Penilaian bahaya (hazard
assestment)
Peringatan (warning) Persiapan (preparedness)
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang
beberapa tahun ini di landa banjir bandang pada beberapa bagian wilayah Sub
DAS Dinoyo dan Kaliputih, yang menelan korban jiwa maupun kerugian material.
Kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya banjir
Dalam beberapa tahun terakhir ini berkembang sebuah cara melihat bencana.
Bencana tidak lagi dilihat sebagai suatu kejadian tiba-tiba yang tidak dapat
diprediksi. Bencana dipandang sebagai sebuah fase dalam satu siklus kehidupan
normal manusia yang dipengaruhi dan mempengaruhi keseluruhan kehidupan
itu sendiri. Cara memandang ini disebut sebagai Disaster Management.
Pra Bencana
Saat Bencana
Pasca Bencana
Maka penelitian ini bermaksud merumuskan zona risiko
banjir bandang (flash flood) yang melanda Kabupaten Jember
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan
bencana banjir bandang ( flash flood)
Menganalisis karakteristik kerentanan banjir yang terjadi di wilayah Sub DAS
Dinoyo dan Kaliputih Kabupaten Jember
Mengidentifikasi karakteristik bahaya banjir yang terjadi di wilayah Sub DAS
Dinoyo dan Kaliputih Kabupaten Jember
Merumuskan zonasi risiko banjir bandang di Wilayah Sub DAS Dinoyo dan
Kaliputih Kabupaten Jember.
Sumber Penjelasan Keterangan
Sugiarto (2009) Luas Genagan, Ketinggian banjir, Kecepatan aliran, material yang dihanyutkan, tebal endapan lumpur,
lamanya genangan.
1. Kecepatan Aliran
2. Material yang dihanyutkan 3. Ketinggian banjir
4. Lamanya genangan 5. Dampak
Harta (2010) Luas genangan, ketinggian banjir. Modul Penilaian
Resiko (2005)
Frekuensi, Intensitas, Dampak, Keluasan, Serta Durasi
Alasan memilih ketujuh variabel pada faktor bahaya banjir adalah :
•Kecepatan aliran dipilih karena tipe banjir yang terjadi di wilayah Panti Kabupaten Jember adalah tipe banjir bandang/banjir kiriman (flash flood) yang cirinya mempunyai kecepatan tinggi.
•Material yang dihanyutkan ini berkaitan dengan volume sedimentasi dan material lainnya yang menjadi penyebab tersumbatnya aliran sungai hingga mengakibatkan banjir bandang.
•Ketinggian banjir dipilih karena semakin tinggi genangan banjir maka semakin tinggi pula bahaya yang akan ditimbulakannya.
•Lamanya genangan dipilih karena dianggap semakin lama banjir menggenangi suatu wilayah, maka kerugian yang ditimbulkan akan semain besar.
•Dampak yang dimaksud dalam hal ini adalah banyaknya rumah yang rusak akibat terkena banjir. Dampak dipilih dalam variabel yang akan diteliti karena dapat menggambarkan secara jelas bahaya banjir bandang.
•Variabel luasan tidak dipilih karena untuk menggambarkan secara jelas bahaya banjir bandang sudah terwakili dengan dipilihnya dampak. Frekuensi tidak dipilih karena frekuensi kejadian bajir bandang di wilayah penelitian relatif sama. Variabel tebal endapan lumpur dapat diwakili oleh variabel material yang dihanyutkan. Sedangkan intensitas dapat diwakili oleh dampak dan tinggi genangan durasi dapat diwakili oleh variabel lamanya genangan.
Indikator Sumber Penjelasan Keterangan
Kondisi Lingkungan
Yulaelawati dkk (2008) a. Pola Pemanfaatan Lahan b. Penggundulan Hutan c. Kondisi Geografis d. Topografi
e. Kondisi saluran sungai f. Curah hujan
g. Arus balik h. Amblesan
i. Pendangkalan sungai
Untuk kondisi lingkungan, variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Curah hujan
2. Karakteristik DAS/Jarak dari Sungai
3. Topografi (kelerengan dan elevasi)
4. Jenis tanah 5. Tata guna lahan 6. Erosi dan Sedimentasi Suripin,2005 a. Curah Hujan
b. Karakteristik DAS c. Topografi
d. Tata Guna lahan e. Jenis Tanah Darmawijaya(1992) dalam Ariani(2005) Jenis tanah
Sugiyanto dkk (2002) dalam Kodoatie (2006) a. Perubahan penggunaan lahan b. Pembuangan Sampah
c. Erosi dan Sedimentasi d. Curah Hujan
e. Geofisik Sungai f. Pengaruh Air Pasang g. Penurunan Tanah Yusuf , 2005 Curah Hujan
Sedimentasi Modul Penilaian Resiko (2005) a. Tanah
b. Air c. Tanaman d. Lautan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Rawan Bencana Banjir ,2003
a. Topografi
b. Tingkat Permeabilitas Tanah c. Kondisi Daerah Pengaliran Sungai d. Kondisi Geometri Sungai
A. Alasan pemilihan keenam variabel pada indikator kondisi lingkungan adalah :
1. Curah hujan merupakan salah satu variabelyang sangat berpengaruh pada keadaan hidrologi yang
berpengaruh pada volume air sungai. Selain itu, banjir bandang di wilayah Panti terjadi pada saat
musim penghujan disetiap awal tahun.
2. Semakin dekat dengan sungai, maka kerentanan akan banjir akan semakin tinggi. Selain itu, jarakdari
sungai juga sudah mewakili karakteristik DAS, Geofisik Sungai, Kondisi DPS dan Geometri Sungai.
3. Topografi ini berkaitan dengan kelerengan dan ketinggian. Variabel kelerengan ini merupakan variabel
yang sangat berpengaruh karena nantinya akan mempengaruhi variabel erosi dan sedimentasi. Selain
itu, kelerengan dianggap berpengaruh mengingat banjir bandang ditempat-tempat dengan
kelerengan curam. Sedangkan untuk ketinggian tempat dianggap berpengaruh karena daerah yang
sering tergenang banjir berada pada daerah cekungan atau daerah dengan topografi yang rendah.
4. Jenis tanah dianggap berpengaruh karena komposisi tanah akan mempengaruhi daya serap air, dan
kepekaan terhadap erosi, dimana dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab banjir bandang.
5. Tata guna lahan/pola pemanfaatan lahan dipilih sebagai variabel yang berpengaruh karena
mengingat bahwa banjir bandang di wilayah Panti terjadi pada tahun 2006 karena mulai terjadi
perubahan pola pemanfaatan lahan di tahun 2002-2004.
6. Erosi dan sedimentasi dipilih karena banjir bandang yang terjadi di wilayah Panti terjadi akibat
terbentuknya bendungan alami dari sedimentasi lumpur yang menyumbat aliran sungai.
7. Untuk variabel lautan dan pasang surut tidak dipilih karena banjir di wilayah Panti Kabupaten Jember
bukanlah banjir yang dipengaruhi kenaikan air laut. Amblesan juga tidak dipilih karena banjir bandang
bukanlah tipe banjir karena amblesan yang disebabkan berkurangnya pasokan air tanah.
Indikator Sumber Penjelasan Keterangan
Kondisi Fisik Pedoman Penyusunan RAD PRB bagi
Kabupaten/Kota, 2008 a. Kepadatan permukiman; b. Jalan
c. Jaringan listrik dan telekomunikasi d. Sarana Publik
Untuk kondisi fisik, variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Kepadatan permukiman; 2. Jalan
3. Fasilitas penting Yulaelawati dkk (2008) Kepadatan Permukiman
Modul Penilaian Resiko (2005) a. Prasarana dasar b. Konstruksi bangunan
Federal Emergency Management Agency (2004)
a. Fasilitas penting (essential facilities) b. Fasilitas khusus (dapat berupa gudang
penyimpanan material berbahaya, bangunan yang memiliki nilai historis) c. Jalur transportasi
d. Utilitas
B. Alasan memilih ketiga variabel pada indikator kondisi fisik untuk diteliti adalah sebagai berikut:
1. Kepadatan Permukiman dikatakan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap kerentanan karena semakin padat permukiman di suatu daerah rawan banjir, berpengaruh pada berkurangnya daerah tangkapan air hujan yang akan menyebabkan aliran di permukaan yang apabila terakumulasi dalam jumlah yang besar akan menyebabkan banjir. Selain itu, semakin padat permukiman di suatu daerah rawan banjir, maka kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan akan semakin besar pula.
2. Jalan dipilih menjadi variabel yang akan diteliti karena berhubungan dengan aksesbilitas pada saat mengungsi apabila banjir melanda.
3. Fasilitas penting yang dimaksud dalam hal ini adalah fasilitas-fasilitas umum yang berpengaruh terhadap upaya pengurangan resiko bencana. Fasilitas yang dimaksud misalnya ketersediaan tempat pengungsian dan fasilitas kesehatan.
4. Variabel jalur transportasi dan variabel prasarana dasar sudah terwakili dengan dipilihnya jalan sebagai variabel yang akan diteliti. Untuk variabel utilitas, komunikasi dan listrik tidak dipilih sebagai variabel yang akan diteliti karena sebagian besar wilayah Sub DAS Dinoyo dan Kaliputih sudah terjangkau jaringan listrik dan telepon. Untuk fasilitas khusus tidak dipilih karena tidak terdapat fasilitas khusus berupa gudang berbahaya maupun bangunan yang mempunyai niai histori.
Indikator Sumber Penjelasan Keterangan
Kondisi Sosial Pedoman Penyusunan RAD PRB bagi
Kabupaten/Kota, 2008 Kepadatan penduduk,Laju pertumbuhan penduduk, Persentase usia tua-balita
a. Kepadatan penduduk,
b. Laju pertumbuhan penduduk, c. Persentase usia tua-balita Dahuri (2004) dalam Harta(2010) Peningkatan Jumlah Penduduk
(Soemarwoto,1978 dalam Harta,2010) Pertambahan jumlah penduduk Modul Penilaian Resiko (2005) a. Pendidikan,
b. Kesehatan c. Politik d. Hukum e. Kelembagaan
Kondisi Ekonomi Pedoman Penyusunan RAD PRB bagi
Kabupaten/Kota, 2008 a. Jumlah persentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan/pertanian, b. Pendapatan
Jumlah persentase rumah tangga yang bekerja di sektor
rentan/pertanian Modul Penilaian Resiko (2005) a. Kemiskinan
b. Penghasilan c. Nutrisi
C. Alasan memilih keempat variabel dalam indikator kondisi sosial adalah sebagai berikut:
1. Kepadatan penduduk dipilih menjadi variabel yang akan diteliti karena semakin banyak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah yang rentan terhadap banjir, maka peluang jatuhnya korban jiwa akan semakin besar.
2. Laju pertumbuhan penduduk dipilih menjadi variabel yang akan diteliti karena semakin cepat laju pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah, maka akan berpengaruh pada jumlah dan kepadatan penduduk, yang nantinya juga berpengaruh pada peluang jatuhnya korban jiwa.
3. Presentase usia tua balita dipilih menjadi variabel yang akan diteliti karena semakin banyak penduduk dengan usia tua dan balita maka kemampuan untuk menghindari bahaya akan semakin kecil sehingga menyebabkan resiko terkena banjir akan semakin besar.
4. Untuk variabel kesehatan tidak dipilih dalam variabel penelitian karena kesehatan seseorang setiap harinya berubah-ubah dan tidak dapat diukur dengan tolok ukur tertentu. Sedangkan untuk variabel politik, hukum, dan kelembagaan tidak terlalu menjamin seseorang akan terbebas dari bahaya banjir.
D. Alasan memilih variabel dalam indikator kondisi ekonomi adalah sebagai berikut:
Alasan memilih variabel jumlah pekerja disektor pertanian karena sebagian besar mata pencaharian penduduk di Sub DAS Dinoyo dan Kaliputih adalah petani. Selain itu, dianggap semakin banyak penduduk yang bekerja sebagai petani, maka akan semakin banyak kerugian yang akan di terima karena banyaknya kerusakan sawah yang diderita petani.
Sedangkan untuk variabel kemiskinan tidak dipilih karena untuk menentukan tingkat kemiskinan seseorang tidak bisa malalui satu
parameter saja. Selain itu, data yang berhubungan dengan tingkat kemiskinan biasanya bersifat personal dan sulit utuk diukur. Begitu pula dengan variabel pengahasilan dan nutrisi.
Mekanisme Terjadinya Banjir Bandang Curah Hujan Tinggi
Peningkatan Aliran Permukaan
Debit Sungai Meningkat
Kelerengan Jenis Tanah Vegetasi
Kerentanan
ZONA RISIKO BANJIR BANDANG Erosi dan Longsor
Materi longsoran menyumbat sungai dan menjadi bendungan alami
Banjir Bandang •Kecepatan Aliran •Material yang dihanyutkan •Ketinggian banjir •Lamanya genangan •Dampak Bahaya
Lingkungan Fisik Sosial Ekonomi
•Curah hujan •Jarak dari Sungai •Topografi •Jenis tanah •Land use •Sedimentasi
•Kepadatan permukiman
•Jalan •Kepadatan penduduk•Usia tua dan balita Pekerja di sektor pertanian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
rasionalistik dimana kebenaran bersumber pada fakta empiri dimana ilmu yang dibangun
berasal dari hasil pengamatan indera dengan didukung landasan teori, serta diperlukan
proses pemikiran.Model analisis yang digunakan adalah model empirical analytic yang
menjadikan fakta empiris sebagai batasan lingkup dan definisi bencana, faktor penyebab
dan zona-zona resiko bencana
Jenis penelitian ini adalah deskriptif . Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
menggambarkan karakteristik kawasan rawan banjir baik dari akpek bahaya maupun
kerentanan. Kemudian fenomena yang diteliti adalah faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kerentanan bencana banjir bandang di wilayah Sub DAS Dinoyo dan Kaliputih
A.
METODE PENGAMBILAN DATA
B.
POPULASI DAN SAMPEL
Restricted random sample
Purposive Sampling
Proportional Random
Sampling
35 responden
6 responden
100 responden
SURVEY PRIMER
SURVEY SEKUNDER
C.
TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis penentuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana banjir
Uji Validitas dan Realibilitas
Analisis Skala Likert
Analisis Stakeholder
Analisis Pembobotan AHP
NIi = ((P1 × f1 i)+ (P2 × f2 i)+ (P3 × f3 i)+ (P4 × f4 i))/5
Analisis penentuan zona kerentanan bencana banjir
Data Dalam Bentuk Raster
Reclasify
Overlay Weighted Sum
Disesuaikan dengan
parameter dan standart
Analisis penentuan zona bahaya bencana banjir
Data Dalam Bentuk Raster
Reclasify
Overlay Weighted Sum
Analisis Zona Resiko Banjir Bandang
Kerentanan
Bahaya
Zona Resiko Banjir
Bandang
Disesuaikan dengan
parameter
Tahap Analisis
Tahap Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
Tahap Studi Literatur Tahap Perumusan Masalah
Tahap Penarikan Kesimpulan
Perubahan Penggunaan Lahan di Wilayah Sub DAS Dinoyo dan Kaliputih Kabupaten Jember menyebabkan banjir bandang dan diperlukan adanya tindakan
mitigasi
Terkait tata guna lahan, kerentanan, dan bahaya
Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Tingginya Kerentanan
Bahaya Banjir: 1. Kecepatan Aliran
2. Material yang dihanyutkan 3. Tinggi Genangan 4. Lama Genangan 5. Dampak Kerentanan: 1. Aspek Fisik 1. Aspek Sosial 2. Aspek Lingkungan 3. Aspek Ekonomi
Zona Bahaya Banjir Zona Kerentanan
Zona Resiko Banjir Identifikasi Karakteristik Banjir
Analisis Overlay Weighted Sum(GIS 9.3)
Raster Calculator
Analisis Overlay Weighted Sum(GIS 9.3)
1. Uji validitas dan Reabilitas 1. Analisis Likert Scale
2. Analisis Stakeholder 3. Analisis AHP
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
BATAS – BATAS WILAYAH PENELITIAN
Kabupaten Jember mempunyai luas wilayah 3.293,34 km
2berada di bagian timur dari
wilayah Propinsi Jawa Timur tepatnya pada posisi 113
o25’ 00” – 114
o12’ 00” BT dan 7
o59’
6” – 8
o33’ 56” LS. Desa-desa yang menjadi wilayah penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel Desa Wilayah Penelitian dan Luas Wilayahnya
No Desa Kecamatan Luas
(Km2) 1 Pakis Panti 26,97 2 Suci Panti 22,8 3 Kemiri Panti 14,66 4 Panti Panti 11,22 5 Glagahwero Panti 2,88
6 Kemuning Lor Panti 4,79
7 Rowotamtu Rambipuji 3,56 8 Pecoro Rambipuji 3,14 9 Rambipuji Rambipuji 3,4 10 Kaliwining Rambipuji 9,37 11 Rambigundam Rambipuji 14,21 12 Gugut Rambipuji 2,17 Total 149,20
TOPOGRAFI DAN JENIS TANAH
Daerah hulu dari Sungai Dinoyo dan Sungai Kaliputih merupakan deretan perbukitan
Gunung Argopuro, dimana kondisinya relatif terjal dan sangat curam. Kondisi topografi
wilayah penelitian bervariasi antara 50 – 600 meter dari permukaan laut.
Berdasarkan kondisi geologi, pada wilayah penelitian terdapat beberapa jenis tanah
diantaranya brown forest soil, non calcic, litosol dan alluvial. Untuk keadaan topografi dan
jenis tanah dapat dilihat pada peta
HIDROLOGI
Pada wilayah Sub DAS Dinoyo dan Sub DAS Kaliputih terdapat beberapa anak sungai
diantaranya Sungai Payung, Sungai Ketajek, dan Sungai Wangon, yang nantinya bermuara
pada Sungai Kaliputih dan Sungai Dinoyo. Diwilayah Sub DAS Dinoyo dan Sub DAS Kaliputih
bagian hulu mempunyai alur sungai berbentuk huruf “V” dengan lebar bagian atas berkisar
10m dengan kedalaman 2 – 8m.
KLIMATOLOGI
Kondisi iklim di wilayah penelitian memiliki curah hujan tahunan 1750 – 2000 mm/tahun
pada Kecamatan Rambipuji dan > 2500 mm/tahun pada Kecamatan Panti. Curah hujan
tertinggi biasanya terjaadi pada Bulan Oktober hingga Bulan April.
PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan lahan pada wilayah Sub DAS Dinoyo dan Kali putih bervariasi diantaranya
penggunaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, kolam, hutan lindung, dan
permukiman.
KEPENDUDUKAN
•
Untuk lebih jelasnya, kepadatan penduduk di wilayah Sub DAS Dinoyo dan Kaliputih
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
243 443 574 847 1738 1290 1495 1900 1957 3172 1661 574 2150
KEPADATAN PENDUDUK
ANALISIS TEORITICAL DESKRIPTIF
Analisis teoritical deskriptif digunakan untuk mengubah variabel penelitian menjadi
faktor dengan cara membandingkan variabel penelitian dengan teori-teori yang terkait
dengan bencana banjir bandang ataupun dibandingkan dengan kondisi wilayah penelitian.
Berikut merupakan faktor-faktor hasil dari analisis teoritical deskriptif yang berpengaruh
pada tingginya kerentanan terhadap banjir bandang :
1. Curah hujan yang tinggi. 2. Kedekatan dari sungai.
3. Topografi yang rendah maupun cekung. 4. Jenis tanah yang peka terhadap erosi 5. Tingginya perubahan penggunaan lahan. 6. Kelerengan yang curam.
7. Banyaknya volume sedimentasi.
8. Tingginya kepadatan permukiman /bangunan. 9. Jauhnya dari jalan/aksesibilitas.
10.Ketidaktersediaan fasilitas penting/jauhnya dari fasilitas penting. 11.Tingginya kepadatan penduduk.
12.Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. 13.Tingginya jumlah penduduk tua dan balita. 14.Tingginya jumlah pekerja di sektor pertanian.
ANALISIS IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH TERHADAP KERENTANAN BENCANA
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
No Faktor ( r tabel=0,324 )Validitas Reliabilitas( α=0,6 ) Keterangan 1 Tingginya Curah Hujan 0.337 0.720 Valid dan Reliabel 2 Kedekatan dari Sungai 0.697 0.686 Valid dan Reliabel 3 Topografi yang Rendah atau cekung 0.393 0.711 Valid dan Reliabel 4 Jenis Tanah yang Peka Terhadap Erosi 0.531 0.707 Valid dan Reliabel 5 Tingginya Perubahan Penggunaan Lahan 0.336 0.721 Valid dan Reliabel 6 Kelerengan yang Curam 0.362 0.712 Valid dan Reliabel 7 Banyaknya Volume Sedimentasi -0.156 0.739 Tidak Valid - Reliabel 8 Tingginya Kepadatan Bangunan 0.508 0.706 Valid dan Reliabel 9 Ketidaktersediaan Aksesibilitas / Jauhnya
dari Jalan 0.474 0.704 Valid dan Reliabel 10 Ketidaktersediaan Fasilitas Penting /
Jauhnya dari Fasilitas Penting 0.374 0.712 Valid dan Reliabel 11 Tingginya Kepadatan Penduduk 0.501 0.708 Valid dan Reliabel 12 Pesatnya Pertumbuhan Penduduk 0.344 0.715 Valid dan Reliabel 13 Tingginya Jumlah Balita dan Penduduk
Tua 0.612 0.701 Valid dan Reliabel 14 Banyaknya Petani 0.521 0.704 Valid dan Reliabel
ANALISIS SKALA LIKERT
No Faktor Tingkat Pengaruh Nilai
Indeks
1 2 3 4 5
1 Tingginya Curah Hujan 0 0 0 57 43 88,6
2 Kedekatan dari Sungai 2 4 20 52 22 77,6
3 Topografi yang Rendah atau cekung 5 8 14 47 26 79,4
4 Jenis Tanah yang Peka Terhadap Erosi 0 1 42 37 20 75,2
5 Tingginya Perubahan Penggunaan Lahan 0 0 28 40 32 80,8
6 Kecuraman Lereng 1 2 26 48 23 78
7 Tingginya Kepadatan Bangunan 0 4 17 56 23 79,6
8 Ketidaktersediaan Aksesibilitas / Jauhnya dari
Jalan 4 9 17 55 15 73,6
9 Ketidaktersediaan Fasilitas Penting / Jauhnya dari
Fasilitas Penting 54 22 15 9 0 35,8
10 Tingginya Kepadatan Penduduk 0 3 11 59 27 82
11 Pesatnya Pertumbuhan Penduduk 14 25 60 1 0 49,6
12 Tingginya Jumlah Balita dan Penduduk Tua 1 0 34 42 23 77,2
13 Banyaknya Petani 1 1 32 37 29 78,4
Total 955,8