa. Yesus berkata, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). Tanpa kuasa Roh Kudus, murid-murid tidak akan bisa menjadi saksi Kristus yang baik. Sebab tekanan lawan akan membuatnya keluar dari barisan Tuhan. Tetapi Roh Kudus membuatnya tetap berada dalam jalan Tuhan, sehingga Paulus mengatakan tidak ada yang bisa memisahkannya dari kasih Kristus, bahkan maut sekalipun.

b. Pekerjaan murid-murid Yesus dalam Kisah Para Rasul

Kisah Para Rasul, adalah buku tentang pekerjaan Roh Kudus di antara para murid. Ini bukan kisah Petrus, Paulus dll., melainkan kisah Roh Kudus dalam memimpin setiap orang percaya. Dalam kitab Kisah Para Rasul inilah ditemukan bagaimana murid-murid berjalan dalam Roh. Penulis hanya mengambil beberapa contoh saja, antara lain:

c. Petrus

Setelah penuh Roh Kudus (Kis 2), murid-murid menjadi orang yang berbeda. Petrus tidak nampak sebagai nelayan lagi, tetapi seperti seorang yang penuh hikmat dan wibawa Ilahi. Ia berbicara kepada ribuan orang di Yerusalem pada hari Pentakosta, sehingga semua yang mendengarnya terpaku, dan 3000 orang bertobat. Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah, mereka menemukan orang lumpuh di pintu gerbang indah (Kis. 3). Dengan berani Petrus memerintahkan agar orang lumpuh berjalan, dan seketika itu juga berjalan. Ketaatan Petrus kepada Roh Kudus, membuat pekerjaan Injil cepat menyebar ke mana-mana sehingga banyak orang dimenangkan bagi Kristus. Ketika Petrus dan Yohanes ditangkap dan dibawa ke mahkamah agama, dengan berani ia berkata, “Silahkan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah, taat kepada kamu atau taat kepada Allah” (Kis 4:19). Ketika mereka disesah, mereka memuji Tuhan. Memang ada perasaan gentar, tetapi mereka berdoa dan ketika Roh Kudus memenuhi hidupnya, mereka menjadi begitu berani untuk memberitakan Injil. Petrus taat ketika Roh Kudus menyuruh pergi ke rumah Kornelius, seorang non Yahudi, dan Tuhan bekerja di rumah Kornelius, sehingga satu keluarga bertobat (Kis. 10). Dengan demikian Petrus merupakan orang Yahudi yang taat yang selama bertahun-tahun, bahkan tidak mau makan bersama orang-orang non Yahudi, tetapi diperintahkan Roh

(25)

17

Kudus untuk melayani mereka. Dan Petrus taat. Semua pekerjaan yang dikerjakan Petrus terjadi karena ketaatannya kepada Roh Kudus, karena ia berjalan dalam pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus telah mengguncangkan dunia melalui murid-murid Kristus.

d. Filipus (Kisah 8)

Salah satu pimpinan Roh Kudus yang sangat tidak lazim dan luar biasa terjadi di dalam pelayanan Filipus. Filipus memberitakan Injil di Samaria, sehingga terjadi kebangunan rohani yang besar dan banyak orang menerima Kristus. Roh Kudus menyertainya dengan tanda-tanda ajaib, banyak orang disembuhkan dan roh-roh jahat diusir keluar. Kemudian Petrus dan Yohanes pergi ke Samaria untuk membantu pelayanan di sana. Namun di tengah-tengah pencurahan Roh Kudus, Roh Tuhan memimpin Filipus meninggalkan kota Samaria menuju Gaza di padang gurun (Kis 8:26). Menurut pikiran manusia, kita mungkin bertanya: mengapa harus meninggalkan kebangunan rohani di Samaria dan pergi ke padang gurun? Tetapi Tuhan menyuruhnya menemui seorang sida-sida dari Etiopia, seorang yang berkedudukan tinggi. Kemudian Roh memerintahkan Filipus untuk menghampirinya (Kis 8:29). Dan mulai menjelaskan apa yang dibacanya. Sebagai hasil dari pertobatan laki-laki ini, gereja di Etiopia pun dimulai.30

e. Paulus

Demikian juga kehidupan Paulus dalam Kisah Para Rasul, setelah menerima Kristus ia dibaptis dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Dalam Kisah 13:2-4 Roh Kudus menyuruh Paulus dan Barnabas pergi memberitakan Injil, dan mereka berangkat menuju Siprus. Paulus bukan hanya diutus oleh Roh, tetapi ia terus menerus dipimpin Roh dalam segenap perjalanannya.

Paulus mulai memberitakan Injil dengan kuasa Allah. Ia hidup dalam pimpinan Roh, sama seperti rasul-rasul lainnya, bahkan ia pergi mengelilingi Asia kecil dan terus sampai ke Roma, pusat kekuasaan waktu itu. Dalam suatu peristiwa, ketika Paulus dengan Silas ingin memberitakan Injil di Asia kecil, Roh Kudus mencegahnya sehingga mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, kemudian sampai di Misia, mereka mau masuk ke Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkannya, Paulus dan Silas terus berlayar

(26)

18

sampai ke Troas. Di titik ini mungkin saja para rasul tergoda untuk kembali ke Antiokhia, tetapi mereka mempraktekkan apa yang disebut berjalan dalam Roh. Mereka terus maju sampai menerima instruksi dari Roh Kudus. Pada malam hari, Paulus melihat suatu penglihatan ada seorang Makedonia memanggilnya untuk datang menolongnya. Paulus paham bahwa Roh Kudus menyuruhnya pergi ke Makedonia lalu ia berlayar ke Samotrake, Neapolis dan berhenti di Filipi. Di sana Paulus membawa jiwa-jiwa datang kepada Kristus (Kis 16:6-40). Sekali lagi Roh mengubah arah mereka. Paulus menyerahkan diri bukan kepada pengetahuannya, melainkan kepada Roh Kudus. Ia membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh.

Semua pekerjaan Paulus dalam Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas, tetapi Paulus juga menulis surat-surat kepada gereja-gereja yang mengajarkan agar berjalan dalam Roh. Ajaran ini menjadi doktrin bagi gereja. Dan ada banyak kisah perjalanan para murid baik yang tertulis dalam kitab Kisah para Rasul maupun yang tertulis dalam sejarah gereja, bagaimana karya Roh Kudus begitu nyata di dalam diri orang percaya.

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus mengatakan “Μιμηταί μου γίνεσθε, (mimetai mou ginesthe = jadilah peniru aku) καθὼς κἀγὼ χριστοῦ (sebagaimana aku terhadap Kristus) (1Kor 11:1). Paulus memanggil semua orang Kristen untuk meniru dirinya sebagaimana ia meniru Kristus. Tetapi dalam Efesus 5:1 Paulus menganjurkan kepada jemaat agar menjadi peniru Tuhan. Γίνεσθε οὖν μιμηταὶ τοῦ θεοῦ, (Ginesthe oun memetai tou Theou = sebab itu jadilah peniru Allah), ayat ini bukan peniru Allah, sebab tidak mungkin kita bisa meniru Allah tetapi ada lanjutannya “yaitu seperti anak-anak yang terkasih.” Siapakah anak yang terkasih? Itulah Yesus Kristus. Jadi maksudnya jadilah peniru Kristus. Di dalam Kristus kita bisa meniru Allah, sebab kita adalah anak Allah. Tetapi ingat semua terjadi di dalam Kristus. Jadi di sini kita meniru Paulus dan juga meniru Kristus. Ini artinya berada di jalan yang sama. Jemaat di Tesalonika juga menjadi meniru Paulus dan Yesus Kristus (1Tes. 1:6). Jemaat Tesalonika meletakkan diri di barisan berikutnya dalam mengikut Kristus. Kristus adalah yang pertama; Paulus yang kedua dan Jemaat Tesalonika berikutnya. Mereka berada di jalan yang sama. Ini yang dikatakan “stokheia”. Berjalan dalam satu barisan yang sama dan berada dalam satu Roh yaitu Roh Kudus. Yesus berjalan dalam Roh, Paulus berjalan dalam Roh dan jemaat di Tesalonika juga berjalan dalam Roh. Jadi jika kita ingin meniru Yesus Kristus maka kita berjalan dalam Roh.

(27)

19

Bagaimanakah Paulus meniru Kristus? Dari Galatia 2:20, Paulus menganggap hidupnya bukan dia lagi. Dirinya sudah mati dan Kristuslah yang hidup di dalamnya. Inilah hidup dalam iman kepada Anak Allah. Dalam kehidupannya Ia selalu menjaga hati nurani yang murni supaya tidak bersalah di hadapan Tuhan. Ia juga menjaga hidupnya supaya tidak menjadi batu sontohan. Jikalau makanan tersebut akan menjadi sontohan bagi orang lain, maka ia tidak akan makan makanan itu. Dalam pelayanannya ia mengikuti apa yang Tuhan katakan dalam Lukas 4:18-19 yaitu, menyampaikan kabar baik, membebaskan yang tertawan, menyembuhkan yang sakit dst. Dalam kerinduannya, ia ingin masuk dalam persekutuan penderitaan Kristus. Ia mengatakan juga dalam dirinya ada parut-parut Kristus. Paulus juga mengalami disesah seperti Kristus, ia menderita karena pemberitaan Injil. Ia mendapat anugerah dari Allah untuk merasakan menjadi seperti Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus harus menyalibkan dagingnya dan keinginannya agar tetap berada dalam jalur Tuhan.

Prinsip peripateo-stoikheo juga muncul dalam ungkapan Paulus tentang orang Kristen, bahwa orang Kristen adalah prajurit yang sedang berjuang, dan orang yang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal penghidupannya, yang penting berkenan kepada komandannya. Ini berarti ada dalam prinsip barisan ketentaraan (2Tim 2:4). Orang Kristen juga sebagai olahragawan yang bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Ini berarti dalam barisan peraturan-peraturan olahraga. (2Tim 2:5). Orang Kristen juga digambarkan sebagai petani yang bekerja keras, menanam, menyiram, menuai sesuai dengan aturannya (2Tim 2:6). Orang yang melanggar peraturan-peraturan yang ditetapkan ini bagaikan seseorang keluar dari barisan yang Tuhan sudah atur.

Berjalan dalam Roh bukan hanya diajarkan dalam Galatia 5 namun selaras dengan berbagai contoh di dalam Alkitab. Berjalan dalam Roh artinya mengikuti apa yang Tuhan lakukan selama di dunia atau melihat kehidupan orang-orang seperti rasul Paulus yang sudah berjalan dalam Roh, jemaat di Tesalonika, dan lain-lainnya.

Kesimpulan

Istilah Peripateo dan Stoikheo memperjelas langkah orang Kristen dalam mengikut Yesus, bahwa mereka harus berada dalam satu barisan yang sama dengan Kristus dan mau berjalan dengan iman bukan dengan keinginan sendiri. Hal ini sesuai dengan perintah Yesus kepada murid-murid-Nya agar mengikuti diri-Nya dengan jarak dekat, menanggung kuk Tuhan, memikul salib dan menyangkal diri. Perintah Tuhan ini

(28)

20

menunjukkan suatu barisan yang jelas dari peripateo-stoikheo. Jika ada orang mengaku dirinya berjalan dalam Roh, tetapi tidak ada dalam satu barisan dengan Tuhan, tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan, maka orang itu berdusta. Sebab orang yang berjalan dalam Roh, tentunya ada dalam barisan Tuhan. Ini menjadi pola (patron) dari orang orang Kristen yang dewasa.

Untuk dapat berjalan dengan Roh, hidup kita harus dikuasai oleh Roh Kudus (dipenuhi), sebab tanpa Roh Kudus tidak mungkin sanggup berjalan dalam barisan Tuhan. Karena Iblis berusaha menarik orang percaya untuk keluar dari barisan itu. Roh Kudus memampukan kita untuk menghadapi semua godaan sehingga hidup berkemenangan.

Rasul Paulus sudah mengalaminya bahwa ketika ia menyerahkan dirinya kepada Roh Kudus, ia dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mustahil dilakukan. Roh Kudus memampukan menghadapi semua masalah yang dialaminya.

(29)

21

Kepustakaan

Alkitab Indonesia Literal Translation. Jakarta: Yayasan Lentera Bangsa, 2006 Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1993

Anders, Max, Holman New Testamen Commentary Galatians, Ephesians, Philippians, Colossians. Tennessee: Broadman and Holman Publishers, 1999

Archea Jr, Daniel C. & Nida, Eugene A, Pedoman Penafsiran Alkitab, Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011

Bailey, Brian J, Roh Kudus Sang Penghibur, Jakarta: Voice of Hope, 2004

Bauer’s, Walter, A Greek-English Lexicon of the New Testament. Chicago: The University Chicago Press, 1960

Dake, Finis Jennings, Dake’s Annotated Reference Bible. Georgia: Dake Bible Sales, Inc. Deere, Jack, Surprised by The Power of The Spirit. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1998 Deere, Jack, Surprised by the Voice of God. Yogyakarta:Yayasan Andi, 2000

Deere, Jack. Why I am still Surprised by The Power of The Spirit. Michigan: Zondervan, 2020 Fuller, Daniel P. Walking by the Spirit: Step by step through Galatians. USA: Lulu Inc.

Lee, Witness, Pelajaran Hayat Galatia (2). Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil, 2001 MacArthur, John, MacArthur New Testament Commentary – Galatians. Chicago: Moody Press, 1987

Menzies, William & Robert P, Roh Kudus dan Kuasa. Batam: Gospel Press, 2005 Murphy, Matthew, Walk in The Spirit. USA 2014, www.Xlibris.com

Pickett, Fuchsia, Walking in The Spirit, Florida: Charisma House, 2015

Rienecker, Fritz & Rogers, Cleon, Linguistic Key to The Greek New Testament. Michigan: Regency, 1980

Ryken, Philip Graham, Reformed Expository Commentary. New Jersey: P&R Publishing, 2005 Schnelle, Udo, The History and Theology of the New Testament Writings, London: SCM Press Ltd, 1998

Stott, John, Kristus yang tiada tara, Jakarta: Momentum, 2008

Surya, Isak; Kehidupan Yesus Kristus (Kronologis-naratif). Jakarta: YT Leadership Foundation, 2013

(30)

22 Vine, W.E, The Expanded Vine’s, Expository Dictionary of New Testament Words. Minneapolis: Bethany House Publishers, 1984

Wiersbe WW, Merdeka di dalam Kristus, Tafsiran Surat Galatia. Bandung: Kalam Hidup, 1975 Tentang Penulis:

Pdt. Dr. Isak Suria adalah Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Alkitab Surabaya (STAS) Surabaya dan juga Gembala Sidang di Gereja Tabernakel Indonesia Malang. E-mail: isaksuria61@gmail.com

(31)

23

DOKTRIN KESEMBUHAN DALAM PELAYANAN KARISMATIK

DI ERA PANDEMI COVID 19

Michelle Fortunella Sugianto

Abstrak

Pada akhir tahun 2019, seluruh dunia mulai digemparkan oleh sebuah virus berbahaya yaitu virus Covid-19. Begitu banyak orang yang terjangkit virus yang sangat mudah menular ini, sehingga harus diisolasi, dirawat di rumah sakit, hingga penyakit ini merenggut jutaan nyawa. Orang-orang Karismatik, termasuk para pendeta sangat mengharapkan mukjizat Tuhan dinyatakan pada masa Covid-19 seperti ini, mereka sangat mengimani virus ini dapat segera lenyap dan orang percaya segera disembuhkan dengan kuasa nama Yesus. Pada faktanya, segala sesuatu yang terjadi dalam setiap kehidupan umat-Nya tidak pernah terlepas dari kedaulatan dan rencana Allah. Makalah ini memaparkan pandangan Karismatik mengenai doktrin kesembuhan dan aplikasinya pada era pandemi Covid 19. Makalah ini bermaksud menunjukkan bahwa mukjizat kesembuhan yang dipercayai oleh kaum Karismatik masih berlaku di masa Pandemi ini, namun tidak dapat dijadikan sebagai pola yang pasti dialami semua orang yang terjangkit virus ini, karena mukjizat kesembuhan tetap berada di dalam kedaulatan dan rencana Allah dalam kehidupan setiap umat-Nya.

Kata Kunci : Kesembuhan, Karismatik, Covid 19, Gereja, Mukjizat.

Abstract

At the end of 2019, the whole world began to be hit by a dangerous virus called Covid-19 virus. So many people infected by this highly contagious virus, that they have to be isolated, hospitalized, and this virus have taken millions of people’s lives. Charismatic people, including the pastors are hoping that God's miracles will be revealed during covid-19, so that the virus can disappear immediately and believers soon will be healed by the power of Jesus' name. The fact is everything that happens in every people’s life is never separated from God's sovereignty and plan. This paper presents charismatic views on the doctrine of healing and its application in the era of the Covid 19 pandemic. This paper aims to show that the miracle of healing that believed by the Charismatic is still valid in this pandemic, but cannot be used as a pattern that is certainly experienced for all who infected by this virus, because miracles of healing keep based on God's sovereignty and plan in the lives of everyone of His people.

Keywords : Healing, Charismatic, Covid19, Church, Miracle.

Pendahuluan

Pelayanan kesembuhan di jaman sekarang telah menjadi tren di kalangan Gereja Karismatik. Gereja Karismatik memang lebih menerapkan pelayanan mujizat

(32)

24

kesembuhan dan pemberitaan injil di kalangan masyarakat.31 Sedangkan di sisi lain,

Gereja Protestan lebih menerapkan pelayanan kesembuhan yang diarahkan kepada bidang yang profesional di bidang medis, seperti membangun rumah sakit, membuka poliklinik, dan lain-lain.

Selama bertahun-tahun, doktrin utama yang membedakan golongan Karismatik dari golongan Injili lain yang lahir baru dan percaya Alkitab ialah doktrin mereka mengenai “baptisan Roh Kudus” sebagai karya anugerah yang dapat menghasilkan karunia-karunia supranatural.32 Golongan Karismatik memiliki pemahaman bahwa

kuasa-Nya masih termanifestasi dan dapat dibuktikan secara nyata hingga hari ini, sedangkan golongan non-Karismatik menganggap kuasa-Nya sudah berakhir sejak kanonisasi Alkitab.

Masyarakat pun mulai dihebohkan dengan berbagai mujizat kesembuhan maupun kesaksian kesembuhan yang telah dialami oleh orang-orang yang telah disembuhkan secara adikodrati. Terdapat berbagai sumber yang membuat masyarakat awam dapat melihat kuasa Tuhan melalui mujizat-Nya yang sangat ajaib, misalnya melalui saluran televisi nasional yang mempunyai acara-acara yang bersifat Kristiani ataupun kesaksian-kesaksian nyata dari orang yang mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani. Hal ini telah membuat sebagian orang merasa asing bahkan tidak jarang menilai ada kepalsuan dengan praktik tersebut.33

Pelayanan kesembuhan telah menjadi perbicangan banyak orang khususnya dalam kaitannya dengan pertumbuhan gereja sebagai bukti nyata. Kaum Karismatik pun memberikan penekanan mengenai Allah yang dekat dan Allah yang kuasa-Nya masih dapat dirasakan hingga sekarang.34 Pelayanan kesembuhan telah mendapat perhatian

khusus dari segi teologis dan praktis di kalangan Karismatik.

Pada akhir tahun 2019, warga dunia dibuat heboh dengan keberadaan pandemi Covid 19 yang menggegerkan China, kota Wuhan khususnya. Kemudian di tahun 2020 yang dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, dan bulan virus ini telah membuat

31 Robert Menzies, Pentecost: This Story is Our Story, terj.Putri Kapandeyan (Malang, ID: Gandum Mas, 2015), 95.

32 C. Peter Wagner, Bagaimana Memiliki Pelayanan Kesembuhan di Setiap Gereja, terj. Sumarso

Santoso (Jakarta, ID: Harvest Publication House, 1996), 22.

33 https://bengcumenggugat.com/2014/01/03/bengcu-menggugat-mujizat-palsu-natal-gbk-2013-gbi-gatot-subroto/comment-page-1/, diakses pada 13 Oktober pukul 21.00

(33)

25

ratusan ribu manusia terjangkit virus ini, bahkan tidak sedikit dari mereka yang meninggal dunia karena virus Covid-19. Presiden Joko Widodo pertama kali mengonfirmasi secara resmi bahwa negara Indonesia terjangkit kasus Covid-19 pada tanggal 2 Maret 2020.35 Sebelum itu, sudah ada sekitar 50 negara yang mengkonfirmasi

kasus Covid-19 dalam negara mereka.36

Covid-19 memiliki pengaruh yang sangat luar biasa dalam segala aspek negara, seperti ekonomi, sosial, militer, dan lain-lain. Pandemi ini membuat perubahan yang sangat tajam, salah satu contoh yang mencolok yaitu dalam kehidupan bermasyarakat, seperti pemerintah menganjurkan seluruh warga negara untuk meminimalisir kegiatan di luar rumah dan melakukan aktifitas di rumah, termasuk dalam hal bekerja, sekolah, dan juga beribadah. Covid-19 mengalihkan kegiatan tatap muka menjadi tatap layar. Dengan dampak yang signifikan terhadap negara dan juga setiap warga negara, terutama individu yang terjangkit virus ini. Tanpa disadari pandemi Covid-19 membuat banyak orang berharap agar Tuhan menjagai, menolong, dan memberi mukjizat-Nya yang dapat menjamah mereka menyembuhkan mereka secara total dari penyakit ini.37 Terdapat

berbagai pandangan gereja yang berbeda mengenai doktrin kesembuhan pada masa pandemi ini. Di dalam makalah ini, penulis akan meneliti secara mendalam dan memberikan refleksi teologis mengenai Doktrin Kesembuhan dalam pelayanan Karismatik di era Pandemi Covid 19.

Pandangan Kaum Karismatik

Gereja Pentakosta Karismatik mempunyai pandangan yang berbeda dengan Gereja Protestan mengenai mujizat kesembuhan. Gereja Karismatik menjadikan Kitab Kisah Para Rasul sebagai model kehidupan mereka sendiri.38 Di dalam Kitab Kisah Para

35 Tim DetikCom, “Kapan Sebenarnya Corona Pertama Kali Masuk RI?”

(https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-corona-pertama-kali-masuk-ri, diakses pada 6 Juli 2020 pukul 00:19)

36 Ibid.

37 https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-01783795/disinggung-najwa-shihab-terkait-penanganan-buruk-covid-19-menkes-terawan-minta-tolong-pada-tuhan?page=2 diakses pada 13 Oktober 2020 pukul 21.19 dan https://nasional.kompas.com/read/2020/09/29/16290701/pernyataan-kontroversial-menkes-terawan-di-awal-pandemi-covid-19?page=all, diakses pada 13 Oktober 2020 pukul 21.40.

(34)

26

Rasul, terdapat banyak tulisan mengenai mukjizat yang Tuhan Yesus telah lakukan. Orang Karismatik sangat meyakini dan mempercayai bahwa setiap orang percaya dipanggil dan telah diberikan kuasa oleh Yesus Kristus untuk melakukan “tanda-tanda dan mujizat-mujizat” yang akan menjadi kesaksian hidup setiap orang.39

Kehidupan orang Kristen mula-mula yang penuh dengan mukjizat dan tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul dapat ditemukan pula di dalam kehidupan masa kini. Salah satu laporan mukjizat yang terdapat dalam kitab Kisah Para Rasul ialah ketika orang-orang lumpuh menerima mukjizat kesembuhan (Kis. 3:1-3; 9:32-43) dan juga peristiwa pertobatan Paulus yang disertai dengan mujizat kesembuhan ketika matanya yang buta dapat melihat kembali (Kis. 9:1-19a).

Berbeda dengan pandangan Gereja Protestan mengenai mujizat, dalam buku “Institutes of the Christian Religion” karangan Yohanes Calvin, dijelaskan bahwa mujizat yang dipakai oleh Yesus pada jaman-Nya hanya berperan untuk membuktikan Injil.40

Yohanes Calvin menyampaikan bahwa gereja Reformed tidak memiliki mukjizat. Calvin mengatakan bahwa Injil Kekristenan Reformasi adalah Injil Kristus dan bagi Injil Kristus, mukjizat Kristus sudah cukup.41 Selain itu, Schneider juga menyinggung bahwa kalangan

gereja Prostestan tidak segan untuk menganggap penyembuhan-penyembuhan ilahi yang masih terjadi hingga hari ini merupakan penyembuhan Ilahi palsu.42

Dalam gerakan Karismatik, praktik-praktik keagamaan lebih dikhususkan pada penyembahan, bahasa lidah, baptisan Roh, dan kesembuhan Ilahi.43 Melalui pengalaman

pribadi dengan Roh Kudus, gereja Karismatik mendapat tanda-tanda mujizat seperti yang ada di jaman para Rasul khususnya dalam bidang penyembuhan Ilahi.44 Pada tahun 1906,

Seymour mengadakan kebangunan rohani yang hingga hari ini sering disebut dengan

Azusa Street Revival. Pada kebangunan rohani di Azusa Street, pendeta William Seymour

39 Ibid., 90.

40 Yohanes Calvin, “Institutes of the Christian Religion” (California, US: CreateSpace Independent

Publishing Platform, 2011), 26.

41 Howard Griffith, The Signs of Jesus in Calvin’s Christology: The Journal of Reformed Theological Seminary (https://journal.rts.edu/article/the-signs-of-jesus-in-calvins-christology/, diakses pada 12 November pukul 22.27)

42 Erhard Schneider, Maukah Engkau Sembuh? (Malang, ID: YPPII, 1992), 88. 43 Ibid., 92.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian untuk merancang konsep dan membuat sebuah film dokumentasi infografik animasi 2 dimensi yang menjelaskan tentang perdagangan anak yang terjadi di

Oleh karena itu diisi dengan tugas kelompok membuat program untuk mencetak kalender pada tahun

Aplikasi prinsif psikrometri pada instalasi di industry adalah penggunaanya pada menara pendingin untuk mendinginkan air panas dari keluar condenser dari

Penyakit jamur upas biasanya berjangkit pada musim hujan atau pada keadaan yang sangat lembab atau berkabut (Semangun, 2000).. 1.4 Resistensi

Variabel citra merek memiliki nilai t = 2,463 dengan tingkat signifikansi 0,016 yang berarti lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel citra

Sedikit serangan pada data akan mengakibatkan perbedaan antara watermark yang tersimpan dan watermark yang asli dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah data

Pada Januari 2005, diperkirakan sekitar 600.000 orang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias kehilangan sumber mata pencarian utama mereka akibat gempa bumi

Selain itu, juga dapat diketahui antara lain; 3 responden yang menyatakan disiplin kerja pegawai rendah dan kinerja pegawai tergolong tidak baik; 14 responden lain menyatakan