• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota L.) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota L.) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota L.) Pada Pakan

Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio)

Arnol Hasudungan Pardosi1),Syammaun Usman2)dan Indra Lesmana2)

1Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara (E-mail : arnolhasudunganpardosi@yahoo.co.id)

2Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Koi (Cyprinus carpio) is a type of fish that can be cultivated to serve as ornamental fish. As ornamental fish, koi fish that have beautiful and bright colors can be high value. Color is one of the reasons ornamental fish demand by the public, so farmers need to retain the color of ornamental fish that is by giving feed containing pigments. The work done to obtain a uniform bright colors in fish is added to the pigment in the feed source. Source of natural pigments can be obtained from flour carrot (Daucus carota L.). The purpose of this study was to determine the dose of carrot flour that can enhance the color of koi fish. This study used a completely randomized design (CRD) with three replications, with doses of 0%, 1%, 3%, and 5% for 30 days. The addition of carrot powder through the feed can improve the color of koi fish. Giving carrot flour with a dose of 5% produces a brighter color than the other doses. Carrots Flour Addition on the feed had no effect on the weight and length growth koi fish. Keywords: Fish Koi, Cyprinus carpio, Color Enhancement, Daucus carota L.

PENDAHULUAN

Ikan hias memiliki ciri khas yang tersendiri. Daya tarik ikan hias dapat diukur dari warna yang cemerlang, bentuk dan kelengkapan fisik, perilaku, serta kondisi kesehatan atau staminanya. Pemanfaatannya sebagai hiasan dalam dekorasi akuarium merupakan konsumsi seni bagi peminatnya (Lesmana, 2007).

Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan disebabkan adanya sel kromatofora yang terdapat pada bagian kulit dermis. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Saat

ini, sudah banyak dibuat zat warna sintetik yang dapat ditambahkan dalam pakan tetapi hasilnya tidak sebaik menggunakan sumber pigmen alami.

Pembudidaya lebih memilih

menggunakan sumber pigmen alami untuk meningkatkan warna ikan hias. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari tepung wortel (Lesmana, 2002 ).

Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofor yang terdapat dalam dermis pada sisik, di luar maupun di bawah sisik. Hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid dalam tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen ini dari pakan. Pemberian pakan yang mengandung suplemen perlu dilakukan agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas warna (Amin dkk, 2012).

(2)

Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning, oranye dan oranye kemerahan yang terlarut dalam lipida meliputi kelompok hidrokarbon yang disebut karoten dan derivat oksigenasinya xantofil. Wortel (Daucus carrota L.) merupakan salah satu bahan penghasil karoten yang dapat mempercantik warna ikan hias. Wortel kaya beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina (Sunarno, 2012).

Wortel sebagai sumber β-karoten yang murah dan alami merupakan sumber β-karoten yang memiliki struktur molekul hampir sama dengan astaxanthin, hanya saja terdapat perbedaan kecil pada struktur rantai tunggal –OH dan rantai ganda –O, akan tetapi perbedaan ini tidak mempengaruhi fungsi kerjanya (Ninin dkk, 2009).

Dengan kandungan karatenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pakan alami ikan (Cahyono, 2000 diacu oleh Ikawati, 2005). Warna oranye tua pada wortel menandakan kandungan beta karoten yang tinggi (Khairyah dkk, 2010).

Koi memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Warna menjadi indikator keindahan ikan hias. Warna yang indah pada ikan terjadi karena jumlah dan letak sel pigmen (kromatofor) pada lapisan epidermis (Sari dkk, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, bahwa warna pada ikan koi akan menambah nilai seni dan akan meningkatkan nilai jual. Tepung wortel merupakan sumber beta karoten alami yang dapat meningkatkan kualitas dan kecerahan warna pada ikan hias. Sejauh ini belum diketahui pengaruhnya terhadap tingkat kecerahan warna yang baik pada ikan koi, berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh

Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota L.) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio).

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tepung wortel dalam meningkatkan warna pada ikan koi dan mengetahui dosis tepung wortel yang tepat pada pakan ikan koi untuk memperoleh warna yang baik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2014, di Pusat Informasi dan Pengembangan Ikan Hias Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Jl. Karya Wisata, Kecamatan Medan Johor, Provinsi Sumatera Utara. Alat-alat antara lain 12 unit akuarium ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm, aerator, pH meter, DO meter, termometer, timbangan digital, selang sifon, serok, alat tulis, kamera digital, modifikasi alat pengukur warna dan lain-lain. Bahan-bahan antara lain ikan koi ukuran panjang ± 9 cm sebanyak 60 ekor, air bersih, tepung wortel, pakan buatan, progol dan lain-lain.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Hanafiah, 2007) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu:

Perlakuan W0 : Tanpa pemberian tepung wortel

Perlakuan W1 : Pemberian tepung wortel 1%

Perlakuan W2 : Pemberian tepung wortel 3%

Perlakuan W3 : Pemberian tepung wortel 5%

Prosedur Penelitian

Akuarium terlebih dahulu dicuci hingga bersih dan dikeringkan. Akuarium disusun sesuai letak pot-pot percobaan kemudian diisi dengan air bersih sebanyak 12 liter dan diberi aerasi. Air dari tandon dialirkan ke dalam ember penampung untuk

(3)

diendapkan serta diaerasi. Aerator dimatikan dan air didiamkan untuk kemudian dipergunakan. Ikan terlebih dahulu diadaptasikan selama dua hari selanjutnya ditebar sebanyak 5 ekor per akuarium. Pakan ikan pada perlakuan W0 (kontrol) tidak ditambahkan bahan

warna, perlakuan W1 diberi tepung

wortel sebanyak 1%, perlakuan W2

diberi tepung wortel sebanyak 3% dan perlakuan W3 diberi tepung wortel

sebanyak 5% masing-masing pada pakan. Pemeliharaan dan pengamatan ikan uji dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan sebanyak 5% dari berat ikan. Dilakukan penyifonan setiap hari sebanyak ± 1,2 liter untuk mengurangi kotoran ikan serta sisa pakan, kemudian air diganti dengan air yang bersih. Kualitas air yang diamati adalah suhu, pH dan DO. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 10 hari sekali.

Pengamatan Hasil

Pengamatan hasil terhadap ikan dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengamatan terhadap intensitas warna ikan koi menggunakan alat pengukur warna yang dimodifikasi sendiri dan diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki gangguan pengelihatan (buta warna dan rabun. Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara membandingkan warna asli ikan pada kertas pengukur warna yang telah diberi pembobotan. Pengamatan terhadap intensitas warna koi dilakukan dengan pemberian nilai atau pembobotan pada kertas pengukur warna. Penilaian dimulai dari terkecil 1,2,3 hingga skor terbesar 30 dengan gradasi warna dari orange muda hingga merah pekat. Pertumbuhan panjang (1) dan berat (2) ikan dihitung menggunakan rumus Effendie (1979), yaitu:

(1)

Keterangan : Pm, Pertambahan panjang

mutlak ikan (cm); Pt,

Panjang ikan pada waktu ke-t (cm); P0, Panjang

ikan pada waktu ke-0 (cm)

(2)

Keterangan : Wm, Pertumbuhan berat

mutlak ikan (g); Wt, Berat

ikan pada waktu ke-t (g); W0, Berat ikan pada

waktu ke-0 (g)

Data peningkatan kualitas warna yang diperoleh (hasil selisih pengukuran warna awal hingga warna akhir pada

modifikasi alat pengukur warna)

dianalisis dengan analisa statistik

menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan (penggunaan tepung wortel) akan diuji menggunakan uji Beda Nyata Terkecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Warna

Perlakuan memberi pengaruh terhadap peningkatan warna dari ikan koi. Peningkatan warna yang dihasilkan berbeda-beda di setiap perlakuan. Nilai peningkatan warna ikan koi dapat dilihat pada Tabel 1.

Peningkatan warna yang paling besar dengan nilai 4,48 terdapat pada perlakuan tepung wortel 5%, selanjutnya peningkatan warna berturut-turut dengan nilai 3,17 pada perlakuan tepung wortel 3% dan 2,35 pada perlakuan tepung wortel 1% serta peningkatan warna yang paling kecil dengan nilai 0,99 terdapat pada perlakuan tanpa tepung wortel. Peningkatan warna ikan koi dapat dilihat pada Gambar 1.

Pm = Pt – P0

(4)

Tabel 1. Perubahan Warna Ikan Koi dari Masing-Masing Perlakuan

Perlakuan Pengamatan (Hari Ke-)

0 10 20 30 Kontrol 54 54,4 54,95 56,98 Rata-rata 18 18,13 18,32 18.99 Perubahan 0 0,13 0,19 0,67 W1 54,25 55,43 56,88 61,32 Rata-rata 18,08 18,48 18,96 20,44 Perubahan 0 0,4 0,48 1,48 W2 55,3 57,43 59,65 64,81 Rata-rata 18,43 19,14 19,88 21,60 Perubahan 0 0,71 0,74 1,72 W3 55,09 57,91 61,88 68,53 Rata-rata 18,36 19,30 20,63 22,84 Perubahan 0 0,94 1,33 2,21

Gambar 1. Peningkatan Warna Pada Ikan Koi

Dari hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan warna ikan koi pada masing-masing perlakuan. Peningkatan warna ikan koi yang tertinggi terjadi pada perlakuan tepung wortel 5%. Kemudian diikuti dengan perlakuan tepung wortel 3% selanjutnya diikuti dengan perlakuan tepung wortel 1% dan yang terendah perlakuan tanpa tepung wortel.

Peningkatan warna paling kecil terjadi pada perlakuan tanpa menambahkan tepung wortel dalam pakan dari 18 menjadi 18,99 dengan kenaikan perubahan warna sebesar 0,99 . Hal ini dikarenakan tubuh ikan tidak mampu mensintesis karotenoid tanpa adanya tambahan dari luar. Sesuai pendapat Maulid (2011) yang menyatakan bahwa hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid dalam

tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen pemicu dari luar berupa pakan.

Namun, peningkatan warna ikan koi di perlakuan kontrol dipengaruhi oleh adanya karoten yang terkandung pada pakan yang diberikan. Menurut Gunawan (2005), terjadinya peningkatan warna pada perlakuan kontrol diduga karena di dalam pakan terdapat bahan karoten lain yaitu tepung ikan yang mengandung β-karoten yang secara tidak langsung mempengaruhi perubahan warna pada ikan.

Tepung wortel sebagai pakan

tambahan bertujuan untuk

menghasilkan warna ikan koi sebagai ikan hias yang mempunyai penampilan warna menjadi lebih menarik. Pada perlakuan tepung wortel 1% dari 18,08 menjadi 20,44 dengan kenaikan warna sebesar 2,36 dan berikutnya perlakuan tepung wortel 3% dari 18,43 menjadi 21,60 dengan kenaikan warna sebesar 3,17.

Pinandoyo (2005) menyatakan bahwa usaha ikan hias tidak cukup hanya bertumpu pada upaya untuk memacu produksi ikan hias, akan tetapi perlu diiringi dengan langkah-langkah efisien tentang penampilan keindahan warna. Dengan adanya perbaikan kualitas pakan terutama nutrisi dan kandungan sumber bahan baku potensial sebagai penghasil pigmen seperti wortel.

Peningkatan warna paling tinggi dan efektif untuk meningkatkan pigmen warna ikan koi adalah perlakuan tepung wortel 5% dari 18,36 menjadi 22,84 dengan kenaikan warna sebesar 4,48. Pada hari ke-10 rata-rata ikan uji mengalami peningkatan ke arah yang lebih cerah dan meningkat pada hari yang ke-20. Pada hari ke-20 ikan koi mengalami penigkatan warna yang lebih cerah, dikarenakan adanya peningkatan karotenoid dalam sel pigmen 0,99 2,35 3,17 4,48 0 1 2 3 4 5 Kontrol 1% 3% 5% P eruba ha n W arna Dosis Perlakuan

(5)

(kromatofor) ikan koi. Menurut Kurniawaty (2012), bahwa ikan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memecahkan bahan karoten menjadi pigmen warna, apabila jumlah pigmen yang terdapat dalam pakan semakin banyak.

Secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan butiran pigmen atau kromatofor (Evan, 1993). Pergerakan butiran pigmen secara mengumpul atau tersebar didalam sel pigmen warna, akibat dari ransangan yang berbeda, seperti suhu, cahaya dan lain-lain.

Proses terbentuknya warna secara kimia dalam tubuh ikan menurut Mara (2010), ialah karatenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Enzim lipase pankreatik akan menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu berfungsi sebagai pengemulsi lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut micelle yang mengandung asam lemak, monogliserid dan koleterol. Karatenoid dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam lemak secara difusi pasif dan digabungkan dengan micelle kemudian berkumpul membentuk gelembung lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya micelle bersama dengan retinol masuk kesaluran darah dan ditransportasikan menuju ke hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat akan diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) yang disintesis di

hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Dengan demikian karatenoid dapat terserap dalam tubuh.

Penambahan sumber pengikat warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan, atau minimal ikan mampu mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya selama masa pemeliharaan. Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofora yang terdapat dalam dermis pada sisik, diluar maupun dibawah sisik. Warna merah atau kuning merupakan warna yang banyak mendominasi warna ikan hias. Komponen utama pembentuk warna merah dan kuning ini adalah pigmen karatenoid (Subamia dkk, 2010).

Hasil pengamatan perubahan warna dari masing-masing perlakuan tidak sama, perubahan terjadi baik di kontrol maupun di perlakuan. Walaupun terjadi perubahan namun belum diketahui perubahan yang terbaik dari masing-masing perlakuan. Dilakukan uji statistik ANOVA untuk mengetahui perubahan warna dari masing-masing perlakuan.

Hasil analisis ANNOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan tepung wortel yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan warna ikan koi (p > 0,01). Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan tepung wortel 5% memberikan respon lebih baik terhadap peningkatan warna tubuh pada ikan koi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Berdasarkan uji lanjutan BNT (Beda Nyata Terkecil), menunjukkan bahwa perlakuan tepung wortel 1% terhadap kontrol hasilnya beda sangat nyata dengan nilai 1,36. Perlakuan tepung wortel 3% terhadap kontrol hasilnya beda sangat nyata dengan nilai

(6)

2,18. Perlakuan tepung wortel 5% terhadap kontrol hasilnya beda sangat nyata dengan nilai 3,49. Perlakuan tepung wortel 3% terhadap tepung wortel 1% hasilnya beda sangat nyata dengan nilai 0,82. Perlakuan tepung wortel 5% terhadap tepung wortel 1% hasilnya beda sangat nyata dengan nilai 2,13. Perlakuan tepung wortel 5% terhadap tepung wortel 3% hasilnya beda sangat nyata dengan nilai 1,31.

Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan Koi

Selama penelitian ikan koi mengalami pertumbuhan baik ukuran panjang maupun bertambahnya berat. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh nutrisi yang terdapat pada pakan yang dikonsumsi ikan. Nilai pertumbuhan panjang dan berat ikan koi dapat dilihat pada Tabel 2.

Pertumbuhan yang paling baik terdapat pada perlakuan tepung wortel 5% dengan nilai panjang 0,73 cm dan berat 0,69 g, selanjutnya perlakuan tepung wortel 3% dengan nilai panjang 0,65 cm dan berat 0,63 g serta perlakuan tepung wortel 1% dengan nilai panjang 0,56 cm dan berat 0,47 g. Sedangkan pertumbuhan yang paling lambat terdapat pada perlakuan tanpa tepung wortel dengan nilai panjang 0,43 cm dan berat 0,37 g.

Tabel 2. Nilai Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan Koi

Perlakuan

Pengukuran Awal Pengukuran Akhir Panjang (cm) Berat (g) Panjang (cm) Berat (g) Kontrol 28,3 22,98 29,61 24,11 Rata-rata 9,43 7,66 9,87 8,03 W1 29,2 22,97 30,7 24,4 Rata-rata 9,67 7,65 10,23 8,13 W2 29,1 22,9 31,05 24,81 Rata-rata 9,7 7,63 10,35 8,27 W3 29,15 23,1 31,46 25,17 Rata-rata 9,71 7,7 10,48 8,39

Pengukuran pada hari ke-0 sebagai ukuran awal ikan terus bertambah pada hari-hari berikutnya hingga mencapai hari ke-30. Nilai pertumbuhan panjang ikan tidak selamanya sama di setiap hari

pengamatan dan perlakuan. Peningkatan perubahan panjang pada ikan koi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pertambahan Panjang Ikan Koi

Selama penelitian ikan mengalami pertambahan berat pada masing-masing perlakuan. Tingkat pertambahan berat harian ikan koi umumnya terus bertambah dari hari ke-0 sampai hari ke-3ke-0. Peningkatan pada pertambahan berat ikan koi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pertambahan Berat Ikan Koi

Kualitas Air

Selama penelitian berlangsung kualitas air yang digunakan tetap dalam kondisi yang stabil karena dalam kontrol. Hasil rata-rata pengukuran

9 9,2 9,4 9,6 9,8 10 10,2 10,4 10,6 10,8 11 0 10 20 30 P er tam b ah an P an jan g (cm )

Pengukuran Hari

Ke-Kontrol 1% 3% 5% 7,4 7,7 8 8,3 8,6 8,9 9,2 9,5 9,8 10,1 10,4 0 10 20 30 P er tam b ah an B er at (g )

Pengukuran Hari

Ke-Kontrol 1%

(7)

kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Rata-rata Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter Pengamatan (Hari Ke-)

0 10 20 30

Suhu (oC) 26 27 27 27

DO (mg/l) 5,6 5,7 5,6 5,7 pH air 6-7 6-7 6-7 6-7

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh suhu air antara 26-27o C, kandungan oksigen terlarut 5,6-5,7 mg/l dan pH air berkisar antara 6-7.

Efisiensi Pakan

Nilai efisiensi pakan berkaitan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju pertumbuhan maka semakin besar pertambahan berat tubuh ikan sedangkan nilai efisiensi pakan sangat ditentukan oleh biaya pakan. Menurut Djajasewaka dalam Setiawati, dkk. (2013), nilai efisiensi pakan berbanding terbalik dengan konversi pakan dan berbanding lurus dengan pertambahan berat tubuh ikan. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka nilai konversi pakan semakin rendah sehingga ikan semakin efisien memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk pertumbuhan.

Setelah akhir penelitian pada hari ke-30, maka didapatkan harga jual ikan koi dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Harga jual ikan rata-rata meningkat setelah penelitian berakhir dibandingkan dengan harga awal ikan. Harga dirata-ratakan untuk keseluruhan ikan pada masing-masing perlakuan.

Tabel 4. Harga Ikan Koi Setelah Penelitian

Nama Harga

Awal (Rp)

Harga Ikan Setiap Perlakuan (Rp)

Kontrol W1 W2 W3 Wildan 2.500 6.500 7.500 8.000 8.500 Heri 2.500 7.000 7.500 8.000 8.500 Robert 2.500 7.000 7.500 8.500 9.000 Buchori 2.500 7.000 7.500 8.000 9.000 Jumlah 10.000 27.500 30.000 32.500 35.000 Rata-rata 2.500 6.875 7.500 8.125 8.750 Penghasilan 103.125 112.500 121.875 131.250

Berdasarkan data di atas, harga awal ikan koi per ekor Rp 2.500. Peningkatan harga rata-rata ikan tertinggi menjadi Rp 8.750 per ekor, yaitu ikan perlakuan tepung wortel 5%. Harga ikan perlakuan tepung wortel 3% menjadi Rp 8.125 per ekor, ikan perlakuan tepung wortel 1% dihargai Rp 7.500 per ekornya serta ikan tanpa pemberian tepung wortel seharga Rp 6.875 per ekor. Adanya perlakuan penambahan wortel pada pakan ikan koi, maka mampu meningkatkan harga ikan.

Efisiensi pakan didapatkan dari perbandingan antara biaya pertumbuhan berat ikan (output) dengan jumlah penghasilan yang diperoleh (input). Nilai efisiensi pakan perlakuan ditampilkan dalam Tabel 5. diketahui bahwa perlakuan yang paling efisien adalah perlakuan tanpa pemberian tepung wortel (0,04887), kemudian diikuti dengan perlakuan tepung wortel 1% (0,05420), perlakuan tepung wortel 3% (0,06659), dan perlakuan tepung wortel 5% (0,07724). Dilihat dari hasil efisiensi maka nilainya menguntungkan karena nilai efisiensi lebih kecil dari 1 (satu). Menurut Nurmatias (2008), nilai efisiensi kecil dari satu maka efisien, jika nilai efisiensi sama dengan satu maka kurang efisien, jika nilai efisiensi lebih besar dari satu maka usahanya tidak efisiensi.

(8)

Hasil penelitian diperoleh bahwa angka efisiensi lebih kecil dari satu, hal ini menunjukan bahwa pemberian zat warna pada pakan ikan koi masih

memberi keuntungan bagi

pembudidaya. Disimpulkan bahwa jika ingin meningkatkan warna ikan dan harga jual ikan maka pembudidaya dapat memberi zat perangsang warna pada pakan.

Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Penambahan beta karoten alami tepung wortel dapat mempengaruhi peningkatan warna pada ikan koi. 2. Perlakuan dengan penambahan

tepung wortel 5% menghasilkan peningkatan warna yang paling baik pada ikan koi dengan nilai 4,48 dibandingkan perlakuan lainnya.

Saran

Untuk meningkatkan kualitas warna bagi ikan koi sebaiknya diberikan perlakuan dengan penambahan tepung wortel 5% dalam pakan untuk menghasilkan peningkatan warna ikan koi yang baik. Untuk mengetahui tingkat kualitas warna yang lebih baik lagi, sebaiknya dilakukan lagi penelitian tentang pengaruh konsentrasi tepung wortel pada pakan terhadap peningkatan warna ikan koi dengan dosis yang lebih tinggi. Dianjurkan penelitian lebih

lanjut tentang penambahan bahan warna berbeda untuk memperoleh dosis tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M.I., Rosidah dan W. Lili. 2012. Peningkatan Kecerahan Warna Udang Red Cherry (Neocaridina heteropoda) Jantan Melalui Pemberian Astaxanthin Dan Canthaxanthin Dalam Pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4): 243-252.

Effendie. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Evan, D.H. 1993. The Physiology of Fishes. CCR Press. London.

Tabel 5. Efisiensi Pakan Perlakuan

Perlakuan

Jumlah Pakan Progol Perlakuan

OutPut (Biaya) InPut Efisiensi Output/Input Jumlah Pakan Takari (g) Harga Pakan Takari 100g (Rp) Biaya untuk Pakan (Rp) Jumlah Progol (g) Harga Progol 100g (Rp) Biaya Untuk Progol (Rp) Jumlah bahan (g) Harga Bahan 100g (Rp) Biaya Bahan Baku Harga Jual Rata-rata Jumlah Ikan (ekor) Penghasilan (Rp) - a b c = (axb) d e f = (dxe) g h i = (gxh) j = c + f + i k l m = (kxl) n = (j:m) Kontrol 168 3.000 5.040 - - - 5.040 6.875 15 103.125 0,04887 W1 168 3.000 5.040 0,50 10.000 50 1.68 60.000 1.008 6.098 7.500 15 112.500 0,05420 W2 168 3.000 5.040 0,52 10.000 52 5,04 60.000 3.024 8.116 8.125 15 121.875 0,06659 W3 168 3.000 5.040 0,53 10.000 53 8,41 60.000 5.046 10.139 8.750 15 131.250 0,07724 Total 672 - 20.160 1,55 - 155 15,13 - 9.078 29.393 31.250 60 468.750 0,2469 Rata-rata 168 - 5.040 0,51 - 51,66 5,04 - 3.026 7.348 7.812 15 117.187 0,06172

(9)

Gunawan, A. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Bayam pada Pakan Buatan Terhadap Tingkat Perubahan Warna Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio) Jenis Kohaku. Skipsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran.

Hanafiah, K.A. 2007. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ikawati, R. 2005. Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Wortel (Daucus carote L.) Menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Mulawarman. Samarinda. 1(1): 14-22.

Khairyah, U., L. Nurhamida, S. Arif, W.G. Alif dan A. Ratnaningtyas. 2010. Pengkayaan Beta Karoten Pada Daphnia sp. Untuk Meningkatkan Kecerahan Warna Dan Tingkat Kematangan Gonad Pada Ikan Cupang (Betta sp.). Usulan Program Kreatifitas Mahasiswa. Universitas Airlangga.

Kurniawati, Iskandar dan U. Subhan. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina platensis Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Lobster Air Tawar Huna

Merah (Cherax

quadricarinatus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3): 157-161.

Lesmana, D. S. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lesmana, D.S. 2007. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta. Mara, K. I. 2010. Pengaruh

Penambahan Karotenoid Total dari Bakteri Fotosintetik Anoksigenik pada Pakan untuk Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepis insicus) Jantan [Skripsi]. Universitas Padjajaran. Bandung.

Maulid, M.A. 2011. Penambahan Karotenoid Total dari Bakteri Fotosintetik Anoksigenik pada pakan untuk Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Meran (Glossolepis insicus) Jantan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Universitas Padjajaran.

Ninin, Satyantini, H. Woro, Mubarak, Shofy. A., dan Mukti, Taufiq. A. 2009. Penambahan Wortel Sebagai Sumber Beta Karoten Alami Dengan Beberapa Metode Pengolahan Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Biru Lobster Red Claw (Cherax Quadricarinatus). Jurnal Akuakultur Indonesia. 8(1): 19-27.

Nurmatias. 2008. Tingkat Efisiensi Beberapa Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Udang Galah. Sekolah Tinggi Keluatan dan Perikanan Indonesia. Lubuk Pakam. Tidak Diterbitkan.

(10)

Pinandoyo. 2005. Pengaruh Berbagai Kadar Caropyll pink Dan Tepung Wortel Dalam Pakan Buatan Terhadap Kecerahan Warna Ikan Oscar (Astronotus ocellatus Cuvier). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang.

Sari, N.P., L. Santoso dan S. Hudaidah. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang Dalam Pakan Terhadap Pigmentasi Ikan Koi (Cyprinus carpio) Jenis Kohaku. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1(1): 31-38.

Setiawati, J.E., Y.T. Tarsim, Adiputra dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik Pada Pakan Dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1(2): 151-162.

Subamia, I.W., M. Nina dan L. Karunia. 2010. Peningkatan Kualitas Warna Ikan Rainbow Merah (Glossolepis insicus) melalui Pengkayaan SumberKarotenoid Tepung Kepala Udang dalam Pakan. Jurnal Iktiologi Indonesia. Balai Riset Ikan Hias, Depok. 10(1): 1-9.

Sunarno, M.T.D. 2012. Mutu Bersandar Pakan. Trubus No.508, Maret 2012.

Referensi

Dokumen terkait

“seandainya tidak mengetahui sejarah petempatan Melayu tradisional dan juga maklumat yang mendalam tentang sekian banyak dialek Melayu yang dituturkan di

Tidak terdapat sirip pada ikan tersebut,dan berenang dengan gerakan undulasi .Selama akhir masa Silur dan awal masa Devon, vertebrata dengan

KOMPONEN ANALISIS MENENTUKAN PRIORITAS RUMAHTANGGA SASARAN MENENTUKAN PRIORITAS WILAYAH MENENTUKAN PRIORITAS INTERVENSI MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH MENILAI RELEVANSI

Berbeda dengan penelitian Oselaguri 2012, bahwa dukungan keluarga tidak berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, meskipun dukungan keluarga baik namun jika

- Pada 1 ml larutan ditambah 1 ml larutan perak nitrat 0,1 H, maka akan tarjadl warna aarah yang a a-. talah dldlamkan akan tarbantuk an dap an dangan wama

Sebagaimana halnya dengan penggantian waris yang diatur dalam pasal ^44 BW, maka dalam penggantian waris yang diatur dalam pasal 84> BW tidak ada bedanya apakah saudara

De nature mungkin menjadi salah satu pilihan yang harus anda coba untuk mengobati penyakit yang anda derita tersebut ,karena kami telah terbukti banyak membantu para penderita

[r]