• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JANGGEL JAGUNG TERAMONIASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN DOMBA. (The Effect of Amoniated Corn Cob in a Ration on the Performance of Sheep)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH JANGGEL JAGUNG TERAMONIASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN DOMBA. (The Effect of Amoniated Corn Cob in a Ration on the Performance of Sheep)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JANGGEL JAGUNG TERAMONIASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN DOMBA

(The Effect of Amoniated Corn Cob in a Ration on the Performance of Sheep) P. Astuti

Akademi Peternakan Karanganyar, Surakarta

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh janggel jagung teramoniasi terhadap performan domba ekor gemuk. Penelitian menggunakan 12 ekor domba ekor gemuk jantan umur 5-6 bulan dengan berat rata-rata 7,33 ± 0,37 kg. Domba dibagi secara acak kedalam 4 kelompok perlakuan, masing-masing mendapatkan ransum : T0 = 90 % rumput + 10 % janggel jagung + 0% jagung teramoniasi; T1 = 90 % rumput + 7,5 % janggel jagung + 2,5% janggel jagung teramoniasi; T2 = 90 % rumput + 5 % janggel jagung + 5% janggel jagung teramoniasi teramoniasi dan T3 = 90 % rumput + 2,5 % janggel jagung + 7,5% janggel jagung teramoniasi. Seluruh domba diberi pakan tambahan berupa konsentrat sebesar 1 % dari bobot badan. Perlakuan dirancang sesuai rancangan acak lengkap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan berbeda tidak nyata (P> 0,05) diantara perlakuan. Meskipun kandungan protein kasar janggel jagung teramoniasi meningkat tetapi belum mampu mempengaruhi performan domba ekor gemuk.

Kata kunci : janggel jagung, amoniasi, performan, domba ABSTRACT

The objective of this experiment was to evaluate the effect of amoniated corn cob feeding on the performance of sheep. Twelve male 'fatted-tail' sheep (5 - 6 months old and 7.37 ± 0.37 kg of average body weight) were divided randomly into 4 groups and were fed respectively on : T0 = 90 % grass + 10 % corn cob + 0% amoniated corn cob; T1 = 90 % grass + 7,5 % corn cob + 2,5% amoniated corn cob; T2 = 90 % grass + 5 % corn cob + 5%amoniated corn cob and T3 = 90 % grass + 2,5 % corn cob + 7,5% amoniated corn cob. Each group also received concentrate feed equal to 1% of their body weight. Experimental treatment was arranged to completly randomized design.

The results showed that dry matter consumption, daily weight gain and feed conversion did not different among treatments. The increase in crude protein content of amoniated cob corn did not enhance the performance of sheep.

(2)

PENDAHULUAN

Sejalan dengan perluasan lahan pertanian, dihasilkan limbah pertanian yang melimpah dan ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Salah satu jenis limbah pertanian yang potensial sebagai pakan ternak adalah limbah tanaman jagung. Sampai sejauh ini umumnya limbah tanaman jagung belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani peternak terutama janggel jagung. Produksi limbah tanaman jagung sangat bervariasi. Diperkirakan setiap satu ton bahan kering biji jagung akan menghasilkan janggel jagung sekitar 2,5 kwintal. Menurut Biro Pusat Statistik tahun 1984 luas areal tanaman jagung di Indonesia adalah 3.025 ribu hektar, dan produksi sebanyak 5.359 ribu ton. Dari data tersebut dapat diketah ui bah wa keter sediaan limbah h asil pemanenan jagung setiap tahun akan diperoleh hasil janggel jagung sebesar kurang lebih 1.340 ribu ton (Wariyanto, 1987). Di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah, pada tahun 1996 luas tanaman jagung adalah 7.309 hektar dengan luas panen 7.555 hektar dan produksi jagung 19.901 ton. Dari jumlah tersebut diperoleh janggel jagung sebesar 4.975 ton. Dengan demikian ketersediaan potensi janggel jagung yang demikian besar itu akan mempunyai peranan yang cukup penting bila pemanfaatannya dilakukan secara optimal sebagai bahan pakan.

Salah satu kendala utama pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak adalah tingginya kadar lignoselulosa yang menyebabkan tingkat kecernaannya rendah dan kadar protein kasar yan g r en dah pula. Jan ggel jagun g h an ya mengandung 2,8 % protein kasar dan 47 % total digestible nutrient (TDN). Disamping dibatasi oleh r en dah n ya kan dun gan n utr isi juga faktor kesediaannya yang sangat berfluktuasi. Pada musim penghujan atau musim panen produksi hijauan dan limbah pertanian cukup berlimpah, tetapi sebaliknya pada musim kemarau seringkali ternak mengalami penurunan bobot badan yang cukup drastis karena kekurangan pakan. Kendala lain dalam pemanfaatan limbah pertanian untuk ternak adalah penggunaan sebagai pupuk atau sebagai bahan bakar, lokasi yang tersebar, teknologi penggunaan limbah untuk ternak yang pada umumnya mempunyai kadar protein dan

kecernaan yang rendah juga fluktuasi panen yang terjadi pada tanaman pangan.

Janggel jagung untuk makanan ternak belum banyak dimanfaatkan di Indonesia. Janggel jagung biasanya hanya digunakan sebagai bahan bakar oleh petani peternak. Untuk meningkatkan palatabilitas dan kualitas gizi, perlakuan yang sering dilakukan dan mudah serta murah pelaksanaannya adalah perlakuan kimia dengan menggunakan urea yang sering disebut dengan amoniasi urea (Parakkasi dan Zakaria, 1984). Utomo (1986) menyatakan bahwa perlakuan 4 kg urea pada jenis jerami akan menghasilkan sekitar 2,28 kg ammonia yang dapat digunakan untuk mengamoniasi 100 kg bahan kering jerami. Di lain pihak Soejono et al. (1987) menyatakan bahwa akibat perlakuan urea selain kandungan nitrogen meningkat juga kecernaannya meningkat secara in vitro sebesar 2 – 8 %. Hasil perlakuan amoniasi terhadap bahan limbah yang berserat menurut Kijlstra (1985) dipengaruhi oleh tingkat pemberian ammonia, suhu, lama perlakuan dan kadar air serta tipe dan kualitas bahan yang diamoniasi.

Di daerah pedesaan sistem produksi ternak domba dipengaruhi oleh faktor biofisik dan sosial ekonomi. Salah satu faktor biofisik yang cukup dominan dalam mempengaruhi sistem produksi tersebut adalah konsumsi pakan. Untuk wilayah pedesaan, pakan yang tersedia dinilai belum memenuhi standar yang dibutuhkan sehingga diperlukan adanya perbaikan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Knipscher et al. (1983) yang dikutip oleh Prasetyo et al. (1995) menyarankan bahwa dalam upaya memperbaiki teknologi pakan di pedesaan perlu mempertimbangkan kemampuan petani dan kondisi wilayah. Selanjutnya dikatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan teknologi tersebut agar dapat memberikan keuntungan yang memadai. Dewasa ini penelitian tentang amoniasi telah banyak dilakukan, namun penelitian ini kebanyakan dilakukan pada jerami padi, jerami jagung maupun pucuk tebu. Bertitik tolak dari hal tersebut dipandang perlu diadakan penelitian tentang janggel jagung yang diamoniasi dengan urea dengan aras yang berbeda dengan harapan dapat meningkatkan kualitas gizinya dan performan domba.

(3)

Tujuan dar i pen elitian in i adalah mengetahui pengaruh amoniasi janggel jagung dengan aras urea tertentu terhadap nilai gizinya dan mengetahui pengaruh amoniasi janggel jagung terhadap performan domba

MATERI DAN METODE Materi

Penelitian dilaksanakan di Unit Praktek Ternak Akademi Peternakan Karanganyar. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba ekor gemuk jantan berumur antara 5 – 6 bulan sebanyak 12 ekor dengan bobot badan awal rata-rata 7,33 ± 0,37 kg. Domba ditempatkan di kandang panggung individu dengan ukuran 1 x 0,75 m2.

Pakan yang diberikan berupa konsentrat jadi produksi PUSPETA Klaten, janggel jagung, rumput raja (Pennisetum phurporoides) dan rumput lapangan. Susunan dan kandungan gizi ransum yang digunakan untuk penelitian ini terdapat pada Tabel 1.

Metode

Dua belas ekor domba ekor gemuk jantan dibagi secara acak menjadi empat macam perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulan gan . Per lakuan yan g diber ikan ber upa penggantian rumput dengan janggel jagung sebanyak 10 % yaitu

Ran can gan yan g digun akan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap pola searah (Astuti, 1981). Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis variansi. Variabel yang diamati adalah konsumsi bahan kering (BK), pertambahan berat badan harian (PBBH) dan konversi pakan .

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering

Rata-rata konsumsi bahan kering (BK) yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 326,19 g/ekor/ hari atau 3,6 persen dari bobot badan. Masing-masing 317,14 g pada perlakuan yang menggunakan janggel jagung tanpa amoniasi (T0), 345,08 g pada perlakuan yang menggunakan janggel jagung teramoniasi 2,5 persen (T1), 333,34 g pada perlakuan yang menggunakan janggel jagung teramoniasi 5 persen (T2) dan 309,19 g pada perlakuan yang

Tabel 1. Susunan dan Kandungan Gizi Ransum Penelitian

Kandungan gizi

Bahan pakan Komposisi Bahan kering Protein kasar TDN

Rumput raja Rumput lapangan Konsentrat

Janggel jagung segar

Janggel jagung amoniasi 2,5 % Janggel jagung amoniasi 5 % Janggel jagung amoniasi 7,5 %

90 % 90 % 1 % dari BB 10 % 10 % 10 % 10 % 22,4 % 23,5 % 100 % 88 % 74,65 % 66,61 % 68,62 % 13,5 % 11,4 % 12,8 % 2,80 % 4,73 % 5,41 % 7,90 % 57,0 % 56,63 % 67,5 % 47,0 % 64,59 % 58,97 % 67,63 %

Perlakuan T1 : penggantian pakan rumput dengan janggel jagung yang diamoniasi urea 2,5 %

Perlakuan T2 : penggantian pakan rumput dengan janggel jagung yang

diamoniasi urea 5 % Perlakuan T3 : penggantian pakan

rumput dengan janggel jagung yang

diamoniasi urea 7,5 %

Perlakuan T0 : penggantian pakan rumput dengan janggel jagung tanpa amoniasi (kontrol)

(4)

menggunakan janggel jagung teramoniasi 7,5 persen (T3). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penggunaan janggel jagung teramoniasi 2,5, 5 dan 7,5 persen tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kerin g domba ekor gemuk. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh faktor keragaman ternak, kondisi saluran pencernaan, sifat fisik dan kimia pakan, palatabilitas serta faktor lingkungan (Soebar inoto et al., 1991; Parakkasi, 1995). Palatabilitas dan kualitas pakan pada ke empat perlakuan relatif sama (Tabel 1 ), sehingga tidak berpengaruh pada tingkat konsumsi yang dicapai pada masing-masing perlakuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Davies (1982) bahwa besarnya konsumsi pakan menunjukkan palatabilitas pakan tersebut.

Menurut Kearl (1982) bahwa domba dengan bobot badan 10 kg membutuhkan konsumsi BK sebesar 330 g/hari untuk kebutuhan hidup pokoknya, dan meningkat menjadi 390 g/hari untuk pertambahan bobot badan 50 g/hari. Di lain pihak menurut Ranjahn (1981), domba yang digemukkan membutuhkan bahan kering 4,5 – 5 persen dari bobot badannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan konsumsi dalam penelitian ini masih rendah (3,6persen dari bobot badan).

Secara kuantitatif konsumsi bahan kering ter tin ggi pada pen elitian in i dicapai pada penggunaan janggel jagung teramoniasi 2,5 persen (T1), kemudian diikuti dengan T2, T0 dan yang paling rendah pada T3. Hal ini bisa dimengerti bahwa dengan adanya proses fermentasi pada amoniasi janggel jagung akan meningkatkan daya cerna dari janggel jagung tersebut karena telah terurainya ikatan lignoselulosa. Mc Donald et al. (1995) menyatakan bahwa pakan hasil fermentasi lebih mudah dicerna oleh enzim mikroorganisme karena adanya penguraian ikatan serat kasar. Pakan yang mudah dicerna relatif lebih singkat tinggal di dalam

rumen sehingga rumen lebih cepat kosong dan dapat diisi dengan pakan yang baru. Hal inilah yang menyebabkan konsumsi pakan pada penggunaan janggel jagung amoniasi 2,5 dan 5 persen ( T1 dan T2) lebih tinggi dari pada kontrol (T0). Di lain pihak konsumsi bahan kering pada penggunaan janggel jagung amoniasi 7,5 persen (T3) lebih rendah dari pada kontrol diduga karena tingginya kadar amoniak dalam janggel jagun g akan men gur an gi palatabilitasnya.

Pertambahan Bobot Badan

Rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang dicapai dalam penelitian ini adalah 43,89 g. Masing-masing 38,5 g pada perlakuan yang menggunakan janggel jagung tanpa amoniasi (T0); 51,48 g pada perlakuan yang menggunakan janggel jagung teramoniasi 2,5 persen (T1); 45,56 g pada perlakuan yang menggunakan janggel jagung teramoniasi 5 persen (T2) dan 40,0 g pada perlakuan yang menggunakan janggel jagung teramoniasi 7,5 persen (T3). Data selengkapnya terdapat pada Tabel 2.

Berdasarkan analisa statistik PBBH yang dicapai pada keempat perlakuan terbukti tidak dipengaruhi (P>0,05) oleh perbedaan tingkat amon iasi jan ggel jagun g yan g digun akan . Penggunaan janggel jagung tanpa amoniasi (kontrol) maupun dengan amoniasi 2,5; 5 dan 7,5 persen menghasilkan PBBH yang tidak berbeda nyata. Hal ini bisa dimengerti karena tingkat konsumsi pakan pada keempat perlakuan juga tidak berbeda nyata. Sejalan dengan pendapat Arora (1989) dan Parakkasi (1995) bahwa tingkat konsumsi pakan dapat dijadikan indikator tingkat produksi yang mampu dicapai oleh seekor ternak. Pada kemampuan konsumsi yang sama dapat dipastikan akan memiliki tingkat produksi yang relatif sama pula.

Tabel 2. Rerata Konsumsi Bahan Kering, Pertambahan Bobot Badan, dan Konversi Pakan selama Penelitian P e r l a k u a n

Parameter T0 T1 T2 T3

Konsumsi bahan Kering (g/ekor/hari) 317,14 345,08 333,34 309,19

Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) 38,50 51,48 45,56 40,00

(5)

Jika dihubungkan dengan kebutuhan pakan domba yang dinyatakan Kearl (1982) bahwa untuk kenaikan PBBH sebesar 25 gr/ekor/hari diperlukan konsumsi BK sebesar 360 g, maka pada penelitian ini PBBH sebesar 43,89 g dapat dicapai dengan konsumsi BK yang lebih rendah yaitu 326,19 g.

Seperti halnya pada konsumsi BK, secara kuantitatif ada kecenderungan bahwa penggunaan janggel jagung yang diamoniasi 2,5 persen (T1) memberikan PBBH yang paling tinggi yaitu 51,48 g. Disusul kemudian pada penggunaan janggel jagung yang diamoniasi 5 persen (T2) sebesar 45,56 g dan 40,0 g pada penggunaan janggel jagung yang diamoniasi 7,5 persen (T3). Di lain pihak pada penggunaan janggel jagung tanpa amoniasi urea (kontrol : T0), meskipun mencapai konsumsi BK yang lebih tinggi dibandingkan dengan T3 tetapi PBBH yang dicapai justru lebih rendah yaitu 38,5 g. Hal ini diduga karena dengan amoniasi akan meningkatkan daya cerna janggel jagung yang diberikan, sehingga nutrien yang dapat diserap oleh tubuh menjadi lebih banyak dibandingkan dengan janggel jagung tanpa amoniasi.

Konversi Pakan

Angka konversi pakan adalah jumlah bahan kering yang dihabiskan untuk memproduksi 1 kg pertambahan bobot badan. Rata-rata angka konversi pakan pada penelitian ini adalah 7,6. Angka konversi pada masing-masing perlakuan adalah 8,62 pada TO, 6,72 pada T1, 7,40 pada T2 dan 7,75 pada T3. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa angka konversi pakan pada keempat perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini membuktikan bahwa pemberian janggel jagung tanpa amoniasi maupun dengan amoniasi 2,5; 5 dan 7,5 persen tidak berpengaruh terhadap konversi pakan domba ekor gemuk. Rata-rata kenaikan bobot badan sebesar satu gram membutuhkan bahan kering sebanyak 7,6 gram. An gka ter sebut cukup r en dah dibandingkan dengan tabel kebutuhan pakan menurut Kearl (1982) yaitu antara 7,8 sampai 14,4; sedangkan menurut Tomaszewska et al. (1993) konversi pakan pada domba dengan berat badan 10 kg berkisar antara 6,8 sampai 10,2. Namun demikian masih lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

penelitian Pulungan dan Djajanegara (1988) yang menggunakan pakan basal rumput lapangan dengan ditambah ampas tahu yaitu berkisar 5,29.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dapat diambil kesimpulan : 1. Amoniasi urea janggel jagung sebesar 2,5;

5 dan7,5 % dapat meningkatkan kualitas gizi terutama protein kasarnya.

2. Penggantian rumput dengan janggel jagung teramoniasi urea sebesar 2,5; 5 dan 7,5% belum mampu mempen garuhi konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan, konversi pakan domba ekor gemuk.

3. Penggantian rumput den gan janggel jagung teramoniasi urea sebesar 2,5; 5 dan 7,5 % pada domba ekor gemuk memiliki konversi pakan yang cukup rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P., 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta.

Astuti, M. 1980. Rancangan Percobaan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Chuzaemi, S. dan M. Soejono, 1987. Pengaruh Urea Amoniasi Terhadap Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Sapi Peranakan Ongole. Dalam : M. Soejono, (eds) Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya: Proceedings Biocoversion Project Second Workshop on Crop Residues for Feed and Other Purposes. Grati, 16-17 November 1987. Hal. 68-73.

Davis, C.N. 1983. Experiences ini Bangladesh with Improving the nutritive Value of Straw. In : G.R. Pearce (ed.) The Utilization of Agr icultur al Residues. Austr alian

(6)

Government Publishing Service, Canberra : 123-128.

Dirjen Peter nakan dan Fakultas Petern akan Universitas Gadjah Mada. 1982. Laporan Survei Inventarisasi Limbah Pertanian. Direktorat Bina Produksi, Dirjen Peternakan, Departemen Pertanian dan Fak. Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kearl, L.C., 1982. Nutrient Requirement of Ruminants

in Developing Countries. International Feedstuff In stitute Utah Agicultur al Experiment Station, Utah State University, Logan, Utah.

Kijlstra, 1985. The Utilization of Straw as Cattle Feed. Bulletin no. 60 An Assestment. Its practical and Economic Feasibility. Agricultural University (LH), Department of Tropical An imal Husban dry Wagen ingen -The Netherlands.

McDonald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalgh and C.A. Morgan, 1995. Animal Nutrition, 5th ed. Longman Singapore Publ (Pte) Ltd. Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak

Ruminan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Parakkasi, A. dan Z. Zakaria. 1984. Urea pada Jerami Padi dan Jerami Jagung. Proc. Lokakarya Pertama. Evaluasi Biologi Nasional Kimia dan Fisika LIPI (Indonesia) dan ILON (Nederland).

Prasetyo, T., D. Sutedja dan M. Sabrani. 1995. Perbaikan Jenis Pakan pada Domba Betina yang Sedang Tumbuh di DAS Jratunseluna.

Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Klepu. Vol. 1 No. 3 Maret 1995.

Pulungan, H. dan A. Djajanegara, 1988. Pengaruh Pember ian Ampas Tah u Ter h adap Kenaikan Berat Badan Kambing dan Domba Yang mendapat Rumput Lapangan Sebagai Makan an Basal. Pr osidin g Semin ar Pengembangan Peternakan Pedesaan. Un iver sitas Jender al Soedir man , Purwokerto.

Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrition in Tropics. 2nd revised edition. Vikas Publ. House. Pvt, Ltd, New Delhi.

Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Tomaszewska, M.W. , 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Tomaszweska, M.W., I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.R. Wiradarya (Eds.). Universitas Negeri Sebelas Maret Press, Surakarta. Utomo, R., 1986. Pengaruh Suplementasi Urea, Daun

Lamtoro atau Amoniasi Urea pada Jerami Padi Terhadap Kenaikan Berat Badan Sapi Pernakan Ongole. Tesis S2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hal : 1-5.

Wariyanto, A. 1987. Memanfaatkan Limbah Tanaman Jagung untuk Meningkatkan Produksi Ternak. Bulletin Teknik dan Pengembangan Peternakan. No. 23/III/86/87.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kasus yang diangkat dalam tulisan ini adalah pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta yang

Proses kajian dalam studi perancangan resort di kawasan wana wisata Pantai Sendang Biru ini diawali dengan identifikasi masalah, selanjutnya digunakan untuk menentukan

menghadapi dunia kerja begitu pula sebaliknya. Lebih lanjut ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi dunia kerja

Koodoo Seishin” -Dai Nippon dengan Teino Heika (Hirohito) sebagai Kepala Negara. Bangsa Indonesia mendasarkan diri pada jati diri, kepribadian sendiri,

Adapun yang menjadi permasalahan yaitu bagaimana status dan kedudukan Laut China Selatan menurut hukum laut internasional, bagaimana tindakan reklamasi pulau-pulau yang

Dari hasil analisis GC-MS ketiga jenis minyak atsiri dari tiga jenis tumbuhan Rutaceae yang dilaporkan di atas, jelas terlihat bahwa ketiganya memiliki komponen kimiayangjauh

©2010 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 13/e, Auditing 13/e, Arens//Elder/Beasley Arens//Elder/Beasley 22 - 22 - 10 10.. Learning Objective 2 Learning

Rangkuman dari keseluruhan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap lima dataset yaitu dataset CM1, JM1, KC1, KC2 dan PC1 dengan jumlah fitur yang diambil sebanyak