1
Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dengan hakikat matematika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Hal ini karena tahap berfikir masih berada pada tahapan konkrit. Sedangkan, “matematika merupakan ilmu deduktif, formal, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika” Karso (dalam Sarifuddin, 2009: 5)
Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu, maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berfikir secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif. Para guru dituntut agar memiliki kemampuan professional yang memadai untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang lebih bermakna. Menurut (Sukarja, 2006) menyatakan bahwa mutu pembelajaran tergantung pada tiga unsur, yaitu (1) tingkat partisipasi siswa dan jenis kegiatan pembelajaran; (2) peran guru dalam pembelajaran dengan metode dan teknik-teknik yang bervariasi; dan (3) pengorganisasian kelas.
Ada 4 kompetensi utama yang harus dikuasai guru dalam mengembangkan kinerjanya yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional (Abimanyu, 1980). Guru harus mampu menjalankan ke empat kompetensi tersebut agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan lebih bermakna.
Proses belajar mengajar dapat tercapai dengan baik jika seorang guru dapat menerapkan konsep-konsep materi pelajaran (khusus matematika) dengan berbagai strategi agar peserta didik tidak menjadi jenuh dalam menerima dan mengikuti pelajaran salah satunya dengan memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi.
Peneliti telah melakukan tanya jawab dengan salah seorang guru kelas 4 di SD Negeri 2 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan tentang materi pelajaran. Ada beberapa materi pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa-siswa di SD Negeri 2 Jatiharjo. Materi itu adalah Matematika.
Pembelajaran yang selama ini dilaksanakan hanya dengan metode konvensional yang tidak sesuai dengan karekteristik siswa yang dikemukakan oleh Jean Piaget (dalam Suparno, 2002: 25) yang menyatakan bahwa teori tingkat perkembangan berfikir siswa terbagi dalam 4 tahap: sensori motorik, operasional awal, operasional konkrit, dan operasional formal. Metode ceramah, penugasan cenderung lebih abstrak, padahal kenyataan, siswa masih berfikir konkrit. Tetapi proses pembelajarannya malah sebalikya yang masih abstrak. Hasilnya pembelajaran yang telah dilakukan tidak berkesan dalam diri anak oleh karena gurunya saja yang aktif dalam kelas, siswanya hanya pasif.
Pembelajaran matematika terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Jamaluddin (2005: 2) mengemukakan bahwa berdasarkan dimensi keterkaitan antar konsep dalam teori belajar Ausebel, belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada.
Hasil observasi yang telah dilakukan di SD Negeri 2 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan melihat dokumentasi Matematika sebelumnya menunjukkan bahwa siswa kurang mampu memahami materi tersebut. Terbukti dari hasil ulangan siswa yang berjumlah 23 siswa diperoleh data pada tabel 1.1:
Tabel 1.1
Ketuntasan Belajar Matematika Pra Siklus Siswa Kelas 4 No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1 Tuntas 14 61% 2 Tidak tuntas 9 39% Jumlah 23 100% Nilai maksimum 86 Nilai minimum 52 Rata-rata 64,78 KKM 60
Pembelajaran di SD Negeri 2 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan tersebut, guru terkesan kurang atau tidak menggunakan benda-benda konkrit, kurang memperhatikan tahap-tahap penyajian suatu konsep matematika di SD, serta kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Matematika tetapi hanya dengan menggunakan metode konvensional kerena dimulai dari pemberian informasi/konsep oleh guru, kemudian guru mendemonstrasikan keterampilan dalam menerapkan suatu algoritma, hingga memberikan contoh-contoh soal tentang suatu konsep. Oleh karena itu, perlu pertimbangan untuk manggunakan metode yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya, mampu menemukan konsep materi yang di sampaikan serta dapat bekerja sama dalam kelompoknya.
Salah satu alternatif untuk menjawab permasalahan tersebut dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar maka dilakukan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (countekstual teaching learning). Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata murid dan mendorong murid membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari (Abimanyu, 1980). Sehingga dengan menghubungkan konsep-konsep matematika menjadi lebih menarik, lebih nyata, dan berguna.
Komponen dalam pendekatan kontekstual dapat membuat konsep matematika dapat lebih konkrit. Pendekatan kontekstual mengandung unsur
menemukan, bertanya, pemodelan, penilaian yang sebenarnya, dan refleksi membuat pemahaman akan pelajaran lebih mudah.
Peneliti telah membaca beberapa karya tulis yang berbentuk skripsi tentang penggunaan pendekatan kontekstual. Dari karya-karya tulis tersebut, peneliti mau mencoba menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika pada materi Matematika. Oleh karena, dari penelitian-penelitian sebelumnya terbukti bahwa penggunaan pendekatan kontekstual berhasil diterapkan.
Dari fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Kontekstual (countekstual teaching learning) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun pelajaran 2013/2014.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang selama ini diterapkan kurang menarik, guru terkesan
kurang atau tidak menggunakan benda-benda konkrit, kurang
memperhatikan tahap-tahap penyajian suatu konsep matematika di SD, serta kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran Matematika. Hal tersebut yang menjadikan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang di tetapkan yaitu 60. Ada 14 (61%) siswa yang telah tuntas (KKM) sementara 9 (39%) dari keseluruhan jumlah siswa.
1.3 Cara Pemecahan Masalah
Salah satu alternatif untuk menjawab permasalahan tersebut dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar maka dilakukan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual (countekstual teaching learning). Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata murid dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari (Abimanyu, 1980), sehingga dengan menghubungkan konsep-konsep matematika menjadi lebih menarik, lebih nyata, dan berguna.
Komponen dalam pendekatan kontekstual dapat membuat konsep matematika lebih konkrit, Pendekatan kontekstual mengandung unsur menemukan, bertanya, pemodelan, penilaian yang sebenarnya, dan refleksi membuat pemahaman akan pelajaran lebih mudah.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang diangkat sebagai berikut :
“Apakah pendekatan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri 2 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 ?”
1.5 Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pendekatan kontekstual (CTL) pada siswa kelas 4 SD Negeri 2 Jatiharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2013/2014.
1.6 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah kajian dan memperkuat implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
2. Sebagai informasi bagi dewan guru, khususnya guru SD mengenai pembelajaran pendekatan kontekstual.
b. Manfaat Praktis Bagi Guru
1. Guru dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di kelas dengan pendekatan Kontekstual.
2. Menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi siswa ketika proses belajar dan mengajar berlangsung.
Bagi Siswa
1. Memudahkan dalam mengolah informasi melalui aktivitas pembelajaran
dalam kerangka langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
2. Meningkatkan minat, perhatian, motivasi siswa dalam interaksi proses belajar mengajar matematika serta dapat menjadikan siswa berfikir mandiri, kreatif, dan inovatif.
Bagi Sekolah