• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan model reciprocal teaching

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan model reciprocal teaching"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi dari satu orang observer terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan model reciprocal teaching diperoleh data keterlaksanaan seperti yang tercantum pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Pertemuan Skor rata-rata Kategori

I 3,58 Terlaksana dengan Baik

II 3,91 Terlaksana dengan sangat Baik

III IV

3,91 4

Terlaksana dengan sangat Baik Terlaksana dengan sangat Baik Rata-rata 3,85 Terlaksana dengan sangat Baik Keterangan

„ 0 ≤x≤1,00”: berarti “terlaksana dengan tidak baik”, „1,00<x≤2,00”: berarti “terlaksana dengan cukup baik”, „2,00 <x≤3,00”: berarti “terlaksana dengan baik”, dan „3,00 <x≤4,00”: berarti “terlaksana dengan sangat baik”.

Berdasarkan tabel di atas secara umum dapat dikatakan bahwa penerapan model Pembelajaran Reciprocal Teaching sudah terlaksana dengan sangat baik (skor rata-rata) untuk empat pertemuan 3,85. Namun demikian, pada pertemuan pertama skor rata-rata keterlaksanaan penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teachin berada dalam kategori “terlaksana dengan baik”, dan pada pertemuan kedua, ketiga, dan keempat berada pada kategori “terlaksana dengan sangat baik”, oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keterlaksanaan penerapan Model

(2)

Reciprocal Teaching pada pertemuan pertama belum optimal, artinya masih ada beberapa aspek yang belum terlaksana sesuai yang diharapkan.

Pada pertemuan pertama aspek-aspek yang belum optimal tersebut meliputi mengarahkan siswa mengawali pembelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa (skor rata-rata 3), memberikan kesempatan kepada siswa membuat ringkasan dan membuat pertanyaa (skor rata-rata 3), mengecek hasil pekerjaan siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan (skor rata-rata 3), mengarahkan siswa membuat rangkuman (skor rata-rata 3), memberikan PR kepada siswa (skor rata-rata 3).

1. Hasil Analisis Deskriptif

Pada bagian ini dikemukakan analisis deskriptif tentang keefektifan penerapan model Reciprocal Teaching

Hasil analisis yang dimaksud meliputi berbagai ukuran statistik yaitu; mean, median modus, deviasi standar, koefisien varians, nilai maksimum, nilai minimum range, skewness untuk indikator-indikator keefektifan meliputi; hasil belajar, aktivitas, dan respons. Selain itu, disajikan pula distribusi frekuensi hasil analisis deksriptif tersebut diperoleh melalui bantuan program pengolahan data spss seperti terlihat pada lampiran E.3

Hasil analisis secara terperinci diuraikan berikut ini: a. Deskripsi Hasil Belajar siswa

1) Deskripsi ketuntasan hasil belajar siswa

a) Deskripsi ketuntasan hasil belajar siswa sebelum diterapkan model Reciprocal Teaching

(3)

Deskripsi hasil belajar siswa, baik sebelum maupun setelah diterapkan model reciprocal teaching (hasil pretest, posttest) dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII.A SMP Negeri 4 Enrekang dengan menggunakan Model Reciprocal Teaching

Statistik Pretest Posttest

Ukuran sampel 25 25 Mean 54,32 83,2 Median 52,0 85 Modus 50 85 Deviasi standar 12,55 6,32 Koefisien varians 23,10% 7,59% Nilai tertinggi 77 95 Nilai terendah 35 72 Range 42 23 Skewness Rata-rata nilai 0,413 54,32 0,061 83,2 Sumber: (data olah lampiran E) Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa mean pretest siswa untuk penerapan model reciprocal teaching adalah 54,32. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum nilai pretest tersebut berada pada kategori sangat rendah. Nilai median pretest sebesar 52,0 menunjukkan bahwa ada sekitar 50% siswa yang memperoleh nilai paling tinggi 52,0 atau paling rendah 52,0. Adapun nilai modus sebesar 50,0 menunjukkan bahwa perolehan nilai pretest untuk penerapan model reciprocal teaching dengan frekuensi terbesar adalah 50,0.

Berdasarkan koefisien kemiringan sebesar 0,413 dan memperhatikan nilai mean, median dan modus, dapat dikatakan bahwa pada umumnya hasil pretest siswa untuk penerapan model reciprocal teaching berada diatas rata-rata.

(4)

Selanjutnya berdasarkan ukuran dispersi yang meliputi range, deviasi standar dan koefisien varians yang relatif kecil maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran data nilai pretest untuk penerapan model reciprocal teaching cenderung bersifat homogen.

Nilai mean posttest siswa untuk penerapan model reciprocal teaching adalah 83,2. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum nilai posttest tersebut berada pada kategori tinggi, dengan demikian ada peningkatan perolehan nilai mean siswa dari pretest ke posttest (dari kategori sangat rendah ke tinggi).

Nilai median posttest siswa sebesar 85 menunjukkan bahwa ada sekitar 50% siswa yang memperoleh nilai paling tinggi 85 atau paling rendah 85. Adapun nilai modus sebesar 85 menunjukkan bahwa posttest untuk penerapan model reciprocal teaching perolehan nilai dengan frekuensi terbesar adalah 85.

Berdasarkan koefisien kemiringan sebesar 0,061 dan memperhatikan nilai mean, median dan modus, dapat dikatakan bahwa pada umumnya hasil posttest siswa untuk penerapan model reciprocal teaching berada diatas rata-rata.

Selanjutnya berdasarkan ukuran dispersi yang meliputi range, deviasi standar dan koefisien varians yang relatif kecil maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran data nilai posttest untuk penerapan model reciprocal teaching cenderung bersifat homogen. Namun demikian karena koefesien varians nilai posttest (7,59%) lebih kecil dari koefisien varians pretest (23,10%) maka dapat disimpulkan bahwa distribusi nilai posttest lebih homogen.

Adapun histogram data hasil belajar siswa untuk data pretest dan posttest yaitu:

(5)

Gambar 4.1 Histogram Data Hasil Belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang

Interv al Kategori penguasaan siswa pre-test post-test Frekuen si Persentase (%) Frekue nsi Persentase (%) 90-100 Sangat tinggi 0 0 5 20 80-89 Tinggi 0 0 12 48 70-79 Sedang 4 16 8 32 60-69 Rendah 5 20 0 0 0-59 Sangat rendah 16 64 0 0 Jumlah 25 100 25 100

Sumber: (data olah lampiran E). Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa semua persentase pretest siswa hanya berada dalam 3 kategori saja, yaitu kategori sedang, rendah dan sangat rendah. Tidak satupun siswa yang berada pada kategori tinggi, dan sangat tinggi. Sebaliknya untuk persentase posttest, semua siswa untuk penerapan reciprocal teaching memperoleh nilai posttest tinggi dalam kategori sangat tinggi dan tidak satupun siswa yang berada dalam kategori rendah dan sangat rendah, hal ini memberikan indikasi bahwa secara klasikal terjadi peningkatan hasil belajar

(6)

setelah diterapkan model reciprocal teaching pada siswa kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model reciprocal teaching dalam mata pelajaran matematika untuk materi himpunan di kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang..

Berdasarkan data pretest dan posttest berkaitan hasil belajar siswa maka selanjutnya dilakukan analisis nilai gain terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Adapun hasil analisis tentang peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah menerapkan model reciprocal teachi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Nilai Siswa Pada Kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang. Statistik Gain Ukuran sampel 25 Mean 0,63 Median 0,66 Modus 0,70 Deviasi standar 0,10 Koefisien varians 15% Nilai tertinggi 0,83 Nilai terendah 0,35 Range 0,48 Skewness Rata-rata nilai -0,43 0,63

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa mean peningkatan nilai siswa untuk penerapan model reciprocal teaching adalah 0,63. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum peningkatan nilai siswa dari pretes ke posttest tersebut berada pada kategori sedang. Nilai median peningkatan nilai siswa sebesar 0,66 menunjukkan bahwa ada sekitar 50% siswa yang peningkatan nilainya paling

(7)

tinggi 0,66 atau paling rendah 0,66. Adapun nilai modus sebesar 0,70 menunjukkan bahwa perolehan peningkatan nilai siswa untuk penerapan model reciprocal teaching dengan frekuensi terbesar adalah 0,70.

Berdasarkan koefisien kemiringan sebesar -0,43 dan memperhatikan nilai mean, median dan modus (gain), dapat dikatakan bahwa pada umumnya terjadi peningkatan nilai siswa untuk penerapan model reciprocal teaching di atas rata-rata.

Selanjutnya berdasarkan ukuran dispersi yang meliputi range, deviasi standar dan koefisien varians yang relatif kecil maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran data peningkatan nilai (gain) untuk penerapan model reciprocal teaching cenderung bersifat homogen.

Adapun histogram data peningkatan hasil belajar siswa yaitu:

Gambar 4.2 Histogram Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang

(8)

Jika peningkatan hasil belajar matematika siswa dikelompokkan kedalam 3 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut: Tabel 4.5 Klasifikasi Gain Ternormalisasi Pada Kelas VII A SMP Negeri 4

Enrekang. Koefisien normalisasi gain Jumlah siswa Persentase (%) Klasifikasi g 0,3 0 0 Rendah 0,3 g 0,7 8 32 Sedang g 0,7 17 68 Tinggi Rata-rata 0,63 Sedang

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa semua skor peningkatan nilai siswa hanya berada dalam 2 kategori saja, yaitu kategori sedang dan tinggi. Tidak satupun peningkatan nilai siswa yang memperoleh skor dalam kategori rendah. Hal ini memberikan indikasi bahwa secara klasikal terjadi peningkatan nilai siswa dari pretest ke posttest setelah diterapkan penerapan model reciprocal teaching di kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif terjadi peningkatan nilai siswa setelah diterapkan model reciprocal teaching dalam mata pelajaran matematika untuk materi himpunan di kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang.

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku di SMP Negeri 4 Enrekang yakni 70, maka tingkat pencapaian ketuntasan hasil belajar matematika secara klasikal pada kelas VII A yang diajar dengan penerapan model reciprocal teaching dapat dilihat pada tabel berikut.

(9)

Tabel 4.6 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang

KKM Persentase Ketuntasan Klasikal (%) Tuntas Tidak Tuntas

Pretest

70 16 84

Posttest 100 0

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas secara klasikal sebesar >80%.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif hasil belajar matematika siswa kelas VII A SMP Neeri 4 Enrekang memenuhi kriteria keefektifan.

b. Aktivitas siswa

Data aktivitas siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan pada setiap pertemuan dengan menggunakan rubrik. Indikator aktivitas siswa terdiri dari 10 aspek observasi yang didasarkan pada karakteristik pembelajaran yang diterapkan pada kelas. Observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas siswa secara individu berdasarkan petunjuk pada instrumen pengamatan yang dilakukan pada setiap pertemuan.

Data yang diperoleh melalui Lembar Observasi Aktivitas Siswa dirangkum pada setiap akhir pertemuan. Hasil rangkuman setiap observasi disajikan pada tabel berikut.

(10)

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang.

 Untuk aktivitas 1,2,3,4,5, 6,7 dan 8 diharapkan mengalami peningkatan

1. 86-100 Baik Sekali 2. 71-85 Baik 3. 56-70 Cukup 4. 41-55 Kurang

5. < 40 Sangat Kurang

Berdasarkan tabel di atas secara umum dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa selama penerapan model reciprocal teaching berada pada kategori “baik” (pesentase rata-rata untuk empat pertemuan 82,5). Namun demikian, untuk pertemuan pertama skor rata-rata aktivitas siswa dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching berada dalam kategori “baik” (persentase rata-rata 72), untuk pertemuan kedua skor rata-rata aktivitas siswa dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching berada dalam kategori “baik” (persentase rata-rata 80), kemudian untuk pertemuan ketiga rata-rata aktivitas siswa dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching berada dalam kategori “sangat baik” (persentase rata 86,5), dan pada pertemuan keempat skor

rata-Pertemuan

Aktivitas siswa

Rata-rata % 1 2 3 4 5 6 7 8 I 92 84 92 40 44 60 68 96 72 II 96 92 96 56 60 68 76 96 80 III 100 100 100 68 72 76 80 100 86,5 IV 100 100 100 80 88 84 80 100 91,5 Rata-rata 82,5

(11)

rata aktivitas siswa dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching berada dalam kategori “sangat baik” (persentase rata-rata 91,5), sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching pada pertama sampai pertemuan keempat mengalami peningkatan yang sudah optimal, artinya dari beberapa aspek aktivitas siswa sudah tercapai seperti yang diharapakan.

Pada pertemuan pertama dan kedua aspek-aspek yang belum optimal tersebut meliputi: Mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti (persentase rata-rata 40), Menjawab pertanyaan /permasalahan yang diajukan guru (persentase rata-rata 44) Mengacungkan tangan untuk tampil menjelaskan materi didepan kelas (persentase rata-rata 60), Menanggapi penjelasan materi yang disampaikan oleh temannya (persentase rata-rata 68).

Pada pertemuan ketiga aspek-aspek yang belum optimal tersebut meliputi: Mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti (persentase rata-rata 68). Dan pada pertemuan keempat semua aspek aktivitas siswa sudah berada pada kategori sangat baik seperti yang diharapkan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada kelas VII A dengan menggunakan model reciprocal teaching secara deskriptif memenuhi kriteria keefektifan.

(12)

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang.

 Untuk aktivitas 9 dan 10 diharapkan mengalami penurunan

Pertemuan Aktivitas siswa Rata-rata % 9 10 I 24 28 26 II 20 20 20 III 12 16 14 IV 12 12 12 Rata-rata 18 1. 86-100 Baik Sekali 2. 71-85 Baik 3. 56-70 Cukup 4. 41-55 Kurang 5. < 40 Sangat Kurang

Berdasarkan tabel di atas secara umum dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa yang diharapkan menurun selama menggunakan penerapan model reciprocal teaching berada pada kategori “kurang” (persentase rata-rata untuk empat pertemuan 18). Namun demikian, untuk pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa yang diharapkan menurun dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching sama dan berada dalam kategori “kurang”(persentase rata-rata 26), sedangkan untuk pertemuan kedua rata-rata aktivitas siswa yang diharapkan menurun dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching sama dan berada dalam kategori “kurang”(persentase rata-rata 20), kemudian pada pertemuan ketiga rata-rata aktivitas siswa yang diharapkan menurun dengan

(13)

menggunakan penerapan model reciprocal teaching sama dan berada dalam kategori “kurang”(persentase rata-rata 14), dan pada pertemuan terahir atau pertemuan keempat rata-rata aktivitas siswa yang diharapkan menurun dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching sama dan berada dalam kategori “kurang”(persentase rata-rata 12), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model reciprocal teaching sudah optimal, artinya aktivitas siswa yang dihapkan menurun pada saat menngunakan model reciprocal teaching mulai pertemuan pertama sampai pertemuan keempat selalu mengalami penurunan seperti yang diharapkan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang dengan menggunakan model reciprocal teaching secara deskriptif memenuhi kriteria keefektifan.

c. Respons siswa

Sebagaimana dikemukakan di instrumen penelitian pada Bab III bahwa ada butir indikator yang dikembangkan pada respons siswa. Pada indikator tersebut, siswa diminta pendapat mereka tentang pembelajaran yang diterapkan guru. Data hasil respons siswa terhadap pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(14)

Tabel 4.9. Kategori Aspek Respons Siswa Pada Kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang NO. PERTANYAAN JAWABAN PERSENTASE (%) Ya Tidak Ya Tidak

1. Apakah anda menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

yang diterapkan oleh guru? 24 1 96 4

2. Apakah anda menyukai cara mengajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran

matematika? 24 1 96 4

3. Apakah anda senang merangkum materi dan membuat pertanyaan?

23 2 92 8

4. Apakah anda senang berdiskusi atau Tanya jawab dengan guru maupun teman pada saat pembelajaran berlangsung ?

24 1 96 4

5. Apakah Anda senang mengerjakan soal-soal

yang diberikan oleh guru ? 23 2 92 8

6. Apakah Anda lebih percaya diri untuk mempresentasikan materi didepan teman-teman sekelas ?

21 4 84 16

7. Apakah dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat membantu / mempermudah anda memahami materi pelajaran matematika ?

25 - 100 -

8. Apakah anda merasakan ada kemajuan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model yang diterapkan oleh guru ?

19 6 76 24

9. Apakah dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru anda lebih termotivasi

untuk belajar matematika ? 18 7 72 28

10. Apakah anda senang jika model pembelajaran yang diterapkan oleh guru diterapkan kembali

pada pembelajaran berikutnya? 23 2 92 8

(15)

Data tentang respons siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model Reciprocal Teaching diperoleh melalui pemberian angket respons siswa. Hasil analisis data respons siswa yang diisi 25 siswa secara singkat seperti pada lampiran E.Berdasarkan table 4.9 menunjukkan bahwa 96% siswa menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan model Reciprocal Teaching, artinya ada juga siswa yang ternyata tidak menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran yang diterapkan. Kemudian 96% siswa menyukai cara mengajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran matematika dengan model Reciprocal Teaching, yang berarti ada siswa yang tidak menyukai cara mengajar yang diterapkan guru. Siswa menyatakan senang merangkum materi dan membuat pertanyaan sebesar 92% yang artinya ada dua siswa yang tidak menyuaki merangkum materi dan membuat pertanyaan. 96% siswa menyatakan senang berdiskusi atau tanya jawab dengan guru maupun teman pada saat pembelajaran berlangsung, 92% siswa menyatakan senang mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, 84% siswa menyatakan lebih percaya diri untuk mempresentasikan materi didepan teman-teman sekelas, artinya ada sekitar 6%siswa yang tidak berani mempresentasikan ,ateri didepan teman sekelasnya. 100% siswa menyatakan model Reciprocal Teaching yang diterapkan oleh guru dapat membantu / mempermudah anda memahami materi pelajaran matematika. Dan ada sekitar 76% siswa merasakan ada kemajuan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model yang diterapkan oleh guru, 72% siswa menyatakan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru anda lebih termotivasi untuk belajar matematika, 92% siswa menyatakan senang jika model

(16)

pembelajaran yang diterapkan oleh guru diterapkan kembali pada pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa respons siswa kelas VII.A SMP Negeri 4 Enrekang terhadap pembelajaran dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching adalah positif. Secara umum rata-rata persentase respons siswa adalah 89,6%. Dengan demikian respons siswa dapat dikatakan efektif karena telah memenuhi kriteria respons siswa yakni memberikan respons positif. Dengan demikian secara deskriptif kriteria keefektifan terpenuhi.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah diuraikan sebelumnya, tampak bahwa kriteria keefektifan yang dipenuhi oleh pembelajaran dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching pada kelas VII A adalah hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan respons siswa. Karena ketuntasan klasikal siswa tercapai sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching efektif diterapkan di kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang materi himpunan.

2. Hasil analisis inferensial

Untuk menguji hipotesis penelitian yang berkaitan dengan indikator-indikator hasil belajar, dan respons dengan menggunakan uji-t.

Setelah memenuhi syarat normalitas. Hasil-hasil uji yang dimaksud dapat dilihat pada uraian berikut.

(17)

(1) Hasil belajar

Berdasarkan hasil pengolahan data pada lampiran E.3 diperoleh statistik shapiro wilk 0,948, dengan nilai p= 0,200. Karena nilai p ini lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest siswa untuk penerapan model reciprocal teaching mengikuti populasi yang berdistribusi normal.

Ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan model Reciprocal Teaching dihitung dengan menggunakan uji t one sample test yang dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : µ≤ 69,9 melawan H1 : µ>69,9 Keterangan :

µ= Parameter skor rata-rata posttest

berdasarkan hasil analisis (Lampiran E) tampak bahwa nilai p(sig. 2-tailed) adalah 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa setelah diterapkan model Reciprocal Teaching pada siswa kelas VII.A SMP Negeri 4 Enrekang lebih dari 69,9. Ini berarti bahwa H1 diterima.

Dengan demikian rata-rata nilai posttest siswa teruji kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dikelas VII A dengan menerapkan model reciprocal teaching di SMP Negeri 4 Enrekang minimal memenuhi nilai KKM yaitu 70.

(18)

Berdasarkan hasil pengolahan data pada lampiran E diperoleh statistik nilai p ini lebih besar dari taraf signifikansi α=0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data peningkatan nilai siswa untuk penerapan model reciprocal teaching mengikuti populasi yang berdistribusi normal.

Rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar melalui penerapan model Reciprocal Teaching dihitung dengan menggunakan uji t one sample test yang dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : µg ≤ 0,29 melawan H1 : µg > 0,29 Keterangan :

µg = Parameter rata-rata gain ternormalisasi

berdasarkan hasil analisis (Lampiran E) tampak bahwa nilai p(sig.2 tailed) adalah 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa rata-rata gain ternormalisasi pada siswa kelas VII.A SMP Negeri 4 Enrekang yaitu 0.182 yang berarti lebih dari 0,29. Ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yakni gain ternormalisasi hasil belajar siswa berada pada kategori sedang.

Dengan demikian rata-rata peningkatan nilai siswa teruji kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dikelas VII A dengan menerapkan penerapan model reciprocal teaching di SMP Negeri 4 Enrekang minimal memenuhi nilai Gain yaitu >0,29.

(3) Ketuntasan klasikal

Berdasarkan hasil pengujian persentase ketuntasan hasil belajar pada lampiran E yang dilakukan dengan menggunakan uji proporsi/uji z dengan

(19)

diterima, artinya proporsi siswa yang mencapai kriteria ketuntasan > 79,9% dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes secara lengkap terhadap lampiran E.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat proporsi siswa yang mencapai kriteria ketuntasan 70 (KKM) lebih dari 79,9%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara inferensial hasil belajar matematika siswa pada kelas yang diajar melalui bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan model Reciprocal Teaching di SMP Negeri 4 Enrekang tuntas secara klasikal.

b) Respons siswa

Dari data tentang respons siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model Reciprocal Teaching diperoleh melalui pemberian angket respons siswa. Hasil analisis data respons siswa yang diisi 25 siswa secara singkat seperti pada lampiran E. Berdasarkan table 4.9, maka dapat disimpulkan bahwa respons siswa kelas VII.A SMP Negeri 4 Enrekang terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching adalah positif. Secara umum rata-rata persentase respons siswa adalah 89,6%. Dengan demikian respons siswa dapat dikatakan efektif karena telah memenuhi kriteria respons siswa yakni memberikan respons positif.

Dengan demikian skor rata-rata respons teruji kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dikelas VII A dengan menerapkan model reciprocal teaching di SMP Negeri 4 Enrekang minimal memenuhi kriteria yaitu 70%.

Berdasarkan hasil analisis deskiptif dan hasil analisis inferensial yang telah diuraikan sebelumnya, tampak bahwa penerapan model reciprocal teaching

(20)

telah memenuhi kriteria keefektifan,baik dari hasil belajar siswa, aktivitas siswa, maupun respons siswa. Oleh karena itu, hipotesis mayor 1 teruji kebenarannya sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching efektif untuk diterapkan di kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang materi himpunan.

B. Pembahasan hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian yang meliputi pembahasan hasil analisis deskriptif serta pembahasan hasil analisis inferensial. 1. Pembahasan hasil analisis deskriptif

a. Keterlaksanaan pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian pada aspek keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal teaching sudah terlaksana dengan baik (skor rata-rata) untuk empat pertemuan 3,85 seperti yang dijelaskan pada hasil penelitian bahwa terdapat aspek-aspek yang masih belum optimal artinya masih ada beberapa aspek yang belum terlaksana sesuai yang diharapkan dan perlu diketahui apa yang menjadi alasan ketidaktercapaiannya aspek-aspek yang belum optimal tersebut.

Pada pertemuan pertama aspek-aspek yang belum optimal tersebut meliputi: (1) mengarahkan siswa mengawali pembelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa (skor rata-rata 3), ini terjadi akibat kurang cermatnya guru dalam situasi dan kondisi dalam kelas. (2) memberikan kesempatan kepada siswa membuat ringkasan dan membuat pertanyaan (skor rata-rata 3), ini terjadi

(21)

akibat guru kurang memperhatikan siswa sehingga ada beberapa siswa tidak membuat ringkasan dan membuat pertanyaan. (3) mengecek hasil pekerjaan siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan (skor rata-rata 3), Mengarahkan siswa membuat rangkuman (skor rata-rata 3), hal ini terjadi karena guru kurang memperhatikan setiap aktivitas siswa sehingga ada beberapa siswa yang hanya bermain dan tidak membuat rangkuman seperti yang diharapkan. (4) memberikan PR kepada siswa (skor rata-rata 3) ini terjadi akibat guru yang kurang cermat sehingga lupa memberikan PR kepada siswa sebelum pelajaran berakhir.

Pada pertemuan kedua aspek-aspek yang belum optimal meliputi: (1) guru mengarahkan siswa membuat rangkuman (skor rata-rata 3) ), hal ini terjadi karena guru kurang memperhatikan setiap aktivitas siswa sehingga ada beberapa siswa yang hanya bermain dan tidak membuat rangkuman seperti yang diharapkan. Dan pada aspek-aspek yang lain sudah terlaksana dengan optimal (skor rata-rata 4) meliputi: (1) mengawali pembelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa. (2) menyampaikan materi yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.(3) menyampaikan model pembelajaran yang digunakan. (4) memberikan kesempatan kepada siswa membuat ringkasan dan membuat pertanyaan. (5) mengecek hasil pekerjaan siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan. (6) menunjuk siswa untuk menjelaskan materi pelaj aran, secara bergantian di depan kelas. (7) mengan metode tanya jawab, siswa diberikan penjelasan/ pengembangan materi untuk mengetahui pemahaman siswa yang lain. (8) memberikan tugas soal latihan secara mandiri, termasuk memberikan soal

(22)

yang mengacu pada kemampuan siswa dan memprediksi pengembangan materi. (9) memberikan PR kepada siswa. (10) menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. (11) mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam.

Pada pertemuan ketiga aspek-aspek yang kurang optimal meliputi: (1) mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam di sini tampak bahwa pada saat proses ingin menutup pelajaran kurang bagus sebab guru kadang kurang memperhatikan siswa, sehingga siswa langsung berhamburan ketika bel berbunyi. Sedangkan aspek-aspek yang optimal meliputi: (1) mengawali pembelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa. (2) menyampaikan materi yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.(3) menyampaikan model pembelajaran yang digunakan. (4) memberikan kesempatan kepada siswa membuat ringkasan dan membuat pertanyaan. (5) mengecek hasil pekerjaan siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan. (6) menunjuk siswa untuk menjelaskan materi pelajaran, secara bergantian di depan kelas. (7) dengan metode tanya jawab, siswa diberikan penjelasan/ pengembangan materi untuk mengetahui pemahaman siswa yang lain. (8) memberikan tugas soal latihan secara mandiri, termasuk memberikan soal yang mengacu pada kemampuan siswa dan memprediksi pengembangan materi. (9) mengarahkan siswa membuat rangkuman. (10) memberikan PR kepada siswa. (11) menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

Pada peretemuan keempat semua aspek-aspek sudah terlaksana dengan optimal.

(23)

b. Hasil belajar siswa

Berdasarkan hasil tes siswa terhadap hasil belajar sebelum penerapan model reciprocal teaching diperoleh rata-rata pretest 54,32 yang berarti kemampuan siswa masih berada pada kategori sangat rendah, ini terlihat dari lima soal pretest yang diberikan oleh guru, rata-rata terdapat dua soal yang terjawab dengan benar, adapun soal yang terjawab dengan benar yaitu soal no. 1 dan no. 3, pada soal no. 1 hanya mengarahkan siswa untuk melengkapi uraian dari pernyataan tentang materi himpunan, sedangkan untuk soal no.3 hampir sama dengan soal no.1 yaitu melengkapi uraian. Dari soal tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan awal siswa tentang materi himpunan sebenarnya sudah ada, sisa bagaimana siswa tersebut mampu memahami materi himpunan. Sedangkan untuk rata-rata posttest 83,2 yang berarti kemampuan siswa setelah penerapan model reciprocal teaching sudah berada pada kategori tinggi, dengan demikian kemampuan siswa sepenuhnya sudah mencapai nilai KKM yaitu 70 dengan demikian ada peningkatan perolehan nilai mean siswa dari pretest ke posttest (dari kategori sangat rendah ke tinggi).

Berdasarkan uraian di atas, penerapan model reciprocal teaching dikatakan efektif karena ketuntasan belajar lebih dari >80%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang dengan penerapan model reciprocal teaching secara deskriptif memenuhi kriteria keefektifan.

(24)

Hasil pengamatan dari observer terhadap aktivitas siswa di dalam kelompok pada penerapan model reciprocal teaching menunjukkan bahwa dari ke 10 aspek yang diamati, dimana 8 aspek yang diharapkan mengalami peningkatan sedangkan 2 aspek diharapkan mengalami penurunan. Pada pertemuan pertama berada pada aspek berkategori “baik” (persentase rata-rata untuk pertemuan pertama 72). Dengan demikian, untuk pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching berada dalam kategori “baik”, sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa pada penerapan pembelajaran model reciprocal teaching pada pertemuan pertama sudah optimal, artinya hampir semua aspek sudah tercapai seperti aktivitas siswa yang diharapkan.

Pada pertemuan pertama aspek-aspek yang belum optimal tersebut meliputi: Mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti (persentase rata-rata 40), Menjawab pertanyaan /permasalahan yang diajukan guru (persentase rata-rata 44) ini terlihat dari kurangnya siswa menjawab/menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Mengacungkan tangan untuk tampil menjelaskan materi didepan kelas (persentase rata-rata 60), Menanggapi penjelasan materi yang disampaikan oleh temannya (persentase rata-rata 68).

Sedangkan pada pertemuan kedua aspek-aspek yang belum optimal tersebut meliputi: Mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti (persentase rata-rata 40), disini terlihat siswa masih sangat bingung tentang materi yang diajarkan. Menjawab pertanyaan /permasalahan yang

(25)

diajukan guru (persentase rata-rata 44) ini terlihat dari kurangnya siswa menjawab/menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Mengacungkan tangan untuk tampil menjelaskan materi didepan kelas (persentase rata-rata 60) ini terlihat kebanyakan siswa belum percaya diri untuk tampil di depan teman-temannya dengan alasan malu. Menanggapi penjelasan materi yang disampaikan oleh temannya (persentase rata-rata 68) disini terlihat jelas bahwa siswa masih belum percaya diri atau takut salah.

Pada pertemuan ketiga aspek-aspek yang belum optimal tersebut meliputi: Mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti (persentase rata-rata 68). Dan pada pertemuan keempat semua aspek aktivitas siswa sudah berada pada kategori sangat baik seperti yang diharapkan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada kelas VII A dengan menggunakan model reciprocal teaching secara deskriptif memenuhi kriteria keefektifan.

Sedangkan 2 aspek aktivitas siswa yang diharapkan mengalami penurunan selama menggunakan penerapan model reciprocal teaching berada pada kategori “kurang” (persentase rata-rata untuk empat pertemuan 18). Dengan demikian, untuk pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa yang diharapkan menurun dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching berada dalam kategori “kurang”( persentase rata-rata 26) aspek yang dimaksud yaitu (1) siswa meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan soal,artinya siswa diharapkan mengerjakan atau menyelesaikan soal secara individu, siswa melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran berlangsung (rebut,

(26)

bermain,DLL) artinya siswa dihrapkan aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk pertemuan kedua rata-rata aktivitas siswa yang diharapkan menurun dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching sama dan berada dalam kategori “kurang”(persentase rata-rata 20), aspek yang dimaksud yaitu (1) siswa meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan soal, artinya siswa diharapkan mengerjakan atau menyelesaikan soal secara individu, siswa melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran berlangsung (rebut, bermain,DLL) artinya siswa dihrapkan aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kemudian pada pertemuan ketiga rata-rata aktivitas siswa yang diharapkan menurun dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching sama dan berada dalam kategori “kurang”(persentase rata-rata 14), aspek yang dimaksud yaitu (1) siswa meminta bimbingan pada guru dalam menyelesaikan soal,artinya siswa diharapkan mengerjakan atau menyelesaikan soal secara individu, siswa melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran berlangsung (rebut, bermain,DLL) artinya siswa dihrapkan aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dan pada pertemuan terahir atau pertemuan keempat rata-rata aktivitas siswa yang diharapkan menurun dengan menggunakan penerapan model reciprocal teaching sama dan berada dalam kategori “kurang”(persentase rata-rata 12), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model reciprocal teaching sudah optimal, artinya aktivitas siswa yang dihapkan menurun pada saat menngunakan model reciprocal teaching mulai pertemuan pertama sampai pertemuan keempat selalu mengalami penurunan seperti yang diharapkan.

(27)

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada kelas VII A dengan menggunakan model reciprocal teaching secara deskriptif memenuhi kriteria keefektifan.

d. Respons siswa

Hasil pengumpulan angket respons siswa terhadap penerapan model reciprocal teaching menunjukkan bahwa dari ke 10 aspek, secara umum rata-rata persentase respons siswa adalah 89,6%. Sehingga dapat dikatakan bahwa respons siswa pada penerapan pembelajaran model reciprocal teaching sudah optimal, artinya dari beberapa aspek sudah tercapai seperti yang diharapkan.

Dengan demikian respons siswa dapat dikatakan efektif karena telah memenuhi kriteria respons siswa yakni memberikan respons positif. Dengan demikian secara deskriptif kriteria keefektifan terpenuhi.

2. Hasil analisis inferensial

Sesuai dengan hipotesis penelitian, diperoleh dari hasil analisis bahwa penerapan model reciprocal teaching efektif sehingga hipotesis penelitian yang diukur dari keefektifan hasil belajar siswa, dan respons siswa teruji kebenarannya.

Setelah melakukan pengujian pada nilai posttest dan gain ternormalisasi dengan menggunakan uji one sample test, diperoleh bahwa H1 diterima dan H0 ditolak dengan demikian pada penerapan model reciprocal teaching posttets siswa dan gain ternormalisasi siswa itu efektif. Persentase ketuntasan klasikal siswa di uji dengan uji proporsi. Dari hasil uji proporsi yang dilakukan ternyata H0 diterima dan H1diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara inferensial hasil belajar matematika siswa pada kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang yang

(28)

diajar melalui penerapan penerapan model reciprocal teaching di SMP Negeri 4 Enrekang lebih dari 79,9%. Pada uji proporsi yang dilakukan di atas maka diperoleh H1 terima. Sedangkan untuk respons siswa di uji dengan uji one sample test. Dari hasil uji one sample test yang dilakukan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak artinya respons siswa dari penerapan pembelajaran pendekatan Saintifik efektif.

Berdasarkan hasil analisis inferensial yang telah diuraikan sebelumnya, tampak bahwa penerapan model reciprocal teaching telah memenuhi kriteria keefektifan, baik dari hasil belajar siswa, maupun respons siswa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model reciprocal teaching efektif untuk diterapkan di kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang materi himpunan.

C. Pencapaian Kriteria Keefektifan

Tabel 4.10 Pencapaian Kriteria Keefektifan

No

Penerapan model Pembelajaran

Indikator Kriteria Pencapaian Keputusan 1 Reciprocal Teachng a. Hasil belajar 1) KKM ̅ 83,2 Terpenuhi 2) Gain 3) Ketuntasan Klasikal 4) Parameter Posttest 5) Parameter Gain 6) Parameter ̅ 0,63 100% Signifikan Signifikan Signifikan Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Ketuntasan Klasikal b. Aktivitas Siswa c. Respons Siswa ̅ ̅ 82,5 89,6 Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi

(29)

D. Rangkuman hasil analisis deskriptif indikator-indikator keefektifan Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Indikator Keefektifan

No Penerapan model Indikator Keefektifan pr et es t pos tt se t gai n K etu n ta sn K la sika l Aktivi tas R espons 1 Reciprocal teaching 54,32 83,2 0,63 100 % 82, 5 89,6 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keefektifan penerapan model reciprocal teaching dilihat dari indikator: (1) hasil belajar, (a) pretest, penerapan model reciprocal teaching sangat rendah kemudian, (b) posttest penerapan model reciprocal teaching berada pada kategori tinggi, (c) gain ternormalisasi penerapan model reciprocal teaching berada pada kategori sedang, (d) presentase ketuntasan klasikal penerapan model reciprocal teaching sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan memenuhi kriteria keefektifan. (2) aktivitas siswa penerapan model reciprocal teaching berada pada kategori baik, (3) respons siswa penerapan model reciprocal teaching respons positif.

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Analisis Inferensial Dengan Uji Proporsi

Hasil Uji Kesamaan Dua Proporsi Pada Indikator Keefektifan

No Uji Proporsi Z hitung

Z

table Hipotesis penelitian

1 Penerapan model

reciprocal teaching 2,5 1,64

(30)

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa hasil uji proporsi atau uji z terlihat bahwa untuk penerapan model reciprocal teaching H0 : ≤ 79,9 % melawan H1 : >79,9%

Keterangan:

= Proporsi ketuntasan belajar secara klasikal

Pengujian ketuntasan klasikal siswa dilakukan dengan menggunakan uji proporsi. Untuk uji proporsi dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh

Zhitung = 2,5> Ztabel =1,64 berarti H1 diterima, artinya proporsi siswa yang

mencapai kriteria ketuntasan > 79,9% dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes secara lengkap. Sehingga dapat disimpulkan secara inferensial indikator-indikator Keefektifan: (1) Hasil belajar (pretest, posttest, gain dan ketuntasan klasikal), (2) respons, setelah diterapkan Penerapan model reciprocal teaching pada pembelajaran matematika kelas VII A SMP Negeri 4 Enrekang.

(31)

Gambar

Gambar 4.1 Histogram Data Hasil Belajar Siswa Kelas VII A SMP Negeri 4  Enrekang
Gambar  4.2  Histogram  Data  Peningkatan  Hasil  Belajar  Siswa  Kelas  VII  A  SMP Negeri 4 Enrekang

Referensi

Dokumen terkait

Orang yang memiliki sikap ini akan memandang semua budaya yang berasal dari luar atau berbeda dengan budayanya sendiri sebagai musuh atau ancaman yang harus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi penggolongan makhluk hidup dapat

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa pada penambahan NaOH dari volume 0 mL sampai volume 20 mL kedua garis kurva menunjukkan nilai yang cenderung berimpitan, yang berarti nilai

menemukan dunia sesunguhnya yang tadi di kurung di kelas ketika melihat halaman sekolahan khususnya lari 40 m denganbermain sisiwa akan tidak sadar dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis limbah media tanam jamur tiram berpengaruh tidak nyata terhadap komponen pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman,

Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian secara parsial yang didapat oleh Jayanti dkk, 2014 menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap Zakat, Apabila perusahaan dengan

merupakan ekspresi dari hasil interpretasi yang berasal dari pengamatan masyarakat terhadap alam lingkungannya seperti tumbu-tumbuhan, hewan, serta benda keperluan

Sumber data primer yaitu sumber data pokok yang dijadikan bahan penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, maka yang menjadi sumber data utama adalah