• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kestabilan Lereng di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kestabilan Lereng di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

21

Analisis Kestabilan Lereng di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

“Analysis of Slope Stability in Lulut Area, Klapanunggal District, Bogor

Regency, West Java Province”

Dikky Putra Rupawan

1,*

, Hidartan

1

1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, 11440, Indonesia

*)Email korespondensi: dikkyputra@gmail.com

Sari. Penambangan batugamping merupakan salah satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam non logam

yang ekonomis untuk bahan bangunan. Kegiatan penambangan batu gamping dilakukan dengan metode penambangan kuari berjenjang. Tujuan dari penilitian ini untuk mengetahui kondisi geologi serta kestabilan lereng dengan mencari nilai faktor keamanan lereng berdasarkan korelasi data Rock Mass Rating (RMR) dengan metode Janbu berdasarkan sifat fisik batuan. Metodelogi penelitian ini menggunakan tahapan pengambilan data lapangan berupa kondisi geologi serta geologi teknik dan pengujian sampel laboratorium berupa uji direct shear dan uji kuat tekan, selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Rockscience slide 6.0 serta perhitungan secara manual berdasarkan metode Janbu.Hasil uji laboratorium berupa nilai rata-rata kohesi (±6,19

Mpa), sudut gesek dalam (±30,14°), dan uji kuat tekan (±10,902 Mpa). Berdasarkan metode Janbu dan

perhitungan secara manual, daerah penelitian ini memiliki nilai faktor keamanan lereng aktual sebesr 0,575 yang dikategorikan labil serta berpotensi terjadi longsoran rotasi.

Kata kunci: Faktor keamanan; Geologi teknik; Kestabilan lereng.

Abstract. Limestone mining is one of the economic activities of utilizing non-metallic natural resources for

building materials. Limestone mining activities are carried out using the tiered quarry mining method. The purpose of this research is to determine the geological conditions and the stability of the slope by finding the value of the slope safety factor based on the correlation of Rock Mass Rating (RMR) data with the Janbu method based on the physical properties of the rock. The methodology of this study uses the stages of field data collection in the form of geological conditions and engineering geology and laboratory sample testing in the form of direct shear tests and compressive strength tests, then data processing is performed using Rockscience slide 6.0 software and manual calculations based on the Janbu method. Laboratory test results in the form of values average cohesion (± 6.19 Mpa), deep friction angle (± 30.14 °), and compressive strength test (± 10.902 Mpa). Based on Janbu's method with calculation manually, this research area has an actual slope safety factor value of 0.575 which is categorized as unstable and has the potential for landslide rotations.

Keywords: Engineering Geology; Safety Factor; Slope Stability.

PENDAHULUAN

Penambangan batugamping merupakan salah satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam non logam yang ekonomis untuk bahan bangunan. Kegiatan penambangan batugamping

dilakukan dengan metode penambangan kuari berjenjang. Hal itu membuat dibentuknya lereng sebagai proses dan hasil dari kegiatan penambangan. Penelitian ini dilakukan di area pertambangan Quarry E PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk blok 295 daerah lulut, Kecamatan

(2)

22

Klapanunggal, Kabupaten Bogor dengan melakukan pembobotan Rock Mass Rating dan analisis kestabilan lereng menggunakan metode Janbu berdasarkan pemetaan geologi dan geologi teknik permukaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perusahan agar mengurangi tingkat kecelakaan kerja di lapangan.

GEOLOGI REGIONAL

Formasi Klapanunggal (Tmk) termasuk kedalam peta geologi regional lembar Bogor oleh A.C Effendi, Dkk (1998). Formasi ini merupakan cekungan sedimen yang termasuk kedalam Cekungan Jawa Barat Utara. Formasi ini berumur Miosen akhir yang menjemari dengan Formasi Jatiluhur (Tmj) seperti yang dapat dilihat pada gambar 1. Formasi Klapanunggal terdiri atas Batugamping terumbu padat dengan Foraminifera besar dan fosil - fosil lainnya termasuk moluska dan echinodermata. Menurut Van Bemmelen (1949) dalam The Geology of Indonesia Fisiografi regional Formasi Klapanunggal termasuk ke dalam Zona Bogor yang membentang dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Kuningan dan Majalengka. Daerah ini terdapat suatu

Antiklinorium yang terbentuk dari hasil batuan

1984). Pola-pola struktur geologi yang terbentuk

sedimen laut membentuk perbukitan lipatan. Terdapat patahan lembang pada zona ini yang diperkirakan sezaman dengan pengangkatan pegunungan selatan. Sekarang perbukitan rendah dengan batuan keras yaitu volcanik neck atau batuan intrusi seperti Gunung Parang di Plered Purwakarta, Gunung Kromong, dan Gunung Buligir sekitar Majalengka. Gunung

Ciremai di Kuningan merupakan batas antara Zona Bogor dengan Zona Bandung.

Gambar 1. Stratigrafi Regional Cekungan Bogor,

Cekungan Jawa Barat Utara, dan Pegunungan Selatan. (Sujanto dan Sumantri, 1977).

METODE PENELITIAN

Geologi Teknik

Geologi teknik merupakan cabang ilmu geologi yang menggunakan informasi geologi untuk memecahkan rekayasa keteknikan. Sebagai ilmu terapan, geologi teknik memfokuskan pada aspek geologi yang berpengaruh pada lokasi, desain, konstruksi dan pengoperasian atau pemeliharaan pekerjaan rekayasa. Yang dipelajari dalam geologi teknik yaitu aspek geomorfologi, aspek batuan atau tanah, struktur geologi, aspek hidrogeologi (Dearman, 1991). Sebagai bagian dari geologi teknik terdapat Rock Mass Rating yang dipakai untuk mengetahui nilai ketahanan suatu massa batuan dan disajikan dalam bentuk kualifikasi kualitas suatu massa batuan (Arif, I., 2016).

(3)

23

Klasifikasi massa batuan menggunakan sistem RMR dapat dibagi menjadi 5 parameter yaitu : a. Uniaxial Compressive Strength (UCS) b. Rock Quality Designation (RQD) c. Spasi bidang diskontinu

d. Kondisi bidang diskontinu e.Kondisi dari air tanah

Kestabilan Lereng

Kondisi geologi daerah setempat mempengaruhi kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan penampabangan, bentuk keseluruhan lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan tetap stabil yang ditentukan berdasarkan nilai faktor keamanan lereng sesuai dengan Kepmen ESDM 1827 K/30/MEM/2018 seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang (Kepmen ESDM 1827

K/30/MEM/2018)

Metode Janbu

Janbu biasa digunakan untuk kondisi lereng aktif dengan merumuskan persamaan umum kesetimbangan dengan menyelesaikan secara vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan dengan memperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya. Metode ini memiliki asumsi bahwa gaya normal antar irisan diperhitungakan tetapi gaya geser antar irisan diabaikan atau bernilai nol (XL-XR= 0) sebagaimana dinyatakan dalam persamaan 1 (Arif, I., 2016).

𝐅𝐊 =

Σ(𝑐. 𝑏 + (𝑤 − 𝑢. 𝑏)tan𝜃)

1 + tan𝛼 tan𝜃/𝐹

sec 𝛼

2

Σ 𝑊 tan 𝛼

(1)

dimana:

FK

= Faktor Keamanan

W

= berat isi (b x h x ϒ)

c

= kohesi efektif

ɸ’

= sudut geser dalam efektif

ɑ

= sudut irisan

b

= lebar irisan

u

= tekanan air pori

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil akhir penelitian ini dipengaruhi oleh ketersedian data yang lengkap. Semakin lengkap data yang didapatkan maka hasil akhir akan akurat. Data yang digunakan berupa data geologi, geomorfologi dan geologi teknik berupa Rock Mass Rating dan uji direct shear.

Geomorfologi Daerah Penelitian

Penentuan satuan geomorfologi pada

penelitian

ini menggunakan klasifikasi bentuk muka bumi (Bandono dan Budi Brahmantyo, 2006). Daerah penelitian seperti yang dapat

Lereng tunggal Rendah s.d. Tinggi 1,1 Tidak ada 25-50% Rendah 1,15-1,2 1 25% Menengah 1,2-1,3 1 20% Tinggi 1,2-1,3 1,1 10% Rendah 1,2-1,3 1 15-20% Menengah 1,3 1,05 10% Tinggi 1,3-1,5 1,1 5% Inter-ramp Lereng Keseluruhan

Kriteria dapat diterima (Acceptance Criteria) Jenis Lereng Keparahan Longsor (Consequences of Failure/ CoF) Faktor Keamanan (FK) Statis (Min) Faktor Keamanan (FK) Dinamis (min) Probabilitas Longsor (Probability of Failure) (maks) PoF (FK≤1)

(4)

24

dilihat pada gambar 2 dibagi menjadi 3 satuan yaitu :

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst Konikal Klapanunggal

2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst Klapanunggal

3. Satuan Geomorfologi Dataran Karst Klapanunggal

Gambar 2. Peta geomorfologi daerah penelitian

skala 1:6000.

Geologi Daerah Penelitian

Dalam

penyusunan

stratigrafi

ini

dilakukan

pengamatan mikroskopis berupa uji petrografi dan uji mikropaleontologi. Seperti pada gambar 3 daerah penelitian ini terbagi menjadi 2 satuan batuan :

1. Satuan Batugamping Wackstone Kedudukan stratigrafi batugamping wackstone pada daerah ini merupakan yang tertua berdasarkan rekonstruksi penampang. Ditemukan fosil foraminifera planktonic (Globigerinoides bisphericus, dan Globigerinatella Insueta). yang terdapat dalam bentuk tabel umur berikut, maka dapat disimpulkan umur dari satuan ini menurut Zonasi Blow (1969) adalah N7-N8 (Miosen Awal). Berdasarkan ditemukan fosil foraminifera bentonic (Amphistegina radiata,

dan Operculina spp) maka dapat disimpulkan lingkungan pengendapan satuan ini menurut Bandy (1967) adalah inner neritic. Secara sayatan petrografi warna cokelat, terdapat mineral opak 7%, Matriks berupa Mikrit 60%, Semen berupa sparry calcit, Kemas berupa mud supported, Bentuk butir subrounded (Dunham 1962).

2. Satuan Batugamping Packstone

Kedudukan stratigrafi batugamping packstone pada daerah ini merupakan yang termuda berdasarkan rekonstruksi penampang. Ditemukan fosil foraminifera planktonic (Globigerinatella Insueta, dan Praeorbulina Glomerusa). yang terdapat dalam bentuk tabel umur berikut, maka dapat disimpulkan umur dari satuan ini menurut Zonasi Blow (1969) adalah N7-N8 (Miosen Awal). Berdasarkan ditemukan fosil foraminifera bentonic (Operculina spp, dan Anomalina spp) maka dapat disimpulkan lingkungan pengendapan satuan ini menurut Bandy (1967) adalah inner neritic. Secara sayatan petrografi warna cokelat, terdapat mineral opak 5%, Matriks berupa Mikrit 40%, Semen berupa sparry calcit, Kemas berupa grain supported, Bentuk butir subrounded-rounded (Dunham 1962).

(5)

25

Geologi Teknik Daerah Penelitian

Peta geologi yang sudah dibuat menjadi dasar untuk mengetahui karakteristik dari geologi teknik daerah penelitian dengan mengamati informasi sifat fisik dan keteknikan batuan daerah penelitian. Berdasarkan aspek derajat pelapukan, maka daerah penelitian dibagi menjadi 3 satuan geologi teknik dari yang paling mendominasi daerah penelitian seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.

1. Satuan Batugamping Wackstone Lapuk Sedang (MW) Berongga

2. Satuan Batugamping Packstone Lapuk Ringan (SW) Masif

3. Satuan Batugamping Packstone Lapuk Sedang (MW) Masif

Gambar 4. Peta geologi teknik daerah penelitian

skala 1:6000

Analisis Data

Uji Direct Shear

Uji Direct Shear dilakukan untuk mendapatkan parameter mekanika batuan seperti kohesi (C) dan sudut geser dalam (Φ) seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Direct Shear

Rock Mass Rating

Klasifikasi pembobotan masa batuan atau rock mass rating (Bieniawski, 1979) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas massa batuan berdasarkan lima parameter seperti pada tabel 3, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Rock Mass Rating

Tabel 4. Pembobotan RMR Bieniawski 1979

Berdasarkan pembobotan Rock Mass Rating (Bieniawski 1979) daerah penelitian mendapatkan pembobotan 81 dengan pemerian sangat baik seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.

Analisis Kestabilan Lereng

Dari hasil pengamatan dan pengukuran di

blok

295 Quarry E PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, didapatkan data sebagai berikut: Kedudukan Scanline : 50°, N 275° E Panjang Scanline : ± 50 meter Ketinggian Lereng : ± 12,4 meter

Koordinat : 106ᵒ 57’12,0” BT dan 06ᵒ 29’ 25,4” LS

Berdasarkan kondisi morfologi dan topografi serta korelasi dengan peta geologi teknik maka dibuatlah peta kestabilan lereng yang membagi

1 7,35 28,25 2 5,03 32,03 3 6,2 30,13 Sudut Gesek No Kohesi cp (Mpa)

PARAMETER NILAI / KONDISI BOBOT

Kekuatan Batuan 10,9 Mpa 15

RQD 97,52% 20

Spasi Diskontinuitas 208 cm 20

Kondisi Diskontinuitas

Permukaan sedikit kasar, regangan 1mm - 5 mm, sedikit

lapuk, keras > 5 mm

11

Kondisi Air Tanah kering 15

81

I HASIL PERHITUNGAN RMR

Jumlah Bobot Kelas Massa Batuan

Pembobotan 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 <21

Nomor Kelas I II III IV V

(6)

26

atas 3 satuan yaitu kestabilan lereng tinggi, kestabilan lereng sedang, dan kestabilan lereng rendah. Lokasi scanline lereng termasuk dalam kestabilan lereng rendah seperti yang dapat dilihat pada gambar 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Data Kekar

Gambar 5. Peta kestabilan lereng daerah penelitian

skala 1:6000

Pada daerah penelitian terdapat beberapa kekar yang menjadi koreksi untuk analisis kestabilan lereng. Terdapat 24 kekar bila pada perhitungan manual akan menempati urutan irisan serta akan mengurangi nilai lebar irisan seperti yang dapat dilihat pada tabel 5

.

Analisis Lereng Aktual Secara Manual

Analisis lereng aktual secara manual menggunakan metode Janbu dilakukan pada software rockscience slide 6.0 dengan cara menghitung nilai dari pembagian 10 irisan bidang failure seperti yang dapat dilihat pada

gambar 6 serta ditambah koreksi untuk kekar pada lereng yang terdapat pada irisan nomer 3,4 dan 5 sehingga mengurangi nilai lebar irisan (Tabel 6). Semua nilai yang dihitung pada akhirnya untuk mencari nilai resisting force dan driving force untuk kemudian di bagi sehingga menghasilkan faktor keamanan lereng sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil analisis lereng aktual secara manual

Gambar 6. Hasil pengujian lereng aktual dengan

pembagian 10 irisan (Rupawan, D.P., 2019).

FK :RF

DF:

321,0836 𝑘𝑁

557,8077 𝑘𝑁: 0,575

NO Panjang

kekar (m) Slice Meter ke

Urutan Slice Rata- rata Slice 1 0,51 3 0-1 13 0,42 3 14-15 3 2,37 2 0,23 4 0-1 14 0,57 3 14-15 4 4,13 3 0,42 3 0-1 15 0,4 3 14-15 5 0 4 0,31 4 0-1 16 0,44 5 17-18 5 0,22 3 4-5 17 0,72 5 17-18 6 1,24 4 4-5 18 0,88 5 17-18 7 0,33 3 4-5 19 0,57 4 23-24 8 0,55 4 10-11 20 0,48 3 23-24 9 0,67 4 10-11 21 0,43 4 23-24 10 0,27 4 10-11 22 0,85 3 30-31 11 0,55 4 10-11 23 0,77 3 30-31 12 0,41 4 10-11 24 0,39 3 30-31 sec α RF DF 1,00318 0,81596 2,54731 1,0156 1,63767 10,7647 1,03847 -33,525 -62,216 1,07399 -50,823 -102,19 1,12614 -9,5603 -17,037 1,20218 36,29 101,009 1,31642 64,8976 142,966 1,5014 121,644 197,196 1,85485 132,776 261,132 3,02163 56,9311 23,6358 Total 321,084 557,808 b (m) h (m) R Xi sudut

derajat α c.b w tan α tan ɸ 1,45534 1,16 15,281 1,209 4,56217 10,6967 31,9238 0,07979 0,53732 1,47336 2,179 15,281 2,661 10,0549 10,8292 60,7096 0,17732 0,53732 -3,8535 3,049 15,281 4,118 15,6437 -28,323 -222,18 0,28003 0,53732 -3,6719 3,757 15,281 5,565 21,3915 -18,47 -260,87 0,39172 0,6256 -0,4063 4,282 15,281 7,017 27,3781 -2,0436 -32,898 0,51787 0,6256 1,74404 4,59 15,281 8,468 33,7138 8,77252 151,377 0,66727 0,6256 1,90977 4,624 15,281 9,919 40,5679 9,60614 166,99 0,85613 0,6256 2,17813 4,275 15,281 11,37 48,2376 13,5044 176,081 1,11992 0,58038 2,69089 3,285 15,281 12,821 57,3758 16,6835 167,156 1,5622 0,58038 4,38356 0,1 15,281 14,261 70,6737 27,1781 8,28931 2,85136 0,58038

(2)

no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A

B

(7)

27

Rekomendasi Lereng Artifisial 1

Dikarenakan hasil dari analisis lereng aktual mendapatkan nilai FK 0,575 yang dinyatakan tidak aman berdasarkan Kepmen ESDM 1827 K/30/MEM/2018 (Tabel I) maka harus ada perubahan agar nilai FK menjadi melebihi batas aman seperti pada persamaan hasil perhitungan 3 dengan cara menaikkan besaran single slope menjadi 70° seperti yang dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar 7

.

FK =

RF

DF

=

769,0511 𝑘𝑁

604,4073 𝑘𝑁

= 1,27

(3)

Tabel 7. Hasil analisis lereng artifisial 1 secara manual

Gambar 7. Hasil lereng artifisial 1 (Rupawan, D.P.,

2019)

Rekomendasi Lereng Artifisial 2

Untuk membuat analisis menjadi lebih bervariasi maka dibuatlah analisis lereng artfisial 2 dengan cara merubah single slope masing-masing menjadi 70°, height bench dibagi menjadi 2 bagian seperti pada gambar 8 dengan lebar bench 1 sebesar 5,353 m & tinggi bench 6,1 m, lebar bench 2 sebesar 5,082 m & tinggi bench 6,1 m dengan 20 irisan dapat dilihat seperti pada tabel 8, tabel 9 dan gambar 8. Hasil faktor keamanan dapat dilihat seperti pada persamaan hasil perhitungan 4 dan 5. Pembagian 2 bench ini bertujuan untuk lebih mengoptimalkan kerja dari Hauling sehingga bisa bekerja pada bench 1 maupun bench 2. Juga untuk keamanan karena pembagian 2 bench ini menjadikan tinggi bench hanya masing-masing 6,1 m tidak terlalu tinggi seperti bila bench tunggal artifisial 1, hal itu juga yang mempengaruhi longsoran lebih sukar terjadi serta membuat nilai faktor keamanan lebih tinggi daripada bench tunggal artifisial 1. Sementara itu alasan mengapa kedua slope bench height 1 dan bench height 2 sebesar 70° karena disesuaikan dengan hasil dari nilai Rock Mass Rating yang mendapatkan kelas sangat baik serta struktur batugamping packstone yang masif berlapis.

no b (m) h (m) R Xi sudut

derajat α c.b w tan α tan ɸ 1 0,89367 1,98 11.602 3,505 17,628 6,56845 33,4605 0,31776 0,53732 2 0,91928 3,938 11.602 4,361 221.056 6,75668 68,4563 0,28675 0,53732 3 -4,4064 5,848 11.602 5,21 26,7315 -32,387 -487,28 0,50364 0,53732 4 -4,2305 7,541 11.602 6,072 31,5555 -21,279 -603,27 0,61413 0,6256 5 -0,9785 9,185 11.602 6,917 36,6463 -4,9217 -169,95 0,74392 0,6256 6 1,14796 8,909 11.602 7,769 42,104 5,77424 193,396 0,9037 0,6256 7 1,27507 7,96 11.602 8,621 48,0897 6,4136 191,928 1,11412 0,6256 8 1,48119 6,748 11.602 9,473 54,8995 9,18338 189,007 1,42283 0,58038 9 1,89124 5,06 11.602 10,325 63,2344 11,7257 180,963 1,98262 0,58038 10 4,44556 0,697 11.602 11,178 78,9547 27,5625 58,5937 5,12293 0,58038 sec α RF DF J (m) 1,04927 1,509 10,6323 -1,0403 2,38718 19,6295 -1,11967 -31,609 -245,41 5,36 1,17352 -49,081 -370,49 5,23 1,24636 -18,365 -126,43 2,04 1,34784 14,7216 174,771 -1,49708 23,7771 213,83 -1,73909 39,6853 268,924 -2,22054 73,7165 358,78 -5,21961 712,309 300,171 -TOTAL 769,051 604,407

B

A

(8)

28

sec α RF DF J (m) 1,02985 203,467 5,49684 -1,04012 359,792 12,8006 -1,05221 -671,86 -140,93 5,36 1,06631 -684,78 -164,79 5,23 1,08263 -180,13 -50,27 2,04 1,10146 500,195 30,6905 -1,12315 47,0964 32,0219 -1,14813 48,694 32,8304 -1,17697 46,4507 32,9691 -1,2104 44,3186 32,1993 -Total 240,425 176,986 sec α RF DF J (m) 1,24938 30,0982 30,2131 -1,29521 49,8987 50,031 -1,34967 -442,71 -367,02 5,36 1,41532 -605,74 -483,39 5,23 1,49595 -151,14 -126,52 2,04 1,59745 127,418 132,133 -1,72968 152,843 131,182 -1,91055 150,735 121,73 -2,17735 121,3 91,7598 -2,62649 40,9614 8,30814 -Total 531,314 411,569

Tabel 8. Hasil analisis lereng artifisial Bench Height 1

FK =

RF

DF

=

240,425 𝑘𝑁

176,986 𝑘𝑁

= 1,35

(4)

Tabel 9. Hasil analisis lereng artifisial Bench Height 2

FK =

RF

DF

=

531,314 𝑘𝑁

411,569 𝑘𝑁

=1,29

(5)

Gambar 8. Hasil lereng artifisial 2

(Rupawan, D.P., 2019).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis kestabilan lereng dengan metode Janbu kondisi lereng aktual tidak aman, oleh sebab itu dibuatlah rekomendasi lereng artifisial 1 dan lereng artifisial 2. Rekomendasi lereng artifisial disesuaikan dengan kebutuhan bila pengambilan bahan baku Batugamping tidak banyak disarankan menggunakan rekomendasi lereng artifisial 1 karena hanya terdapat 1 bench, sedangkan sebaliknya bila kebutuhan pengambilan bahan baku Batugamping banyak maka disarankan menggunakan rekomendasi lereng 2 karena terdapat 2 bench sehingga lebih optimal dalam hauling alat berat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak terkait penelitian ini, 1. Bapak Dr. Ir. Hidartan, MS., dan Bapak Dana

Dongan Pandiangan S.T. selaku pembimbing penulis dalam penelitian ini.

2. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup yang telah menyediakan tempat

no b (m) h (m) R Xi derajat αsudut c.b w tan α tan ɸ 1 0,70931 1,665 19,113 4,57 13,8275 5,21345 22,3328 0,24613 0,6256 2 0,71639 3,303 19,113 5,256 15,9646 5,26544 44,7453 0,28608 0,6256 3 -4,6353 4,912 19,113 5,945 18,1248 -34,069 -430,55 0,32733 0,6256 4 -4,4956 5,237 19,113 6,634 20,312 -22,613 -445,2 0,37015 0,6256 5 -1,2943 4,951 19,113 7,323 22,5306 -6,5105 -121,18 0,41484 0,58038 6 0,75864 4,633 19,113 8,012 24,7855 3,81596 66,4645 0,46176 0,58038 7 0,77358 4,281 19,113 8,701 27,0823 3,89109 62,6239 0,51134 0,58038 8 0,79078 3,892 19,113 9,39 29,4272 4,90286 58,1999 0,5641 0,58038 9 0,81065 3,465 19,113 10,079 31,8278 5,02602 53,1162 0,6207 0,58038 10 0,83367 2,995 19,113 10,768 34,2926 5,16877 47,2154 0,68196 0,58038 no b (m) h (m) R Xi sudut

derajat α c.b w tan α tan ɸ 1 0,86052 2,479 19,113 11,457 36,8322 6,32484 40,3395 0,74897 0,53732 2 0,89209 3,603 19,113 12,146 39,4594 6,55682 60,7802 0,82315 0,53732 3 -4,4304 4,833 19,113 12,835 42,1901 -32,563 -404,9 0,90643 0,53732 4 -4,2552 5,998 19,113 13,524 45,0449 -21,404 -482,63 1,00157 0,53732 5 -1,0097 5,956 19,113 14,213 48,0507 -5,0786 -113,72 1,11259 0,53732 6 1,10026 5,098 19,113 14,902 51,2446 5,53431 106,069 1,24573 0,53732 7 1,19133 4,126 19,113 15,591 54,68 5,99239 92,9507 1,41131 0,6256 8 1,3159 3,005 19,113 16,28 58,4387 8,15858 74,7754 1,62794 0,6256 9 1,49961 1,673 19,113 16,969 62,6598 9,29758 47,4423 1,93413 0,6256 10 1,80902 0,1 19,113 17,658 67,6207 11,2159 3,42086 2,42867 0,6256

(9)

29

dan data-data yang digunakan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif. I. (2016): Geoteknik Tambang, Penerbit Institut Teknologi Bandung.

2. Bandy., O.L., 1967, Distribution of Foraminifera, Radiolaria, and Diatoms in the Sediments of the Gulf of California : Micropaleontology, vol. 7, No. 1, p 126, 14 text-figs., 5pls.

3. Bemmelen, R.W.Van. (1949): The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque, Nederland.

4. Bieniawski, Z.T. (1979): The Geomechanics Classification In Rock Engineering Applications. Proceedings of the 4th Congress of the International Society of Rock Mechanics, vol. 2, Montreux, Switzerland. Rotterdam: A.A. Balkema; Hal 49-97

5. Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminiferal Biostratigraphy : International Conference Planktonic Microfossils 1st, Proceedings of The First International Conference On Planktonic Microfossils, Geneva 1967, Proc.Leiden, E.J. Buill. V.1. 422 p.

6. Budi Brahmantyo dan Bandono. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan Ruang. Jurnal Geoaplika 1(2).

7. Dunham, R.J., 1962, Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture, dalam: Classification of Carbonate Rocks (ed. W.E.Ham),pp 108121. Mem. Am.

Ass. Petrol. Geol. (1) Tulsa, USA.

8. Kepmen ESDM (2018): Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik, ditjenpp.kemenkumham.go. id/arsip/bn/2014/bn1827-2014.pdf.

Didownload (diunduh) pada Januari 2019. 9. Rupawan, Dikky P. 2019. Analisis Kestabilan

Lereng Dengan Metode Janbu di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Universitas Trisakti.

(Tidak Publikasi)

Gambar

Gambar 1. Stratigrafi Regional Cekungan Bogor,  Cekungan Jawa Barat Utara, dan Pegunungan
Gambar 3. Stratigrafi daerah penelitian
Gambar 4. Peta geologi teknik daerah penelitian  skala 1:6000
Gambar 5. Peta kestabilan lereng daerah penelitian  skala 1:6000
+3

Referensi

Dokumen terkait

• Untuk tingkatan lokal/daerah/program tertentu dapat dikembangkan indikator yang rinci (indikator input, proses, output, dan outcome) dan indikator yang spesifik untuk

Untuk menemukan lereng stabil secara cepat, digunakan pembobotan massa lereng (SMR, Slope Mass Rating) yang berdasarkan kepada pembobotan massa batuan (RMR, Rock Mass Rating).. Pada

materi kepada siswa. Padahal, umumnya sekolah di Kuala Tungkal telah memiliki sarana penunjang seperti infocus dan ruangan multi media di sekolah tersebut. Salah satu

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada pembelajaran Kalkulus Diferensial yang disertai praktikum dengan

Dalam penelitian ini perumusan yang dibahas adalah bagaimana kualitas batuan dilokasi penelitian berdasarkan klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating (RMR), kondisi lereng

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai bobot Rock Mass Rating (RMR) dari lima parameter yang didapatkan pada lereng bekas penambangan di Desa

Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor potensial, yaitu dengan menghitung besarnya kekuatan geser untuk mempertahankan kestabilan

Hasil pengujian tersebut dapat diartikan bahwa jika budaya organisasi dijalankandengan baik lagi dari biasanya yang baik atau nilai-nilai perusahaan kuat , maka