• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DESA. The SMERU Research Institute Local Solutions to Poverty Jakarta, 14 Maret 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DESA. The SMERU Research Institute Local Solutions to Poverty Jakarta, 14 Maret 2018"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN DESA

The SMERU Research Institute – Local Solutions to Poverty Jakarta, 14 Maret 2018

(2)

Maret ’18

Studi Monitoring Implementasi UU Desa

Konteks studi

Baseline Sept–Nov ‘15 Endline April 2018 Studi Kasus: Manfaat Dana Desa Mar ’17 Pemantauan Updates: Perencanaan Desa

(3)

TUJUAN DAN METODOLOGI

TUJUAN:

• Memutakirkan data dan informasi mengenai perencanaan tahunan dan perencanaan

jangka menengah di desa-desa studi

• Mendiskusikan perencanaan jangka menengah bagi desa-desa saat ini dan pilihan

kebijakan yang perlu dikaji lebih dalam

• Mengidentifikasi isu-isu penting untuk digali dalam studi endline

METODOLOGI:

• Studi kualitatif

• Data-data dikumpulkan selama baseline, pemantauan, studi kasus melalui

• Wawancara mendalam dengan pemdes, BPD, warga, dan supradesa • FGD laki-laki dan perempuan

(4)

OUTLINE PRESENTASI

•PENTINGNYA PERENCANAAN BAGI DESA

•PERENCANAAN TAHUNAN (RKPDES)

•PERENCANAAN JANGKA MENENGAH (RPJMDES)

•KESIMPULAN DAN DISKUSI

(5)

PENTINGNYA PERENCANAAN

BAGI DESA

(6)

PERENCANAAN DALAM KERANGKA REGULASI

• Perencanaan adalah amanat UU Desa

• pasal 79: desa harus menyusun RPJMDes maupun RKPDes sesuai

kewenangannya dan mengacu pada perencanaan pembangunan

kabupaten/kota

• Pasal 80: penyusunan RPJMDes maupun RKPDes mengikutsertakan

masyarakat Desa

• Permendagri 114/2014: perencanaan pembangunan desa adalah

tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan

melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat

secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya

desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa

(7)
(8)

MENGAPA PERENCANAAN DESA PENTING?

• Temuan-temuan dalam studi kasus menunjukkan ada kegiatan-kegiatan yang tidak

terlaksana secara baik

• Box culver dibangun tanpa survey lokasi

• Hand tracktor dibeli tanpa kejelasan spesifikasi

• WC musholla tidak dapat digunakan karena tidak dilengkapi dengan septik tank

• Temuan mengenai pembangunan yang dampak sosial ekonominya sangat terbatas

• Pos kamling dibangun secara berlebihan di dusun

• Jalan setapak dibagi rata saja di berbagai RT dan dusun

• Akar masalah: perencanaan yang sporadis, terserak, tidak terintegrasi dan miskin ide

• Perencanaan juga penting bagi

• Tata kelola desa  tolok ukur penilaian partisipasi, transparansi, akuntabilitas • Tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan

(9)

PERENCANAAN TAHUNAN

1. SKEMA PERENCANAAN TAHUNAN (RKPDES) MENURUT PERMENDAGRI

114/2014

2. PENYUSUNAN PERENCANAAN TAHUNAN

3. TAHAPAN PENTING PENYUSUNAN PERENCANAAN DI DESA STUDI

A. PENJARINGAN USULAN

B. PENENTUAN PRIORITAS USULAN

C. PENYEPAKATAN USULAN

(10)

• Hasil musdes • Pagu indikatif • Program masuk desa • Penceramatan RPJMDesa • Kesepatan hasil pencermatan RPJMDes • Pembentukan tim verifikasi RAB • Pagu infikatif: DD, ADD, BHPRD, BKKDes • Penyelarasan RKPD, jaring asmara

RKP Desa

(Permendagri 114/2014, pasal 29 – pasal 48)

Pencermatan pagu indikatif Musdes oleh BPD (bulan Juni) Tim Penyusun RKP Desa Musrenbangdes Pencermatan ulang RPJMDesa Rancangan RKP Desa (Juli) Perdes RKP Desa (September) Penjaringan Usulan Penentuan

(11)

PENYUSUNAN PERENCANAAN TAHUNAN

• Desa-desa di Wonogiri, Banyumas dan Batanghari sudah menyelesaikan

RKPDes di tahun T-1

• Desa-desa di Ngada dan Merangin belum menyelesaikan RKPDes di tahun

T-1

• Di Ngada, perencanaan T-1 sudah dimulai dan sudah terjadi penjaringan dan

penentuan pilihan, namun RKPDes belum selesai

• Di Merangin, perencanaan T-1 belum menjadi kepedulian kabupaten. Selain itu

Pemdes dan BPD cenderung tidak mematuhi tahapan dan perencanaan

pembangunan

• Perencanaan di T-1 memungkinkan desa-desa mulai melaksanakan

pembangunan lebih awal dan waktu pelaksanaan kegiatan bisa lebih panjang

 tata kelola dan kualitas kegiatan bisa lebih baik

• Asumsinya kabupaten dan pusat juga tepat waktu dan tidak ada perubahan

kebijakan secara mendadak

(12)

PROGRES PENJARINGAN USULAN DI DESA-DESA STUDI

Kondisi di awal UUDes (2016):

• Sebagian besar desa melakukan penjaringan usulan langsung di tingkat desa pada saat

musdes dan musren.

• Karya Mukti menjaring usulan dari tingkat dusun, bahkan di mesjid-mesjid di desa

Kondisi saat ini (2018):

• Makin banyak desa yang melakukan penjaringan usulan dalam forum di berbagai jenjang:

forum RT, forum RW, forum mesjid, musdus, musdes

• Penjaringan usulan umumnya masih 2 bidang (yaitu pembangunan desa dan

pemberdayaan masyarakat); kecuali Ngada yang sudah menjaring usulan dalam 4 bidang

• Di Merangin:

• Proses penjaringan usulan di Merangin terkendala oleh dinamika politik di desa

• banyak konflik yang membuat pemdes khawatir berada dalam satu forum dengan

warga.

(13)

PENJARINGAN USULAN YANG MENUMPANG PADA KEGIATAN

RUTIN WARGA (SLAPANAN, YASINAN, DLL)

Walaupun bentuk-bentuk penjaringan usulan makin beragam, umumnya kegiatan tersebut menumpang pada kegiatan rutin warga

Kelebihannya:

- Kehadiran warga terjamin (walaupun tidak ada uang saku) - Kegiatan perencanaan tidak mengganggu penghidupan warga

Kekurangannya:

- Waktu penjaringan tidak diagendakan jauh-jauh hari sebelumnya. Akibatnya, warga belum tentu siap dengan usulan-usulan

- Kegiatan perencanaan dilakukan sesudah kegiatan rutin, sehingga terkesan terburu-buru dan warga sudah lelah

- Ada kecenderungan perempuan tidak ikut dalam musdus (Kalikromo, Beral, Sipahit Lidah, Pinang Merah)

(14)

POLA PENJARINGAN USULAN MELALUI FORUM

BASELINE SAAT INI Keterangan

Penyusun

an RKPDes

hanya

mengacu

pada

RPJMDes

Pola 1: Tertutup pada usulan-usulan baru,

kecuali ada perubahan aturan di tingkat

supradesa

Desa lebih sulit

mengakomodasi kebutuhan

yang baru muncul dan tidak

tercantum dalam RPJMDes

Pola 2: Terbuka pada usulan-usulan baru

walaupun tidak ada dalam RPJMDes

Resiko: perencanaan

shopping list dan sporadis

lebih besar

• Pola 2a: usulan-usulan baru ditampung

dalam forum di tingkat desa

• Pola 2b: usulan-usulan baru ditampung

dalam forum di tingkat desa dan

subdesa

Usulan yang diterima lebih

banyak. Kesempatan lebih

terbuka bagi warga, termasuk

warga marjinal dan

(15)

Penjaringan Usulan Ndona (2017)

(16)

POLA PENENTUAN PRIORITAS USULAN

• Pola 1 dilakukan di dalam forum oleh peserta musdes. Di Ngada prosesnya dilakukan

secara mufakat untuk menentukan prioritas kegiatan. Di Batanghari voting dilakukan jika

mufakat tidak tercapai

 Pola ini memberi kesan lebih partisipatif

• Pola 2 dilakukan secara internal oleh tim penyusun RKPDes bersama pemdes (Kalikromo,

Beral, Deling). Di Karya Mukti, penyusunan prioritas juga dikonsultasikan dengan BPD

 pola ini lebih bersifat teknokratis (terutama jika ada program strategis berskala desa,

bahkan antar desa)

• Pola 3 dilakukan oleh pemdes (utamanya kades) secara tertutup dengan sistem bagi-bagi

proyek diantara perangkat desa dan BPD (Merangin)

(17)

POLA PENYEPAKATAN USULAN

Pola penyepakatan Keterangan

Pola 1: penyepakatan usulan dalam

forum musren.

Penyepakatan usulan menjadi hal yang formalitas

melibatkan unsur masyarakat dan dihadiri supradesa

Partisipasi dan akuntabilitas kuat karena ada pembacaan

berita acara kesepakatan  Pola yang baik

Pola 2: penyepakatan usulan dalam

pertemuan di tingkat desa di mana

ada pemaparan prioritas namun masih

dibuka penjaringan usulan tambahan

Penyepakatan usulan secara formal merupakan inisiatif

desa mengundang BPD dan tomas (biasanya dilaksanakan

bersamaan dengan kegiatan lain)

Partisipasi dan akuntabilitas juga kuat  pola yang baik

Penjaringan usulan tambahan selalu dibutuhkan untuk

mengantisipasi tambahan dana BKKDes

Pola 3: tidak ada proses penyepakatan

usulan (Merangin)

Tidak ada penyepakatan usulan secara formal dan

akuntabilitas lemah

(18)

PESERTA MUSYAWARAH

• Secara umum, ada peningkatan jumlah peserta musyawarah di tingkat desa

dalam 2 tahun terakhir ini

• Dari segi jumlah, peserta laki-laki masih mendominasi musyawarah.

• Peserta musyawarah umumnya warga elit, yaitu pemdes, BPD, perwakilan

wilayah (RT/RW/dusun), serta perwakilan lembaga kemasyarakatan desa

• Hanya musyawarah di Batanghari yang menghadirkan warga marjinal dalam

musyawarah di tingkat desa. Namun warga marjinal sekedar hadir saja dan tidak

berpendapat

• Di Banyumas babinsa dan babinkamtibmas juga diundang dalam musren walaupun

mereka hanya sekedar hadir dan tidak mengemukakan pendapat

• Kecuali di Sipahit Lidah pihak kecamatan selalu hadir dalam musren dan

memberikan sambuatan normatif. Di Batanghari, pada masa pejabat

kecamatan sebelumnya, peran kecamatan sangat kuat dalam mengarahkan

proses musyawarah

(19)
(20)
(21)

Musrenbangdes Tiang Berajo (2017)

Musrenbangdes Kelok Sungai Besar (2016)

(22)
(23)

PROSES PENGANGGARAN

• Secara umum proses perumusan RAPBDes terjadi secara tertutup oleh

kades dan perangkat desa

• Konsultasi dengan BPD terjadi di Kalikromo, Beral, Deling, dan Karya Mukti

yang pertemuan pembahasan RPABDes berlangsung formal antara pemdes

dan BPD di mana pemdes memaparkan rancangan APBDes dan

dikomentari sekilas oleh BPD

• Pembahasan dengan BPD adalah syarat wajib (necessary condition) untuk mencapai

partisipasi dan akuntabilitas. Namun syarat cukup (sufficient condition) adalah

kualitas BPD itu sendiri untuk mencapai kualitas penganggaran yang baik

• Catatan kebijakan mengenai BPD menggarisbawahi rendahnya pemahaman BPD

terhadap substansi APBDes. Ini membuat mereka sulit mengkritisi draft APBDes yang

dibuat oleh pemdes. Implikasinya: pelatihan mengenai substansi APBDes sangat

(24)

POLA PERINCIAN ANGGARAN

POLA PERINCIAN ANGGARAN KETERANGAN

Pola 1: RAB disusun bersamaan dengan

penyusunan RKPDes sebelum musren

penyepakatan dan penetapan usulan

Mengikuti Permendagri 114/2014 (pasal 49): rencana

kegiatan disusun bersama RAB

Memastikan RKPDes, APBDes, RAB, dan SPJ selaras

(dikerjakan dalam aplikasi Siskeudes)  Pola yang baik

Pola 2: RAB disusun bersamaan dengan

penyusunan APBDes.

RAB sebagai lampiran APBDes menjadi syarat pencairan

DD

Pola 3: RAB disusun sesudah APBDes

ditetapkan

Mengikuti Permendagri 114/2014 (pasal 37) yaitu

APBDes ditetapkan sebelum 31 Desember.

Masa di antara penetapan dan pencairan DD dipakai

untuk menyusun APBDes

Pola 4: RAB dibuat oleh konsultan setelah

pencairan DD

RAB bukan bagian dari perencanaan anggaran,

melainkan kebutuhan belanja dalam pelaksanaan

(25)

PERENCANAAN JANGKA

MENENGAH

1. SKEMA PERENCANAAN JANGKA MENENGAH (RPJMDES) MENURUT

PERMENDAGRI 114/2014

(26)

Dikonsultasikan dengan BPD • Sumberdaya desa • Penggalian gagasan 4 bidang (dusun) • RPJMD • Renstra • RUTR/ RTRW

RPJM Desa

Permendagri 114/2014 (pasal 6 pasal 28)

Penyelarasan arah kebijakan Pengkajian

kondisi desa

Tim Penyusun RPJM Desa

Musdes oleh BPD Menyusun laporan Rancangan RPJM Desa Musrenbangdes Perdes RPJMDesa (paling lambat3 bulan setelah pelantikan kades)

(27)

KONDISI PENYUSUNAN RPJMDES DI 4 DESA STUDI

SETELAH PILKADES DI ERA UU DESA

Tahapan penyusunan Desa

Membentuk tim penyusun RPJMDes (sekaligus tim RKPDes) Ndona, Kalikromo Melakukan penyelarasan dengan RPJMD

---Melaksanakan musyawarah dusun Ndona, Kalikromo, Pinang Merah, Sipahit Lidah Melaksanakan musdes (bersamaan dengan musdes RKPDes) Ndona

Menyusun rancangan RPJMDes (yaitu daftar usulan dusun) Ndona Melaksanakan musren (bersamaan dengan musren RKPDes) ---Melibatkan BPD dalam penyusunan RPJMDes Ndona

Melakukan penetapan RPJMDes Ndona, Kalikromo

Jarak antara pelantikan kades dan penetapan RPJMDes 6 bulan (Ndona); 14 bulan (Kalikromo). Ada 2 desa yang tidak punya RPJMDes: Pinang Merah (21 bulan); Sipahit Lidah (3 bulan)

(28)
(29)
(30)

Dilema RPJMDes

RPJMDes adalah kewajiban desa sebagai amanat UUDesa.

Idealnya Faktanya

Penyusunan RPJMDes membutuhkan proses panjang dan memakan waktu dan tenaga

Penyusunan RPJMDes tidak optimal. Pemdes setiap tahun harus mengejar target penyusunan RKPDes.

PD/PLD harus intensif memfasilitasi keseluruhan proses

PD/PLD belum punya kemampuan mengawal proses penyusunan

Kades berkomitmen dalam penyusunan dan penetapan RPJMDes

Sebagian besar kades memandang RPJMDes sebagai dokumen formalitas

RPJMDes dibuat secara partisipatif (usulan warga) dan harus selaras dengan program kabupaten

Ada “keharusan” mengakomodasi prioritas penggunaan DD dari pusat, desa tidak memahami program kabupaten dalam RPJMD RPJMDes hanya diubah jika ada kejadian luar biasa

(bencana), perubahan aturan di tingkat supradesa

RPJMDes selalu berubah mengikuti perubahan aturan supradesa, mis. perubahan prioritas penggunaan DD RPJMDes merupakan acuan RKPDes RPJMDes diubah untuk menyesuaikan dengan RKPDes

(31)

Dokumen

RPJMDes

(32)

KESIMPULAN

• Ada kecenderungan pemdes bersikap “populis” (akomodatif, menyenangkan banyak

orang)

• Ada penjaringan usulan setiap tahun untuk RKPDes  tidak diatur dalam Permendagri 114/2014 • Bentuk dan jenjang penjaringan usulan bertambah banyak

• Desa-desa lebih mengutamakan RKPDes dibanding RPJMDes

• Desa umumnya menyelesaikan dulu RKPDes baru membuat RPJMDes • Ada 2 desa yang sudah 21 bulan belum memiliki RPJMDes

• Desa-desa lebih mengutamakan penjaringan usulan untuk RKPDes. Namun apa

pentingnya penggalian gagasan (dalam RPJMDes) jika sudah ada penjaringan usulan

(RKPDes)?

• Analogi yang berlebihan: RPJMN --- RPJMD --- RPJMDes, padahal:

o Tidak semua desa mampu menyusun RPJMDes secara lengkap sesuai sistematika yang ada dalam atura, seperti daerah/pusat membuat RPJMD/RPJMN

o RPJMN dan RPJMD memuat arah kebijakan strategis, sedangkan RPJMDes memuat kegiatan-kegiatan yang diusulkan warga

(33)

URGENSI RPJMDES DIPERTANYAKAN KETIKA …

• Secara substansi RPJMDes isinya hanya daftar usulan dusun yang

dikumpulkan melalui penggalian gagasan. Ini adalah bagian

terpenting dari RPJMDes untuk dicocokkan dengan RKPDes oleh

supradesa dalam mengevaluasi desa (misal untuk pencairan DD)

• RPJMDes tidak menjadi pedoman perencanaan. RPJMDes bahkan

diubah (setiap tahun) untuk menyesuaikan dengan RKPDes dan

kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas Dana Desa serta kegiatan

kabupaten

• RPJMDes tidak menjadi pedoman evaluasi kinerja kades. Tidak ada

ketentuan untuk menjadikan RPJMDes sebagai dasar dalam

penyampaian laporan akhir masa jabatan, baik kepada BPD maupun

supradesa

(34)

BAHAN DISKUSI:

• RPJMDes seharusnya menjiwai perencanaan desa, namun bagaimana

menjawab dilema RPJMDes?

• Bagaimana menyeimbangkan gagasan teknokratis (kades, pemdes)

dan usulan2 partisipatif (dari warga) untuk mencegah perencanaan

sporadis  membuka ruang teknokratis yang belum terlihat dari

Permendagri 114/2014. Jika dilihat dari format RPJMD nyata sekali

RPJMDes diarahkan untuk menjadi shopping list kegiatan yang akan

dilakukan desa

• Apakah perlu mengklasifikasikan format RPJMDes sesuai tingkat

kemajuan desa?

(35)

Beberapa pilihan untuk didiskusikan

Kelebihan Kelemahan

1. RPJMDes ditiadakan Desa tidak menghabiskan energi untuk membuat dokumen formalitas. Desa bisa berkonsentrasi melaksanakan RKPDes

Prasyarat: perubahan Undang-Undang Desa

Perencanaan tanpa arah jangka panjang dan sporadis

Tidak ada acuan untuk melihat kecocokan antara RKPDes dan RPJMDes bagi supradesa

2. RPJMDes tetap seperti sekarang, hanya sebagai dokumen formalitas

Bagi supradesa ada acuan yang praktis untuk melihat kecocokan antara RKPDes dan RPJMDes

Perencanaan tanpa arah jangka panjang dan sporadis

Desa menghabiskan energi untuk membuat dokumen formalitas yang setiap tahun tetap diubah

Tidak ada aspek teknokratis

(36)

Beberapa pilihan untuk didiskusikan

Kelebihan Kelemahan

3. RPJMDes disusun sesuai Permendagri 114/2014 (bukan formalitas)

Sinkron antara visi misi kades, RPJMD, Renstra SKPD, RUTR/RTRW dan sampai tingkat kegiatan

Prasyarat: ada komitmen untuk menyampaikan RPJMD, Renstra SKPD, RUTR/RTRW, dukungan PD/PLD, kapasitas pemdes

Perlu banyak waktu dan tenaga Asumsi bahwa semua desa mampu menyusun RPJMDes dan semua daerah bersedia menyediakan dokumen 4. RPJMDes dikonsep ulang

untuk menjadi pedoman perencanaan dan evaluasi. Namun format RPJMDes disesuaikan dengan tingkat kemajuan desa, misal RPJMDes lengkap untuk desa maju dan RPJMDes sederhana untuk desa belum maju

Penyusunannya lebih ringkas: (i) tidak perlu ada penggalian gagasan; (ii) tidak memuat kegiatan-kegiatan yang diusulkan melainkah program strategis yang diturunkan dari visi misi kades

(dibicarakan di tingkat desa untuk menjadi visi misi desa)

Perencanaan tidak sporadis, bersifat teknokratis dan jangka menengah

Prasyarat: dukungan PD/PLD, perubahan regulasi

Supradesa perlu memahami RPJMDes untuk melihat

kecocokannya dengan RKPDes

(37)

Terima kasih

facebook.com/SMERUInstitute

@SMERUInstitute

Kontak:

The SMERU Research Institute

Jl. Cikini Raya No. 10A

Jakarta 10330 Indonesia

Ph: (62-21) 3193 6336

Fax: (62-21) 3193 0850

(38)
(39)

KESESUAIAN ATURAN HUKUM MENGENAI

RKPDES (PERMENDAGRI 114/2014)

Ringkasan pasal-pasal dalam permendagri Desa/Kabupaten

RKPDes merupakan penjabaran RPJMDes Ndona, Kalikromo, Tiang Berajo, Kelok Sungai Besar RKPDes disusun sesuai pagu indikatif, rencana pempus, prov, kab. Tidak ada

BPD menyelenggarakan musdes dalam rangka perencanaan Ndona, Tiang Berajo, Kelok Sungai Besar

Musdes RKPDes dilaksanakan di bulan Juni Tidak ada

Musdes menyepakati pencermatan RPJMDes dan membentuk tim verifikasi Ndona, Tiang Berajo, Kelok Sungai Besar

Kades membentuk tim penyusun RKPDes sesudah musdes Semua desa, kecuali Pinang Merah

RKPDes mulai disusun bulan Juli Tidak ada Perdes RKPDes akhir bulan September Tidak ada

(40)

KESESUAIAN ATURAN HUKUM

(PERMENDAGRI 114/2014)

Ringkasan pasal-pasal dalam permendagri Desa/Kabupaten

RKPDes dilampiri RAB dan diverifikasi oleh tim verifikasi Batanghari

Kades menyelenggarakan musren untuk menyepakati rancangan RKPDes Ngada, Jawa Tengah, Sipahit Lidah

Musren dihadiri oleh pemdes, BPD, unsur masyarakat Semua desa studi Hasil musren dituangkan dalam berita acara Semua desa, kecuali

Sipahit Lidah dan Pinang Merah

Rancangan RKPDes disepakati bersama oleh kades dan BPD Semua desa studi

RKPDes ditetapkan dalam perdes Semua desa studi, kecuali Deling

Supradesa perlu menyusun perbup RPJMDes dan RKPDes Ngada, Wonogiri, Batanghari

(41)

PROGRES PERENCANAAN TA 2018 (s/d 31-1-2018)

Desa Perencanaan (T-1) Keterangan

Ndona Belum dilakukan Musren masih di tahun T Lekosoro Belum dilakukan Musren masih di tahun T

Kalikromo Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2016

Beral Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2016 Deling Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2016 Karya Mukti Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2015 Tiang Berajo Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2017

Kelok Sungai Besar Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2017 * (tertunda karena

BPD belum dilantik)

Sipahit Lidah Belum dilakukan Musren masih di tahun T Pinang Merah Belum dilakukan Musren masih di tahun T

(42)

PROGRES PENJARINGAN USULAN TA 2018 (s/d 31-1-2018)

Desa Penjaringan usulan BENTUK PENJARINGAN USULAN

Ndona V Pertemuan RT, pertemuan dusun

Lekosoro V Musdes

Kalikromo V Musdes, usulan dari dusun (kadus) dikumpulkan dan dibacakan

saat musdes, menumpang pada kegiatan lain di desa

Beral V Musdes, form usulan dibagikan saat musdes

Deling V Musren, forum RW, pelaksanaan bersamaan dengan kegiatan

lain

Karya Mukti V Musdus, musren, kegiatan khusus, ada uang saku dalam

musdus, musren

Tiang Berajo V Sesuai RPJMDes, musdes Kelok Sungai Besar V Sesuai RPJMDes, musdes Sipahit Lidah V Musdus, musren

(43)

PROGRES PENYEPAKATAN USULAN TA 2018 (s/d 31-1-2018)

Desa Penyepakatan usulan Bentuk penyepakatan usulan

Ndona Belum dilakukan Musren Lekosoro Belum dilakukan Musren Kalikromo Sudah dilakukan Musren

Beral Sudah dilakukan Musren

Deling Sudah dilakukan Mirip musren dan masih menampung usulan Karya Mukti Sudah dilakukan Mirip musren dan masih menampung usulan Tiang Berajo Sudah dilakukan Musren

Kelok Sungai Besar Belum dilakukan Musren Sipahit Lidah Tidak ada Tidak ada Pinang Merah Tidak ada Tidak ada

(44)

Lampiran Daftar Format Tahap Perencanaan (RPJMDes)

1. Data rencana program dan kegiatan pembangunan yang akan masuk ke Desa 2. Data Desa

2.1 Daftar sumber daya alam 2.2 Daftar sumber daya manusia

2.3 Daftar sumber daya pembangunan 2.4 Daftar sumber daya sosial budaya

3. Rekapitulasi usulan rencana kegiatan Desa dari dusun dan/ atau kelompok masyarakat 3.1 Daftar gagasan Dusun/ Kelompok

3.1.a Contoh Sketsa Desa

3.1.b Contoh Kalender Musim 3.1.c Contoh Bagan Kelembagaan

4. Berita acara hasil pengkajian keadaan Desa

4.1 Laporan hasil pengkajian keadaan Desa (Contoh Outline) 5. Berita acara penyusunan RPJM Desa melalui musyawarah Desa 6. Rancangan RPJM Desa

7. Berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RPJM Desa 8. Berita acara Penyusunan RPJM Desa melalui Musrenbang Desa

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan menunjukkan tiada perubahan bererti dalam fungsi paru-paru untuk kedua-dua kumpulan sebelum dan selepas rehabilitasi.Terdapat perbezaan bererti (p < 0.05) dalam 6 MWT

Langkah-langkah pembuatan perencanaan pembelajaran PAI berbasis multimedia 2 Pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis multimedia  Deskripsi proses pembelajaran PAI berbasis

•Mahasiswa menyelesaikan untuk membuat rendering dari sebuah model yang kompleks.

Setiap Orang dilarang untuk memperdagangkan dan/atau mengeluarkan Spesimen dan/atau Spesies Tumbuhan dan/atau Satwa ke luar negeri atau memasukkan ke dalam wilayah hukum

Adanya hubungan yang signifikan antara peran PPL sebagai konsultan dengan tingkat kemampuan anggota menunjukkan bahwa kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh penyuluh

IPC meletakkan fondasi untuk Ekosistem Logistik Terintegrasi melalui perbaikan proses berbasis sistem Layanan Moda Transport Laut Layanan Penyandaran Kapal Layanan Operasi

Yang dimaksud dengan “meminta keterangan” adalah permintaan yang bersifat informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

Mengenai kondisi Sungai Badung saat ini, dinding batu kali dengan kemiringan 1:0.5 – 1:1.0 dipasang pada kedua tebing sungai. Lebar sungai River yang berkisar rata-rata dari 20 m