11
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yang
terdiri dari Desa Caturtunggal, Desa Maguwoharjo dan Desa Condongcatur (Gambar 3). Kecamatan Depok terletak di Kabupatan Sleman propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geeografis Kabupaten Sleman terletak antara 7º 34’ 51” dan 7º 47’ 30” LS dan antara 107º 15’ 03” dan 107º 29’ 30” BT. Kecamatan Depok termasuk daerah daratan yang relatif rendah, mempunyai kemiringan wilayah 0 – 2%. Secara administratif, Kecamatan Depok mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Ngaglik dan Kecamatan Ngemplak Sebelah Timur : Kecamatan Kalasan
Sebelah Barat : Kecamatan Mlati
Sebelah Selatan : Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta dan Kecamatan Banguntapan Kab. Bantul
Analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari – September 2010
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Quickbird Kabupaten Sleman tahun 2005, peta penggunaan lahan tahun 2008 dengan skala 1: 50000 yang bersumber dari citra landsat tahun 2000, Peta Administrasi, Peta Jalan, Peta RTRW Kabupaten Sleman tahun 2008 dengan skala 1:53.000, Data Potensi Desa (PODES) tahun 2008 dan data Monografi desa tahun 2008.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat komputer dan perangkat lunak yang terdiri dari, Arc View versi 3.3, microsoft office excel, microsoft office word, dan GPS Garmin.
Gambar.3 Peta Lokasi Penelitian
3.3. Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu : (1) tahap persiapan data, (2) tahap pemetaan penggunaan lahan, (3) tahap pengecekan lapang dan pengumpulan data, (4) tahap analisis data. Bagan alur penelitian dari metode penelitian ini disajikan pada Gambar 4.
3.3.1. Persiapan
Dalam tahap persiapan dilakukan pengumpulan data dan koreksi geometrik. Data yang dikumpulkan berupa citra Quickbird Kabupaten Sleman tahun 2005, peta penggunaan lahan, Peta Administrasi, Peta Jalan Peta RTRW Kabupaten Sleman, data Potensi Desa (PODES) tahun 2008 data monografi desa. Koreksi gometrik dilakukan untuk merujuk citra Quickbird ke peta topografi, sehingga kedua data tersebut kompatibel secara geografis.
14
Proses geometrik dilakukan dengan merektifikasi citra ke Peta Topografi (image to map rectification) berdasarkan GCP (Ground Control Point). Titik GCP yang digunakan adalah gunung merapi, bandara, stadion, dan Lapangan softball.
Menurut Short 1982 dalam Sutanto 1986 akurasi dapat dilihat dengan perhitungan Root Mean Square-error (RMS-error). Pada umumnya akurasi yang tinggi diperoleh jika nilai RMS-error kurang dari satu dengan distribusi GCP yang merata baik pada citra maupun pada peta. Nilai RMS-error dihitung berdasarkan persamaan berikut :
RMS-error =
Dimana, x dan y adalah koordinat masukan (input) yang diperoleh dari peta topografi (baris dan kolom)
X da Y adalah koordinat untuk citra yang dikoreksi.
3.3.2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan dalam penelitian berupa citra Quickbird Kabupaten Sleman tahun 2005, data input-output penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian berupa peta penggunaan lahan tahun 2008 dengan skala 1 : 50.000 yang bersumber dari citra landsat tahun 2000, Peta Administrasi, Peta RTRW Kabupaten Sleman, Data Potensi Desa (PODES) tahun 2008 data Monografi desa dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Data tersebut diperoleh dari pemerintahan kecamatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sleman, Dinas Pertanian Kabupaten Sleman dan instansi terkait lainnya.
Pengumpulan data dibagi menjadi dua tahapan yaitu (1) pengecekan lapang untuk mengecek kebenaran hasil interpretasi di lapang, (2) pengumpulan data untuk analisis land rent.
3.3.2.1. Pengecekan Lapang
Kegiatan pengecekan lapang untuk mengetahui kondisi penggunaan lahan sebenarnya di lapangan di Kecamatan Depok. Pengecekan lapang dilakukan pada
23 titik untuk sawah irigasi dan sebanyak 26 titik untuk penggunaan lahan lahan terbangun yang tersebar di setiap desa. Untuk menentukan lokasi titik pengecekan lapang tersebut digunakan GPS. Koordinat penggunaan lahan sawah irigasi disajikan pada Lampiran 1 dan sebaran lokasi pengecekan lapang pada Gambar 5 serta koordinat penggunaan lahan lahan terbangun pada Lampiran 2 dan sebaran titik lokasi pengecekan lapangnya pada Gambar 6.
3.3.2.2. Pengumpulan Data Land Rent
Pengumpulan data land rent dilakukan dengan teknik wawancara dengan alat bantu kuesioner (Lampiran 3). Jenis data primer yang dikumpulkan untuk perhitungan land rent penggunaan lahan sawah irigasi meliputi : varietas, produksi, harga jual, pendapatan, biaya variabel, biaya tetap, modal (input), dan harga minimum atau maksimum. Jenis data primer yang dikumpulkan untuk perhitungan land rent lahan terbangun adalah identitas responden, kondisi sosial
Gambar 5. Peta Distribusi Sampling Sawah Irigasi
# # # # # # # # # # # # # # # # # ## # # # # S1cc S2cc S3cc S4cc S5cc S6cc S1ct S2ct S3ct S1mg S2mg S3mg S4mg S5mg S6mg S7mg S8mg S4ct S5ct S6ct S10mg S11mg S9mg 7°48' 7°48' 7°47' 7°47' 7°46' 7°46' 7°45' 7°45' 7°44' 7°44' 110°22' 110°22' 110°23' 110°23' 110°24' 110°24' 110°25' 110°25' 110°26' 110°26' 110°27' 110°27' Legenda : Desa Caturtunggal Desa Condongcatur Desa Maguwoharjo
#Titik Cek Lapang
S1-6 ct = Titik Sample di Desa Caturtunggal S1-6 cc = Titik Sample di Desa Condondcatur S1-10 mg = Titik Sample di Desa Maguwoharjo
Sumber :
Citra Quickbird Tahun 2005 Koordinat GPS Hasil Cek Lapang 2010
N
16
Gambar 6 Peta Sebaran sampling lahan terbangun
responden yang meliputi kondisi fisik bangunan rumah (dilihat dari keadaan rumahnya apakah tipe rumah sangat sederhana, sederhana, atau tergolong rumah mewah), penghasilan per bulan, pendidikan, luas pemilikan lahan, posisi bangunan, dan jarak dengan jalan aspal, jenis pekerjaan, pendapatan, dan jumlah rata-rata pengeluaran.
Jumlah responden yang diwawancarai untuk sawah irigasi sebanyak 25 dan untuk lahan terbangun sebanyak 42. Responden sawah irigasi adalah anggota gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Sidomulyo Kecamatan Depok. Respoden lahan terbangun terdiri dari pemilik jasa kos-kosan 8, warung makan 8, foto copy 12, dan rumah tinggal 14. Sebagian besar responden lahan terbangun memiliki kegiatan jasa dan usaha dengan input cukup besar dan secara produktif menghasilkan. Penentuan lokasi ini didasarkan pada kondisi wilayah Kecamatan Depok sebagian besar berkembang sebagai pusat pendidikan.
# # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # T1ct T2ct T3ct T4cc T5cc T4ct T5ct T6ct T7ct T8ct T1cc T2cc T3cc T9ct T5cc T6cc T7cc T8cc T1mg T2mg T3mg T4mg T5mg T6mg T10ct T11ct 7°48' 7°48' 7°47' 7°47' 7°46' 7°46' 7°45' 7°45' 7°44' 7°44' 110°22' 110°22' 110°23' 110°23' 110°24' 110°24' 110°25' 110°25' 110°26' 110°26' 110°27' 110°27' Legenda : Desa Caturtunggal Desa Condongcatur Desa Maguwoharjo
#Titik Cek Lapang
T1-11 ct = Titik Sample di Desa Caturtunggal T1-9 cc = Titik Sample di Desa Condondcatur T1-6 mg = Titik Sample di Desa Maguwoharjo
Sumber :
Citra Quickbird Tahun 2005 Koordinat GPS Hasil Cek Lapang 2010
N
3.3.3. Analisis Data
3.3.3.1. Interpretasi Visual Penggunaan Lahan
Interpretasi penggunaan lahan dilakukan secara visual pada citra Quickbird dengan pendekatan unsure-unsur interpretasi yang di dukung dengan pengecekan lapang. Unsur interpretasi citra tersebut adalah rona/ warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi (Sutanto, 1986) :
1) Rona, adalah tingkat kegelapan atau kecerahan suatu objek pada citra. Rona dapat pula diartikan sebagai tingkat dari hitam ke putih atau sebaliknya.pada citra quickbird Kecamatan Depok objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga ke arah sensor menimbulkan rona yang cerah. Sebaliknya objek yang banyak menyerap tenaga atau sedikit memantulkan tenaga menimbulkan rona yang gelap.
2) Bentuk, ialah konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk beberapa objek demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung hanya berdasarkan kriteria ini, misalnya beberapa bentuk yang harus di identifikasi adalahn bentuk gedung sekolah atau bangunan pemerintahan yang berupa huruf L atau U, dan sungai dikenali dari bentuknya yang panjang dan berkelok kelok serta seluruh bentuk khas yang terlihat di citra. 3) Ukuran, erat kaitanya dengan skala pada citra. Untuk mengukur ukuran
objek pada citra maka skala citra harus dipertimbangkan. Ukuran suatu objek meliputi dimensi jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.
4) Tekstur, adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur merupakan kenampakan yang tidak bisa dibedakan secara individual. Tekstur merupakan hasil gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan dan ronanya.
5) Pola, ialah hubungan spasial objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau hubungan merupakan karakteristik bagi banyak objek alamiah maupun bangunan dan akan memberiakn suatu pola yang membantu penafsir untuk mengenali objek tertentu. Pengenalan objek melalui pola pada citra Quick Bird misalnya, kompleks perumahan yang dikenali dengan pola yang teratur dengan bentuk rumah yang ukurannya seragam, dan menghadap ke arah jalan.
18
6) Bayangan, objek yang tidak tertembus cahaya akan menyebabkan terdapatnya ssuatu daerah yang tidak terkena sinar secara langsung yang disebut dengan bayangan. Hal ini menyebabkan objek pada daerah tersebut akan samar-samar bahkan tidak tampak pada citra. Jadi bayangan dapat bersifat menyembunyikan objek yang terdapat di suatu daerah. Namun ada juga objek-objek tertentu yang justru tampak lebih jelas karena adanya bayangan, misalnya cerobong asap atau tembok stadion.
7) Situs, adalah letak suatu objek. Sawah mempunyai situs di dekat aliran sungai/air, karena sawah pada umumnya memerlukan pengairan yang cukup.
8) Asosiasi, adalah keterkaitan antara objek satu dengan objek yang lainnya. Bandara dikenali karena ada lapangan tempat parkir pesawat.
3.3.3.2. Analisis Entropy
Pengertian entropi adalah semakin beragam aktifitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah, artinya wilayah tersebut semakin berkembang (Indeks entropi tinggi = tingkat perkembangan juga tinggi). Keunggulan dari konsep ini karena dapat digunakan untuk : (1) memahami perkembangan suatu wilayah; (2) memahami perkembangan atau kepunahan keanekaragaman hayati; (3) memahami perkembangan aktifitas perusahaan; dan (4) memahami perkembangan aktifitas suatu sistem produksi pertanian dan lain-lain (Saefulhakim, 2006). Persamaan umum entropy adalah sebagai berikut :
S = -
Σ
P
ijl
nP
ijDimana, S = Entropy
Pi = Peluang Kejadian i (luas setiap penggunaan lahan) i = Jenis penggunaan lahan
Analisis entropy dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan lahan yang paling menyebar di Kecamatan Depok. Penggunaan lahan dengan nilai entropi yang tinggi akan dipilih unutk dilakukan analisis land rent.
3.3.3.3. Analisis Land Rent
Dalam Pravitasari, 2007 Land rent adalah keuntungan yang diperoleh dengan melakukan aktifitas pada suatu luasan lahan selama kurun waktu satu tahun. Manfaat ekonomi dari suatu lahan umumnya dapat dinilai dari pendapatan bersih per m2 lahan per tahun penggunaan tertentu.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Dimana,
P1, P2 ,….. Pn : Volume output produksi
H1, H2 ,….. Hn : Harga output produksi
B1, B2 ,…... Bn : Input produksi
1,2,3….,n : Contoh ke-
Output :
1. Sawah irigasi adalah berupa hasil produksi dari total luas yang dimanfaatkan
2. Lahan terbangun adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan penerimaan dari pemanfaatan lahan terbangun
Input :
1. Sawah irigasi adalah berupa biaya variable (pupuk, pestisida,bibit) dan biaya tetap (cangkul,spreyer), tenaga kerja
2. Lahan terbangun adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dari pemanfaatan lahan terbangun seperti listril, air, gas, kbersihan, keamanan, dll.
20
3.3.3.4. Analisis Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan dengan Peta RTRW
Dalam menganalisis kesesuaian pengalokasian penggunaan lahan dengan peta RTRW dilakukan dengan cara menumpang tindihkan peta penggunaan lahan Kecamatan Depok dengan peta RTRW Kecamatan Depok sehingga dapat di lihat kesesuainan pengalokasian penggunaan lahannya dengan RTRW Kecamtan Depok.