i xii DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRACT ... viii
ABSTRAK ... ix
RINGKASAN ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.4.1. Manfaat untuk Institusi ... 7
1.4.2. Manfaat untuk Masyarakat ... 7
1.4.3. Manfaat untuk Peneliti ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1. Industri Pembangkit Listrik, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan Berkelanjutan ... 8
2.2. Amdal ... 17
2.2.1. Pengertian Amdal ... 18
2.2.2. Peran, Manfaat dan Tujuan ... 21
xiii
2.3. Pengawas Pelaksanaan Amdal ... 30
2.4. Efektivitas ... 32
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ... 34
3.1. Kerangka Berpikir ... 34
3.2. Konsep Penelitian ... 35
BAB IV METODE PENELITIAN ... 37
4.1. Rancangan Penelitian ... 37
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
4.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 38
4.4. Penentuan Sumber Data ... 38
4.4.1. Jenis Data ... 38
4.4.2. Sumber Data ... 39
4.4.3. Populasi dan Responden Penelitian ... 41
4.5. Variabel Penelitian ... 43
4.6. Instrumen Penelitian ... 43
4.7. Prosedur Penelitian ... 44
4.8. Analisis Data ... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
5.1. Deskripsi Kegiatan Perusahaan ... 49
5.2. Deskripsi Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan ... 50
5.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56
5.3.1. Persepsi pemrakarsa tentang dokumen Amdal ... 56
5.3.2. Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan ... 57
5.3.3. Pelaksanaan Pengawasan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan ... 59
5.3.4. Efektivitas Pelaksanaan Amdal ... 61
5.4. Evaluasi Pelaksanaan RKL-RPL PT Indonesia Power UP Bali ... 66
5.5. Usulan Penyempurnaan Pelaksanaan Amdal ... 69
5.5.1. Usulan Penyempurnaan Pelaksanaan Amdal di PLTD/G Pesanggaran ... 70
xiv
5.5.2. Usulan Penyempurnaan Pengawasan Pelaksanaan Amdal di
Dinas/Instansi ... 71
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 72
6.1. Simpulan ... 72
6.2. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77
xv xv DAFTAR TABEL Tabel Halaman
5.1. Kegiatan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 50 5.2. Kegiatan Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup ... 55 5.3. Persepsi responden tentang latar belakang penyusunan dokumen
Amdal ... 56 5.4. Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan PLTD/G
Pesanggaran ... 58 5.5. Manfaat pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan ... 59 5.6 Data kuantitatif fauna dan flora air PLTD/G Pesanggaran periode
2015-2016 ... 63 5.7. Evaluasi Pelaksanaan RKL-RPL PLTD/G Pesanggaran ... 66 5.8. Data Pengujian Intensitas Kebisingan PLTD/G Pesanggaran (Juni
2016) ... 67
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Pengelolaan Dampak Lingkungan pada Studi Kelayakan (Reliantoro, 2005 dalam Shoba, 2006) ... 24 2.2. Pendekatan Studi Kelayakan Berurut dan Seiring (Reliantoro, 2005
dalam Wahyono, 2012) ... 24 2.3. Prosedur Penyusunan Amdal dan UKL UPL (Pemerintah Republik
Indonesia, 2012) ... 31 3.1. Konsep Penelitian ... 36 4.1. Model Penelitian ... 37
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kategori Penilaian Efektivitas Penerapan Amdal (Wahyono, 2012) ... 77
2. Pedoman Wawancara ... 81
3. Kuesioner untuk Pemrakarsa ... 84
4. Kuesioner untuk Instansi/Dinas ... 91
xviii
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN
Amdal : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Andal : Analisis Dampak Lingkungan
APD : Alat Pelindung Diri
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
BAPEDAL : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan BLH : Badan Lingkungan Hidup
CEMS : Continues Emission Monitoring System CSR : Corporate social responsibility
IPAL : Instalasi Pengelolaan Air Limbah K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KA-Andal : Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan KTT : Konferensi Tingkat Tinggi
LH : Lingkungan Hidup
MDGs : Millenium Development Goals
MW : Mega Watt
OECD : Organisation for Economic Co-operation and Development PLN : Perusahaan Listrik Negara
PLTD/G : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel/Gas PLTGU : Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap PP : Peraturan Pemerintah
RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan
RUPTL : Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik SDGs : Sustainable Developmen Goals
SOP : Standard Operating Procedures TPS : Tempat Penyimpanan Sementara
xix
UKL-UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
UUD : Undang-Undang Dasar
UUPLH : Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup WCED : World Comission on Environmental and Development
viii
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF EIA APPLICATION IN MANAGING ENVIRONMENTAL ASPECT ON POWER PLANT IN BALI – CASE STUDY
PLTD/G PESANGGARAN
The development and sustainability of power plant’s activity has a positive impact, such as the increased electricity energy which will indirectly boost the economy, but it also has negative impact, such as the rising pressure towards environment. One way to prevent it from damaging environment is to require stakeholders and industry actors to have the environment permit including EIA (Environment Impact Assessment). The objective of this study was to find out the effectiveness of EIA application on power plant on PLTD/G Pesanggaran.
This study was conducted with a descriptive qualitative approach which used data from observations, interviews, questionnaires, and literatures. Location of this study was at PLT/D Pesanggaran. The data that were gathered is used to be the base for value determining from valuation categories, so that the value of effectiveness of EIA application in PLTD/G Pesanggaran is found.
The EIA application of PLTD/G Pesanggaran as a whole was sufficient according to the environmental document. Supervision of RKL-RPL application which was done by the BLH had carried out systematically and effective. The value of the effectiveness of EIA application in PLTD/G Pesanggaran was 94%, which means the EIA application was effective.
Based on the research can be suggested the proponent should conduct the management and supervision in a timely, including terms of submitting the RKL-RPL report, especially the quality of waste, water, and emission, and also, the proponent must obey regulations with ongoing condition carefully.
ix
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI
BALI – STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN
Pembangunan dan keberlangsungan kegiatan power plant memberikan dampak positif yaitu bertambahnya pengadaan energi listrik yang secara tidak langsung meningkatkan perekonomian, namun juga memberikan dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Salah satu upaya preventif yang dilakukan untuk menghindari kerusakan lingkungan tersebut adalah dengan mewajibkan kepada setiap pelaku industri untuk memiliki Izin Lingkungan dengan menyertakan dokumen Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Tujuan dari penelitian ini adalah melihat efektivitas penerapan Amdal pada PLTD/G Pesanggaran.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif yang menggunakan data dari observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka. Lokasi penelitian adalah PLTD/G Pesanggaran. Data yang diperoleh dijadikan dasar untuk menentukan nilai dari kategori penilaian sehingga ditemukan nilai efektivitas dari penerapan Amdal di PLTD/G Pesanggaran.
Penerapan Amdal oleh PLTD/G Pesanggaran secara keseluruhan sudah cukup sesuai dengan dokumen lingkungan. Pengawasan pelaksanaan RKL-RPL yang dilakukan oleh instansi melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar sudah dilaksanakan secara sistematis dan sudah efektif. Nilai efektivitas penerapan Amdal di PLTD/G Pesanggaran adalah 94% yang berarti penerapan Amdal sudah efektif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan pemrakarsa perlu melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara tepat waktu sesuai dengan arahan dokumen RKL-RPL, termasuk dalam hal penyampaian pelaporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, khususnya terkait dengan kualitas limbah, air dan emisi dengan bukti-bukti analisis dan dokumen pendukung lainnya, serta pemrakarsa harus menaati peraturan perundangan sesuai dengan kondisi terkini secara cermat.
Kata Kunci: Amdal, Pembangkit Listrik, Efektivitas, Pengelolaan, Pemantauan, Lingkungan Hidup
x
RINGKASAN
EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI
BALI – STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN
Pesatnya perkembangan industri pariwisata dan tata kota membuat kebutuhan energi listrik di Bali meningkat dengan pesat. Pembangunan beberapa pembangkit listrik (power plant) di Bali dilakukan untuk mengurangi ketergantungan akan energi litrik yang disuplai dari Jawa. Pembangunan dan keberlangsungan kegiatan power plant memberikan dampak positif yaitu bertambahnya pengadaan energi listrik yang secara tidak langsung meningkatkan perekonomian, namun juga memberikan dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Salah satu upaya preventif yang dilakukan untuk menghindari kerusakan lingkungan tersebut adalah dengan mewajibkan kepada setiap pelaku industri untuk memiliki Izin Lingkungan dengan menyertakan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal). Tujuan dari penelitian ini adalah melihat efektivitas penerapan Amdal pada PLTD/G Pesanggaran.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif yang menggunakan data dari observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka. Lokasi penelitian adalah PLTD/G Pesanggaran. Data yang diperoleh dijadikan dasar untuk menentukan nilai dari kategori penilaian sehingga ditemukan nilai efektivitas dari penerapan Amdal di PLTD/G Pesanggaran. Kategori penilaian ini dibagi 25 indikator pernyataan dan 5 kategori penilaian dengan nilai ukur 0-4 dimana penilaian dilakukan sesuai dengan keadaan sebenarnya dari hasil observasi, wawancara, dan kuesioner.
Penerapan Amdal oleh PLTD/G Pesanggaran secara keseluruhan sudah cukup sesuai dengan dokumen lingkungan. Semua komponen lingkungan baik geologi fisika kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya kesehatan masyarakat, telah dilakukan upaya pengelolaan, namun untuk pemantauan lingkungan ada beberapa yang belum dilakukan. Beberapa kegiatan pengelolaan dan pemantauan khususnya kualitas limbah, air, dan emisi perlu ditingkatkan termasuk dalam hal pelaporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan. Pengawasan BLH Kota Denpasar dimulai dari pembahasan penyusunan dokumen Amdal PLTD/G Pesanggaran. Pengawasan pelaksanaan RKL-RPL yang dilakukan oleh instansi melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar sudah dilaksanakan secara sistematis dan sudah efektif. Nilai efektivitas penerapan Amdal PLTD/G Pesanggaran didapat dari analisis deskriptif kualitatif dari kategori penilaian efektivitas penerapan Amdal. Nilai efektivitas penerapan Amdal di PLTD/G Pesanggaran adalah 94% dan berada pada kelompok atas dengan nilai 67–100% yang berarti pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungannya sudah efektif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan pemrakarsa perlu melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara tepat waktu sesuai dengan arahan dokumen RKL-RPL, termasuk dalam hal penyampaian pelaporan pelaksanaan
xi
pengelolaan dan pemantauan lingkungan, khususnya terkait dengan kualitas limbah, air dan emisi dengan bukti-bukti analisis dan dokumen pendukung lainnya, serta pemrakarsa harus menaati peraturan perundangan sesuai dengan kondisi terkini secara cermat.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi listrik pada era globalisasi menjadi kebutuhan pokok di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat, maka kebutuhan akan energi listrik juga akan meningkat.
Provinsi Bali merupakan sebuah kepulauan yang sangat strategis secara nasional dan juga salah satu gerbang masuk bagi turis mancanegara yang akan berkunjung ke Indonesia. Pariwisata adalah potensi terbesar yang dimiliki Bali. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri pariwisata dan tata kota, kebutuhan energi listrik di Bali meningkat dengan pesat. Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur dan Bali Amin Subekti mengatakan (2016), kebutuhan energi listrik di Bali dari tahun ke tahun semakin meningkat dan sekarang ini ketersediaan listrik di daerah ini hanya 1.300 megawatt (MW) dengan beban puncak 834 MW, sedangkan menurut RUPTL PLN 2016-2025 (2016), kebutuhan energi listrik di Indonesia akan meningkat 8,2% per tahun dan di Bali sendiri akan meningkat sebesar 7,7% per tahun. Pemadaman listrik yang sering terjadi setahun belakangan ini di Bali akibat rusaknya kabel transmisi listrik bawah laut yang memasok kebutuhan listrik di Pulau Bali dari Jawa menunjukan adanya ketergantungan pemasokan energi listrik di Bali dari Jawa.
Pembangunan beberapa pembangkit listrik (power plant) di Bali dilakukan untuk mengurangi ketergantungan akan energi litrik yang disuplai dari Jawa.
2
Beberapa power plant yang sudah ada yaitu PLTD/G Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, PLTGU Pemaron dan PLTU Celukan Bawang.
Pembangunan dan keberlangsungan kegiatan power plant memberikan dampak positif yaitu bertambahnya pengadaan energi listrik yang secara tidak langsung meningkatkan perekonomian, namun juga memberikan dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Tekanan terhadap lingkungan dari pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan setempat, pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan lingkungan (Wahyono, dkk, 2012). Kerusakan lingkungan tersebut menjadi tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, pemerintah dan pemrakarsa.
Sari, dkk. (2012) mengungkapkan salah satu upaya preventif yang dilakukan untuk menghindari kerusakan lingkungan tersebut adalah dengan mewajibkan kepada setiap pelaku industri untuk wajib memiliki izin lingkungan dengan menyertakan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Kedua studi tersebut merupakan studi kelayakan lingkungan yang harus dibuat oleh pemrakarasa kegiatan dan atau usaha yang baru atau belum beroperasi, sehingga melalui dokumen ini dapat diperkirakan dampak yang akan timbul dari suatu kegiatan kemudian bagaimana dampak tersebut dikelola baik dampak negatif maupun dampak positif.
Pasal 22 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)
3
menyebutkan bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal” dan Pasal 34 ayat (1) bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal, wajib memiliki dokumen UKL-UPL”. Dokumen lingkungan ini digunakan sebagai instrumen pencegahan pencemaran yang dibuat pada tahap perencanaan usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen Amdal memuat Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-Andal), Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), dan Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan menetapkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan. Pasal 53 ayat (1) huruf b mengatakan setiap pemegang izin lingkungan memiliki kewajiban membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban dalam izin lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dan sesuai Pasal 53 ayat (2) laporan tersebut disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.
Menurut Sabaruddin (2007), instansi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup mempunyai kewenangan dalam pengendalian dampak lingkungan, pencemaran, dan kerusakan lingkungan serta pengawasan pelaksanaan UKL-UPL di daerahnya. Peran yang efektif dari pemerintah diperlukan dalam dokumen lingkungan, agar dapat lebih meningkatkan kualitas dan integritas dokumen lingkungan (Ross, 2006). Koordinasi/hubungan dan
4
mekanisme kerja antar pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sangat diperlukan, sehingga terdapat kejelasan mandat, untuk menghindarkan terjadinya kerancuan dan tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Sosialisasi dan komunikasi menjadi kunci penting bagi implementasi pembangunan berwawasan lingkungan (Sarbi, 2006).
Pada kenyataannya, studi kelayakan lingkungan baik dalam bentuk Amdal maupun UKL-UPL yang dijadikan usaha preventif tidak selalu berjalan dan berhasil optimal. Menurut Rosita dalam Sambutan Rapat Kerja Amdal tahun 2009 (Wahyono, dkk, 2012), sampai saat ini masih banyak dokumen Amdal yang berkualitas buruk, masih tingginya tingkat plagiasi diantara dokumen Amdal, dan sebagainya. Dilaporkan bahwa ada sekitar 9.000 lebih dokumen Amdal telah disetujui oleh pemerintah, namun tidak menjamin kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penyebabnya antara lain komisi Amdal belum semua berfungsi dengan baik dan lemahnya penegakan hukum lingkungan.
Revitalisasi sistem Amdal dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2004 karena dirasakan terdapat banyak hal yang kurang dalam pelaksanaan Amdal. Hal ini diperkuat dengan masukan beberapa pakar Amdal. Ada beberapa alasan mengapa program revitalisasi dilakukan, antara lain (Wahyono, dkk, 2012): a. Efektivitas Amdal perlu ditingkatkan karena Amdal belum dilakukan sebagai
perangkat pencegahan dampak lingkungan dan cenderung hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi saja.
b. Kualitas Amdal masih sangat rendah. Hasil evaluasi pada tahun 2004 menunjukan hanya 22% dari sampel Amdal yang dievaluasi memiliki katagori
5
baik dan sangat baik.
c. Pelaksanaan Amdal belum dilakukan dengan serius dan konsisten.
d. Penaatan dan penegakan hukum Amdal belum efektif atau persisnya tidak ada upaya pentaatan hukum.
Menurut Wahyono, dkk. (2012), efektivitas pelaksanaan Amdal juga perlu ditingkatkan karena beberapa fakta menunjukan bahwa pada kenyataannya: a. Pemrakarsa baru menyusun Amdal setelah izin mulainya kegiatan
dikeluarkan, artinya Amdal tidak berperan sebagai alat pembantu pengambilan keputusan.
b. Pemrakarsa masih memandang Amdal sebagai tambahan biaya ketimbang alat pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam RKL-RPL belum berorientasi pada langkah-langkah untuk penurunan biaya produksi.
c. Perencanaan Amdal sebagai bahan studi kelayakan masih lemah karena sering kali terlambat dilaksanakan setelah aspek ekonomi dan teknis dinyatakan layak. Dengan demikian rendah sekali kemungkinan bagi hasil studi Amdal untuk memberikan masukan perbaikan dan masukan alternatif bagi kegiatan. d. Amdal disusun dengan kualitas rendah dan cenderung tidak fokus.
e. Penilai Amdal belum mampu mengarahkan agar kualitas Amdal dapat ditingkatkan, masih banyak dokumen yang berkualitas rendah diloloskan juga dengan berbagai alasan.
6
Berdasarkan latar belakang ini, penulis ingin meneliti tentang efektivitas penerapan Amdal dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pembangkit listrik di Bali - Studi Kasus PLTD/G Pesanggaran.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimanakah penerapan Amdal di perusahaan bidang pembangkit listrik di PLTD/G Pesanggaran?
2) Bagaimanakah pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam penerapan Amdal?
3) Bagaimanakah efektivitas penerapan Amdal pada kegiatan pembangkit listrik di PLTD/G Pesanggaran?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1) Mendeskripsikan penerapan Amdal di perusahaan bidang pembangkit listrik di PLTD/G Pesanggaran.
2) Mendeskripsikan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam penerapan Amdal.
3) Mengetahui efektivitas penerapan Amdal pada kegiatan pembangkit listrik di Bali sehingga dapat menyimpulkan usulan-usulan perbaikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di PLTD/G Pesanggaran.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat untuk Institusi
– Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan sarana pengembangan ilmu bagi institusi mengenai ketaatan pelaksanaan peraturan lingkungan.
– Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat untuk Masyarakat
– Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap usaha pemerintah sebagai refrensi dalam membuat kebijakan di bidang lingkungan hidup dan upaya pengawasan pelaksanaan RKL-RPL. – Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi masyarakat
umum tentang keterlibatannya dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan.
1.4.3 Manfaat untuk Peneliti
– Sebagai sarana untuk berlatih melakukan penelitian secara mandiri berdasarkan metode penelitian yang baik dan benar.
– Sebagai sarana untuk menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama mengikuti program pendidikan.