• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. : indeks glikemik, beban glikemik, diabetes melitus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. : indeks glikemik, beban glikemik, diabetes melitus"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS

YANG MENJALANI RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN BULELENG

Jumlah penderita diabetes melitus (DM) secara epidemiologi meningkat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penelitian tentang pengembangan diet berdasarkan indeks glikemik (IG) telah beberapa kali dilakukan untuk membantu menentukan pangan yang paling baik berdasarkan pengaruhnya ke kadar gula darah bagi penderita diabetes. Adanya kontroversi keefektifan diet indeks glikemik membuat beberapa peneliti mengembangkan konsep yang lebih lengkap yaitu beban glikemik (BG).Tujuan penelitian yaitu menjelaskan hubungan indeks dan beban glikemik makanan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan.

Penelitian ini bersifat observasional yang dilaksanakan di RSUD Kabupaten Buleleng dengan 73 pasien DM sebagai responden. Data asupan karbohidrat, indeks glikemik dan beban glikemik diperoleh dengan formulir frekuensi makan semi kuantitatif (SQ FFQ) dan formulir pencatatan makanan. Data kadar gula darah puasa dan 2-JPP diperoleh dari hasil laboratorium dan kadar gula darah 1-JPP diperoleh dari pengukuran dengan alat glukometer. Data kepatuhan minum obat diperoleh dari kuesioner MMAS-8. Data aktivitas fisik dan riwayat keturunan diperoleh dengan wawancara. Data IMT diperoleh dengan pengukuran BB dan TB. Analisis data menggunakan uji beda rata-rata Mann Whitney U, korelasi Kendal Tau, dan regresi logistik biner.

Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa (p< 0,01). Kepatuhan minum obat/suntik insulin berhubungan signifikan dengan kadar gula darah puasa, 1-JPP, dan 2-JPP (p<0,01). Ada hubungan yang bermakna antara indeks glikemik dengan kadar gula darah puasa (p<0,01; r=0,501), 1-JPP (p<0,01; r=0,556), dan 2-JPP (p<0,01; r=0,580). Terdapat hubungan yang bermakna antara beban glikemik dengan kadar gula darah puasa (p<0,01; r=0,529) gula darah 1-JPP (p<0,001; r=0,608), dan gula darah 2-JPP (p<0,01; r=0,617). Tidak ada hubungan antara IMT dan riwayat keturunan dengan kadar gula darah puasa, 1-JPP, dan dengan 2-JPP (p>0,05). Hasil analisis multivariat, aktivitas fisik teratur (OR=74,09) dan kepatuhan minum obat (OR=11,9) berkontribusi terhadap terkontrolnya kadar gula darah puasa, beban glikemik makan pagi (OR=0,63), kepatuhan minum obat (OR=27,29), dan asupan karbohidrat makan pagi (OR=0,93) berkontribusi terhadap terkontrolnya kadar gula darah 1-JPP, dan beban glikemik makan pagi (OR=0,69), kepatuhan minum obat (OR=19,81) berkontribusi terhadap terkontrolnya kadar gula darah 2-JPP. Diharapkan pemberian edukasi kepada penderita DM lebih ditekankan pada pola makan dengan indeks glikemik dan beban glikemik yang rendah, aktivitas fisik teratur, dan kepatuhan dalam menggunakan obat yang dianjurkan.

(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF GLYCEMIC INDEX AND GLYCEMIC LOAD WITH THE PATIENT'S BLOOD SUGAR LEVELS OF DIABETES

MELLITUS UNDERGOING OUTPATIENT IN GENERAL HOSPITAL OF BULELENG REGENCY

The number of people with diabetes mellitus (DM) epidemiologically increased worldwide, including in Indonesia. Research on the development of diets based on glycemic index (IG) has been done several times to help determine the best food based on its influence to blood sugar levels for diabetics. The controversy regarding the effectiveness of diet glycemic index makes some researchers develop a more complete concept of glycemic load (BG) .The purpose of research is to explain the relationship index and food glycemic load with blood sugar levels in patients with diabetes mellitus who undergo outpatient.

This research was observational with cross sectional approach which was implemented in General Hospital of Buleleng Regency with 73 DM patients as respondents. Carbohydrate intake data, glycemic index and glycemic load were obtained with semi quantitative food frequency form (SQ FFQ) and food record form (Food Record). Fasting blood glucose and 2 hour postprandial data were obtained from laboratory results and 1 postprandial blood glucose was obtained by measurement with a glucometer. Drug compliance data were obtained from the MMAS-8 questionnaire. Physical activity data and hereditary history were obtained by interview. IMT data obtained by measurement of BB and TB. Data analysis used the average difference test of Mann Whitney U, Kendal Tau correlation, and binary logistic regression.

There is a relationship between physical activity with fasting blood sugar (p <0.01). Drug adherence / insulin injection was significantly associated with fasting blood glucose, 1-JPP, and 2-JPP (p <0.01). There was a significant association between glycemic index with fasting blood glucose level (p <0.01; r = 0.501), 1-JPP (p <0.01; r = 0,556), and 2-JPP (p <0.01; R = 0,580). There was a significant association between glycemic load and fasting blood glucose level (p <0.01; r = 0.529) 1-JPP blood sugar (p <0.001, r = 0.608), and 2-JPP blood sugar (p <0.01 ; R = 0.617). There was no association between BMI and hereditary history with fasting blood glucose, 1-JPP, and with 2-JPP (p> 0.05). The results of multivariate analysis, regular physical activity (OR = 74.09) and medication adherence (OR = 11.9) contributed to controlled fasting blood sugar, morning glycemic load (OR = 0.63), medication adherence (OR = 27,29), and breakfast carbohydrate intake (OR = 0.93) contributed to controlled 1-JPP blood

sugar, and breakfast glycemic load (OR = 0.69), medication adherence (OR = 19.81 ) contribute to the control of 2-JPP blood sugar levels.

Education to DM patients should be emphasized on a diet with a low glycemic index and low glycemic load, regular physical activity, and adherence following physician or healthcare advice.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Sampul Depan Tesis

Halaman Sampul Dalam Tesis ... i

Halaman Prasayarat Gelar Magister ... ii

Halaman Persetujuan Tesis ... iii

Halaman Penetapan Panitia Penguji Tesis ... iv

Surat Pernyataan Bebas Plagiat ... v

Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih ... vi

Abstrak ... viii

Abstract ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Gambar ... xv

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Singkatan ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.3.1 Tujuan Umum ... 7 1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

(4)

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Penyakit Diabetes Melitus ... 9

2.2 Pengendalian Diabetes Melitus ... 11

2.2.1 Terapi Gizi Medis ... 11

2.2.2 Terapi Obat-Obatan /Intervensi Obat-Obatan ... 12

2.2.1 Aktivitas Fisik/Latihan Jasmani ... 15

2.2.1 IMT/Obesitas ... 15

2.3 Pengendalian Kadar Gula Darah ... 16

2.4 Kaitan Asupan Karbohidrat, Indeks Glikemik dan Beban Glikemik dengan Kadar Gula Darah Penderita DM ... 21

2.4.1 Asupan Karbohidrat... 22

2.4.2 Indeks Glikemik ... 24

2.4.3 Beban Glikemik ... 27

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 31

3.1 Kerangka Berpikir ... 31

3.2 Kerangka Konsep ... 33

(5)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 35

4.1 Rancangan Penelitian ... 35

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.2.1 Lokasi Penelitian ... 35

4.2.2 Waktu Penelitian ... 35

4.3 Penentuan Sumber Data ... 35

4.3.1 Batasan Populasi ... 36

4.3.2 Sampel Penelitian ... 36

4.3.2.1 Kriteria Inklusi ... 36

4.3.2.2 Kriteria Eksklusi ... 36

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 37

4.3.4 Besar Sampel Penelitian ... 37

4.4 Variabel Penelitian ... 38

4.4.1 Identifikasi Variabel ... 38

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

4.5 Instrumen Penelitian ... 45

4.6 Prosedur Penelitian ... 45

4.6.1 Pencarian Subyek ... 45

4.6.2 Protokol Penelitian ... 45

4.6.3 Informed Consent. ... 46

(6)

4.6.4.1 Jenis Data Yang Dikumpulkan ... 46

4.6.4.2 Pengumpulan Data ... 47

4.6.5 Ethical Clearance dan Ijin Penelitian ... 48

4.7 Analisis Data ... 48 BAB V HASIL ... 50 5.1 Hasil Penelitian ... 50 5.1.1 Karakteristik Responden ... 50 5.1.2 Asupan Karbohidrat... 50 5.1.3 Indeks Glikemik ... 50 5.1.4 Beban Glikemik ... 51

5.1.5 Kadar Gula Darah ... 51

5.1.6 Analisis Bivariat Faktor yang Berhubungan dengan . Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes ... 53

5.1.7 Interaksi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 60

6.1 Kontribusi Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah ... Puasa, 1 Jam Postprandial, 2 Jam Postprandial…… ... 61

6.2 Kontribusi Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kadar Gula Darah Puasa, 1 Jam Postprandial, dan 2 Jam Postprandial ... 62

6.3 Kontribusi Riwayat Keturunan Terhadap Kadar Gula Darah Puasa, 1 Jam Postprandial, dan 2 Jam Postprandial ... 64

(7)

6.4 Kontribusi Indeks Massa Tubuh Terhadap Kadar Gula Darah Puasa, 1 Jam Postprandial, dan

2 Jam Postprandial ... 66

6.5 Kontribusi Asupan Karbohidrat Terhadap Kadar Gula Darah Puasa, 1 Jam Postprandial, dan 2 Jam Postprandial ... 68

6.6 Kontribusi Indeks Glikemik Terhadap Kadar Gula Darah Puasa, 1 Jam Postprandial, dan 2 Jam Postprandial ... 70

6.7 Kontribusi Beban Glikemik Terhadap Kadar Gula Darah Puasa, 1 Jam Postprandial, dan 2 Jam Postprandial ... 73

6.8 Penatalaksanaan dan Edukasi Diet pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD Kab. Buleleng……… 75

6.9 Keterbatasan Penelitian………. 76

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1 Simpulan ... 77

6.2 Saran ... 78

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Kerangka Berpikir Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah .... 32 3.2 Kerangka Konsep ... 33

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman 4.1 Definisi Operasional Variabel ... 39 5.1 Karakteristik Asupan Karbohidrat, Indeks Glikemik, Beban Glikemik

dan Kadar Gula Darah Responden ... 52 5.2 Distribusi Kadar Gula Darah Responden berdasarkan Riwayat Keturunan, Aktivitas Fisik, Kepatuhan Minum Obat, Asupan Karbohidrat, Indeks

Glikemik, dan Beban Glikemik ... 54 5.3 Perbandingan Kadar Gula Darah Puasa, Gula Darah 1 Jam Postprandial,

dan 2 Jam Postprandial Berdasarkan Aktivitas Fisik, Riwayat Keturunan, dan Kepatuhan Minum Obat/Suntik Insulin ... 54 5.4 Korelasi Indeks Massa Tubuh, Asupan Karbohidrat, Indeks Glikemik

Beban Glikemik dengan Kadar Gula Darah Puasa, 1 Jam Postprandial

dan 2 Jam Postprandial ... 55 5.5 Interaksi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah

Puasa, 1 Jam Postprandial dan 2 Jam Postprandial pada Penderita

(10)

x

DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BG : Beban Glikemik

DM : Diabetes Melitus

DMG : Diabetes Melitus Gestasional FAO : Food and Agriculture Organization GDP : Gula Darah Puasa

GI : Glycemix Index

Gr : Gram

GL : Glycemix Load

IDF : International Diabetes Federation

IG : Indeks Glikemik

IMT : Indeks Massa Tubuh KB : Keluarga Berencana

Perkeni : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PTM : Penyakit Tidak Menular

PP : Postprandial

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

TGT : Toleransi Glukosa Terganggu USD : United States Dollar

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Rencana Kegiatan Penelitian Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Formulir Observasi/Pengamatan Makan Sebelum Cek Gula darah 1-2 Jam PP

Lampiran 5 Formulir Wawancara SQ-FFQ

Lampiran 6 Formulir Analisis Indeks Glikemik, Beban Glikemik Berdasarkan Asupan Karbohidrat

Lampiran 7 Surat Ethical Clearance

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian dari RSUD Kabupaten Buleleng Lampiran 9 Output Hasil Analisis SPSS

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak mendapat perhatian di Indonesia, karena dianggap sebagai ancaman serius bagi pembangunan kesehatan, hal ini disebabkan karena adanya beberapa komplikasi yang ditimbulkan seperti kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diamputasi, penyakit kardiovaskuler dan stroke (Kemenkes RI 2013).

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) Atlas (2015), 8,8% (415 juta) orang dewasa menderita diabetes di dunia pada tahun 2015, dan akan diperkirakan meningkat menjadi 10,4% (642 juta) orang dewasa di tahun 2040. Di kawasan Regional Pasifik Barat, jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2015 sebesar 9,3% (153 juta) dan diperkirakan meningkat lagi menjadi 11,9% (215 juta) di tahun 2040. Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2014 jumlah penderita diabetes telah mencapai 9,1 juta orang, di tahun 2015 sebanyak 10 juta, dan diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta di tahun 2030 (IDF 2015). Prevalensi penderita DM di Indonesia menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) pada tahun 2013 sebesar 2,1% mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2007 (1,1%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI 2013).

(13)

Jumlah kematian yang disebabkan karena diabetes melitus di dunia pada tahun 2015 sebesar 1,2% (5 juta) dengan estimasi setiap enam detik ada satu penderita diabetes meninggal, sedangkan di kawasan Pasifik Barat pada tahun 2015 jumlah kematian sebesar 1,3% (1,9 juta), dimana 44,9% kematian terjadi pada usia dibawah 60 tahun dan menjadi jumlah kematian terbesar di kawasan-kawasan dalam IDF (IDF 2015). Pada tahun 2014, jumlah kematian yang disebabkan penyakit diabetes melitus di Indonesia sebesar 1,9% (176 ribu), 60% nya berumur dibawah 60 tahun, di tahun 2015 sebesar 1,84% (184 ribu) (IDF 2015). Secara ekonomi, menderita diabetes akan menambah pengeluaran baik rumah tangga maupun dari pemerintah untuk biaya pengobatan atau perawatan, dimana total belanja kesehatan di dunia tahun 2015 yang berhubungan dengan diabetes sebesar 673 miliar USD dan diperkirakan meningkat menjadi 802 miliar USD di tahun 2040. Di kawasan Pasifik Barat, biaya kesehatan yang berhubungan dengan diabetes sebesar 106 miliar USD di tahun 2015, diperkirakan meningkat menjadi 133 miliar USD di tahun 2040, dan di Indonesia biaya rata-rata kesehatan yang dikeluarkan satu orang penderita diabetes sebesar 171 USD (IDF 2015).

Hasil penelitian pada pasien Jaminan Kesehatan Nasional di RSUD Prof. Dr. MA Hanafiah SM Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat tahun 2014 menyatakan bahwa rata-rata kerugian ekonomi per pasien sebesar Rp 9.815.140, dengan rincian biaya paling besar adalah untuk biaya langsung rawat inap sebesar 46,5%, biaya langsung medis rawat jalan 5,9%, biaya non medis rawat inap 5,3%, dan biaya non medis rawat jalan sebesar 1,8%. Sedangkan untuk biaya tidak langsung seperti penurunan produktifitas pasien 37,7%, dan penurunan produktifitas keluarga sebesar 2, 28% (Wira 2014).

(14)

Gambaran perkembangan penyakit diabetes melitus memberikan informasi bahwa penyakit diabetes melitus sudah menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat yang perlu penanganan secara serius, karena jika tidak dicegah dan ditangani dengan baik, peningkatan prevalensi diperkirakan terjadi lebih tinggi di masa yang akan datang (Depkes RI 2008).

Salah satu upaya kontrol glukosa darah yang dilakukan dalam pengendalian DM adalah dengan melakukan pengaturan diet, pemberian edukasi, olah raga atau aktifitas fisik secara teratur dan intervensi obat/farmakologi. Pengaturan diet menjadi salah satu pilar dalam penatalaksanaan DM, dimana pengaturan diet pada penderita DM sama dengan orang sehat pada umumnya, yaitu konsumsi zat gizi dengan menu seimbang agar dapat mempertahankan dan atau mencapai berat badan yang ideal serta terkendalinya kadar gula darah dengan baik (Tjokroprawiro 2012).

Penelitian tentang pengembangan diet yang efektif untuk membantu kontrol gula darah telah beberapa kali dilakukan untuk membantu menentukan pangan yang paling baik berdasarkan pengaruhnya ke kadar gula darah bagi penderita diabetes, hingga pada tahun 1981 ditemukan konsep diet yang dikenal dengan indeks glikemik (IG) (Jenkins et al. 1981). Konsep diet IG yaitu diet berdasarkan pengelompokkan karbohidrat yang memberi gambaran tentang respon gula darah setelah mengkonsumsi pangan (postprandial) (Rimbawan & Siagian 2004). Kelompok IG tinggi terdiri dari karbohidrat yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat, kelompok IG rendah terdiri dari karbohidrat yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat, dan kelompok IG sedang yang terdiri dari karbohidrat yang kecepatan menaikkan gula darah berada diantara IG tinggi dan rendah (Wilkins 2007).

(15)

Dampak dari temuan konsep Jenkins tentang indeks glikemik adalah adanya perubahan pada pola makan dalam upaya mencegah dan penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes melitus (Rimbawan & Siagian 2004). Pengaturan diet pada penderita diabetes yang awalnya hanya menekankan pada pembatasan kuantitas karbohidrat, beralih ke jenis (kualitas) karbohidrat, dimana penemuan indeks glikemik memberi gambaran bahwa jenis karbohidrat yang berbeda akan menyebabkan peningkatan gula darah yang berbeda (Rimbawan & Siagian 2005).

Beberapa hasil penelitian tentang indeks glikemik menyatakan bahwa, diet yang memiliki indeks glikemik yang tinggi berkaitan dengan meningkatnya risiko diabetes, sebaliknya diet indeks glikemik yang rendah akan meningkatkan kontrol gula darah (Wolever et al. 1991; Willett et al. 2002; Kawate et al. 2006; Pereira et al. 2002; Fung et al. 2002). Walaupun pemberian diet dengan indeks glikemik dinyatakan baik, akan tetapi ada beberapa penelitian menemukan sebaliknya. Asupan karbohidrat, asupan gula, dan indeks glikemik makanan yang dikonsumsi tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kadar glukosa darah dan kejadian diabetes melitus (Rimbawan & Siagian 2004; Meyer et al. 2000; Janket et al. 2003; Taqwa dkk. 2014).

Dengan adanya kontroversi efektivitas diet indeks glikemik, beberapa penelitian telah mengembangkan konsep yang lebih lengkap untuk menyempurnakan konsep IG, yaitu beban glikemik (BG). Pada penatalaksanaan diet pasien dengan diabetes, konsep IG mungkin dapat diterapkan dengan memadukannya dengan konsep diet rendah kalori rendah karbohidrat, dan konsep beban glikemik mengatasi kekurangan konsep IG dengan mempertimbangkan tidak hanya jenis IG tetapi juga jumlah dari makanan yang tertelan

(16)

(Colombani 2004). Salah satu penelitian tentang beban glikemik menghasilkan bahwa asupan dan beban glikemik makanan serta aktifitas fisik yang rendah

berhubungan dengan keberhasilan dalam mengendalikan gula darah (Fitri & Wirawanni 2012). Beban glikemik lebih memberikan gambaran yang

lebih jelas tentang respon kadar glukosa dalam darah terhadap kualitas dan kuantitas karbohidrat tertentu yang terdapat dalam makanan, dimana peningkatan kadar gula darah dipengaruhi oleh kuantitas karbohidrat yang berasal dari makanan utama dan makanan selingan (Wilkins 2007).

Selain pengaturan makanan, intervensi obat juga diperlukan dalam penatalaksanaan diabetes melitus. Obat-obatan yang diberikan kepada penderita diabetes melitus bisa dalam bentuk obat diabetes oral dan insulin. Obat-obatan ini hanya digunakan pada saat penderita diabetes melitus sudah tidak mampu mengontrol gula darah dalam batas normal dengan mengkonsumsi karbohidrat yang rendah, kalori yang cukup dan disertai olah raga teratur (ADA 2016; Perkeni 2015). Hasil penelitian tentang kepatuhan minum obat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat hipoglikemik oral dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2, dimana pasien yang patuh memiliki kadar gula darah darah normal dan pasien yang tidak patuh memiliki kadar gula darah tinggi (Salistyaningsih dkk. 2011). Hasil penelitian lain menyatakan penderita diabetes melitus yang tidak minum/injeksi obat anti diabetes akan berisiko 2,2 kali mengalami hiperglikemia dibandingkan dengan yang minum/injeksi obat (Mihardja 2009).

(17)

Jumlah penderita diabetes melitus di Bali semakin bertambah, dari data Riskesdas Bali (2013) prevalensi DM di Kabupaten Buleleng meningkat dari 1,0% di tahun 2007, menjadi 1,9% di tahun 2013, yang menjadikan Kabupaten Buleleng menjadi kabupaten dengan prevalensi tertinggi no 2 di Bali (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013). Berdasarkan data dari Laporan Tahunan RSUD Kabupaten Buleleng, pada tahun 2014, diabetes melitus merupakan empat besar kasus baru yang menjalani rawat inap dengan jumlah 409 kasus dengan kasus kematian sebanyak empat belas orang, meningkat di tahun 2015 menjadi 564 kasus. Untuk pasien rawat jalan, pada tahun 2015 terdapat 2902 pasien diabetes melitus yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 242 pasien diabetes melitus, dan pada tahun 2016 jumlah kunjungan pasien diabetes melitus ke Poliklinik Penyakit Dalam sebanyak 3209 pasien (RSUD Kab. Buleleng 2016).

Penyebab utama peningkatan jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia yaitu perkembangan pola makan yang salah, dimana masih banyak masyarakat yang menyediakan makanan dengan menu yang kurang sehat seperti kandungan serat yang kurang, menu sarapan yang tinggi lemak dan kolesterol, banyaknya kandungan natrium (terdapat dalam garam dapur dan penyedap rasa makanan) dan peningkatan konsumsi makanan minuman yang kandungan gulanya tinggi (Tara & E Soetrisno 2002). Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pola makan Western pada penduduk pria berhubungan dengan risiko peningkatan terjadinya diabetes melitus tipe 2 (Van Dam et al. 2002). Penelitian lain di Tabanan, Bali menunjukkan bahwa mengkonsumsi

(18)

makanan tradisional Bali yang biasanya kandungan gula/karbohidrat dan lemaknya tergolong tinggi merupakan faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 (Sujaya 2009).

Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukan penelitian yang lebih fokus pada hubungan indeks glikemik dan beban glikemik makanan terhadap kadar gula darah pada pasien DM yang melakukan kontrol ke Poliklinik Penyakit Dalam di RSUD Kabupaten Buleleng dimana hubungan asupan karbohidrat dengan mempertimbangkan jenis pangan berdasarkan indeks glikemik dan beban glikemik dinyatakan berhubungan terhadap kadar gula darah. Hal ini akan menghasilkan gambaran diet indeks dan beban glikemik yang seperti apa yang akan memberikan pengaruh nyata terhadap pasien dengan diabetes melitus.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah indeks glikemik dan beban glikemik makanan berhubungan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan indeks dan beban glikemik makanan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan di RSUD Kabupaten Buleleng.

(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui beberapa aspek pada pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan seperti yang diuraikan di bawah ini.

a. Hubungan indeks glikemik makanan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan.

b. Hubungan beban glikemik makanan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan.

c. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan referensi untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penatalaksanaan diet bagi pasien diabetes melitus. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan bagi pembuat kebijakan dalam merumuskan program edukasi untuk mencegah bertambahnya penderita diabetes melitus khususnya tipe 2.

b. Sebagai bahan dalam perencanaan tata laksana diet bagi penderita diabetes melitus.

Referensi

Dokumen terkait

Kopi merupakan suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh di mana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2012 Dinas Bina Marga

[r]

[r]

Dalam hadis tersebut, Rasulullah saw menyebutkan salah satu pekerjaan yang sangat dicintai Allah adalah menciptakan rasa gembira dalam hati umat Islam dengan memberikan makanan

Eel fish (Anguilla marmorata Quoy Gaimard) is one of the strategic commodities to be developed because it has high nutritional value such as protein, fatty acid, vitamins

Pada penelitian ini didapatkan dari 40 responden ditemukan bahwa lebih banyak ibu hamil yang tidak memiliki riwayat DM pada keluarga yaitu sebanyak 27 orang

[r]