PROSES PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DESA
The SMERU Research Institute – Local Solutions to Poverty Jakarta, 14 Maret 2018
Maret ’18
Studi Monitoring Implementasi UU Desa
Konteks studi
Baseline Sept–Nov ‘15 Endline April 2018 Studi Kasus: Manfaat Dana Desa Mar ’17 Pemantauan Updates: Perencanaan DesaTUJUAN DAN METODOLOGI
TUJUAN:
• Memutakirkan data dan informasi mengenai perencanaan tahunan dan perencanaan
jangka menengah di desa-desa studi
• Mendiskusikan perencanaan jangka menengah bagi desa-desa saat ini dan pilihan
kebijakan yang perlu dikaji lebih dalam
• Mengidentifikasi isu-isu penting untuk digali dalam studi endline
METODOLOGI:
• Studi kualitatif
• Data-data dikumpulkan selama baseline, pemantauan, studi kasus melalui
• Wawancara mendalam dengan pemdes, BPD, warga, dan supradesa • FGD laki-laki dan perempuan
OUTLINE PRESENTASI
•PENTINGNYA PERENCANAAN BAGI DESA
•PERENCANAAN TAHUNAN (RKPDES)
•PERENCANAAN JANGKA MENENGAH (RPJMDES)
•KESIMPULAN DAN DISKUSI
PENTINGNYA PERENCANAAN
BAGI DESA
PERENCANAAN DALAM KERANGKA REGULASI
• Perencanaan adalah amanat UU Desa
• pasal 79: desa harus menyusun RPJMDes maupun RKPDes sesuai
kewenangannya dan mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota
• Pasal 80: penyusunan RPJMDes maupun RKPDes mengikutsertakan
masyarakat Desa
• Permendagri 114/2014: perencanaan pembangunan desa adalah
tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan
melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya
desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa
MENGAPA PERENCANAAN DESA PENTING?
• Temuan-temuan dalam studi kasus menunjukkan ada kegiatan-kegiatan yang tidak
terlaksana secara baik
• Box culver dibangun tanpa survey lokasi
• Hand tracktor dibeli tanpa kejelasan spesifikasi
• WC musholla tidak dapat digunakan karena tidak dilengkapi dengan septik tank
• Temuan mengenai pembangunan yang dampak sosial ekonominya sangat terbatas
• Pos kamling dibangun secara berlebihan di dusun
• Jalan setapak dibagi rata saja di berbagai RT dan dusun
• Akar masalah: perencanaan yang sporadis, terserak, tidak terintegrasi dan miskin ide
• Perencanaan juga penting bagi
• Tata kelola desa tolok ukur penilaian partisipasi, transparansi, akuntabilitas • Tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan
PERENCANAAN TAHUNAN
1. SKEMA PERENCANAAN TAHUNAN (RKPDES) MENURUT PERMENDAGRI
114/2014
2. PENYUSUNAN PERENCANAAN TAHUNAN
3. TAHAPAN PENTING PENYUSUNAN PERENCANAAN DI DESA STUDI
A. PENJARINGAN USULAN
B. PENENTUAN PRIORITAS USULAN
C. PENYEPAKATAN USULAN
• Hasil musdes • Pagu indikatif • Program masuk desa • Penceramatan RPJMDesa • Kesepatan hasil pencermatan RPJMDes • Pembentukan tim verifikasi RAB • Pagu infikatif: DD, ADD, BHPRD, BKKDes • Penyelarasan RKPD, jaring asmara
RKP Desa
(Permendagri 114/2014, pasal 29 – pasal 48)
Pencermatan pagu indikatif Musdes oleh BPD (bulan Juni) Tim Penyusun RKP Desa Musrenbangdes Pencermatan ulang RPJMDesa Rancangan RKP Desa (Juli) Perdes RKP Desa (September) Penjaringan Usulan Penentuan
PENYUSUNAN PERENCANAAN TAHUNAN
• Desa-desa di Wonogiri, Banyumas dan Batanghari sudah menyelesaikan
RKPDes di tahun T-1
• Desa-desa di Ngada dan Merangin belum menyelesaikan RKPDes di tahun
T-1
• Di Ngada, perencanaan T-1 sudah dimulai dan sudah terjadi penjaringan dan
penentuan pilihan, namun RKPDes belum selesai
• Di Merangin, perencanaan T-1 belum menjadi kepedulian kabupaten. Selain itu
Pemdes dan BPD cenderung tidak mematuhi tahapan dan perencanaan
pembangunan
• Perencanaan di T-1 memungkinkan desa-desa mulai melaksanakan
pembangunan lebih awal dan waktu pelaksanaan kegiatan bisa lebih panjang
tata kelola dan kualitas kegiatan bisa lebih baik
• Asumsinya kabupaten dan pusat juga tepat waktu dan tidak ada perubahan
kebijakan secara mendadak
PROGRES PENJARINGAN USULAN DI DESA-DESA STUDI
Kondisi di awal UUDes (2016):
• Sebagian besar desa melakukan penjaringan usulan langsung di tingkat desa pada saat
musdes dan musren.
• Karya Mukti menjaring usulan dari tingkat dusun, bahkan di mesjid-mesjid di desa
Kondisi saat ini (2018):
• Makin banyak desa yang melakukan penjaringan usulan dalam forum di berbagai jenjang:
forum RT, forum RW, forum mesjid, musdus, musdes
• Penjaringan usulan umumnya masih 2 bidang (yaitu pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakat); kecuali Ngada yang sudah menjaring usulan dalam 4 bidang
• Di Merangin:
• Proses penjaringan usulan di Merangin terkendala oleh dinamika politik di desa
• banyak konflik yang membuat pemdes khawatir berada dalam satu forum dengan
warga.
PENJARINGAN USULAN YANG MENUMPANG PADA KEGIATAN
RUTIN WARGA (SLAPANAN, YASINAN, DLL)
Walaupun bentuk-bentuk penjaringan usulan makin beragam, umumnya kegiatan tersebut menumpang pada kegiatan rutin warga
Kelebihannya:
- Kehadiran warga terjamin (walaupun tidak ada uang saku) - Kegiatan perencanaan tidak mengganggu penghidupan warga
Kekurangannya:
- Waktu penjaringan tidak diagendakan jauh-jauh hari sebelumnya. Akibatnya, warga belum tentu siap dengan usulan-usulan
- Kegiatan perencanaan dilakukan sesudah kegiatan rutin, sehingga terkesan terburu-buru dan warga sudah lelah
- Ada kecenderungan perempuan tidak ikut dalam musdus (Kalikromo, Beral, Sipahit Lidah, Pinang Merah)
POLA PENJARINGAN USULAN MELALUI FORUM
BASELINE SAAT INI Keterangan
Penyusun
an RKPDes
hanya
mengacu
pada
RPJMDes
Pola 1: Tertutup pada usulan-usulan baru,
kecuali ada perubahan aturan di tingkat
supradesa
Desa lebih sulit
mengakomodasi kebutuhan
yang baru muncul dan tidak
tercantum dalam RPJMDes
Pola 2: Terbuka pada usulan-usulan baru
walaupun tidak ada dalam RPJMDes
Resiko: perencanaan
shopping list dan sporadis
lebih besar
• Pola 2a: usulan-usulan baru ditampung
dalam forum di tingkat desa
• Pola 2b: usulan-usulan baru ditampung
dalam forum di tingkat desa dan
subdesa
Usulan yang diterima lebih
banyak. Kesempatan lebih
terbuka bagi warga, termasuk
warga marjinal dan
Penjaringan Usulan Ndona (2017)
POLA PENENTUAN PRIORITAS USULAN
• Pola 1 dilakukan di dalam forum oleh peserta musdes. Di Ngada prosesnya dilakukan
secara mufakat untuk menentukan prioritas kegiatan. Di Batanghari voting dilakukan jika
mufakat tidak tercapai
Pola ini memberi kesan lebih partisipatif
• Pola 2 dilakukan secara internal oleh tim penyusun RKPDes bersama pemdes (Kalikromo,
Beral, Deling). Di Karya Mukti, penyusunan prioritas juga dikonsultasikan dengan BPD
pola ini lebih bersifat teknokratis (terutama jika ada program strategis berskala desa,
bahkan antar desa)
• Pola 3 dilakukan oleh pemdes (utamanya kades) secara tertutup dengan sistem bagi-bagi
proyek diantara perangkat desa dan BPD (Merangin)
POLA PENYEPAKATAN USULAN
Pola penyepakatan Keterangan
Pola 1: penyepakatan usulan dalam
forum musren.
Penyepakatan usulan menjadi hal yang formalitas
melibatkan unsur masyarakat dan dihadiri supradesa
Partisipasi dan akuntabilitas kuat karena ada pembacaan
berita acara kesepakatan Pola yang baik
Pola 2: penyepakatan usulan dalam
pertemuan di tingkat desa di mana
ada pemaparan prioritas namun masih
dibuka penjaringan usulan tambahan
Penyepakatan usulan secara formal merupakan inisiatif
desa mengundang BPD dan tomas (biasanya dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan lain)
Partisipasi dan akuntabilitas juga kuat pola yang baik
Penjaringan usulan tambahan selalu dibutuhkan untuk
mengantisipasi tambahan dana BKKDes
Pola 3: tidak ada proses penyepakatan
usulan (Merangin)
Tidak ada penyepakatan usulan secara formal dan
akuntabilitas lemah
PESERTA MUSYAWARAH
• Secara umum, ada peningkatan jumlah peserta musyawarah di tingkat desa
dalam 2 tahun terakhir ini
• Dari segi jumlah, peserta laki-laki masih mendominasi musyawarah.
• Peserta musyawarah umumnya warga elit, yaitu pemdes, BPD, perwakilan
wilayah (RT/RW/dusun), serta perwakilan lembaga kemasyarakatan desa
• Hanya musyawarah di Batanghari yang menghadirkan warga marjinal dalam
musyawarah di tingkat desa. Namun warga marjinal sekedar hadir saja dan tidak
berpendapat
• Di Banyumas babinsa dan babinkamtibmas juga diundang dalam musren walaupun
mereka hanya sekedar hadir dan tidak mengemukakan pendapat
• Kecuali di Sipahit Lidah pihak kecamatan selalu hadir dalam musren dan
memberikan sambuatan normatif. Di Batanghari, pada masa pejabat
kecamatan sebelumnya, peran kecamatan sangat kuat dalam mengarahkan
proses musyawarah
Musrenbangdes Tiang Berajo (2017)
Musrenbangdes Kelok Sungai Besar (2016)
PROSES PENGANGGARAN
• Secara umum proses perumusan RAPBDes terjadi secara tertutup oleh
kades dan perangkat desa
• Konsultasi dengan BPD terjadi di Kalikromo, Beral, Deling, dan Karya Mukti
yang pertemuan pembahasan RPABDes berlangsung formal antara pemdes
dan BPD di mana pemdes memaparkan rancangan APBDes dan
dikomentari sekilas oleh BPD
• Pembahasan dengan BPD adalah syarat wajib (necessary condition) untuk mencapai
partisipasi dan akuntabilitas. Namun syarat cukup (sufficient condition) adalah
kualitas BPD itu sendiri untuk mencapai kualitas penganggaran yang baik
• Catatan kebijakan mengenai BPD menggarisbawahi rendahnya pemahaman BPD
terhadap substansi APBDes. Ini membuat mereka sulit mengkritisi draft APBDes yang
dibuat oleh pemdes. Implikasinya: pelatihan mengenai substansi APBDes sangat
POLA PERINCIAN ANGGARAN
POLA PERINCIAN ANGGARAN KETERANGAN
Pola 1: RAB disusun bersamaan dengan
penyusunan RKPDes sebelum musren
penyepakatan dan penetapan usulan
Mengikuti Permendagri 114/2014 (pasal 49): rencana
kegiatan disusun bersama RAB
Memastikan RKPDes, APBDes, RAB, dan SPJ selaras
(dikerjakan dalam aplikasi Siskeudes) Pola yang baik
Pola 2: RAB disusun bersamaan dengan
penyusunan APBDes.
RAB sebagai lampiran APBDes menjadi syarat pencairan
DD
Pola 3: RAB disusun sesudah APBDes
ditetapkan
Mengikuti Permendagri 114/2014 (pasal 37) yaitu
APBDes ditetapkan sebelum 31 Desember.
Masa di antara penetapan dan pencairan DD dipakai
untuk menyusun APBDes
Pola 4: RAB dibuat oleh konsultan setelah
pencairan DD
RAB bukan bagian dari perencanaan anggaran,
melainkan kebutuhan belanja dalam pelaksanaan
PERENCANAAN JANGKA
MENENGAH
1. SKEMA PERENCANAAN JANGKA MENENGAH (RPJMDES) MENURUT
PERMENDAGRI 114/2014
Dikonsultasikan dengan BPD • Sumberdaya desa • Penggalian gagasan 4 bidang (dusun) • RPJMD • Renstra • RUTR/ RTRW
RPJM Desa
Permendagri 114/2014 (pasal 6 pasal 28)
Penyelarasan arah kebijakan Pengkajian
kondisi desa
Tim Penyusun RPJM Desa
Musdes oleh BPD Menyusun laporan Rancangan RPJM Desa Musrenbangdes Perdes RPJMDesa (paling lambat3 bulan setelah pelantikan kades)
KONDISI PENYUSUNAN RPJMDES DI 4 DESA STUDI
SETELAH PILKADES DI ERA UU DESA
Tahapan penyusunan Desa
Membentuk tim penyusun RPJMDes (sekaligus tim RKPDes) Ndona, Kalikromo Melakukan penyelarasan dengan RPJMD
---Melaksanakan musyawarah dusun Ndona, Kalikromo, Pinang Merah, Sipahit Lidah Melaksanakan musdes (bersamaan dengan musdes RKPDes) Ndona
Menyusun rancangan RPJMDes (yaitu daftar usulan dusun) Ndona Melaksanakan musren (bersamaan dengan musren RKPDes) ---Melibatkan BPD dalam penyusunan RPJMDes Ndona
Melakukan penetapan RPJMDes Ndona, Kalikromo
Jarak antara pelantikan kades dan penetapan RPJMDes 6 bulan (Ndona); 14 bulan (Kalikromo). Ada 2 desa yang tidak punya RPJMDes: Pinang Merah (21 bulan); Sipahit Lidah (3 bulan)
Dilema RPJMDes
RPJMDes adalah kewajiban desa sebagai amanat UUDesa.
Idealnya Faktanya
Penyusunan RPJMDes membutuhkan proses panjang dan memakan waktu dan tenaga
Penyusunan RPJMDes tidak optimal. Pemdes setiap tahun harus mengejar target penyusunan RKPDes.
PD/PLD harus intensif memfasilitasi keseluruhan proses
PD/PLD belum punya kemampuan mengawal proses penyusunan
Kades berkomitmen dalam penyusunan dan penetapan RPJMDes
Sebagian besar kades memandang RPJMDes sebagai dokumen formalitas
RPJMDes dibuat secara partisipatif (usulan warga) dan harus selaras dengan program kabupaten
Ada “keharusan” mengakomodasi prioritas penggunaan DD dari pusat, desa tidak memahami program kabupaten dalam RPJMD RPJMDes hanya diubah jika ada kejadian luar biasa
(bencana), perubahan aturan di tingkat supradesa
RPJMDes selalu berubah mengikuti perubahan aturan supradesa, mis. perubahan prioritas penggunaan DD RPJMDes merupakan acuan RKPDes RPJMDes diubah untuk menyesuaikan dengan RKPDes
Dokumen
RPJMDes
KESIMPULAN
• Ada kecenderungan pemdes bersikap “populis” (akomodatif, menyenangkan banyak
orang)
• Ada penjaringan usulan setiap tahun untuk RKPDes tidak diatur dalam Permendagri 114/2014 • Bentuk dan jenjang penjaringan usulan bertambah banyak
• Desa-desa lebih mengutamakan RKPDes dibanding RPJMDes
• Desa umumnya menyelesaikan dulu RKPDes baru membuat RPJMDes • Ada 2 desa yang sudah 21 bulan belum memiliki RPJMDes
• Desa-desa lebih mengutamakan penjaringan usulan untuk RKPDes. Namun apa
pentingnya penggalian gagasan (dalam RPJMDes) jika sudah ada penjaringan usulan
(RKPDes)?
• Analogi yang berlebihan: RPJMN --- RPJMD --- RPJMDes, padahal:
o Tidak semua desa mampu menyusun RPJMDes secara lengkap sesuai sistematika yang ada dalam atura, seperti daerah/pusat membuat RPJMD/RPJMN
o RPJMN dan RPJMD memuat arah kebijakan strategis, sedangkan RPJMDes memuat kegiatan-kegiatan yang diusulkan warga
URGENSI RPJMDES DIPERTANYAKAN KETIKA …
• Secara substansi RPJMDes isinya hanya daftar usulan dusun yang
dikumpulkan melalui penggalian gagasan. Ini adalah bagian
terpenting dari RPJMDes untuk dicocokkan dengan RKPDes oleh
supradesa dalam mengevaluasi desa (misal untuk pencairan DD)
• RPJMDes tidak menjadi pedoman perencanaan. RPJMDes bahkan
diubah (setiap tahun) untuk menyesuaikan dengan RKPDes dan
kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas Dana Desa serta kegiatan
kabupaten
• RPJMDes tidak menjadi pedoman evaluasi kinerja kades. Tidak ada
ketentuan untuk menjadikan RPJMDes sebagai dasar dalam
penyampaian laporan akhir masa jabatan, baik kepada BPD maupun
supradesa
BAHAN DISKUSI:
• RPJMDes seharusnya menjiwai perencanaan desa, namun bagaimana
menjawab dilema RPJMDes?
• Bagaimana menyeimbangkan gagasan teknokratis (kades, pemdes)
dan usulan2 partisipatif (dari warga) untuk mencegah perencanaan
sporadis membuka ruang teknokratis yang belum terlihat dari
Permendagri 114/2014. Jika dilihat dari format RPJMD nyata sekali
RPJMDes diarahkan untuk menjadi shopping list kegiatan yang akan
dilakukan desa
• Apakah perlu mengklasifikasikan format RPJMDes sesuai tingkat
kemajuan desa?
Beberapa pilihan untuk didiskusikan
Kelebihan Kelemahan
1. RPJMDes ditiadakan Desa tidak menghabiskan energi untuk membuat dokumen formalitas. Desa bisa berkonsentrasi melaksanakan RKPDes
Prasyarat: perubahan Undang-Undang Desa
Perencanaan tanpa arah jangka panjang dan sporadis
Tidak ada acuan untuk melihat kecocokan antara RKPDes dan RPJMDes bagi supradesa
2. RPJMDes tetap seperti sekarang, hanya sebagai dokumen formalitas
Bagi supradesa ada acuan yang praktis untuk melihat kecocokan antara RKPDes dan RPJMDes
Perencanaan tanpa arah jangka panjang dan sporadis
Desa menghabiskan energi untuk membuat dokumen formalitas yang setiap tahun tetap diubah
Tidak ada aspek teknokratis
Beberapa pilihan untuk didiskusikan
Kelebihan Kelemahan
3. RPJMDes disusun sesuai Permendagri 114/2014 (bukan formalitas)
Sinkron antara visi misi kades, RPJMD, Renstra SKPD, RUTR/RTRW dan sampai tingkat kegiatan
Prasyarat: ada komitmen untuk menyampaikan RPJMD, Renstra SKPD, RUTR/RTRW, dukungan PD/PLD, kapasitas pemdes
Perlu banyak waktu dan tenaga Asumsi bahwa semua desa mampu menyusun RPJMDes dan semua daerah bersedia menyediakan dokumen 4. RPJMDes dikonsep ulang
untuk menjadi pedoman perencanaan dan evaluasi. Namun format RPJMDes disesuaikan dengan tingkat kemajuan desa, misal RPJMDes lengkap untuk desa maju dan RPJMDes sederhana untuk desa belum maju
Penyusunannya lebih ringkas: (i) tidak perlu ada penggalian gagasan; (ii) tidak memuat kegiatan-kegiatan yang diusulkan melainkah program strategis yang diturunkan dari visi misi kades
(dibicarakan di tingkat desa untuk menjadi visi misi desa)
Perencanaan tidak sporadis, bersifat teknokratis dan jangka menengah
Prasyarat: dukungan PD/PLD, perubahan regulasi
Supradesa perlu memahami RPJMDes untuk melihat
kecocokannya dengan RKPDes
Terima kasih
facebook.com/SMERUInstitute
@SMERUInstitute
Kontak:
The SMERU Research Institute
Jl. Cikini Raya No. 10A
Jakarta 10330 Indonesia
Ph: (62-21) 3193 6336
Fax: (62-21) 3193 0850
KESESUAIAN ATURAN HUKUM MENGENAI
RKPDES (PERMENDAGRI 114/2014)
Ringkasan pasal-pasal dalam permendagri Desa/Kabupaten
RKPDes merupakan penjabaran RPJMDes Ndona, Kalikromo, Tiang Berajo, Kelok Sungai Besar RKPDes disusun sesuai pagu indikatif, rencana pempus, prov, kab. Tidak ada
BPD menyelenggarakan musdes dalam rangka perencanaan Ndona, Tiang Berajo, Kelok Sungai Besar
Musdes RKPDes dilaksanakan di bulan Juni Tidak ada
Musdes menyepakati pencermatan RPJMDes dan membentuk tim verifikasi Ndona, Tiang Berajo, Kelok Sungai Besar
Kades membentuk tim penyusun RKPDes sesudah musdes Semua desa, kecuali Pinang Merah
RKPDes mulai disusun bulan Juli Tidak ada Perdes RKPDes akhir bulan September Tidak ada
KESESUAIAN ATURAN HUKUM
(PERMENDAGRI 114/2014)
Ringkasan pasal-pasal dalam permendagri Desa/Kabupaten
RKPDes dilampiri RAB dan diverifikasi oleh tim verifikasi Batanghari
Kades menyelenggarakan musren untuk menyepakati rancangan RKPDes Ngada, Jawa Tengah, Sipahit Lidah
Musren dihadiri oleh pemdes, BPD, unsur masyarakat Semua desa studi Hasil musren dituangkan dalam berita acara Semua desa, kecuali
Sipahit Lidah dan Pinang Merah
Rancangan RKPDes disepakati bersama oleh kades dan BPD Semua desa studi
RKPDes ditetapkan dalam perdes Semua desa studi, kecuali Deling
Supradesa perlu menyusun perbup RPJMDes dan RKPDes Ngada, Wonogiri, Batanghari
PROGRES PERENCANAAN TA 2018 (s/d 31-1-2018)
Desa Perencanaan (T-1) Keterangan
Ndona Belum dilakukan Musren masih di tahun T Lekosoro Belum dilakukan Musren masih di tahun T
Kalikromo Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2016
Beral Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2016 Deling Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2016 Karya Mukti Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2015 Tiang Berajo Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2017
Kelok Sungai Besar Sudah dilakukan Musren sudah di tahun T-1 sejak tahun 2017 * (tertunda karena
BPD belum dilantik)
Sipahit Lidah Belum dilakukan Musren masih di tahun T Pinang Merah Belum dilakukan Musren masih di tahun T
PROGRES PENJARINGAN USULAN TA 2018 (s/d 31-1-2018)
Desa Penjaringan usulan BENTUK PENJARINGAN USULAN
Ndona V Pertemuan RT, pertemuan dusun
Lekosoro V Musdes
Kalikromo V Musdes, usulan dari dusun (kadus) dikumpulkan dan dibacakan
saat musdes, menumpang pada kegiatan lain di desa
Beral V Musdes, form usulan dibagikan saat musdes
Deling V Musren, forum RW, pelaksanaan bersamaan dengan kegiatan
lain
Karya Mukti V Musdus, musren, kegiatan khusus, ada uang saku dalam
musdus, musren
Tiang Berajo V Sesuai RPJMDes, musdes Kelok Sungai Besar V Sesuai RPJMDes, musdes Sipahit Lidah V Musdus, musren
PROGRES PENYEPAKATAN USULAN TA 2018 (s/d 31-1-2018)
Desa Penyepakatan usulan Bentuk penyepakatan usulan
Ndona Belum dilakukan Musren Lekosoro Belum dilakukan Musren Kalikromo Sudah dilakukan Musren
Beral Sudah dilakukan Musren
Deling Sudah dilakukan Mirip musren dan masih menampung usulan Karya Mukti Sudah dilakukan Mirip musren dan masih menampung usulan Tiang Berajo Sudah dilakukan Musren
Kelok Sungai Besar Belum dilakukan Musren Sipahit Lidah Tidak ada Tidak ada Pinang Merah Tidak ada Tidak ada
Lampiran Daftar Format Tahap Perencanaan (RPJMDes)
1. Data rencana program dan kegiatan pembangunan yang akan masuk ke Desa 2. Data Desa
2.1 Daftar sumber daya alam 2.2 Daftar sumber daya manusia
2.3 Daftar sumber daya pembangunan 2.4 Daftar sumber daya sosial budaya
3. Rekapitulasi usulan rencana kegiatan Desa dari dusun dan/ atau kelompok masyarakat 3.1 Daftar gagasan Dusun/ Kelompok
3.1.a Contoh Sketsa Desa
3.1.b Contoh Kalender Musim 3.1.c Contoh Bagan Kelembagaan
4. Berita acara hasil pengkajian keadaan Desa
4.1 Laporan hasil pengkajian keadaan Desa (Contoh Outline) 5. Berita acara penyusunan RPJM Desa melalui musyawarah Desa 6. Rancangan RPJM Desa
7. Berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RPJM Desa 8. Berita acara Penyusunan RPJM Desa melalui Musrenbang Desa