PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN METODE OIL TEMPERING TERHADAP KETAHANAN KAYU KAPUK
(Ceiba pentandra) dan KAYU GMELINA (Gmelina arborea)
MUH BASRI 10595 0190 10
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014
PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN METODE OIL TEMPERING TERHADAP KETAHANAN KAYU KAPUK
(Ceiba pentandra) dan KAYU GMELINA (Gmelina arborea)
OLEH :
MUH BASRI 10595 0190 10
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Sarjana Kehutanan Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi :PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN METODE OIL TEMPERING TERHADAP KETAHANAN KAYU KAPUK (Ceiba pentandra) dan KAYU GMELINA (Gmelina arborea).
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, 2014
Muh. Basri 10595 0190 10
Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2014
@Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar
ABSTRAK
MUH BASRI, 2014. Pemanfaatan Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metode Oil Tempering Tehadap Ketahanan kayu Kapuk (Ceiba pentandra) dan Gmelina (Gmelina arborea), dibawah bimbingan Hikmah dan Husnah Latifah, Pada umumnya jenis-jenis kayu yang berasal dari hutan relative memiliki keawetan kayu yang rendah. Kayu-kayu yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan bangunan, sangat rentan terhadap serangan rayap tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan oil tempering yang memanfaatkan minyak jelantah terhadap sifat ketahan kayu dari hutan rakyat serta mengetahui pengaruh jenis minyak dengan menggunakan metode oil tempering. Penelitian ini menggunakan metode oil tempering yang akan meningkatkan ketahanan kayu dari serangan rayap terhadap kualitas kayu dari hutan.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar ,selama 2 (dua) bulan dimulai pada bulan Juni sampai dengan juli 2014. Sampel uji kayu berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm. Pengujian secara laboratorium menggunakan standar Modified Wood Block Test (MWBT-Test). Sebagai pembanding dilakukan juga pengujian terhadap sampel uji tanpa penggorengan (kontrol). Total sampel uji yang dibuat untuk seluruh perlakuan adalah 18 sampel uji.
Variabel pengamatan adalah: kehilangan berat dan mortalitas rayap. Analisis data menggunakan rancangan faktorial dengan rancangan dasar RAL yang terdiri atas 2 faktor.Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor perlakuan terhadap keawetan kayu yang meliputi kehilangan berat dan mortalitas rayap maka dilakukan analisis ragam menggunakan software spss 17.0. Jika perlakuan berpengaruh terhadap respon maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan Perlakuan oil tempering dengan memanfaatkan minyak jelantah memberikan pengaruh yang nyata pada mortalitas rayap pada contoh uji kayu Gmelina sedangkan pada contoh uji kayu Kapuk memberikan pengaruh yang sangat nyata. Nilai pengurangan berat terendah terdapat pada contoh uji kayu Kapuk dengan perlakuan minyak goreng curah sedangkan nilai pengurangan berat tertinggi terdapat pada contoh uji kayu Gmelina dengan perlakuan minyak goreng jelantah.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
MUH BASRI, lahir di Barobbo pada tanggal 7 september 1989. Merupakan anak pertama dari pasangan Suhapid dan Kumalasari. Pendidikan SDN 28 BAROBBO lulus tahun 2002, selanjutnya di MTS NEGERI MODEL Tahun 2005 dan melanjutkan sekolah ke SMAN 1 POLUT TAKALAR Tahun 2008 kemudian penulis melanjutkan studi di UNISMUH Makassar Jurusan Kehutanan.
Pengalaman Organisasi pada Semester 3 yaitu anggota IPASS ( Ikatan pemerhati Seni Dan Satra ) . Kemudian menjadi pengurKehutanan, penulis harus menyusun sebuah Skripsi yang di beri judul “pemanfaatan miyak jelanta menggunakan metode oil tempering terhadap ketahanan kayu kapuk ( ceiba
pentandra) dan gmelina ( Gmelina arborea)”. Semoga dalam penyususnan Skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunannya.
KATA PENGANTAR Bismiilaahii Rahmaanii Raahiim
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, keluarga, sahabat dan umatnya yang
istiqamah hingga akhir zaman.
Banyak hal yang penulis alami selama penyusunan proposal penelitian ini, baik yang mengguratkan senyum dan tawa, mendongkrak semangat kerja, maupun kesulitan-kesulitan baik teknis maupun psikologis. Waktulah yang menempatkan setiap momen menjadi kenangan dan setiap yang dikenang pantas untuk dikenang. Dengan rampungnya penyusunan proposal penelitian ini yang berjudul” pemanfatan minyak jelantah menggunakan metode oil tempering terhadap ketahanan kayu kapuk (Ceiba pentandra) dan Gmelina (Gmelina
arborea).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:
1. Ibunda Husnah Latifah ,S.Hut.,M.Si sebagai ketua Program Studi Kehutanan sekaligus sebagai pembimbing II yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan mulai dari awal penyusunan sampai selesai.
2. Hikmah, S.Hut.,M.Si selaku pembimbing I yang selalu menyempatkan waktu dan pikiran memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis.
3. Bapak Ir.H.Saleh Mollah,MM selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Seluruh staf Dosen Kehutanan yang telah berjasa memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan.
5. Rekan-rekan kehutahan angkatan 2009 buat Hariyanto Hafid S.Hut, Syamsumarlin S.Hut, A.Qamaru Zaman S,Hut Fahri Ahmad, S.Hut, Ilham S.Hut, Sudarman dan teman-teman kehutanan 2010 buat Nurjannah, S.Hut Hendra Kurniawan, S.Hut ,Abd Djalil, S.Hut dan teman-teman KKP Gel II serta teman –teman kehutanan 2009 dan 2010 yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang dengan ketulusan dan rasa simpati serta keterbukaan turut membantu hingga terselesainya tulisan ini. Satu rasa kompak selalu
Mengiringi rasa syukur dan rasa sukacita yang dalam penulis mempersembahkan tulisan ini terkhusus untuk kedua Orang Tuaku tercinta Ibunda Kumalasari dg Jinne dan juga untuk ayahanda tercinta Suhapid J yang selalu bercucuran air mata mendoakan serta mencurahkan segenap kasih sayang, perhatian dan dukungan terhadap penulis. Beserta seluruh keluarga besar penulis yang tak hentinya memberikan semangat seiring dengan Do’a serta perhatian dan dukungan moril maupun material untuk mencapai kesuksesan.
Akhirnya penulis berharap kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca terkhusus buat jurusan kehutanan fakultas pertanian. Semoga ALLAH SWT meridhoi setiap amal kita dunia dan akhirat, amin
Makassar, Agustus 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ... iv
HAK CIPTA ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
RIWAYAT HIDUP ... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 3
1.4 Manfaat Penelitian... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peningkatan Kualitas Kayu ... 4
2.2.Deteriorasi Kayu Oleh Rayap... 4
2.3.Rayap Tanah ... 6
2.4.Kayu Gamelina (Gmelina arborea)... 7
2.5.Kayu Kapuk (Ceiba pentandra) ... 8
2.7. Minyak Jelantah... 11
2.7 Kerangka pikir ... 12
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu dan Penelitian ... 14
3.2 Bahan dan Alat ... 14
3.3 Metode Pelaksanaan Penelitian ... 15
3.5 Analisis Data... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mortalitas Rayap Tanah... 18
4.2 Pengurangan Berat... 22 VI. PENUTUP ... 25 5.1 Kesimpulan... 25 5.2 Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN... 28
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rerata Nilai Mortalitas Rayap Tanah ... 18
2. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Rayap Tanah Contoh Uji Gmelina ... 19
3. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Rayap Tanah Contoh Uji Kapuk... 19
4. Hasil Uji Tukey Pada Taraf 0,05... 20
5. Nilai Pengurangan Berat Contoh Uji ... 22
6. Analisis Sidik Ragam Pengurangan Berat Contoh Uji Gmelina ... 23
7. Hasil Uji Tukey Pada Taraf 0,05 ... 24
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian Pemanfaatan Minyak Jelantah
Menggunakan Metode Oil Tempering terhadap Ketahanan Kayu... 13 2. Rata-rata Jumlah Rayap Yang Mati TiapMinggu... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Mentah Jumlah Rayap yang Mati Perminggu ... 28
2. Nilai Mortalitas Rayap Tanah ... 29
3. Nilai Pengurangan Berat Contoh Uji ... 30
4. Hasil Analisis Ragam ... 31
5. Hasil Perhitungan uji Tukey (Mortalitas rayap pada kayu kapuk) ... 36
6. Hasil Perhitungan uji Tukey (pengurangan berat contoh uji gmelina) ... 36
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan tersedia dalam berbagai macam spesies di negara tropis seperti Indonesia. Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai kelebihan dibanding bahan bangunan lain seperti beton, baja dan lain-lain. Untuk itu diperlukan pengembangan teknologi pengolahan kayu sehingga dapat dijadikan andalan sebagai bahan bangunan alternatif yang aman dan ekonomis.
Kayu digunakan sebagai bahan bangunan atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan dengan alat relatif sederhana dan dapat didaur ulang dan juga ramah lingkungan karena berasal dari bahan alami. Produk kayu gergajian sering mengalami cacat baik yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat olah dari produk kayu. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.
Selain mudah terserang hama, kayu juga mudah di serang rayap. Rayap mudah menyerang kayu yang ketahanannya rendah. Ketahanan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagai unsur racun bagi perusak – perusak kayu. Apabila zat ekstraktif tersebut rendah, maka rayap dengan mudah akan menyerang kayu. Kayu-kayu yang berkualitas rendah biasanya rentan terserang rayap. Salah satu jenis kayu yang berkualitas rendah adalah kayu gmelina dan kapuk (kelas awet IV – V), sehingga
2
banyak digunakan sebagai konstruksi ringan, kerajinan tangan, papan peti kemas, perabot rumah tangga, kotak cerutu, veneer, kayu lapis, korek api, alat musik, pulp.
Rayap merupakan serangga yang hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Serangga ini termasuk dalam Ordo Isoptera (Bhs Yunani, "iso" berarti sama dan "ptera" berarti sayap). Nama ini mengacu pada kasta reproduksi dimana mereka memiliki sepasang sayap dengan bentuk dan ukuran antara sayap depan dan sayap belakang yang sama. Di alam bebas rayap berperan penting sebagai penjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu dan mengembalikannya sebagai "hara" ke dalam tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan karena dapat merusak bahan-bahan yang mengandung selulosa yang merupakan sumber makanan bagi rayap, seperti : kayu, kertas, kain, dll sehingga rayap sering ditemukan menyerang kusen-kusen, furniture, gypsum, parquet, dan wallpaper. oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian, Salah satu metode perbaikan kualitas kayu yang relatif murah dan ramah lingkungan adalah dengan menggunakan oil tempering.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perlakuan oil tempering dapat meningkatkan kayu durian (Daud, 2009). dan memperbaiki kayu yang terserang blue stain (Agussalim, 2009). Namun penelitian ini pada dasarnya menggunakan minyak curah pada perlakuan oil tempering. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan penelitian dengan memanfaatkan minyak jelantah dengan menggunakan metode oil tempering. Pengembangan pemanfaaatan
3
minyak jelantah dengan menggunakan metode oil tempering diharapkan dapat meningkatkan kualitas kayu.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh perlakuan oil tempering yang memanfaatkan minyak jelantah terhadap sifat ketahanan kayu.
2. Apakah metode oil tempering yang memanfaatkan minyak jelantah dapat meningkatkan sifat ketahanan kayu.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui pengaruh perlakuan oil tempering yang memanfaatkan minyak jelantah terhadap sifat ketahan kayu.
2. Mengetahui pengaruh jenis minyak dengan menggunakan metode oil
tempering.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yaitu dapat mengetahui seberapa besar ketahanan kayu dengan memanfaatkan minyak jelantah menggunakan metode oil
tempering dan mampu memberikan informasi terkait dengan penelitian yang
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peningkatan Kualitas Kayu
Menurut Muslich dan Krisdianto (2006) bahwa peningkatan kualitas kayu dapat dilakukan dalam tiga aspek, yaitu pemilihan bibit, perawatan tanaman dan perlakuan kayu. Khusus pada aspek ketiga, yaitu perlakuan kayu rakyat setelah dipanen, dalam perlakuan kayu untuk meningkatkan mutu, berbagai perlakuan telah dikembangkan seperti pengawetan, pengeringan dan peningkatan berat jenis (densifikasi). Setiap perlakuan tidak selalu cocok untuk berbagai jenis kayu, sehingga diperlukan data yang akurat mengenai sifat dan karakteristik kayunya.
Salah satu cara untuk meningkatkan mutu terutama sifat fisis dan mekanis kayu berkualitas rendah tersebut adalah dengan cara penggorengan. Penggorengan kayu pada suhu sekitar 100-200 oC telah terbukti dapat meningkatkan berat kayu, MOE, stabilitas dimensi dan kekerasan kayu. Pada kisaran suhu tersebut, hemiselulosa akan terdegradasi dan terjadi penataan ulang struktur amorf dari selulosa yang dapat menyebabkan derajat kristalinitas kayu meningkat (Hill 2006). Forest Products Society (2002) juga melaporkan bahwa penggorengan kayu pada suhu 180-200 oC selama 2-4 jam juga telah terbukti meningkatkan keawetan alami kayu.
2.2. Deteriorasi Kayu Oleh Rayap
Rayap adalah serangga pemakan selulosa yang termasuk ke dalam ordo Isoptera, tubuhnya berukiran kecil sampai sedang, hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta. Dalam setiap koloni rayap umumnya terdapat tiga kasta yaitu kasta pekerja, kasta prajurit,dan kasta reproduktif (Borror et al, 1992).
5
Rayap merupakan salah satu serangga perusak yang ganas terhadap konstruksi kayu bangunan, termasuk isinya yang mengandung selulosa seperti dokumen-dokumen, karpet, kain, wall-paper, bahan kabel dan barang berharga lainnya, sehingga menimbulkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit bahkan dapat membahayakan penghuni atau pemakai gedung (Kirmanto, 2001).
Kirmanto (2001), lebih lanjut menambahkan pengalaman menunjukkan bahwa rayap merupakan serangga perusak kayu dan bangunan, yang paling mengganggu dihampir semua daerah di Indonesia. Dari 200 jenis rayap yang ada di Indonesia, menurut para ahli, paling tidak terdapat 8 jenis yang telah dikenal sebagai perusak kayu dan bangunan. Dari sejumlah jenis rayap tersebut, beberapa diantaranya seperti rayap tanah dan rayap kayu kering diketahui mempunyai daya perusak yang tinggi.Secara taksonomi rayap termasuk ke dalam ordo Isoptera yang berasal dari bahasa Yunani, iso yang berarti sama dan ptera berarti sayap. Nama ini mengacu pada kasta reproduktifnya yang memiliki sepasang rayap depan dan belakang dengan bentuk dan ukuran yang sama (Nandika et al, 2003).
Rayap perusak kayu dan bangunan gedung umumnya terdiri dari rayap tanah (subterranean termites) dan rayap kayu kering (drywood termites). Rayap tanah adalah golongan rayap yang bersarang di dalam tanah dan membangun liang-liang kembara yang menghubungkan sarang dengan benda yang diserangnya. Golongan rayap ini selalu membutuhkan kelembaban yang tinggi dalam kehidupannya. Sementara itu, rayap kayu kering bersarang di dalam kayu dan tidak memerlukan hubungan langsung dengan tanah. Golongan rayap ini mampu hidup pada kayu-kayu yang kadar airnya rendah (Nandika, 2002).
6
2.3. Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Menurut Nandika et al (2002) C.curvignathus Holmgren digolongkan dalam famili Rhinotermitinae. Adapun ciri-ciri morfologinya adalah kepala berwarna kuning, antena, lambrum, dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya, memiliki fontanel yang lebar. Antena terdiri dari 15 segmen; segmen kedua dan segmen keempat sama panjangnya.Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya; batas antara sebelah dalam dari mandible kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandible 2,46-2,66 mm, panjang kepala tanpa mandible 1,56-1,68 mm. Lebar kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm. Panjang badan 5,56 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang meyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan
Sistematika rayap C.curvignathus menurut Tarumingkeng (1971) adalah sebagai berikut : Klas : Insecta Ordo : Isoptera Famili : Rhinotermitidae Subfamili : Coptotermitidae Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus
Penyebaran flagelata pada saluran pencernaan rayap Coptotermes curvignathus yang paling banyak adalah pada usus belakang disusul tengah dan yang paling sedikit usus depan. Tingginya kelimpahan populasi pada rayap
7
C.curvignathus sangat menarik jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa rayap tersebut merupakan jenis rayap perusak kayu yang paling ganas di Indonesia. Daya rusaknya yang sangat tinggi tersebut rupanya didukung oleh daya cerna selulosa yang juga tinggi sehubungan dengan tingginya populasi flagelatanya. Sejalan dengan itu, aktifitas enzim selulosa pada usus belakang mencapai 1,6 a/detik dan pada usus tengah mencapai 0,k7 a/detik. Perbedaan ini selaras dengan perbedaan kelimpahan populasi flagelatanya (Nandika dan Adijuwana, 1995). 2.4. Gmelina (Gmelina arborea Roxb.)
Tanaman ini memiliki nama botanis Gmelina arborea Roxb. Nama lain gmelina antara lain jati putih, yemane, gumhar dan yemani. Tanaman ini menyebar alami di Pakistan bagian selatan hingga Sri Lanka, Burma, Asia Tenggara, Afrika dan Brazil. Gmelina arborea termasuk dalam family Verbenaceae (Soerianegara dan Lemmens 1994). Ciri umum gmelina yaitu warna kayu teras berwarna putih atau putih kekuning-kuningan dan warna kayu gubalnya putih kadang kehijau-hijauan. Perbedaan warna antara kayu teras dan kayu gubal tidak terlihat dengan jelas. Memiliki corak polos dengan tekstur agak kasar sampai kasar. Arah seratnya lurus sampai berpadu. Kayu ini permukaannya sedikit mengkilap, memiliki kesan raba yang licin dan tingkat kekerasannya agak lunak.
Ciri anatomi yang dimiliki oleh kayu ini yaitu memiliki pori atau sel pembuluh yang tersebar baur, sebagian besar berganda radial yang terdiri dari 2-4 pori dan memiliki bidang perforasi sederhana. Diameter pori agak kecil sampai besar. Frekuensi porinya jarang sampai agak jarang dan banyak ditemui tilosis.
8
Parenkimnya biasanya berbentuk paratrakeal berbentuk selubung, sebagian cenderung berbentuk sayap dan jarang yang konfluen. Jari-jarinya sempit sampai agak lebar, letaknya jarang dan memiliki ukuran jari-jari agak pendek. Gmelina arborea memiliki berat jenis antara 0,42 – 0,61. Kayu ini termasuk kelas awet III (II-IV). Biasanya digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, kayu pertukangan, pembungkus, barang kerajinan, perabot rumah tangga, vinir hias, lantai, alat musik, korek api, badan kereta dan kapal atau perahu dan sebagai bahan pulp (Mandang dan Pandit 1997).
2.5. Kapuk (Ceiba pentandra L)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan randu (Ceiba pentandra L.) berdasarkan taksonominya (Lanting dan Palaypoyan, 2002):
Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Malvaceae Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba pentandra L.
Randu atau kapuk (Ceiba pentandra L.) merupakan pohon tropis yang banyak ditanam di Asia. Kapuk merupakan pohon yang menggugurkan bunga dengan tinggi pohon 8-30 m dan dapat memiliki batang pohon yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m. Pada batangnya terdapat duri-duri tempel besar
9
yang berbentuk kerucut. Daunnya bertangkai panjang dan berbilang 5-9. Bunga terkumpul di ketiak daun yang sudah rontok (dekat ujung ranting). Kelopak berbentuk lonceng, berlekuk pendek dengan tinggi 1-2 cm. Daun mahkota bulat telur terbalik dan memanjang dengan panjang 2,5-4 cm. Benang sari jumlahnya 5, bersatu menjadi bentuk tabung pendek, serta memiliki kepala sari berbelok-belok. Bakal buah beruang 5 dengan bakal biji yang cukup banyak.
Pohon kapuk memiliki buah yang bentuknya memanjang dengan panjang 7,5-15 cm, menggantung, berkulit keras dan berwarna hijau jika masih muda serta berwarna coklat jika telah tua. Dalam buahnya terdapat biji yang dikelilingi bulu-bulu halus, serat kekuning-kuningan yang merupakan campuran dari lignin dan sellulosa. Bentuk bijinya bulat, kecil-kecil, dan berwarna hitam (Setiadi, 1983).
Tumbuhan randu atau kapuk merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan dibidang pengobatan antara lain : minyak dari biji untuk obat kudis dan membantu pertumbuhan rambut, sari daun yang masih muda dipergunakan untuk membantu pertumbuhan rambut dengan cara digosokkan pada kulit kepala kemudian dipijit-pijit. Infus daun digunakan untuk batuk, radang selaput lendir pada hidung, suara serak, usus dan uretritis. Daun muda diberikan untuk mengobati gonore. Kulit digunakan sebagai obat untuk mengatasi muntah, diuretik, demam dan diare. Hal ini juga diterapkan pada pengobatan luka dan jari bengkak. Infus dari kulit kayu digunakan sebagai obat kumur. Rebusan bunga digunakan untuk mengatasi sembelit (Lanting dan Palaypayon, 2002).
10
2.6. Oil Tempering
Oil tempering yaitu contoh uji kayu yang dikeringkan dengan melakukan penggorengan secara bertahap yaitu berturut-turut 60° C, 80° C dan 100°C masing-masing selama 24 jam agar contoh uji kayu tidak mengalami kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim.
Daud M dan Coto Z, (2009) melaporkan bahwa penggorengan kayu pada suhu sekitar 180-200° C menyebabkan zat ekstraktif yang mudah menguap dalam kayu mengalami penguapan sehingga bagian kayu yang kosong akan diisi oleh minyak goreng dengan demikan berat kayu akan bertambah, akibatnya kerapatan kayu pun meningkat. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pemotongan dan bagian kayu berpengaruh tidak nyata terhadap kerapatan kayu sedangkan lama penggorengan berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil uji tukey menunjukkan bahwa penggorengan kayu selama satu jam telah mampu meningkatkan kerapatan kayu secara signifikan. Menurut Daud M dan Coto Z,(2009) bahwa kerapatan kayu sangat berhubungan erat dengan sifat fisis dan mekanis kayu terutama kekuatan kayu, sehingga dengan bertambahnya kerapatan kayu maka bertambah pula kemampuan kayu untuk menahan beban.
Kekerasan kayu rata-rata terendah terdapat pada contoh uji yang yang dipotong radial bagian gubal tanpa penggorengan (kontrol) 278.00 kgf sedangkan kekerasan tertinggi terdapat pada contoh uji yang dipotong radial bagian teras pada penggorengan selama 2 jam yaitu 464.67 kgf. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada penggorengan kayu, cara pemotongan dan bagian kayu berpengaruh tidak nyata terhadap kekerasan kayu tetapi kekerasan ini sangat
11
dipengaruhi oleh lama penggorengan. Semakin lama penggorengan semakin tinggi pula kekerasan kayu. Semakin tinggi waktu penggorengan menyebabkan semakin tinggi pula jumlah minyak yang mampu mengisi rongga-rongga sel kayu sehingga menyebabkan kemampuan kayu untuk menahan tekanan yang diberikan semakin tinggi, selain itu juga dapat memperlambat waktu kayu untuk retak atau pecah ketika diberi tekanan.
2.7. Minyak Jelantah
Minyak jelantah ( waste cooking oil) adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantahadalah bahan bakar biodisel
Berdasarkan pandangan dari Safriadi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif untuk kompor yang ramah lingkungan, karena termasuk dalam kelompok sumber energi nabati. Limbah minyak goreng berpotensi menjadi
12
alternatif bahan bakar nabati yang ramah lingkungan dan mampu menurunkan 100% emisi gas buangan sulfur dan CO2 serta CO sampai 50%. Di kalangan orang tua jaman dulu pun, ada sebagian orang yang menggunakan lampu dengan minyak jelantah ini.
2.8. Kerangka Pikir
Kayu Gmelina dan kapuk merupakan sampel uji kayu yang digunakan untuk melakukan penelitian. Kayu Gmelina dan kapuk akan di uji ketahanan kualitas kayunya dengan pemanfaatan minyak jelantah metode oil tempering yang dilakukan dengan dua perlakuan yaitu dengan melakukan uji coba kontrol (tanpa minyak jelantah) dan uji coba menggunakan minyak jelantah. Kemudian dilihat ketahanan kayu Gmelina, dan kapuk pada dua perlakuan Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor perlakuan terhadap ketahanan kayu yang meliputi kehilangan berat.
13
KERANGKA PIKIR
Gambar 1.Kerangka Pikir Penelitian Pemanfaatan Minyak Jelantah Menggunakan Metode Oil Tempering terhadap Ketahanan Kayu
Kayu Dari Hutan Rakyat
Oil Temprering
Minyak curah Minyak Jelantah
Pengujian Ketahanan Kayu
14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Penelitian ini direncanakan dilakukan selama 2 (dua) bulan dimulai pada bulan April sampai dengan Juni 2014.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sampel uji kayu komersil yang diperoleh dari hutan rakyat dalam bentuk sampel dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm. Adapun sampel uji kayu yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kayu Kapuk dan Gmelina. Jumlah perlakuan ada 3 yaitu kontrol, penggorengan minyak curah, dan penggorengan minyak jelantah. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga total sampel uji kayu yaitu 18 sampel.
A. Untuk kayu Gmelina (Gmelina arborea) 1. Kontrol (GC1 )
2. Penggorengan minyak curah (GC3) 3. Penggorengan minyak jelantah (GJ3) B. Untuk kayu Kapuk (Ceiba petandra)
1. Kontrol (KC1)
2. Penggorengan minyak curah (KC3) 3. Penggorengan minyak jelantah (KC3)
15
2. Minyak jelantah dan minyak curah
3. Organisme perusak kayu untuk pengujian digunakan rayap tanah
Cryptotermes cycocephalus Light yang diperoleh dari Bissoloro (hutan
pendidikan Unismuh). 4. Alkohol
5. NaOH 6. H2SO4 7. Aquades
Alat yang digunakan antara lain kalipper dengan ketelitian 0.01 mm, timbangan digital dengan ketelitian 0.1 g, oven, ruang/kotak kedap udara berisi larutan H2SO4(Asam Sulfat) teknis pekat,toples, dan higrometer.
3.3. Metode Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Persiapan Contoh Uji
Sampel uji kayu ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm dikeringkan secara bertahap yaitu berturut-turut 60°C, 80°C dan 100°C masing-masing selama 24 jam agar sampel uji tidak mengalami kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim. Pada suhu 100°C sampel uji ditimbang untuk memperoleh data berat kering tanur sebelum perlakuan (BKTa). Selanjutnya sampel uji digoreng dengan menggunakan minyak goreng jelantah yang telah dijernihkan selama 2 jam pada suhu 200 oC. Sebagai pembanding dilakukan juga pengujian terhadap sampel uji tanpa penggorengan (kontrol). Total sampel uji yang dibuat untuk seluruh perlakuan adalah 18 sampel uji.
16
Sampel uji dari setiap perlakuan kemudian dikeringkan kembali dalam oven 100°C untuk mendapatkan data berat kering tanur perlakuan (BKTp). Setelah itu, contoh ujii dikeringudarakan selama kurang lebih satu minggu (untuk mendapatkan data berat kering udara), dan kemudian dimasukkan ke dalam ruang kaca kedap udara hingga RH mencapai 58% selama kurang lebih 2 minggu. 3.3.2 Pengujian Secara Laboratorium (Laboratory-Test)
Pengujian secara laboratorium menggunakan standard Modified Wood Block Test (MWBT-Test). Sampel dimasukkan kedalam toples yang diisi 30 gr pasir dan 6 ml aquades. Rayap tanah sebanyak 50 rayap dimasukkan ke dalam toples yang telah diisi dengan sampel kemudian ditutup dengan aluminium foil. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui keberhasilan pengumpanan. Kehilangan berat dan mortalitas dihitung setelah 21 pengumpanan.
Kehilangan berat dihitung dengan rumus : Kehngan Berat = 100% 0 1 0 x W W W
dengan, Wo = berat sampel sebelum diumpankan ke rayap (g) W1 = berat sampel setelah diumpankan ke rayap (g) Mortalitas rayap dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Mortalitas = 100% 0 1 0 x M M M
dengan, M0 = jumlah rayap total sebelum pengujian M1 = jumlah rayap total setelah pengujian
17
Kain kasa Tofles Contoh uji
Rayap
Gambar 2. Kotak Pengujian Ketahanan Contoh Uji Terhadap Rayap tanah 3.4. Analisa Data
Hasil pengamatan dan pengujian-pengujian yang telah dilakukan, selanjutnya data-data yang diperoleh dari pengujian tersebut diolah dengan menggunakan model Rancangan Percobaan Faktorial dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor perlakuan terhadap ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah, meliputi kehilangan berat dan mortalitas maka dilakukan analisis ragam menggunakan software spss 17.0. Jika perlakuan berpengaruh terhadap respon maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan.
18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Mortalitas Rayap Tanah
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada contoh uji selama 21 hari diketahui bahwa rata-rata mortalitas rayap tanah berkisar antara 0,22 % sampai 6,89 %. Nilai rata-rata mortalitas rayap tanah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata Nilai Mortalitas Rayap Tanah
NO CONTOH UJI MORTALITAS RAYAP (%)
1 GC1 0,22 2 GC3 4,67 3 GJ3 0,67 4 KC1` 1,11 5 KC3 6,89 6 KJ3 4
Persentase mortalitas rayap tanah terbesar terdapat pada contoh uji KC3 (contoh uji kayu kapuk yang digoreng dengan menggunakan minyak curah) yaitu 6,89 %. Persentase mortalitas rayap tanah terendah terdapat pada contoh uji GC1 (contoh uji kontrol) yaitu 0,22 %.
Pada contoh uji kayu Gmelina baik perlakuan yang digoreng dengan minyak curah maupun yang digoreng dengan minyak jelantah, nilai rata-rata mortalitas rayap
19
tanah lebih rendah dibanding contoh uji kayu Kapuk. Walaupun kisaran nilai rata-rata mortalitasnya tidak jauh berbeda.
Hasil analisis sidik ragam untuk mortalitas rayap tanah untuk contoh uji kayu Gmelina dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Rayap Tanah Contoh Uji Gmelina Sumber
Keragaman DB JK KT Fhitung 5%Ftabel1%
Perlakuan 2 35,95 17,98 5,43 5,14 10,92
Galat 6 19,85 3,31
Pada Tabel 2, hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan penggorengan dengan menggunakan minyak curah dan jelantah memberikan pengaruh pada mortalitas rayap tanah pada contoh uji kayu Gmelina. Hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa penggorengan memberikan pengaruh yang nyata pada mortalitas rayap tanah.
Hasil analisis sidik ragam mortalitas rayap tanah pada contoh uji kayu Kapuk dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Sidik Ragam Mortalitas Rayap Tanah Contoh Uji Kapuk
Sumber
Keragaman DB JK KT Fhitung 5% Ftabel1%
Perlakuan 2 50,07 25,04 17,47 5,14 10,92
Galat 6 8,6 1,43
Pada Tabel 3, hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan penggorengan dengan menggunakan minyak curah dan jelantah memberikan
20
pengaruh pada mortalitas rayap tanah pada contoh uji kayu Kapuk. Hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa jenis minyak yang digunakan pada penggorengan memberikan pengaruh yang sangat nyata pada mortalitas rayap tanah.
Hasil uji lanjut dengan menggunakan uji tukey menunjukkan bahwa perlakuan control dan penggorengan minyak jelantah tidak berbeda, tetapi berbeda dengan perlakuan dengan minyak curah. Hal ini dapat dilihat pada table.
Tabel 4. Hasil Uji Tukey Pada Taraf 0,05
No Perlakuan Rata-rata 1 2 3 KJ1 KJ3 KC3 1,11a 4,00a 6,89b
Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada taraf uji 0,05 Rayap kayu kering (Crytotermes cycocephalus Light) termasuk dalam golongan rayap tingkat rendah. Makanan utama dari golongan rayap ini adalah semua tanaman yang mengandung selulosa. Pada pengujian secara laboratoris, rayap dihadapkan pada satu pilihan makanan atau keadaan tunggal (terpaksa). Rayap mau tidak mau memakan bahan yang diberikan tanpa ada pilihan makanan lainnya. Hal ini berakibat rayap kesulitan memperoleh makanan karena contoh uji P yang diumpankan adalah kayu yang telah digoreng dengan menggunakan minyak sehingga pemenuhan kebutuhan makanan tidak terpenuhi. Rayap berusaha memperoleh makanannya secara mekanis dengan jalan menyerang dan menggigit untuk
21
mendapatkan serbuk kayu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bekas-bekas gigitan pada contoh uji yang telah diumpankan.
Adapun rata-rata nilai mortalitas rayap tanah tiap minggu disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Rata-rata Jumlah Rayap Yang Mati Tiap Minggu
Pada Gambar 2, terlihat rata-rata jumlah rayap yang mati tertinggi tercapai pada interval minggu ketiga. Sebagai pembanding, diumpankan pula contoh uji kontrol. Pada Gambar 2 terlihat pula bahwa kontrol (baik itu pada contoh uji kontrol Gmelina = GC1 maupun pada contoh uji kontrol Kapuk = KC1) yang dijadikan sebagai pembanding, memiliki nilai yang terendah. Rayap tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan pada contoh uji kayu yang diumpankan.
Rata-rata jumlah rayap yang mati perminggu yang tertinggi terdapat pada contoh uji KC3 (contoh uji kayu kapuk yang digoreng dengan minyak curah). Pada
0 1 2 3 4 5 6 7 GC1 GC3 GJ3 KC1 KC3 KJ3 JU M LA H RA YA P M AT I P ER M IN GG U
CONTOH UJI KAYU
Minggu I Minggu II Minggu III
22
kondisi ini rayap dipaksa makan yang ada karena tidak ada pilihan lain sementara contoh uji yang tersedia bisa saja tidak disukai rayap. Contoh uji kayu yang telah digoreng, rongga-rongga kayu telah terisi minyak yang kurang disukai oleh rayap. 5.2. Pengurangan Berat
Rata-rata pengurangan berat contoh uji Gmelina setelah 21 hari pengumpanan terhadap rayap tanah disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Pengurangan Berat Contoh Uji
NO CONTOH UJI PENGURANGAN BERAT (%)
1 GC1 2,49 2 GC3 0,92 3 GJ3 3,98 4 KC1 2,23 5 KC3 0,7 6 KJ3 0,82
Nilai pengurangan berat rata-rata contoh uji berkisar antara 0,70 % hingga 3,98 %. Tabel 5 terlihat bahwa pengurangan berat terendah terdapat pada contoh uji KC3 (contoh uji Kapuk dengan menggunakan minyak goreng curah yaitu 0,70 %. Pengurangan berat terbesar terjadi pada contoh uji GJ3 (contoh uji Gmelina dengan menggunakan minyak goreng jelantah) yaitu 3,98 %. Nilai pengurangan berat pada semua contoh uji kisarannya tidak jauh berbeda. Penggorengan pada contoh uji telah menjadi penghalang bagi rayap untuk memanfaatkan selulosa.
23
Pada contoh uji kontrol nilai pengurangan beratnya relatif tinggi yaitu 2,49 % untuk contoh uji Gmelina dan 2,23 % untuk contoh uji Kapuk. Hal ini disebabkan pada kayu solid, rayap sangat mudah untuk mendapatkan makanannya yaitu selulosa. Rendahnya nilai pengurangan berat pada semua contoh uji menunjukkan bahwa ketahanan contoh uji yang digoreng terhadap serangan rayap tanah lebih tinggi dibanding kayu solid, tetapi pengecualian untuk contoh uji GJ3 (contoh uji yang digoreng dengan menggunakan minyak jelantah). Pada contoh uji GJ3 minyak yang digunakan untuk menggoreng adalah minyak bekas yang digunakan untuk menggoreng makanan yang kemungkinan masih ada sisa-sisa makanan yang terdapat pada minyak tersebut. Kondisi ini disukai oleh rayap.
Gambar 3. Histogram Nilai Pengurangan Berat Contoh Uji
0 1 2 3 4 GC1 GC3 GJ3 KC1 KC3 KJ3 PE N GU RA N GA N B ER AT (% ) CONTOH UJI
PENGURANGAN BERAT (%)
24
Pada Gambar 3 terlihat jelas pada nilai pengurangan berat yang tertinggi terdapat contoh uji GJ3 3,98 % yaitu , setelah itu pada GC1 (contoh uji kontrol pada kayu Gmelina).
Tabel 6. Analisis Sidik Ragam Pengurangan Berat Contoh Uji Gmelina
Sumber
Keragaman DB JK KT Fhitung 5% Ftabel1%
Perlakuan 2 14,04 7,02 15,32 5,14 10,92
Galat 6 2,75 0,46
Tabel 6 terlihat hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa jenis perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap kehilangan berat umpan setelah 21 hari pengujian secara laboratoris.
Hasil Uji lanjut dengan menggunakan uji tukey menunjukkan bahwa perlakuan kontrol dengan penggorengan minyak jelantah tidak berbeda tetapi berbeda dengan perlakuan dengan minyak curah. Hal ini dapat dilihat pada tabel.
Tabel 7. Hasil Uji Tukey Pada Taraf 0,05
No Perlakuan Rata-rata 1 2 3 GC3 GC1 GC3 0,92 a 2,49 a 3,98 b
Table 7 terlihat hasil kontrol minyak curah tidak berbeda tetapi berbeda perlakuan dengan minyak jelanta
25
Analisis sidik ragam untuk contoh contoh uji Kapuk dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis Sidik Ragam Pengurangan Berat Contoh Uji Kapuk
Sumber Keragaman DB JK KT Fhitung Ftabel
5% 1%
Perlakuan 2 4,43 2,22 4,00 5,14 10,92
Galat 6 3,32 0,55
Tabel 8 terlihat hasil analisis sidik ragam bahwa jenis perlakuan tidak berpengaruh terhadap kehilangan berat umpan setelah 21 hari pengujian secara laboratoris.
26
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan minyak jelantah menggunakan metode oil tempering terhadap ketahanan serangan rayap dapat disimpulkan :
1. Perlakuan oil tempering dengan memanfaatkan minyak jelantah memberikan pengaruh yang nyata pada mortalitas rayap pada contoh uji kayu Gmelina sedangkan pada contoh uji kayu Kapuk memberikan pengaruh yang sangat nyata. 2. Nilai pengurangan berat terendah terdapat pada contoh uji kayu Kapuk dengan
perlakuan minyak goreng curah sedangkan nilai pengurangan berat tertinggi terdapat pada contoh uji kayu Gmelina dengan perlakuan minyak goreng jelantah. 2.2. Saran
Penelitian selanjutnya disarankan agar contoh uji diumpankan ke jamur untuk mengetahui ketahanan kayu yang diberi perlakuan oil tempering terhadap serangan jamur
27
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan N. Hadjib. 2006. Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor. hlm 130-148
Agussalim dan Z. Coto. 2009. Peningkatan Mutu Kayu Pinus yang Terserang Bluestain. Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) XII. Bandung.
Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG. 2003. Forest Product and Wood Science : An Introduction. Iowa State Press. Ames, Iowa.
Borror DJ, CA Triplehon, NF Johson. 1992. Pengenalan Serangga edisi 6 (terjemahan). UGM Press. Yogyakarta.
Daud, M dan Z. Coto. 2009. Peningkatan Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Durian (Durio sp) dengan Penggorengan. Simposium Nasional Forum Teknologi Hasil Hutan (FTHH). Bogor.
Mandang YI, Pandit IKN. 1997. Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. Bogor : Yayasan PROSEA Indonesia.
Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang YI, Kadir K dan Prawira SA. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor
Martawijaya D dan H Adijuwana. 1995. Ekstraksi Enzim Selulase dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light serta Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan Macrotermes gilvus Hagen. Jurnal Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Vol VIII. No. I.
Mohammad Muslich dan Krisdianto (2006), Upaya Peningkatan Kualitas Kayu Hutan Rakyat Sebagai Bahan Baku Industri. PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 110-129
Nandika, D. dan Tambunan, B. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.
28
Oey Djoen Seng. 1990. Berat Jenis dari Jenis-jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Soewarsono P.H, penerjemah. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Terjemahan dari : Specific Gravity of Indonesian Woods and Its Significance for Practical Use. Pandit, Kurniawan D. 2008. Anatomi Kayu : Struktur Kayu, Kayu Sebagai Bahan
Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Supriana, N. 1983. Perilaku Rayap Perusak Kayu. Prosiding Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya rayap pada Bangunan. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor.
Tarumingkeng CR. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Laporan No. 138. LPHH. Bogor.
29
Lampiran 1. Data Mentah Jumlah Rayap yang Mati Perminggu
NO CONTOH UJI MINGGU I MINGGU II MINGGU III
1 GC11 0 0 8 2 GC12 0 0 2 3 GC13 0 2 1 Rata-rata 0 2 4 4 GC31 0 3 5 5 GC32 0 6 5 6 GC33 0 0 2 Rata-rata 0 3 4 7 GJ31 0 0 2 8 GJ32 0 1 0 9 GJ32 0 0 0 Rata-rata 0 1 1 10 KJ11 0 0 0 11 KJ12 0 1 0 12 KJ13 0 0 1 Rata-rata 0 1 1 13 KC31 0 1 7 14 KC32 0 5 6 15 KC33 0 5 7 Rata-rata 0 4 7 16 KJ31 0 3 1 17 KJ32 0 4 2 18 KJ33 0 3 5 Rata-rata 0 3 3
30
Lampiran 2. Nilai Mortalitas Rayap Tanah
NO CONTOHUJI JUMLAHRAYAP
JUMLAH RAYAP MATI JUMLAH RAYAP AKHIR MORTALITAS 1 GC11 150 0 150 0,00 2 GC12 150 1 149 0,67 3 GC13 150 0 150 0,00 Rata-rata 0,22 4 GC31 150 8 142 5,33 5 GC32 150 11 139 7,33 6 GC33 150 2 148 1,33 Rata-rata 4,67 7 GJ31 150 2 148 1,33 8 GJ32 150 1 149 0,67 9 GJ32 150 0 150 0,00 Rata-rata 0,67 10 KJ11 150 1 149 0,67 11 KJ12 150 1 149 0,67 12 KJ13 150 3 147 2,00 Rata-rata 1,11 13 KC31 150 8 142 5,33 14 KC32 150 11 139 7,33 15 KC33 150 12 138 8,00 Rata-rata 6,89 16 KJ31 150 4 146 2,67 17 KJ32 150 6 144 4,00 18 KJ33 150 8 142 5,33 Rata-rata 4,00
31
Lampiran 3. Nilai Pengurangan Berat Contoh Uji
NO CONTOH UJI SEBELUM (gr)BERAT BERAT SETELAH(gr) PENGURANGANBERAT
1 GC11 4,99 4,86 2,45 2 GC12 5,90 5,75 2,58 3 GC13 6,55 6,39 2,44 Rata-rata 2,49 4 GC31 10,55 10,51 0,33 5 GC32 9,02 8,94 0,90 6 GC33 11,66 11,48 1,54 Rata-rata 0,92 7 GJ31 10,26 9,97 2,83 8 GJ32 9,67 9,24 4,44 9 GJ32 10,52 10,03 4,67 Rata-rata 3,98 10 KJ11 5,80 5,59 3,64 11 KJ12 6,21 6,14 1,21 12 KJ13 5,74 5,64 1,84 Rata-rata 2,23 13 KC31 7,63 7,59 0,53 14 KC32 8,32 8,26 0,69 15 KC33 7,77 7,70 0,89 Rata-rata 0,70 16 KJ31 7,02 6,95 0,98 17 KJ32 6,62 6,58 0,64 18 KJ33 7,08 7,02 0,83 Rata-rata 0,82
32
Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam
1. RAL Mortalitas Rayap Terhadap Kayu Gmelina db Total = Total banyaknya pengamatan – 1
= 9 – 1 = 8
db Perlakuan = Total banyaknya perlakuan – 1 = 3 – 1
= 2
db Galat = db Total – db Perlakuan = 8 – 2 = 6 FK (Faktor Koreksi) =( ) Dimana : r = Ulangan = 3 t = Perlakuan = 3 FK =( , ) = , = 30,86 JK Total = (0,00) + (0,67) + (0,00) + (5,33) + (7,33) + (1,33) + (1,3) + (0,67) + (0,00) – FK = 86,87 – 30,86 = 55,80 JK Perlakuan =( , ) ( , ) ( , ) – FK
33
= ,
−
30,86= 35,80
JK Galat = Jk total – JK perlakuan = 55,80 – 35,80
= 19,85
2. RAL Mortalitas Rayap Terhadap Kayu Kapuk
db Total = Total banyaknya pengamatan – 1 = 6 – 1
= 5
db Perlakuan = Total banyaknya perlakuan – 1 = 3 – 1
= 2
db Galat = db Total – db Perlakuan = 5 – 2
= 3 FK (Faktor Koreksi) =( ) Dimana : r = Ulangan = 3 t = Perlakuan = 3
34 FK =( , ) = = 144 JK Total = (0,67) + (0,67) + (2,00) + (5,33) + (7,33) + (8,0) + (2,67) + (4,0) + (5,3) – FK = 202,67 – 144 = 58,67 JK Perlakuan =( , ) ( , ) ( , ) – FK = ,
−
144 = 50,07 JK Galat = Jk total – JK perlakuan = 58,67 – 50,07
= 8,60
3. RAL Pengurangan Berat (Kayu Gmelina)
db Total = Total banyaknya pengamatan – 1 = 6 – 1
= 5
db Perlakuan = Total banyaknya perlakuan – 1 = 3 – 1
= 2
35 = 5 – 2 = 3 FK (Faktor Koreksi) =( ) Dimana : r = Ulangan = 3 t = Perlakuan = 3 FK =( , ) = , = 54,60 JK Total = (2,45) + (2,58) + (2,44) + (0,33) + (0,90) + (1,54) + (2,83) + (4,44) + (4,67) – FK = 71,40 – 54,60 = 16,79 JK Perlakuan =( , ) ( , ) ( , ) – FK = ,
−
54,60 = 14,04 JK Galat = Jk total – JK perlakuan = 16,79 – 14,04
= 2,75
4. Ral Pengurangan Berat (Kayu Kapuk)
db Total = Total banyaknya pengamatan – 1 = 6 – 1
36
= 5
db Perlakuan = Total banyaknya perlakuan – 1 = 3 – 1
= 2
db Galat = db Total – db Perlakuan = 5 – 2 = 3 FK (Faktor Koreksi) =( ) Dimana : r = Ulangan = 3 t = Perlakuan = 3 FK =( , ) = , = 14,07 JK Total = (3,64) + (1,21) + (1,84) + (0,53) + (0,69) + (0,89) + (0,98) + (0,64) + (0,83) – FK = 21,73 – 14,07 = 7,66 JK Perlakuan =( , ) ( , ) ( , ) – FK = ,
−
14,07 = 4,3437
JK Galat = Jk total – JK perlakuan = 7,66 – 4,34
38
Lampiran 5. Hasil Perhitungan uji Tukey (Mortalitas rayap pada kayu kapuk) 1. BNJ ᵡ = q ( p,v, x ) . √ ) Perlakuan = 3 Db Galat = 6 Nilai q = ( 3,6, 0,05 ) = 9,78 2. BNJ ᵡ = q ( 3,6, 0,05 ). √ , = 4,76 √0,47 = 3,28
Lampiran 6. Hasil Perhitungan uji Tukey (pengurangan berat contoh uji gmelina) 1. BNJ = q ( p,v, x ) . √ ) Perlakuan = 3 Db Galat = 6 Nilai q = ( 3,6, 0,05 ) = 9,78 2. BNJ = q ( 3,6, 0,05 ). √ . = 4,76 √0,15 = 1,8
39
Lampiran 6. Dokumentasi Hasil Penelitian
Gambar 1. Penggorengan dan pengukuran suhu
40
41
Gambar 4. Rayap Tanah sebelum Diumpankan