• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR merepresentasikan unit kompetensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR merepresentasikan unit kompetensi"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

KATA PENGANTAR

Pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang Jasa Konstruksi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sesuai bidang kerjanya, agar mereka mampu berkompetisi dalam memperebutkan pasar kerja. Berbagai upaya dapat ditempuh, baik melalui pendidikan formal, pelatihan secara berjenjang sampai pada tingkat pemagangan di lokasi proyek atau kombinasi antara pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga kerja mampu mewujudkan standar kinerja yang dipersyaratkan ditempat kerja.

Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi yang merupakan salah satu institusi pemerintah yang ditugasi untuk melakukan pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-standar kompetensi kerja yang diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan penyediaan kompetensi kerja tersebut dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka menyusun suatu standar kompetensi kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi tenaga kerja di bidang Jasa Konstruksi yang bertugas sesuai jabatan kerjanya sebagaimana dituntut dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi dan peraturan pelaksanaannya.

Sebagai alat untuk mengukur kompetensi tersebut, disusun dan dibakukan dalam bentuk SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang unit-unit kompetensinya dikembangkan berdasarkan pola RMCS (Regional Model Competency Standard). Dari standar kompetensi tersebut, pengembangan dilanjutkan menyusun Standar Latih Kompetensi, Materi Uji Kompetensi, serta Materi Pelatihan yang berbasis kompetensi. Modul / Materi Pelatihan : TRE – 05 / Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas (traffic control devices), merepresentasikan unit kompetensi : “Merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices) untuk memberikan petunjuk bagi pengguna jalan” dengan elemen-elemen kompetensi terdiri dari :

1. Merencanakan pemasangan marka jalan dan penempatan rambu lalu lintas 2. Merencanakan penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

(2)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

ii Uraian penjelasan bab per bab dan pencakupan materi latih ini merupakan representasi dari elemen-elemen kompetensi tersebut, sedangkan setiap elemen kompetensi dianalisis kriteria unjuk kerjanya sehingga materi latih ini secara keseluruhan merupakan penjelasan dan penjabaran dari setiap kriteria unjuk kerja untuk menjawab tuntutan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan pada indikator-indikator kinerja/ keberhasilan yang diinginkan dari setiap KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dari masing-masing elemen kompetensinya.

Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai upaya meningkatkan kompetensi seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas, sehingga masih diperlukan materi-materi lainnya untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan setiap jabatan kerja.

Disisi lain, modul ini sudah barang tentu masih terdapat kekurangan dan keterbatasan, sehingga diperlukan adanya perbaikan disana sini dan kepada semua pihak kiranya kami mohon sumbangan saran demi penyempurnaan kedepan.

Jakarta, Oktober 2007

KEPALA PUSAT PEMBINAAN

KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Ir. DJOKO SUBARKAH, Dipl.HE NIP. : 110016435

(3)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

PRAKATA

Modul ini berisi bahasan mengenai Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas (traffic control devices). Materi penyusunan modul ini adalah berdasarkan pada perencanaan pemasangan marka jalan dan penempatan rambu lalu lintas, perencanaan penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, dan perencanaan pengaturan arus lalu lintas dalam pelaksanaan pekerjaan jalan

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi, sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka penyempurnaan modul ini. Demikian modul ini dipersiapkan untuk membekali seorang AHLI TEKNIK LALU LINTAS (Traffic Engineer) dengan pengetahuan yang berkaitan ; mudah-mudahan modul ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Jakarta, Oktober 2007

(4)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i PRAKATA ... iii DAFTAR ISI ... iv

SPESIFIKASI PELATIHAN ... vii

A. Tujuan Pelatihan ... vii

B. Tujuan Pembelajaran ... vii

PANDUAN PEMBELAJARAN ... ix

A. Kualifikasi Pengajar/Instruktur ... ix

B. Penjelasan Singkat Modul ... ix

C. Proses Pembelajaran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1 1.1. Umum ... 1-1 1.2. Ringkasan Modul ... 1-2 1.3. Batasan / Rentang / Variabel ... 1-3 1.4. Panduan Penilaian ... 1-4 1.5. Sumber Daya Pembelajaran ... 1-8

BAB 2 PERENCANAAN PEMASANGAN MARKA JALAN DAN PENEMPATAN

RAMBU LALU LINTAS...2-1 2.1. Umum ... 2-1 2.1.1. Lingkup Dan Tujuan ... 2-1 2.1.2. Istilah dan Definisi ... 2-1 2.2. Identifikasi Marka Jalan dan Rambu Lalu Lintas ... 2-3 2.2.1. Identifikasi Marka Jalan ... 2-3 2.2.2 Identifikasi Jalan dan Rambu Lalu Lintas ... 2-4 2.3 Material Marka Jalan dan Rambu Lalu Lintas ... 2-4

2.3.1. Bahan Marka Jalan ... 2-4 2.3.2. Bahan Lalu Lintas Paku Jalan ... 2-5 2.4. Pemasangan Marka Jalan dan Penempatan

(5)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2.4.1. Pertimbangan dan Perencanaan dan

Penempatan Rambu Lalu Lintas ... 2-6 2.4.2. Pertimbangan dalam Perencanaan

Penempatan Rambu lalu Lintas ... 2-7 2.4.3. Pemasangan Marka Jalan ... 2-8 2.4.4. Penempatan Rambu Lalu Lintas ... 2-15 RANGKUMAN ... 2-19 LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI... 2-20

BAB 3 PERENCANAAN PENEMPATAN ALAT PEMBERI ISYARAT

LALU LINTAS ... 3-1 3.1 Umum ... 3-1 3.2 Identifikasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Llintas ... 3-1

3.2.1 Maksud dan Tujuan ... 3-1 3.2.2 Kriteria Penempatan ... 3-2 3.3 Penetapan Jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) ... 3-3 3.3.1 Lampu Tiga Warna ... 3-3 3.3.2 Lampu Dua Warna ... 3-3 3.3.3 Lampu Satu Warna ... 3-4 3.4. Perencanaan Penempatan Alat Pemberi

Isyarat Lalu Lintas ... 3-5 3.4.1. Fungsi APILL ... 3-5 34.2. Lalu Lintas Belok Kiri ... 3-5 3.4.3. Evaluasi ... 3-5 3.4.4. Penempatan Alat Pemberi Isyarat

Lalu Lintas (APILL) ... 3-5 RANGKUMAN ... 3-7 LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ... 3-8

BAB 4 PERENCANAAN PENGATURAN ARUS LALU LINTAS

DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN ... 4-1 4.1 . Umum ... 4-1 4.2 . Perencanaan Sistem Pergerakan Arus ... 4-1 Lalu Lintas dan Lokasi Penempatan Rambu Lalu Lintas ... 4-1 4.2.1. Ketentuan Umum ... 4-1 4.2.2. Ketentuan Teknis ... 4-2

(6)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

vi 4.3 Perencanaan Pengalihan Arus Lalu Lintas

Pada Jalan Darurat Selama Masa konstruksi ... 4-11 4.3.1. Strategi Pengendalian ... 4-11 4.3.2. Alat Pengendali Lalu Lintas (Traffic Control Device) ... 4-13 4.4.Perencanaan Pengalihan arus lalu lintas

Pada Rute Jalan Alternatif Selama Masa Konstruksi ... 4-15 4.4.1. Strategi Pengendalian ... 4-15 4.4.2. Alat Pengendali Lalu lintas (Traffic control Device) ... 4-15 RANGKUMAN ... 4-18 LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ... 4-19

KUNCI JAWABAN DAFTAR PUSTAKA

(7)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

SPESIFIKASI PELATIHAN

A. Tujuan Pelatihan

 Tujuan Umum Pelatihan

Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :

Melaksanakan pekerjaan perencanaan lalu lintas untuk keperluan perencanaan umum (planning & programming) dan perencanaan teknis jalan.

 Tujuan Khusus Pelatihan

Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan ketentuan Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) dan undang-undang terkait.

2. Melakukan survai lalu lintas dan prakiraan volume lalu lintas untuk keperluan perencanaan umum (planning & programming) dan perencanaan teknis jalan. 3. Menerapkan prinsip-prinsip dasar Manual Kapasitas Jalan Indonesia untuk

penetapan lebar jalur lalu lintas dan bahu jalan.

4. Menerapkan prinsip-prinsip dasar persimpangan sebidang atau tidak sebidang 5. Merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices)

untuk memberikan petunjuk bagi pengguna jalan.

6. Membuat laporan rekayasa lalu lintas (traffic engineering).

B. Tujuan Pembelajaran

Seri / Judul Modul : TRE – 05 / Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas (traffic control devices), merepresentasikan unit kompetensi : “Merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices) untuk memberikan petunjuk bagi pengguna jalan”.

 Tujuan Pembelajaran

Setelah modul ini dibahas diharapkan peserta :

Mampu merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices)

 Kriteria Penilaian

1. Kemampuan merencanakan pemasangan marka jalan dan penempatan rambu lalu lintas

(8)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

viii 2. Kemampuan merencanakan penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

3. Kemampuan merencanakan pengaturan arus lalu lintas dalam pelaksanaan pekerjaan jalan

(9)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. Kualifikasi Pengajar / Instruktur

 Instruktur harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of Trainer) atau sejenisnya.

 Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam.  Konsisten mengacu SKKNI dan SLK

 Pembelajaran modul-modulnya disertai dengan inovasi dan improvisasi yang relevan dengan metodologi yang tepat.

B. Penjelasan Singkat Modul

Modul-modul yang diajarkan di program pelatihan ini :

No. Kode Judul Modul

1. TRE – 01 Penerapan ketentuan Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) dan undang-undang terkait 2. TRE – 02 Survai dan prakiraan volume lalu lintas

3. TRE – 03

Penetapan lebar jalur lalu lintas dan bahu jalan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)

4. TRE – 04 Penerapan prinsip-prinsip dasar persimpangan sebidang atau tidak sebidang

5. TRE – 05 Perencanaan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices)

6. TRE – 06 Penyiapan laporan rekayasa lalu lintas (traffic engineering)

Sedangkan modul yang akan diuraikan adalah :

 Seri / Judul : TRE – 05 / Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas (traffic control devices)

 Deksripsi Modul : Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas (traffic control devices) merupakan salah satu modul yang direncanakan untuk membekali Ahli Teknik Lalu Lintas (Traffic Engineer) dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam rangka melaksanakan pekerjaan perencanaan lalu lintas untuk keperluan perencanaan umum (planning & programming) dan perencanaan teknis jalan.

(10)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

x C. Proses Pembelajaran

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah Pembukaan :

 Menjelaskan Tujuan Pembelajaran.  Merangsang motivasi peserta

dengan pertanyaan atau pengalaman melakukan koordinasi pengumpulan dan penggunaan data teknis.

Waktu : 5 menit.

 Mengikuti penjelasan  Mengajukan pertanyaan

apabila kurang jelas. OHT – 1

2. Penjelasan Bab 1 : Pendahuluan.  Modul ini merepresentasikan unit

kompetensi.  Umum  Ringkasan Modul  Batasan/Rentang Variabel  Panduan Penilaian  Panduan Pembelajaran Waktu : 30 menit.  Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

 Mencatat hal-hal penting.  Mengajukan pertanyaan

bila perlu.

OHT – 2

3. Penjelasan Bab 2 : Perencanaan Pemasangan Marka Jalan dan Penempatan Rambu Lalu Lintas  Umum

 Identifikasi Marka Jalan dan Rambu Lalu Lintas

 Material Marka Jalan dan Rambu Lalu Lintas

 Pemasangan Marka Jalan dan Penempatan Rambu Lalu Lintas Waktu : 75 menit.

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

 Mencatat hal-hal penting.  Mengajukan pertanyaan

bila perlu.

OHT – 3

4. Penjelasan Bab 3 : Perencanaan Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

 Umum

 Identifikasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

(11)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

 Penetapan Jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)  Perencanaan Penempatan Alat

Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Waktu : 75 menit.

 Mencatat hal-hal penting.  Mengajukan pertanyaan

bila perlu.

5. Penjelasan Bab 4 : Perencanaan Pengaturan Arus Lalu Lintas dalam Pelaksanaan Pekerjaan Jalan  Umum

 Perencanaan Sistem Pergerakan Arus Lalu Lintas dan Lokasi Penempatan Rambu Lalu Lintas  Perencanaan Pengalihan Arus Lalu

Lintas pada Jalan Darurat Selama Masa Konstruksi

 Perencanaan Pengalihan Arus Lalu Lintas pada Rute Jalan Alternatif Selama Masa Konstruksi

Waktu : 75 menit.

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

 Mencatat hal-hal penting.  Mengajukan pertanyaan

bila perlu.

OHT – 5

6. Rangkuman dan Penutup.  Rangkuman

 Tanya jawab.  Penutup. Waktu : 10 menit.

 Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

 Mencatat hal-hal penting.  Mengajukan pertanyaan

bila perlu.

(12)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

1-1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Modul TRE – 05 : Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas (Traffic Control Devices) merepresentasikan salah satu unit kompetensi dari program pelatihan Ahli Teknik Lalu Lintas (Traffic Engineer).

Sebagai salah satu unsur, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsur-unsur lainnya, sehingga terjamin keterpaduan dan saling mengisi tetapi tidak terjadi tumpang tindih (overlapping) terhadap unit-unit kompetensi lainnya yang direpresentasikan sebagai modul-modul yang relevan.

Adapun Unit Kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang dipersyaratkan sebagai Ahli Teknis Lalu Lintas adalah :

No. Kode Unit Unit Kompetensi

I. Kompetensi Umum

1. INA.5211.113.07.01.07 Menerapkan ketentuan Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK) dan undang-undang terkait

II. Kompetensi Inti

1. INA.5211.113.07.02.07 Melakukan survai lalu lintas dan prakiraan volume lalu lintas untuk keperluan perencanaan umum (planning & programming) dan perencanaan teknis jalan 2. INA.5211.113.07.03.07 Menerapkan prinsip-prinsip dasar Manual Kapasitas

Jalan Indonesia untuk penetapan lebar jalur lalu lintas dan bahu jalan

3. INA.5211.113.07.04.07 Menerapkan prinsip-prinsip dasar persimpangan sebidang atau tidak sebidang

4. INA.5211.113.07.05.07 Merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices) untuk memberikan petunjuk bagi pengguna jalan

5. INA.5211.113.07.06.07 Membuat laporan rekayasa lalu lintas (traffic engineering)

(13)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

1.2 Ringkasan Modul

Ringkasan modul ini disusun konsisten dengan tuntutan atau isi kompetensi ada judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dengan uraian sebagai berikut :

A. Unit Kompetensi

Modul Unit Kompetensi yang akan disusun adalah sebagai berikut :

KODE UNIT : INA.5211.113.07.05.07

JUDUL UNIT : Merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas

(traffic control devices) untuk memberikan petunjuk bagi pengguna jalan

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices) untuk memberikan petunjuk bagi pengguna jalan.

B. Elemen Kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja)

Elemen Kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) terdiri dari :

1. Elemen Kompetensi : Merencanakan Pemasangan Marka Jalan Dan Penempatan Rambu Lalu Lintas, direpresentasikan pada modul berjudul : Bab 2 Perencanaan Pemasangan Marka Jalan Dan Penempatan Rambu Lalu Lintas.

Uraian rinci KUK (Kriteria Unjuk Kerja) adalah sebagai berikut :

1.1 Marka jalan dan rambu lalu lintas diidentifikasi sesuai kebutuhan.

1.2 Material marka jalan dan rambu lalu lintas ditentukan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

1.3 Pemasangan marka jalan dan penempatan rambu lalu lintas direncanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Elemen Kompetensi : Merencanakan Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, direpresentasikan pada modul berjudul : Bab 3 Perencanaan Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

(14)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

1-3 2.1 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas diidentifikasi sesuai kebutuhan

2.2 Jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas ditentukan sesuai dengan persyaratan yang berlaku

2.3 Pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas direncanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3. Elemen Kompetensi : Merencanakan Pengaturan Arus Lalu Lintas Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Jalan, direpresentasikan pada modul berjudul : Bab 4 Perencanaan Pengaturan Arus Lalu Lintas Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Jalan.

Uraian rinci KUK (Kriteria Unjuk Kerja) adalah sebagai berikut :

3.1 Sistem pergerakan arus lalu lintas dan lokasi penempatan rambu lalu lintas direncanakan sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan jalan.

3.2 Pengalihan arus lalu lintas pada jalan darurat selama masa konstruksi direncanakan sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan jalan.

3.3 Pengalihan arus lalu lintas pada rute jalan alternatif selama masa konstruksi direncanakan sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan jalan.

Penulisan dan uraian rinci modul selalu konsisten mengacu kepada masing-masing Elemen Kompetensi, KUK (Kriteria Unjuk Kerja), dan analisis IUK (Indikator Kinerja / Keberhasilan).

IUK (Indikator Unjuk Kerja / Keberhasilan) adalah dasar dari tolok ukur penilaian, sehingga modul pelatihan berbasis kompetensi perlu menguraikan secara rinci pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang mendukung terwujudnya IUK, dan dapat dipergunakan untuk melatih tenaga kerja dengan hasil yang jelas, lugas dan terukur.

1.3 Batasan / Rentang Variabel

Batasan / rentang variabel adalah ruang lingkup atau situasi dimana KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit kompetensi dan memberikan informasi lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin digunakan dan mengacu kepada syarat-syarat yang ditetapkan termasuk peraturan dan produk atau jasa yang dihasilkan.

(15)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

1.3.1 Batasan / Rentang Variabel Unit Kompetensi

Batasan / rentang variabel untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut : 1. Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja berkelompok;

2. Tersedia spesifikasi material dan manual pemasangan marka jalan, rambu lalu lintas, dan alat pemberi isyarat lalu lintas;

3. Tersedia data pergerakan kendaraan dan rute jalan alternatif untuk merencanakan pengaturan lalu lintas dalam pelaksanaan pekerjaan jalan.

1.3.2 Batasan / Rentang Variabel Pelaksanaan Pelatihan

Batasan / rentang variabel untuk pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut :

1. Seleksi calon peserta dievaluasi dengan kompetensi prasyarat yang tertuang dalam SLK (Standar Latih Kompetensi) dan apabila terjadi kondisi peserta kurang memenuhi syarat, maka proses dan waktu pelaksanaan latihan disesuaikan dengan kondisi peserta, namun tetap mengacu kepada tercapainya tujuan pelatihan dan tujuan pembelajaran; 2. Persiapan pelaksanaan pelatihan termasuk prasarana dan sarana sudah

mantap;

3. Proses pembelajaran teori dan praktek dilaksanakan hingga tercapainya kompetensi minimal yang dipersyaratkan;

4. Penilaian dan evaluasi hasil pembelajaran didukung juga dengan batasan / rentang variabel yang dipersyaratkan dalam unit kompetensi.

1.4 Panduan Penilaian

Untuk membantu menginterpretasikan dan menilai unit kompetensi dengan mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan untuk memperagakan kompetensi sesuai tingkat kecakapan yang digambarkan dalam setiap kriteria unjuk kerja yang meliputi :

• Pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu.

• Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan.

• Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian.

(16)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

1-5 1.4.1 Acuan Penilaian berdasarkan SKKNI

Adapun acuan untuk melakukan penilaian yang tertuang dalam SKKNI adalah sebagai berikut :

A. Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Kerja

Pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja untuk mendemonstrasikan unit kompetensi ini terdiri dari :

1. Pemahaman terhadap ketentuan-ketentuan dan atau persyaratan-persyaratan yang berkaitan dengan:

- Kebutuhan marka jalan, rambu lalu lintas, dan alat pemberi isyarat lalu lintas,

- Material marka jalan, rambu lalu lintas, dan alat pemberi isyarat lalu lintas,

- Metode pemasangan marka jalan, rambu lalu lintas, dan alat pemberi isyarat lalu lintas,

- Sistem pergerakan kendaraan dalam pelaksanaan pekerjaan jalan;

2. Penerapan data dan informasi tersebut butir 1 untuk keperluan perencanaan pengaturan lalu lintas dalam pelaksanaan pekerjaan jalan;

3. Cermat, teliti, tekun, obyektif, dan konsisten dalam merencanakan pengaturan lalu lintas untuk pelaksanaan pekerjaan jalan.

B. Konteks Penilaian

Konteks Penilaian terdiri dari :

1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang menyangkut pengetahuan teori

2. Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja / perilaku.

3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK).

(17)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

C. Aspek Penilaian

Aspek penting penilaian terdiri dari :

1. Kemampuan memahami kebutuhan, spesifikasi material, metode pemasangan marka jalan, rambu lalu lintas, dan alat pemberi isyarat lalu lintas;

2. Kemampuan memahami sistem pergerakan kendaraan dalam pelaksanaan pekerjaan jalan;

3. Ketelitian dan kecermatan dalam merencanakan pemasangan marka jalan, rambu lalu lintas, dan alat pemberi isyarat lalu lintas.

1.4.2 Kualifikasi Penilai

Kualifikasi penilai terdiri dari :

1. Penilai harus kompeten paling tidak tentang unit-unit kompetensi sebagai assesor (penilai) antara lain :

• merencanakan penilaian, • melaksanakan penilaian, dan • mengkaji ulang / review penilaian serta dibuktikan dengan sertifikat assesor.

2. Penilai juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang akan didemonstrasikan dan bila ada syarat-syarat industri perusahaan lainnya muncul, penilai bisa disyaratkan untuk :

• Mengetahui praktek-praktek / kebiasaan industri / perusahaan yang ada sekarang dalam pekerjaan atau peranan yang kinerjanya sedang dinilai.

• Mempraktekkan kecakapan inter-personal seperlunya yang diperlukan dalam proses penilaian.

3. Apabila terjadi kondisi Penilai (assesor) kurang menguasai subtansi teknis, maka dapat mengambil langkah untuk menggunakan penilai yang memenuhi syarat dari berbagai konteks tempat kerja dan lembaga, industri, atau perusahaan. Opsi-opsi tersebut termasuk :

• Penilai di tempat kerja yang kompeten teknis substansial yang relevan dan dituntut memiliki pengetahuan tentang praktek-praktek / kebiasaan industri / perusahaan yang ada sekarang.

(18)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

1-7 • Suatu panel penilai yang didalamnya termasuk paling sedikit satu

orang yang kompeten dalam kompetensi subtansial yang relevan. • Pengawas tempat kerja dengan kompetensi dan pengalaman

subtansial yang relevan yang disarankan oleh penilai eksternal yang kompeten menurut standar penilai.

• Opsi-opsi ini memang memerlukan sumber daya dan khususnya penyediaan dana yang lebih besar (mahal).

Ikhtisar (gambaran umum) tentang proses untuk mengembangkan sumber daya penilaian berdasar pada Standar Kompetensi Kerja (SKK) perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan mekanisme pada proses tersebut.

Sumber daya penilaian harus divalidasi untuk menjamin bahwa penilai dapat mengumpulkan informasi yang cukup, valid dan terpercaya untuk membuat keputusan penilaian berdasar standar kompetensi.

KOMPETENSI ASESOR

1.4.3 Penilaian Mandiri

Penilaian mandiri merupakan suatu upaya untuk mengukur kapasitas kemampuan peserta pelatihan terhadap penguasaan substansi materi pelatihan yang sudah dibahas dalam proses pembelajaran teori maupun praktek.

Penguasaan substansi materi diukur dengan IUK (Indikator Unjuk Kerja / Keberhasilan) dari masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja), dimana IUK merupakan hasil analisis dari setiap KUK yang dipergunakan untuk menyusun kurikulum silabus pelatihan.

Bentuk penilaian mandiri antara lain :

Memiliki Kompetensi bidang Subtansi Memiliki Kompetensi Assessment

Kompeten

(19)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

A. Pertanyaan dan Kunci Jawaban

Pertanyaan adalah ukuran kemampuan apa saja yang telah dikuasai untuk mewujudkan KUK (Kriteria Unjuk Kerja), dan dilengkapi dengan Kunci Jawaban sebagai IUK (Indikator Unjuk Kerja / Keberhasilan) dari masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja).

B. Tingkat Keberhasilan Peserta Pelatihan

Dari penilaian mandiri akan terungkap tingkat keberhasilan peserta pelatihan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Apabila tingkat keberhasilan peserta rendah, perlu evaluasi terhadap :

1. Peserta pelatihan, terutama tentang pemenuhan kompetensi prasyarat dan ketekunan serta kemampuan mengikuti proses pembelajaran.

2. Materi / modul pelatihan, apakah sudah mengikuti dan konsisten mengacu kepada Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi, KUK (Kriteria Unjuk Kerja), maupun IUK (Indikator Unjuk Kerja / Keberhasilan)

3. Instruktur / fasilitator, apakah konsisten dengan materi / modul yang sudah valid mengacu kepada Unit Kompetensi beserta unsur-unsurnya yang diwajibkan untuk dibahas dengan metodologi yang tepat.

4. Mungkin juga karena penyelenggaraan pelatihannya atau sebab lain.

1.5 Sumber Daya Pembelajaran

Sumber daya pembelajaran terdiri dari :

A. Sumber daya pembelajaran teori :

• OHT dan OHP (Over Head Projector) atau LCD dan Lap top. • Ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya.

• Materi pembelajaran.

B. Sumber daya pembelajaran praktek :

• PC, lap top atau kalkulator bagi yang tidak familiar dengan komputer.

• Alat tulis, kertas dan lain-lain yang diperlukan untuk membantu peserta pelatihan dalam menghitung dan merencanakan bangunan atas jembatan.

(20)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

1-9 C. Tenaga kepelatihan, instruktur, assesor, dan tenaga pendukung

(21)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

BAB 2

PERENCANAAN PEMASANGAN MARKA JALAN DAN PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS

2.1 Umum

2.1.1 Lingkup dan Tujuan

Marka jalan dan rambu lalu lintas merupakan salah satu alat pengendali lalu lintas yang diperlukan oleh pengguna jalan dan berfungsi sebagai penuntun, pengarah, pemberi peringatan atau larangan untuk kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan lalu lintas di jalan. Marka jalan dan rambu lalu lintas akan membantu para pengguna jalan sehingga merasa lebih aman, nyaman, mantap, dan memiliki kepastian dalam mengemudi.

Mengingat pentingnya marka jalan dan rambu lalu lintas, maka diperlukan suatu perencanaan marka jalan dan rambu lalu lintas untuk keperluan perencanaan teknis jalan. Perencanaan marka jalan dan rambu lalu lintas ini diterapkan dalam perencanaan ruas serta persimpangan jalan baik pada jalan dalam kota maupun jalan luar kota.

Sesuai ketentuan penyelenggaraan SK Menteri Perhubungan No. 60 tahun 1993, setiap usulan implementasi marka dan rambu baru harus dikonsultasikan dan mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat atau Dinas yang memiliki kewenangan pembinaan perhubungan di daerah.

Marka jalan dan rambu lalu lintas dikelompokkan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya.

2.1.2 Istilah dan Definisi

No. Istilah Definisi

1. Marka jalan Suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan berupa peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang

(22)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 2 berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas

2. Marka membujur Marka yang sejajar dengan sumbu jalan

3. Marka melintang Marka yang tegak lurus terhadap sumbu jalan

4. Marka serong Marka berbentuk garis utuh membentuk sudut < 90° terhadap lajur lalu lintas untuk menyatakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan

5. Marka lambing Marka yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh rambu atau tanda lalu lintas lainnya

6. Jalur Bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan

7. Lajur` Bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor

8. Bingkai jalan Batas bahu jalan yang pada umumnya terletak pada sisi kanan atau kiri badan jalan

9. Pulau lalu lintas Bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dapat berupa tanda permukaan jalan yang ditandai dengan marka atau bagian jalan yang ditinggikan

10. Garis utuh atau solid Garis tidak terputus, memiliki panjang garis dan selang antara (interval) yang konsisten

11. Rambu Salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna jalan

(23)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

12. Daun rambu Pelat aluminium atau bahan logam lainnya tempat ditempelkan/dilekatkannya rambu

13. Papan tambahan Papan yang dipasang di bawah daun rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu

14. Rambu larangan Rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengguna jalan

15. Rambu peringatan Rambu yang digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya di bagian jalan di depannya

16. Rambu perintah Rambu yang digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pengguna jalan

17. Rambu petunjuk Rambu yang digunakan untuk meyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pengguna jalan

2.2 Identifikasi Marka Jalan dan Rambu Lalu Lintas

2.2.1 Identifikasi Marka Jalan

Marka jalan yang efektif harus memenuhi hal-hal berikut :

1. Marka jalan yang melekat pada perkerasan jalan harus memiliki ketahanan permukaan yang memadai.

2. Penempatan marka jalan dan rambu lalu lintas harus diperhitungkan untuk dapat meningkatkan keselamatan lalu lintas. Pengaturan dengan marka jalan dan rambu lalu lintas harus diupayakan untuk mampu memberikan perlindungan pada pengguna jalan yang lebih lemah, seperti sepeda dan pejalan kaki.

(24)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 4 3. Marka jalan dan rambu lalu lintas yang dipasang harus memiliki

keseragaman dan konsistensi yang mudah untuk ditafsirkan oleh pemakai jalan.

4. Pada jalan tanpa penerangan, marka jalan dan rambu lalu lintas harus mampu memantulkan sinar lampu kendaraan sehingga terlihat jelas oleh pengemudi pada saat gelap.

5. Permukaan marka jalan tidak boleh licin dan tidak boleh menonjol lebih dari 6 milimeter di atas permukaan jalan.

2.2.2 Identifikasi Rambu Lalu Lintas

Rambu lalu lintas yang efektif harus memenuhi hal-hal berikut : 1. Memenuhi kebutuhan.

2. Menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan. 3. Memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

4. Menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan respon.

2.3 Material Marka Jalan dan Rambu Lalu Lintas

2.3.1 Bahan Marka Jalan

Bahan marka jalan harus memenuhi hal-hal berikut :

1. Kualitas bahan marka jalan harus mengacu pada SNI No. 06 4825 -1998 tentang spesifikasi cat marka jalan

2. Pembuatan marka jalan dapat menggunakan bahan-bahan sebagai berikut :

a. cat;

b. thermoplastik;

c. pemantul cahaya (reflectorization);

d. marka terpabrikasi (prefabricated marking);

e. resin yang diterapkan dalam keadaan dingin (cold applied resin based markings).

3. Seluruh jenis marka berwarna putih, kecuali untuk marka larangan parkir yang diharuskan mengikuti ketentuan sebagai berikut :

(25)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

a. Warna Kuning berupa garis utuh pada bingkai jalan yang menyatakan dilarang berhenti pada daerah tersebut.

b. Marka membujur berwarna kuning berupa garis putus-putus pada bingkai jalan yang menyatakan dilarang parkir pada daerah tersebut.

c. Marka berupa garis berbiku-biku berwarna kuning pada sisi jalur lalu lintas yang menyatakan dilarang parkir pada jalan tersebut.

2.3.2 Bahan Rambu Lalu LintasPaku jalan

Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 116/AJ.404/DRJD/97 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan, maka spesifikasi teknis rambu lalu lintas dapat ditinjau dari aspek daun rambu, tiang rambu dan pondasi. Sedangkan daun rambu terdiri dari lembaran daun rambu dan lembaran reflektif (reflective sheeting).

Efektifitas fungsi rambu ditentukan oleh kualitas dari lembaran reflektifnya yang mempunyai sifat retroreflektive dan daya lekat lapisan perekatnya (adhesive layer). Sifat retroreflektive artinya mampu memancarkan kembali cahaya yang diterima ke sumber cahaya dengan sudut tertentu.

Struktur bahan material retroreflektive adalah sebagaimana ditunjukan dalam gambar potongan melintang berikut (diperbesar dari ukuran sebenarnya yang berkisar antara 0,3 – 0,5 mm) :

(26)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 6 Adapun komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Surface film merupakan lapisan pelindung glassbeads, reflecting layer yang dibuat dari bahan transparant berwarna ataupu tidak bersifat tahan air dan fleksibel.

2. Glassbead merupakan bahan dengan butiran-butiran kaca transparan yang mempunyai index refraksi tinggi.

3. Binder merupakan bahan pengikat antara glassbead dengan lapisan relecting (reflecting layer) dengan kualitas bahan terbaik dan tahan air.

4. Pigment merupakan bahan yang dicampur pada surface film atau binder dan tidak mudah luntur.

5. Reflecting layer merupakan bahan dengan daya pantul tinggi untuk memberikan pantulan yang konstan.

6. Adhesive layer merupakan lapisan untuk dilekatkannya lembaran retroreflective ke bahan lain. Bahannya harus yang tahan karat dan anti air. Pemasangan lapisan perekat ini dapat dilakukan dengan tekanan (pressure) cara dingin atau dengan tekanan (pressure) panas.

7. Separate paper merupakan bahan untuk melindungi lapisan perekat dan lembaran retroreflective. Harus mudah dikelupas tanpa menggunakan air atau larutan lain.

2.4 Pemasangan Marka Jalan dan Penempatan Rambu Lalu Lintas

2.4.1 Pertimbangan Dalam Perencanaan Dan Pemasangan Marka Jalan A. Kondisi Perkerasan Jalan Dan Bahu Jalan

Marka jalan sebaiknya tidak dipasang pada jalan-jalan yang kondisi perkerasannya buruk atau direncanakan untuk direhabilitasi dalam jangka pendek.

(27)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

B. Kondisi Lingkungan Jalan

Pemilihan bahan dan penerapan marka jalan dan rambu lalu lintas perlu memperhitungkan kondisi lingkungan, seperti temperatur, curah hujan, dan kelembaban permukaan jalan sehingga marka jalan dapat bertahan sesuai dengan usia rencana.

C. Kondisi Dan Karakteristik Lalu Lintas

Perencanaan dan pelaksanaan marka jalan perlu memperhitungkan kecepatan, jenis dan kelompok kendaraan yang dominan pada ruas dimana marka jalan akan dipasang sehingga penempatan marka jalan dapat secara efektif memberikan arahan sesuai kondisi lalu lintas yang diinginkan perencana.

D. Aspek Keselamatan, Keamanan, Ketertiban, Dan Kelancaran Lalu Lintas

Pemasangan marka jalan harus mengikuti ketentuan keselamatan kerja yang berlaku, termasuk penggunaan rambu-rambu kerja. Selain itu, pemasangan marka jalan sebaiknya memperhitungkan keadaan lalu lintas sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.

2.4.2 Pertimbangan dalam Perencanaan dan Penempatan Rambu Lalu Lintas A. Keseragaman Bentuk Dan Ukuran Rambu

Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas memudahkan tugas pengemudi untuk mengenal, memahami dan memberikan respon. Konsistensi dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan menghasilkan konsistensi persepsi dan respon pengemudi.

B. Desain Rambu

Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat retrorefleksi yang memenuhi standar akan menarik perhatian pengguna jalan, mudah dipahami dan memberikan waktu yang cukup bagi pengemudi dalam memberikan respon.

(28)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 8 C. Lokasi Rambu

Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga pengemudi yang berjalan dengan kecepatan normal dapat memiliki waktu yang cukup dalam memberikan respon.

D. Operasi Rambu

Rambu yang benar pada lokasi yang tepat harus memenuhi kebutuhan lalu lintas dan diperlukan pelayanan yang konsisten dengan memasang rambu yang sesuai kebutuhan.

E. Pemeliharaan Rambu

Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap berfungsi baik.

2.4.3 Pemasangan Marka Jalan A. Marka Membujur

Marka ini hanya berlaku untuk jalan dengan lebar perkerasan lebih dari 4,50 meter, yang terdiri atas :

1. Marka garis tepi perkerasan jalan

Marka ini berupa garis utuh yang dipasang membujur pada bagian tepi perkerasan tanpa kereb. Marka tepi perkerasan jalan berfungsi sebagai batas jalur lalu lintas bagian tepi perkerasan.

Gambar 2.2 Marka membujur garis tepi perkerasan jalan

2. Marka garis marginal

Marka membujur garis utuh yang ditempatkan pada bagian tepi perkerasan yang dilengkapi dengan kereb. Marka jalan ini berfungsi sebagai batas bingkai jalan bagian tepi perkerasan.

(29)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

Gambar 2.3 Marka membujur garis marjinal

3. Marka garis pendekat

Marka membujur garis utuh yang ada sebelum adanya halangan atau pulau lalu lintas. Marka jalan ini berfungsi sebagai tanda bahwa arus lalu lintas atau kendaraan mendekati halangan atau pulau lalu lintas.

Gambar 2.4 Marka membujur garis pendekat

4. Marka garis pengarah

Marka membujur garis utuh yang dipasang sebelum persimpangan sebagai pengganti marka garis putus-putus pemisah arah lajur. Marka jalan ini berfungsi sebagai pengarah lalu lintas pada persimpangan sebidang.

(30)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 10 5. Marka garis larangan

Marka membujur garis utuh pada daerahj tertentu atau tikungan dengan jarak pandang terbatas. Marka jalan ini berfungsi sebagai tanda larangan bagi kendaraan untuk tidak melewati marka garis ini karena jarak pandang yang terbatas seperti di tikungan, lereng bukit, atau pada bagian jalan yang sempit.

Gambar 2.6 Marka membujur garis larangan menyiap

6. Marka membujur garis putus-putus a. Marka garis sumbu dan pemisah

Marka membujur garis putus-putus berfungsi sebagai marka garis sumbu atau tanda pemisah lajur.

- Kecepatan lalu lintas kurang dari 60 km/jam

Gambar 2.8 Marka membujur garis sumbu untuk kecepatan di bawah 60 km/jam

- Kecepatan lalu lintas lebih dari 60 km/jam

(31)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

3. Marka membujur garis ganda

a. Marka garis ganda putus-putus dengan garis utuh Marka ini mengindikasikan bahwa :

- Lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis ganda tersebut

- Lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda tersebut

Gambar 2.10 Marka membujur garis ganda putus-putus dan garis utuh

b. Marka garis ganda putus-putus

Marka ini berbentuk garis ganda putus-putus yang sejajar. Marka ini berfungsi sebagai pemisah jalur lalu lintas.

Gambar 2.11 Marka membujur garis ganda putus-putus

c. Marka garis ganda utuh

Marka ini bebentuk garis ganda utuh yang sejajar. Marka ini berfungsi sebagai pemisah jalur lalu lintas yang tidak boleh dilewati kendaraan atau sebagai pengganti median jalan.

(32)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 12 Gambar 2.12 Marka membujur garis ganda utuh

B. Marka melintang

1. Marka melintang garis utuh

Marka ini berupa garis utuh melintang pada perkerasan jalan di perimpangan atau daerah penyeberangan pejalan kaki. Marka ini berfungsi sebagai batas berhenti bagi kendaraan yang diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan.

Gambar 2.13 Marka melintag garis utuh

Gambar 2.13 Marka melintang garis stop dan marka lambang stop

2. Marka melintang garis putus-putus

Marka ini berupa garis ganda putus-putus pada pertemuan jalan mayor dengan minor yang tidak dilengkapi lampu lalu lintas (APILL). Marka ini berfungsi sebagai batas berhenti kendaraan sewaktu

(33)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

mendahulukan kendaraan lain apabila tidak dilengkapi dengan rambu larangan.

Gambar 2.14 Marka melintang garis stop putus-putus

C. Marka Serong

Marka serong terdiri dari :

1. Marka serong dengan bingkai atau CHEVRON, yaitu marka serong yang berfungsi sebagai pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalu lintas, dan kendaraan akan mendekati pulau lalu lintas. 2. Marka bingkai garis serong menyatakan larangan bagi kendaraan melintas di atas bagian jalan yang diberi tanda. Marka ini berfungsi sebagai pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalu lintas, dan adanya pulau lalu lintas di depan.

(34)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 14 Gambar 2.15 Marka serong

D. Marka Lambang

Marka lambang dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu lalu lintas atau untuk memberitahu pengguna jalan yang tidak dapat dinyatakan dengan rambu lalu lintas. Marka ini berfungsi sebagai pengarah jalur bagi lalu lintas.

Gambar 2.16 Marka lambang panah sebagai pengarah jalur lalu lintas

E. Marka Tulisan

Marka ini berupa huruf pada perkerasan jalan yang melintang tegak lurus arah lalu lintas. Marka ini berfungsi untuk mempertegas penggunaan

(35)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

ruang jalan , memperingatkan pengguna jalan atau menuntun pengguna jalan.

Gambar 2.17 Marka tulisan

2.4.4 Penempatan Rambu Lalu Lintas 1. Rambu Larangan

Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengguna jalan.

Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan bewarna hitam atau merah.

Gambar 2.18.Rambu larangan

(36)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 16 2. Rambu Peringatan

Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya di depan pengguna jalan.

Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam.

Gambar 2.20 Rambu peringatan

Rambu peringatan ditempatkan pada sisi jalan sebelum tempat atau bagian jalan yang berbahaya dengan jarak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Gambar 2.21 Penempatan rambu peringatan

3. Rambu Perintah

Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pengguna jalan

Warna dasar rambu perintah berwarna biru dan lambang atau tulisan berwarna putih.

(37)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

Gambar 2.22. Rambu perintah

Gambar 2.23 Penempatan rambu perintah

4. Rambu Petunjuk

Rambu petunjuk digunakan untuk meyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pengguna jalan

Warna dasar rambu petunjuk berwarna biru atau hijau atau coklat dengan tulisan berwarna putih

(38)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 18 Gambar 2.25 Penempatan rambu petunjuk

(39)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

RANGKUMAN

a. Identifikasi Marka Jalan dan Rambu Lalu Lintas yang ditulis dalam modul ini digunakan untuk menjelaskan Perencanaan Pemasangan Marka Jalan dan Penempatan Rambu Lalu Lintas

b. Material Marka Jalan dan Rambu Lalu Lintas yang ditulis dalam modul ini digunakan untuk menjelaskan Perencanaan Pemasangan Marka Jalan dan Penempatan Rambu Lalu Lintas

c. Pemasangan Marka Jalan dan Penempatan Rambu Lalu Lintas yang ditulis dalam modul ini digunakan untuk menjelaskan Perencanaan Pemasangan Marka Jalan dan Penempatan Rambu Lalu Lintas

(40)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

2 - 20 LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar / instruktur, maka pertanyaan di bawah perlu dijawab secara cermat, tepat, dan terukur.

Kode / Judul Unit Kompetensi :

INA.5211.113.07.05.07 : Merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices) untuk memberikan petunjuk bagi pengguna jalan

SOAL :

No.

Elemen Kompetensi, KUK (Kriteria Unjuk

Kerja)

Pertanyaan

Jawaban

Ya Tdk Apabila Ya, sebutkan butir-butir kemampuan saudara

2. Merencanakan pemasangan marka jalan dan penempatan rambu lalu lintas 2.1 Marka jalan dan

rambu lalu lintas diidentifikasi sesuai kebutuhan

2.1 Apakah Anda mampu

mengidentifikasi marka jalan dan rambu lalu lintas sesuai kebutuhan ?

a... b... c...

2.2 Material marka jalan dan rambu lalu lintas ditentukan sesuai dengan persyaratan yang berlaku 2.2 Apakah Anda mampu menetapkan material marka jalan dan rambu lalu lintas sesuai dengan persyaratan yang berlaku ? a... b... c... 2.3 Pemasangan marka jalan dan penempatan rambu lalu lintas direncanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2.3 Apakah Anda mampu merencanakan pemasangan marka jalan dan penempatan rambu lalu lintas sesuai dengan ketentuan yang berlaku ?

a... b... c...

(41)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali lalu Lintas

BAB 3

PERENCANAAN PENEMPATAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS

3.1 Umum

Tujuan dari penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) sebagai fasilitas perlengkapan jalan adalah untuk meningkatkan keselamatan jalan dan menyediakan pergerakan yang teratur terhadap pengguna jalan.

Fasilitas perlengkapan jalan memberi informasi kepada pengguna jalan tentang peraturan dan petunjuk yang diperlukan untuk mencapai arus lalu lintas yang selamat, seragam dan beroperasi dengan efisien.

3.2 Identifikasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

3.2.1 Maksud Dan Tujuan

A. Tujuan pemasangan APILL pada suatu persimpangan adalah untuk mengatur arus lalu lintas. Persimpangan dengan APILL merupakan peningkatan dari persimpangan biasa (tanpa APILL) dimana berlaku suatu aturan prioritas tertentu yaitu mendahulukan lalu lintas dari arah kiri.

B. Pengaturan lalu lintas di persimpangan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) dimaksudkan untuk keperluan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Data yang diberikan : Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)

Tugas : Menentukan tipe dan tata letak sistem pengaturan lalu lintas Contoh :

a. Penentuan tata letak Persimpangan dan penentuan fase Persimpangan dengan kebutuhan lalu lintas yang diberikan

b. Perbandingan dengan moda pengaturan dan tipe fasilitas lalu lintas yang lain seperti pengaturan tanpa APILL, bundaran, dll.

2. Desain

Data yang diberikan : Tata letak dan arus lalu lintas (harian atau perjam)

(42)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali lalu Lintas

3 - 2 Tugas : Menentukan rekomendasi desain

Contoh :

a. Pengaturan dengan APILL

b. Perbaikan dan Persimpangan dengan APILL yang ada, seperti fase APILL yang baru dan perubahan desain Mulut Persimpangan c. Desain Persimpangan dengan APILL

3. Operasi

Data yang diberikan : Disain Geometrik, fase APILL dan arus lalu lintas dalam jam

Tugas : Menghitung pengaturan waktu dan kapasitas Contoh :

Memperkirakan kapasitas yang tersedia dan kebutuhan perbaikan kapasitas dan/atau perubahan fase APILL sebagai akibat dari pertumbuhan lalu lintas tahunan.

3. Pengaturan waktu yang direkomendasikan adalah pengaturan waktu tetap (fixed time control) dengan kondisi lalu lintas sebagai masukan data.

4. Untuk mendapatkan kondisi yang aman dalam menghadapi flukluasi lalu lintas, disarankan prakiraan secara proposional sebanyak 10% dari waktu hijau dan kenaikan waktu siklus yang sesuai.

5. Metodologi yang digunakan untuk perencanaan, desain dan operasi adalah berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) dan pada dasarnya memberikan hasil waktu siklus, kapasitas, dan kinerja yang sama.

3.2.2 Kriteria Penempatan

Kriteria bagi persimpangan yang sudah harus menggunakan APILL adalah: 1. arus minimal lalu lintas yang menggunakan rata-rata diatas 750

kendaraan per jam selama 8 jam dalam sehari;

2. atau bila waktu menunggu atau tundaan rata-rata kendaraan di persimpangan telah melampaui 30 detik;

(43)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali lalu Lintas

3. atau persimpangan digunakan oleh rata-rata lebih dari 175 pejalan kaki per jam selama 8 jam dalam sehari;

4. atau sering terjadi kecelakaan pada persimpangan yang bersangkutan;

5. atau merupakan kombinasi dari sebab-sebab yang disebutkan di atas.

3.3 Penetapan Jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

Jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) terdiri dari :

3.3.1 Lampu Tiga Warna

Penjelasan lampu tiga warna adalah sebagai berikut : • Lampu tiga warna berfungsi untuk mengatur kendaraan. • Lampu tiga warna terdiri dari warna merah, kuning dan hijau. • Lampu tiga warna dipasang dalam posisi vertikal atau horizontal.

• Apabila dipasang secara vertikal, susunan lampu dari atas ke bawah dengan urutan merah, kuning, hijau.

• Apabila dipasang secara horizontal, susunan lampu dari kiri ke kanan menurut arah datangnya lalu lintas dengan urutan merah, kuning, hijau. • Lampu tiga warna dapat dilengkapi dengan lampu warna merah dan/atau

hijau yang memancarkan cahaya berupa tanda panah.

Gambar 3.1 Lampu tiga warna

3.3.2 Lampu Dua Warna

(44)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali lalu Lintas

3 - 4 • Lampu dua warna berfungsi untuk mengatur kendaraan dan / atau

pejalan kaki.

• Lampu dua warna terdiri dari warna merah dan hijau.

• Lampu dua warna dipasang dalam posisi vertikal atau horizontal.

• Apabila dipasang secara vertikal, susunan lampu dari atas ke bawah dengan urutan merah, hijau.

• Apabila dipasang secara horizontal, susunan lampu dari kiri ke kanan menurut arah datangnya lalu lintas dengan urutan merah, hijau.

Gambar 3.2 Lampu dua warna

3.3.3 Lampu Satu Warna

Penjelasan lampu satu warna adalah sebagai berikut :

• Lampu satu warna berfungsi untuk memberikan peringatan bahaya kepada pengguna jalan.

• Lampu satu warna, berwarna kuning atau merah.

• Lampu satu warna dipasang dalam posisi vertikal atau horisontal.

(45)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali lalu Lintas

3.4 Perencanaan Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

3.4.1 Fungsi APILL

Tugas dan fungsi APILL adalah sebagai berikut : 1. Mengatur pemakaian ruang persimpangan; 2. Meningkatkan keteraturan arus lalu lintas; 3. Meningkatkan kapasitas dari persimpangan; 4. Mengurangi kecelakaan dalam arah tegak lurus.

3.4.2 Lalu Lintas Belok Kiri

Lalu lintas belok kiri harus mengikuti petunjuk sebagai berikut :

1. persimpangan, baik yang diatur dengan APILL atau tidak, pada prinsipnya mengijinkan lalu lintas belok kiri secara langsung;

2. bila lalu lintas belok kiri menimbulkan gangguan pada lalu lintas menerus dari arah tegak lurus, dapat dipasang lampu filter atau rambu perintah Belok Kiri Ikuti Isyarat Lampu.

3.4.3. Evaluasi

Perhitungan waktu APILL harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. Metodologi dan perhitungan waktu siklus, kapasitas simpang, dan kinerja lalu lintas selalu mengikuti Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).

3.4.4 Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

1. Penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas dilakukan sedemikian rupa, sehingga mudah dilihat dengan jelas oleh pengemudi, pejalan kaki dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan.

2. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas yang ditempatkan pada persimpangan di sisi jalur lalu lintas, tinggi lampu bagian yang paling bawah sekurang-kurangnya 3,00 meter dari permukaan jalan.

(46)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali lalu Lintas

3 - 6 Gambar 3.4 Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

3. Alat pemberi isyarat lalu lintas pada persimpangan, ditempatkan pada sisi kiri jalur lalu lintas menghadap arah datangnya lalu lintas dan dapat diulangi pada sisi kanan atau di atas jalur lalu lintas

4. Alat pemberi isyarat lalu lintas pada persilangan sebidang dengan jalan kereta api, ditempatkan pada sisi kiri jalur lalu lintas menghadap arah datangnya lalu lintas dan dapat diulangi pada sisi kanan jalur lalu lintas.

5. Alat pemberi isyarat lalu lintas pada tempat penyeberangan pejalan kaki ditempatkan pada sisi kiri dan/atau kanan jalur lalu lintas menghadap ke arah pejalan kaki yang dilengkapi dengan tombol permintaan untuk menyeberang.

6. Apabila alat pemberi isyarat lalu lintas ditempatkan di atas permukaan jalan tinggi lampu bagian paling bawah sekurang-kurangnya 5,50 meter dari permukaan jalan.

(47)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali lalu Lintas

RANGKUMAN

a. Identifikasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) yang ditulis dalam modul ini digunakan untuk menjelaskan Perencanaan Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

b. Penetapan Jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) yang ditulis dalam modul ini digunakan untuk menjelaskan Perencanaan Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

c. Perencanaan Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) yang ditulis dalam modul ini digunakan untuk menjelaskan Perencanaan Penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

(48)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali lalu Lintas

3 - 8 LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar / instruktur, maka pertanyaan di bawah perlu dijawab secara cermat, tepat, dan terukur.

Kode / Judul Unit Kompetensi :

INA.5211.113.07.05.07 : Merencanakan penempatan alat pengendali lalu lintas (traffic control devices) untuk memberikan petunjuk bagi pengguna jalan

SOAL :

No. Elemen Kompetensi, KUK (Kriteria Unjuk Kerja)

Pertanyaan Jawaban

Ya Tdk Apabila Ya, sebutkan butir-butir kemampuan saudara

3. Merencanakan penempatan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

3.1 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas diidentifikasi sesuai kebutuhan 3.1 Apakah Anda mampu mengidentifikasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sesuai kebutuhan ?

a... b... c...

3.2 Jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas ditentukan sesuai dengan persyaratan yang berlaku 3.2 Apakah Anda mampu menetapkan jenis Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sesuai dengan persyaratan yang berlaku ? a... b... c... 3.3 Pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas direncanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3.3 Apakah Anda mampu merencanakan pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sesuai dengan ketentuan yang berlaku ?

a... b... c...

(49)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

BAB 4

PERENCANAAN PENGATURAN ARUS LALU LINTAS DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

4.1 Umum

Perencanaan perambuan sementara bagi pekerjaan jalan, jembatan dan fasilitas prasarana lainnya diperlukan untuk :

- Mengatur pergerakan arus lalu lintas yang sifatnya sementara karena adanya sesuatu pekerjaan atau kerusakan di jalan

- Meningkatkan keselamatan pengguna jalan mengingat pekerjaan jalan tersebut mengambil sebagian atau seluruh dari RUMIJA

4.2 Perencanaan Sistem Pergerakan Arus Lalu Lintas dan Lokasi Penempatan

Rambu Lalu Lintas

4.2.1 Ketentuan Umum A. Jenis Konstruksi

Jenis penanganan pekerjaan jalan yang perlu menggunakan perambuan sementara adalah :

- Pekerjaan galian dan timbunan - Pekerjaan permukaan jalan - Pemasangan instalasi

- Pekerjaan jembatan / gorong-gorong - Pekerjaan bangunan atas

- Pekerjaan survai lalu lintas - Bencana alam / kerusakan jalan

B. Penempatan Rambu

Dalam penempatan rambu perlu mempertimbangkan : - Kecepatan operasional kendaraan

- Kondisi geometrik jalan - Lingkungan sisi jalan

- Jarak pandang operasional pengemudi - Manuver kendaraan

(50)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

4 -2 - Efisiensi jumlah rambu (jumlah berlebihan akan cenderung

mengurangi daya guna dari rambu).

C. Pesan Rambu

Pesan rambu yang perlu diperhatikan adalah : - Mudah dilihat

- Adanya kebutuhan - Menarik perhatian

- Mempunyai arti yang jelas dan sederhana - Dipatuhi oleh setiap pemakai jalan

- Menyediakan cukup waktu untuk ditanggapi secara benar - Memenuhi keselamatan, kelancaran, efisien dan nyaman

D. Perubahan Arus Lalu Lintas

Perubahan sistem pergerakan arus lalu lintas selama pekerjaan jalan dan / atau jembatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- Sosialisasi tentang adanya perubahan arus kepada pengguna jalan - Apabila perubahan tersebut berdampak lebih luas pada arus lalu

lintas, maka analisis dampak lalu lintas perlu dilakukan.

4.2.2 Ketentuan Teknis A. Ketentuan Rambu

1. Rambu harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : - Mudah dipasang

- Mudah dipindahkan - Mudah diangkut - Tidak mudah rusak

- Memenuhi kestabilan konstruksi - Tidak membahayakan pengguna jalan

2. Faktor bentuk, bahan, warna, ukuran, lambang, penempatan, keterangan, tulisan dan arti dari rambu diatur dalam keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 Tahun 1993 tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan.

(51)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

3. Ketentuan ukuran rambu yang dipasang disesuaikan dengan kecepatan rata-rata operasional kendaraan, ketentuan ukuran rambu tersebut tercantum pada Tabel 1.

Tabel 4.1 Ukuran Rambu

No. Kecepatan

Rata-rata, km/jam Ukuran Rambu Ukuran Luar, centimeter 1. < 40 Kecil 60 2. 40 – 60 Sedang 75 3. > 60 Besar 90

Gambar 4.1 Ukuran Luar Rambu

B. Perencanaan Rambu Sementara

Rambu sementara diperuntukan bagi pengaturan lalu lintas selama ada pekerjaan jalan atau jembatan, dan secara umum bentuk denah pengaturan lalu lintas serta bagian-bagiannya adalah sebagai berikut :

(52)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

4 -4 1. Tinggi Posisi Rambu

Tinggi posisi rambu dari sisi bagian bawah rambu sampai permukaan perkerasan jalan adalah berdasarkan kecepatan operasional kendaraan, lihat Tabel 2.

Tabel 4.2 Tinggi Posisi Rambu

No. Kecepatan

Rata-rata, km/jam Ukuran Rambu Tinggi Minimum dari Perkerasan, centimeter 1. < 40 Kecil 25 2. 40 – 60 Sedang 35 3. > 60 Besar 40

2. Arah Posisi Rambu

Arah posisi rambu harus mengarah atau menghadap tegak lurus terhadap arah lalu lintas (sumbu jalan).

3. Penempatan Rambu

- Rambu sementara pada umumnya harus ditempatkan pada bahu jalan, sebelah kiri arah lalu lintas

- Rambu sementara ditempatkan pada trotoar atau bahu jalan dengan jarak minimal 0,60 meter dari tepi perkerasan jalan, dan jika ditempatkan pada median jalan, maka jarak minimal 0,30 meter dari tepi perkerasan jalan.

- Penempatan rambu dapat dilakukan pada tempat-tempat lainnya, bukan pada trotoar, bahu jalan atau median jalan, dengan pertimbangan :

• Keterbatasan bagian-bagian jalan

• Bahu jalan digunakan untuk jalur lalu lintas sementara.

4. Daerah Pendekat (C)

Panjang daerah pendekat dan jumlah rambu berdasarkan atas kecepatan operasional kendaraan, lihat Tabel 3.

(53)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

Tabel 4.3 Penetapan Jumlah Rambu pada Daerah Pendekat

No. Kecepatan Rata-rata, km/jam Daerah Pendekat (C), meter Ukuran Rambu Jumlah Rambu Minimum, buah 1. < 40 50 s/d 120 Kecil 2 atau 3 2. 40 – 60 120 s/d 300 Sedang 3 atau 4 3. > 60 300 s/d 500 Besar 4

Ketentuan lain yang mengatur pada daerah pendekat adalah :

- Jenis rambu yang digunakan disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan pengaturan lalu lintas yang akan terjadi di depan. - Jenis rambu yang biasa digunakan adalah :

• Rambu peringatan yang menunjukkan akan adanya pekerjaan jalan, dan penyempitan jumlah lajur

• Rambu perintah akan adanya lajur yang harus diikuti, pengurangan kecepatan dan batas kecepatan

(54)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

4 -6 5. Daerah Menjauh (B)

Panjang daerah menjauh ditentukan berdasarkan atas kecepatan operasional, lihat Tabel 4.4

Tabel 4.4 Penjang Daerah Menjauh (B)

No. Kecepatan

Rata-rata, km/jam Panjang Daerah Menjauh (B), meter 1. < 40 10 – 30 2. 40 – 60 30 – 45 3. > 60 45 – 90

Di ujung daerah menjauh dipasang rambu yang menunjukkan adanya pekerjaan jalan yang dibarengi dengan rambu kata-kata AKHIR PEKERJAAN.

6. Daerah Taper Awal (A)

Penetapan panjang daerah taper awal, jumlah cone dan lampu penerang adalah berdasarkan kecepatan operasional kendaraan, lihat Tabel 4.5.

(55)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

Tabel 4.5 Panjang Daerah Taper Awal (A) dan Perlengkapan Bantu No. Kecepatan Rata-rata km/jam Aspek pada Daerah Taper Awal (A) Panjang dan Jumlah Satuan 1. < 40 Taper Cones Lampu 138 17 6 Meter Buah Buah 2. 40 – 60 Taper Cones Lampu 182 21 8 Meter Buah Buah 3. > 60 Taper Cones Lampu 274 31 12 Meter Buah Buah 7. Daerah Taper Akhir (D)

Panjang daerah taper akhir minimal 5 meter dan maksimal 30 meter, ketentuan lain yang mengatur pada daerah taper akhir adalah :

- Garis taper dimulai dari ujung daerah pekerjaan ke jalur jalan normal lagi

- Garis taper diberi traffic cones dengan jarak antara cone 5 meter.

C. Denah Pengaturan Lalu Lintas

1. Denah penempatan rambu sementara, penyempitan satu lajur pada tipe jalan dua-lajur satu-arah :

(56)

Pelatihan Traffic Engineer Perencanaan Penempatan Alat Pengendali Lalu Lintas

4 -8 2. Denah penempatan rambu sementara, penyempitan satu lajur pada

Gambar

Gambar 2.1 Struktur material retroaktif
Gambar 2.10 Marka membujur garis ganda putus-putus dan garis  utuh
Gambar 2.16 Marka lambang panah sebagai pengarah jalur lalu lintas
Gambar 3.1 Lampu tiga warna
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat perkembangan yang terjadi pada media massa internet sebagai teknologi informasi, maka teknologi itu telah mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat

Alocasia sp. atau keladi hutan merupakan salah satu jenis tumbuhan liar yang hidup di hutan. Tumbuhan ini kerap ditemukan pada daerah yang cenderung lembab atau berair,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai variabel kompetensi dan komitmen kerja karyawan berada pada kategori sangat tinggi dan variabel kepemimpinan, budaya organisasi,

Pada penelitian yang dilakukan Rezky Ginanjar (2012) yang berjudul “ Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Pedidikan di Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

Risiko kanker testikuler adalah 35 kali lebih tinggi pada pria dengan segala tipe testis yang tidak turun ke dalam skrotum dibanding dengan populasi umum.. Tumor testis

Salah satu sarana informasi yang sangat penting dalam mendukung era informasi pariwisata saat ini adalah menggunakan teknologi komputer berbasis multimedia yang

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Setiap minggunya ada lebih dari 50 siswa yang melanggar tata tertib di sekolah SMK Diponegoro Banyuputih dan disetiap pelanggarannya mempunyai bobot pengurangan poin