• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STABILITAS LERENG DAN PENANGANAN LONGSORAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA PLAXIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STABILITAS LERENG DAN PENANGANAN LONGSORAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA PLAXIS"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STABILITAS LERENG DAN PENANGANAN LONGSORAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA PLAXIS V.8.2 (Studi Kasus : Ruas Jalan Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650)

(Skripsi)

Oleh

GIWA WIBAWA PERMANA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

(2)

ABSTRAK

ANALISIS STABILITAS LERENG DAN PENANGANAN LONGSORAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA PLAXIS V.8.2 (Studi Kasus : Ruas Jalan Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650)

Oleh

GIWA WIBAWA PERMANA

Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung telah mengakibatkan jurang di tepi ruas jalan Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650 mengalami kelongsoran dan mengikis sebagian bahu jalan. Dibutuhkan suatu analisis stabilitas lereng untuk mengetahui faktor keamanan lereng di lokasi penelitian yang dapat memodelkan sesuai dengan kondisi asli di lapangan agar terjadi kondisi pendekatan dalam hasil analisis dan memudahkan dalam memodelkan penanganannya, salah satunya dengan menggunakan rumus manual dan program Plaxis.

Dalam analisis ini digunakan data masukan parameter tanah, antara lain : kohesi, c; sudut geser dalam tanah, 𝜑; sudut kemiringan lereng, 𝛼; dan berat volume tanah, 𝛾. Untuk analisis dengan metode elemen hingga plaxis selain parameter tersebut juga dibutuhkan modulus elastisitas, E; koefisien permeabilitas, k; dan poisson ratio, 𝜐. Penentuan angka aman divariasikan dengan 3 kondisi muka air tanah pada lereng yaitu kondisi tanah tak jenuh, kondisi tanah jenuh sebagian (Hjenuh= 7 m dan Htak jenuh = 3 m) dan kondisi tanah

jenuh penuh.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa parameter tanah sangat berpengaruh terhadap stabilitas lereng. Kondisi lereng dengan kondisi jenuh sebagian memiliki stabilitas paling kecil dibandingkan dengan kondisi lainnya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada kondisi sebelum penanganan didapat nilai deformasi = 885x10-3 m; active pore

pressures = -168,89 m; tegangan efektif tanah = -535,76 kN/m²; faktor aman = 0,2847. Pada kondisi setelah penanganan didapat nilai nilai deformasi = 818x10-3 m; active pore

pressures = -132,36 m; tegangan efektif tanah = -209,77 kN/m²; faktor aman = 1,3548.

(3)

ABSTRACT

SLOPE STABILITY AND HANDLING OF LANDSLIDE ANALYSIS USING PLAXIS V.8.2 FINITE ELEMENT METHOD

(Case Study : Liwa - Simpang Gunung Kemala Roadway STA.263+650)

by

GIWA WIBAWA PERMANA

The downpour in most of Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung areas caused landslide on a cliff in Liwa – Simpang Gunung Kemala STA.263+650 roadside so that a part of the roadside covered by the landslide. For this case, it takes slope stability analysis to determine safety factors of the slope in research site that can figuring accordance with the real conditions on the field in order to enable the approaches condition on the result of analysis and to simplify the process of figuring the handling, one of them is through the using of manual formulas and Plaxis program.

This analysis uses soil parameters input data, those are: cohesion, c; soil friction angle, φ; slope angle, α; and soil volume weight, γ. In element to PLAXIS method analyzing, beside of the parameters, it also need modulus of elasticity, E; permeability coefficient, k; and poisson ratio, υ. The determination of safety data rate are varied by 3 ground water level conditions on the slope, those are saturated soil condition, partially saturated soil condition (Hsaturated = 7 m and Hdry= 3 m) and fully saturated soil condition.

The result of this research shows that soil parameters greatly affect the stability of slope. Partially saturated slope condition has the smallest stability compared to other conditions. Based on the analysis conducted before handling condition, it is acquired the deformed mesh = 885x103 m; active pore pressures = 168.89 m; effective stress = -535.76 kN / m²; safety factor = 0.2847. On the condition after handling, it is obtained values of deformed mesh = 818x10-3 m; active pore pressures = -132.36 m; effective stress = -209.77 kN / m²; safety factor = 1.3548.

(4)

ANALISIS STABILITAS LERENG DAN PENANGANAN LONGSORAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA PLAXIS V.8.2 (Studi Kasus : Ruas Jalan Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650)

Oleh

GIWA WIBAWA PERMANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 6 Oktober 1993, sebagai anak pertama dari 2 bersaudara, dari pasangan Ibu Lilis Rosmiati dan Bapak Nana Kurnia yang memiliki adik laki-laki bernama Raffi Rizki Kurnia.

Pendidikan formal diawali di taman kanak-kanak (TK) Al-Mufassir ditempuh dari tahun 1999 - 2000, sekolah dasar (SD) ditempuh di SD Negeri Pasar Tengah, Kabupaten Bandung pada tahun 2000 - 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMP Negeri 1 Ibun, Kabupaten Bandung pada tahun 2006 - 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditempuh di SMA Negeri 1 Majalaya pada tahun 2009 - 2012.

Tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur seleksi Tertulis.

Jenjang Organisasi penulis diawali sebagai ketua Palang Merah Remaja (PMR) di SMP Negeri 1 Ibun Pada tahun 2007 – 2008, ketua Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Majalaya pada tahun 2009 – 2010, dan menjadi ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 1 Majalaya pada tahun 2010 – 2011.

(9)

Penelitian dan Pengembangan. Penulis pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa pada tahun 2014 - 2015. Di jenjang akademik penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah praktikum mekanika bahan dan praktikum mekanika tanah II di Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada periode I Januari – Maret 2016 di desa Kota Karang Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat, serta melakukan Kerja Praktik selama 3 bulan di Hotel Mercure, Lampung di mulai pada bulan Januari – Maret 2015.

(10)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan kerendahan hati dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT kupersembahan skripsiku ini kepada:

Kedua orang tuaku Ibu Lilis Rosmiati dan Bapak Nana Kurnia yang telah mendoakan,mendidik dan mendukung serta memberi dorongan kepadaku

untuk mencapai keberhasilan

Adikku Raffi Rizki Kurnia yang turut memeberikan dorongan semangat dan motivasi

Keluargaku yang turut mendoakan, memotivasi, serta memberikan dukungan kepadaku untuk mencapai keberhasilan

(11)

MOTTO HIDUP

“Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah : 11)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 5)

“Dengan kecerdasan jiwalah manusia menuju arah kesejahteraan.” (Ki Hajar Dewantara)

“Tuntulah ilmu disaat kamu miskin, ia akan menjadi hartamu. Disaat kamu kaya, ia akan menjadi perhiasanmu.”

(12)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ” Analisis Stabilitas Lereng Dan Penanganan Longsoran Menggunakan Metode Elemen Hingga Plaxis V.8.2 (Studi Kasus : Ruas Jalan Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650)” adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

2. Gatot Eko S, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

(13)

dan kritiknya demi kesempurnaan Skripsi.

4. Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, motifasi, nasihat dan wejangan hidup.

5. Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran pemikiran dalam penulisan skripsi serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ir. Andi Kusnadi, M.T., M.M., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

8. Seluruh teknisi dan karyawan di Laboratorium Mekanika Tanah, di Fakultas Teknik, yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

9. Orang tua terkasih ibu dan bapak, Lilis Rosmiati dan Nana Kurnia yang sangat sabar dan pengertian dalam memberikan dukungan, nasehat dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

10. Adik tercinta Raffi Rizki Kurnia yang turut memberikan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

(14)

12. Sahabat Kontrakan seperjuangan M. Wahyuddin, Faizin Mahfudz S., Arya Nugraha, Bagus Bimantara, Yance Yanpiter D.W., dan Philipus yang telah berbagi cerita suka dan duka bersama selama menjalani perkuliahan.

13. Ucapan khusus kepada Isma Yudi Primana dan Eddy Ristanto, S.T., atas semua bantuan serta dukungan moril yang telah diberikan.

14. Teman-teman seperjuangan kerja praktik Vera Chania P., Hedi Saputra, Ayuma Ersamayori Milen, M. Susanto, dan George Andalas yang telah banyak membantu dalam menjalankan dan menyelesaikan kerja praktik di Hotel Mercure Lampung.

15. Teman-teman seperjuangan skripsi Hermawan Arbenta dan Fita Ratna T., yang turut membantu serta berbagi ilmu dalam penyelesaian skripsi.

16. Teman istimewa Della Andandaningrum, Ikko Rasita Sari, Rizca Sutra Ayu, dan Annisa Wulansari yang telah banyak membantu, mendukung serta memberikan dorongan motivasi.

17. Saudara – saudara Teknik Sipil Universitas Lampung angkatan 2012 yang selama beberapa tahun ini bersama serta berbagi memori, pengalaman dan membuat kesan yang tak terlupakan.

18. Semua pihak yang telah membantu tanpa pamrih yang tidak dapat disebutkan secara keseluruhan satu per satu, serta seluruh pejuang Teknik Sipil, semoga kita semua berhasil menggapai impian. Aamiin.

(15)

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis, mendapatkan ridho dari Allah SWT. Aamiin.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Agustus 2016 Penulis

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR NOTASI ... ix

ABSTRAK ... x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tegangan Efektif ... 4

2.2 Kuat Geser Tanah ... 5

2.3 Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) ... 7

2.4 Tekanan Tanah Lateral Saat Diam ... 8

2.5 Tekanan Tanah Aktif dan Tekanan Tanah Pasif ... 8

2.6 Tekanan Air Pori ... 9

2.7 Lereng dan Longsoran ... 14

2.8 Mengatasi Kelongsoran Lereng ... 15

2.9 Analisis Stabilitas Lereng untuk Lereng tak Terhingga ... 18

(17)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ... 26

3.2 Tahapan Pengumpulan Data ... 26

3.3 Tahapan Pengujian Laboratorium ... 27

3.4 Tahapan Analisis Stabilitas Lereng ... 30

3.5 Validasi Program ... 37

3.6 Pembahasan ... 37

3.7 Kesimpulan dan Saran ... 37

3.8 Diagram Alir Penelitian ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Lereng ... 39

4.2 Parameter Tanah Berdasarkan Uji Laboratorium ... 40

4.3 Potongan Lereng Tinjauan ... 43

4.4 Analisis Stabilitas Lereng Metode Rumus ... 46

4.5 Analisis Stabilitas Lereng Metode Program Plaxis ... 49

4.6 Perbandingan Hasil Analisis Stabilitas Lereng Metode Rumus tak Terhingga dan Program Plaxis ... 77

4.7 Solusi Penanganan Stabilitas Lereng ... 78

4.8 Perbandingan Analisis Stabilitas Lereng Setelah dan Sebelum Penanganan Longsoran ... 91

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Longsor di ruas jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala

STA.263+650 ... 1

2. Alat geser langsung ... 7

3. Kuat geser tanah menurut Coulomb ... 10

4. Jaringan arus untuk hitungan tekanan air pori ... 11

5. Kuat geser tanah tak jenuh ... 13

6. Tipe-tipe keruntuhan lereng ... 15

7. Memperkecil sudut kemiringan lereng ... 16

8. Memperkecil ketinggian lereng ... 16

9. Penanganan dengan Counterweight ... 17

10. Mengurangi tegangan air pori ... 17

11. Analisis kemantapan lereng tak terhingga ... 18

12. Lereng tak terhingga tanpa aliran rembesan ... 19

13. Lereng tak terhingga dengan aliran rembesan ... 20

14. Lereng tak terhingga dengan kondisi aliran rembesan sebagian ... 22

15. Peta Lokasi Penelitian ... 26

16. Tampilan General Settings Project ... 30

17. Tampilan General Settings Dimensions ... 31

18. Tampilan General Settings Dimensions ... 32

(19)

20. Tampilan Open Project pada Curve Program ... 35

21. Tampilan Curve Generation ... 35

22. Tampilan Plaxis Curve Output Program ... 36

23. Diagram alir Penelitian ... 38

24. Kontur lokasi penelitian ... 43

25. Potongan melintang lereng kondisi tidak jenuh ... 44

26. Potongan melintang lereng kondisi jenuh penuh ... 44

27. Potongan melintang lereng kondisi jenuh sebagian ... 45

28. Potongan melintang lereng untuk analisis rumus tak terhingga ... 45

29. Tampilan lereng pada kondisi tidak jenuh ... 49

30. Tampilan titik yang ditinjau kondisi lereng tidak jenuh ... 50

31. Tampilan Deformed Mesh kondisi lereng tidak jenuh ... 51

32. Tampilan Total Displacements kondisi lereng tidak jenuh ... 52

33. Tampilan Effective Stresses kondisi lereng tidak jenuh ... 53

34. Tampilan Total Incremental Displacements lereng tidak jenuh ... 54

35. Tampilan Total Strains kondisi lereng tidak jenuh ... 55

36. Tampilan Total Stresses kondisi lereng tidak jenuh ... 56

37. Tampilan Active Pore Pressures kondisi lereng tidak jenuh ... 57

38. Tampilan lereng pada kondisi jenuh penuh ... 58

39. Tampilan titik yang ditinjau kondisi lereng jenuh penuh ... 59

40. Tampilan Deformed Mesh kondisi lereng jenuh penuh ... 60

41. Tampilan Total Displacements kondisi lereng jenuh penuh ... 61

42. Tampilan Effective Stresses kondisi lereng jenuh penuh ... 62

(20)

44. Tampilan Total Strains kondisi lereng jenuh penuh ... 64

45. Tampilan Total Stresses kondisi lereng jenuh penuh ... 65

46. Tampilan Active Pore Pressures kondisi lereng jenuh penuh ... 66

47. Tampilan lereng pada kondisi jenuh sebagian ... 67

48. Tampilan titik yang ditinjau kondisi lereng jenuh sebagian ... 68

49. Tampilan Deformed Mesh kondisi lereng jenuh sebagian ... 69

50. Tampilan Total Displacements kondisi lereng jenuh sebagian ... 70

51. Tampilan Effective Stresses kondisi lereng jenuh sebagian ... 71

52. Tampilan Total Incremental Displacements lereng jenuh sebagian ... 72

53. Tampilan Total Strains kondisi lereng jenuh sebagian ... 73

54. Tampilan Total Stresses kondisi lereng jenuh sebagian ... 74

55. Tampilan Active Pore Pressures kondisi lereng jenuh sebagian ... 75

56. Tampilan lereng setelah dilakukan penanganan ... 81

57. Tampilan titik yang ditinjau kondisi penanganan lereng ... 82

58. Tampilan Deformed Mesh kondisi penanganan lereng ... 83

59. Tampilan Total Displacements kondisi penanganan lereng ... 84

60. Tampilan Effective Stresses kondisi penanganan lereng ... 85

61. Tampilan Total Incremental Displacements penanganan lereng ... 86

62. Tampilan Total Strains kondisi penanganan lereng... 87

63. Tampilan Total Stresses kondisi penanganan lereng ... 88

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi tanah lereng di lokasi penelitian ... 40

2. Nilai modulus elastisitas tanah ... 41

3. Nilai angka Poisson ... 41

4. Hasil pengujian sifat fisik sampel tanah ... 42

5. Resume nilai faktor aman analisis stabilitas lereng dengan menggunakan analisis rumus dan program Plaxis V.8.2 ... 77

6. Data sheet pile (Lesson 4 - Diaphragm Wall) ... 79

7. Resume hasil analisis program Plaxis pada kondisi sebelum penanganan dan setelah penanganan ... 91

(22)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 1. Tampilan kurva faktor aman lereng kondisi tidak jenuh ... 57 2. Tampilan kurva faktor aman lereng kondisi jenuh penuh ... 66 3. Tampilan kurva faktor aman lereng kondisi jenuh sebagian ... 76 4. Tampilan kurva faktor aman lereng kondisi penanganan lereng ... 90

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Asistensi Skripsi.

2. Hasil pengujian data tanah di laboratorium mekanika tanah Teknik Sipil Universitas Lampung.

3. Lokasi penelitian ruas jalan Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650.

4. Potongan lereng tinjauan untuk menganalisis stabilitas lereng. 5. Hasil analisis stabilitas lereng dan output program Plaxis V.8.2. 6. Gambar solusi penanganan stabilitas lereng.

7. Surat-menyurat.

(24)

DAFTAR NOTASI

𝜎 = Tegangan Normal Total

u = Tekanan Air Pori

𝜎’ = Tegangan Normal Efektif

𝜏 = Kekuatan Geser Tanah

c = Kohesi

𝜑 = Sudut Geser Dalam

𝛼 = Sudut Lereng

E = Modulus Elastisitas Tanah

𝜐 = Angka Poisson

𝛾 = Berat Volume Tanah

𝛾′ = Berat Tanah Efektif 𝛾𝑠𝑎𝑡 = Berat Tanah Jenuh

𝛾𝑑 = Berat Tanah Tidak jenuh

H = Tinggi Lereng

h1 = Tinggi Tanah Tak Jenuh

h2 = Tinggi Tanah Jenuh

F = Stabilitas Lereng

EA = Kekakuan Aksial

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung telah mengakibatkan jurang di tepi ruas jalan Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650 mengalami kelongsoran dan mengikis sebagian bahu jalan. Ruas jalan Liwa – Simpang Gunung Kemala terletak di wilayah TNBBS Lampung yang memiliki kondisi geografis yang terdiri dari perbukitan serta terdapat lereng dan jurang yang cukup tinggi, curam yang rawan mengalami kelongsoran sehingga diperlukan pencegahan untuk mengurangi kelongsoran yang sering terjadi di titik tersebut.

(26)

Longsor biasanya terjadi saat musim penghujan karena air hujan akan masuk ke dalam tanah dan akan menyebabkan tanah menjadi jenuh, tanah yang jenuh terdapat tekanan air pori, karena hujan yang lama maka tekanan air pori akan naik, naiknya tekanan air pori menyebabkan kuat geser tanah menjadi kecil dan pada akhirnya tanah menjadi labil dan rawan longsor. Untuk mengetahui faktor keamanan lereng di lokasi penelitian dibutuhkan suatu analisis stabilitas lereng yang dapat memodelkan sesuai dengan kondisi asli di lapangan agar terjadi kondisi pendekatan dalam hasil analisis dan memudahkan dalam memodelkan penanganannya, salah satunya dengan menggunakkan program Plaxis.

Plaxis merupakan program komputer berdasarkan metode elemen hingga dua dimensi yang digunakan secara khusus melakukan analisis deformasi dan stabilitas untuk bebagai aplikasi dalam bidang geoteknik. Program ini merupakan metode antarmuka grafis yang mudah digunakan sehingga pengguna dapat dengan cepat membuat model geometri dan jaring elemen berdasarkan penampang melintang dari kondisi lereng yang akan dianalisis (Plaxis, 2012).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang muncul adalah untuk mengetahui penyebab serta alternatif solusi penanggulangan kelongsoran lereng di sepanjang ruas jalan lintas Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650 dengan meninjau besarnya sudut lereng dan tingkat kejenuhan tanahnya.

(27)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Evaluasi nilai faktor aman pada lokasi penelitian berdasarkan analisis menggunakan Plaxis V.8.2 dan rumus analisis lereng tak terhingga. b. Pemanfaatan program Plaxis sebagai salah satu cara untuk menganalisis

dan mencari solusi penanganan stabilitas lereng.

1.4 Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dan keterbatasan waktu maupun kemampuan maka dilakukan pembatasan masalah yaitu :

a. Data tanah yang diambil sampelnya hanya di ruas jalan lintas Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650.

b. Analisis stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan program Plaxis V.8.2 dan perhitungan manual sebagai pembanding nilai faktor aman. c. Lereng ditinjau berdasarkan besarnya sudut lereng dan tingkat kejenuhan

tanahnya pada lokasi STA.263+650.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain mengetahui kawasan aman dan rawan longsor di sepanjang jalan lintas Liwa - Simpang Gunung Kemala Lampung, serta dapat mengetahui cara untuk mencari faktor aman dalam stabilitas lereng dan penanganan kelongsoran di wilayah perbukitan TNBBS Lampung.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tegangan Efektif

Craig (1989 : 72) menjelaskan bahwa tanah dapat divisualisasikan sebagai suatu partikel padat tanah (solid skeleton) yang membatasi pori-pori yang mengandung air maupun udara. Volume kerangka tanah secara keseluruhan dapat berubah akibat penyusunan kembali partikel-partikel padat pada posisinya yang baru, terutama dengan cara menggelinding dan menggelincir yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya-gaya yang bekerja di antara partikel-partikel tanah. Pada tanah jenuh, pengurangan volume hanya terjadi bila sebagian airnya dapat melepaskan diri dan ke luar dari pori-pori. Pada tanah kering atau tanah jenuh sebagian, pengurangan volume selalu mungkin terjadi akibat kompresi udara dalam pori-pori, dan terdapat suatu ruang kembali partikel tanah.

Tegangan geser dapat ditahan oleh partikel padat tanah dengan memanfaatkan gaya-gaya yang timbul karena persinggungan antar partikel. Tegangan normal ditahan oleh gaya-gaya antar partikel pada kerangka tanah. Jika tanah dalam kondisi sempurna, air pori akan naik menahan teganagan normal.

(29)

Terzaghi (1923, dalam Craig, 1989 : 72) mengemukakan prinsip tegangan efektif yang didasarkan pada data hasil percobaan. Prinsip tersebut hanya berlaku untuk tanah jenuh sempurna. Tegangan-tegangan yang berhubungan dengan prinsip tersebut adalah :

a. Tegangan normal total (𝜎) pada bidang di dalam tanah, yaitu gaya per satuan luas yang ditransmisikan pada arah normal bidang, dengan menganggap bahwa tanah adalah maerial pada saja (fase tunggal).

b. Tekanan air pori (u), yaitu tekanan air pengisi pori-pori di antara partikel-partikel padat.

c. Tegangan normal efektif (𝜎’) pada bidang, yang mewakili tegangan yang dijalarkan hanya melalui kerangka tanah saja.

Hubungan dari ketiga tegangan di atas adalah sebagai berikut :

𝜎 = 𝜎’+ u ... (1)

2.2 Kuat Geser Tanah

Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser (shear failur) tanah terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir-butir tanah tersebut tetapi karena adanya gerak relatif antara butir-butir tanah tersebut (Budi Santosa, dkk., 1998 : 45).

Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas dukung tanah, stabilitas lereng, dan gaya dorong pada dinding penahan tanah.

(30)

Menurut teori Mohr (1910, dalam Hardiyatmo, 2002a : 283), kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi oleh akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser.

Kuat geser tanah menurut (Hardiyatmo, 2002a : 283), adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila pembebanan akan ditahan oleh : a. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi

tidak tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser. b. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan

tegangan normal pada bidang gesernya.

Coulomb (1776, dalam Hardiyatmo, 2002a : 283), mendefinisikan fungsi linear terhadap tegangan normal (𝜎) pada bidang tersebut pada titik yang sama, sebagai berikut :

𝜏 = c + 𝜎 tg 𝜑 ... (2) dengan :

𝜏 = Kekuatan geser tanah (kN/m2)

c = Kohesi (kN/m2)

𝜎 = Tegangan normal (kN/m2)

𝜑 = Sudut geser dalam tanah (°)

Berdasarkan konsep Terzaghi, (1925, dalam dalam Hardiyatmo, 2002a : 284), mengubah persamaan Coulomb dalam bentuk tegangan efektif sebagai berikut :

(31)

2.3 Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Dengan alat geser langsung kekuatan geser dapat diukur secara langsung. Contoh yang akan diuji dipasang dalam alat dan diberikan tegangan vertikal (yaitu tegangan normal) yang konstan. Kemudian contoh diberikan tegangan geser sampai tercapai nilai maksimum. Tegangan geser ini diberikan dengan memakai kecepatan bergerak (strainrate) yang konstan, yang cukup perlahan-lahan sehingga tegangan air pori selalu tetap nol. Percobaan uji geser langsung ini hanya dapat dilakukan untuk kondisi tanah yang memiliki kondisi drained (Wesley, 2012 : 238).

Gambar 2. Alat geser langsung (Craig, 1989 : 94).

Benda uji dibebani gaya vertikal (N) melalui pelat beban (loading plate) dan secara berangsur-angsur akan timbul tegangan geser dengan membuat pergeseran di antara kedua bagian kotak tersebut. Gaya geser (𝜏) diukur bersamaan dengan perpindahan geser (Δl). Biasanya perubahan tebal benda uji (Δh) juga diukur. Harga tegangan geser runtuh diplot terhadap tegangan normalnya untuk mendapatkan parameter-parameter kekuatan geser.

(32)

2.4 Tekanan Tanah Lateral Saat Diam

Tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan proses pengendapan. Selama proses pengendapan, tanah mengalami konsolidasi, karena pengaruh tekanan overburden (𝜎𝑦) yaitu oleh akibat beban tanahnya sendiri. Tekanan vertikal menimbulkan perubahan bentuk ke arah lateral oleh pengaruh angka Poisson. Tanah di sekitarnya menahan perubahan ke arah lateral dengan mengembangkan tekanan lateral sebesar 𝜎. Setelah waktu yang lama, konsolidasi dan rangkak (creep) arah vertikal dan lateral menjadi nol. Pada keadaan ini, telah terjadi kedudukan tegangan-tegangan yang telah stabil, dengan 𝜎𝑦 dan 𝜎 menjadi tegangan-tegangan efektif utamanya. Karena tidak ada perubahan letak (displacement), maka tidak ada tegangan geser yang terjadi pada bidang vertikal dan horisontal di sembarang titik pada lapisan tanah. Kondisi keseimbangan di tempat yang dihasilkan dari kedudukan tegangan-tegangan dengan tanpa terjadinya tegangan geser didefinisikan sebagai kondisi K0 (Hardiyatmo, 2003b : 184-185).

2.5 Tekanan Tanah Aktif dan Tekanan Tanah Pasif

Jika suatu dinding turap mengalami keluluhan atau bergerak ke arah luar dari tanah urug di belakangnya, maka tanah urug akan bergerak ke bawah dan ke samping menekan dinding turap. Tekanan seperti ini disebut tekanan tanah aktif (active earth pressure). Nilai tekanan tanah aktif lebih kecil dari nilai tekanan saat diam, tekanan tanah aktif adalah gaya yang cenderung mengurangi keseimbangan dinding penahan tanah.

(33)

Jika suatu gaya mendorong dinding penahan ke arah tanah urug, takanan tanah dalam kondisi ini disebut tekanan tanah pasif (passive earth pressure). Nilai tekanan tanah pasif lebih besar dari nilai koefisien tekanan tanah saat diam dan koefisien tekanan tanah aktif, atau persisnya Kp>K0>Ka. Tekanan

tanah pasif menunjukan nilai maksimum dari gaya yang dapat dikembangkan oleh tanah pada gerakan struktur penahan terhadap tanah urug, yaitu gaya perlawanan tanah sebelum dinding mengalami keruntuhan (Hardiyatmo, 2003b : 188-189).

2.6 Tekanan Air Pori

Tanah terbagi menjadi dua zona yaitu zona tekanan pori positif dan negatif (Hardiyatmo, 2006c). Garis yang membagi kedua zona adalah garis permukaan air tanah, dimana tekanan hidrostatiknya sama dengan tekanan atmosfer. Dibawah muka air tanah, tanah dalam kondisi jenuh air dan tekanan air pori adalah positif. Di atas muka air tanah, di dalam zona tanah tidak jenuh, tekanan pori adalah negatif. Sembarang perubahan tekanan pori akan merubah kuat geser tanah yang akan mempunyai pengaruh besar pada stabilitas lereng. Reaksi dari rezim air tanah terhadap air hujan, bervariasi dan bergantung pada lerengnya, yaitu dari lereng yang tanpa reaksi sampai kereaksinya sangat besar. Untuk lereng yang bila longsor membahayakan keselamatan banyak orang dan mengakibatkan kerugian besar, reaksi tekanan air pori ini sebaiknya diukur dengan alat piezometer.

(34)

2.6.1 Tekanan Air Pori Positif

Dalam tinjauan tegangan efektif, kuat geser tanah dinyatakan dalam persamaan coulomb (lihat gambar 3).

𝜏 = c’ + (𝜎- u) tg 𝜑’ ... (4) 𝜎 = 𝜎’+ u ... (5) dengan :

c’ = Kohesi efektif

σ = Tegangan normal pada bidang runtuh 𝜑’ = Sudut gesek dalam

u = Tekanan air pori σ’ = Tegangan efektif

Pada permukaan freatis, tekanan air pori sama dengan tekanan atmosfer, sedang dibawahnya tekanan air pori diatas tekanan atmosfer. Tekanan atmosferik biasanya diambil sebagai titik referensi bertekanan pori nol. Oleh karena itu, titik dibawah muka air tanah, tekanannya positif.

(35)

Jika tak ada aliran air, tekanan air adalah hidrostatis dan ketinggian air yang terukur pada alat piezometer sama dengan muka air tanah. Tekanan pori tidak lagi hidrostatis bila ada aliran (lihat gambar 4). Dalam kondisi ini tekanan air pori dapat dihitung dengan menggunakan jaring arus (flownet).

Gambar 4. Jaringan arus untuk hitungan tekanan air pori (Hardiyatmo, 2006c).

Jika tekanan air pori naik, maka tegangan normal efektif dalam tanah berkurang yang berakibat turunnya kuat geser tanah, sehingga stabilitas lereng berkurang. Kenaikan tekanan air pori lebih cepat terjadi pada periode hujan lebat (terus menerus). Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya kelongsoran. Tetapi kecepatan bertambahnya tekanan air pori bergantung banyak faktor, seperti lamanya hujan, sifat permukaan tanah, area tangkapan dan permeabilitas tanah.

(36)

2.6.2 Tekanan Air Pori Negatif

Zona tekanan air pori negatif terdapat diatas muka air tanah. Dalam zona tersebut tekanan air pori kontinyu atau semi kontinyu dan nilai tekanan air pori dibawah atmosfer. Tekanan pori negatif sering disebut isapan tanah, dikontrol oleh tarikan permukaan pada batas antara udara dan air didalam rongga pori dan dipengaruhi oleh ukuran butir tanah. Jika butiran tanah semakin kecil, maka tinggi tekanan kapiler akan lebih besar dan memperbesar tekanan air pori negatif. Tekanan air pori negatif menambah tegangan efektif dalam massa tanah dan menambah stabilitas lereng. Untuk tanah tidak jenuh, Ho dan Fredlund (1982) dalam Hardiyatmo (2006c) merubah nilai kohesi dalam persamaan kuat geser tanah jenuh pada persamaan, menjadi : 𝑐 = c’ + (ua - uw) tg 𝜑b ... (6)

dengan :

c = Kohesi tanah total c’ = Kohesi efektif

ua-uw = Isapan matrik (matrix suction)

𝜑b = Kemiringan matrix suction, ketika (σ-ua) konstan.

Maka untuk tanah tidak jenuh, persamaan kuat geser tanahnya adalah : 𝜏 = c’ + (ua - uw) tg 𝜑b + (𝜎- ua) tg 𝜑’ ... (7) dengan :

ua = Tekanan udara dalam pori uw = Tekanan air pori

(37)

Dalam persamaan terlihat bahwa terdapat kenaikan kuat geser dari komponen kohesi nampak oleh akibat tekanan air pori negatif (isapan tanah). Dengan kata lain, matric suction (ua-uw) menambah kuat geser tanah sebesar (ua-uw)tg𝜑b. kenaikan kuat geser tanah dapat dinyatakan

dengan bidang runtuh tiga dimensi, yaitu dengan menggunakan variabel tegangan (𝜎-ua) dan (ua-uw) (lihat Gambar 5).

Gambar 5. Kuat geser tanah tak jenuh (Ho dan Fredlund, 1982 dalam Hardiyatmo, 2006c).

Tekanan air pori negatif berkurang, jika derajat kejenuhan bertambah dan menjadi nol jika tanah menjadi jenuh sempurna. Sebagai contoh, saat hujan atau sesudah hujan lebat, tanah yang semula lembab dan bertekanan air pori negatif menjadi bertekanan air pori positif, karena telah menjadi jenuh air. Problem terbesar dalam analisis stabilitas lereng pada tanah jenuh adalah dalam menerapkan pengurangan tekanan air pori negatif dan kemungkinan kenaikan tekanan air pori oleh akibat hujan kedalam analisis stabilitas tersebut.

(38)

2.7 Lereng dan Longsoran

Kelongsoran dapat terjadi pada setiap macam lereng, akibat berat tanah sendiri, ditambah dengan pengaruh yang besar dari rembesan air tanah, serta gaya lain dari luar lereng.

Wesley (1977 : 461) membagi lereng menjadi 3 macam ditinjau dari segi terbentuknya, yaitu :

a. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk akibat kegiatan alam, seperti erosi, gerakan tektonik dan sebagainya.

b. Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian atau pemotongan pada tanah asli.

c. Lereng timbunan tanah, seperti urugan untuk jalan raya.

Menurut Craig (1989 : 321), gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) cenderung menyebabkan ketidakstabilan (instability) pada lereng alami (natural slope), pada lereng yang dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan tanah (earth dams).

Ada 3 tipe utama dari kelongsoran tanah seperti pada Gambar 6, yaitu sebagai berikut :

a. Kelongsoran rotasi (rotational slips), yaitu kelongsoran yang bentuk permukaan runtuh pada potongannya dapat berupa busur lingkaran atau kurva bukan lingkaran.

b. Kelongsoran translasi (translational slips), cenderung terjadi bila lapisan tanah yang berbatasan berada pada kedalaman yang relatif dangkal di bawah permukaan lereng.

(39)

c. Kelongsoran gabungan (compound slips), terjadi bila lapisan tanah yang berbatasan berada pada kedalaman yang lebih dalam. Hal ini umumnya terjadi karena runtuhnya terdiri dari potongan kurva dan bidang.

Gambar 6. Tipe-tipe keruntuhan lereng (Craig, 1989 : 321).

2.8 Mengatasi Kelongsoran Lereng

Dalam menghadapi persoalan bagaimana caranya memperbaiki atau menstabilkan lereng pada suatu daerah yang terjadi kelongsoran. Menurut (Wesley, 1977) ada dua cara untuk membuat lereng supaya menjadi lebih aman dan mantap, yaitu :

a. Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak, yaitu dengan mengubah bentuk lereng. Cara yang dilakukan yaitu :

1. Membuat lereng lebih datar, yaitu dengan mengurangi sudut kemiringan, seperti terlihat pada Gambar 7.

2. Memperkecil ketinggian lereng, lihat Gambar 8. Cara ini hanya dapat dipakai pada lereng yang ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal kelongsoran yang bersifat “rational slide”.

(40)

Gambar 7. Memperkecil sudut kemiringan lereng (Wesley, 1977).

Gambar 8. Memperkecil ketinggian lereng (Wesley, 1977).

b. Memperbesar gaya melawan, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Dengan memakai counterweight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng, lihat Gambar 9.

2. Dengan mengurangi tegangan air pori di dalam lereng, seperti terlihat pada Gambar 10.

(41)

Gambar 9. Penanganan dengan Counterweight (Wesley, 1977).

Gambar 10. Mengurangi tegangan air pori (Wesley, 1977).

3. Dengan cara injeksi, yaitu dengan menambah tanah timbunan pada kaki lereng, membuat selokan secara teratur pada lereng dengan mengurangi tegangan air pori pada tanah, dengan menambahn bahan kimia atau semen dipompa melalui pipa suapaya masuk ke dalam lereng.

(42)

4. Dengan cara mekanis, yaitu dengan membuat dinding penahan atau dengan memancang tiang. Cara ini dilakukan jika lereng tersebut mempunyai tingkat kelongsoran yang kecil.

Pada daerah tinjauan beberapa faktor penyebab kelongsoran juga teramati antara lain, kemiringan lereng dan pengaruh air tanah. Dua parameter tersebut akan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini.

2.9 Analisis Stabilitas Lereng untuk Lereng tak Terhingga

Pada daerah pegungungan sering terdapat lereng yang sangat panjang dimana lapisan tanah paling atas adalah lempung dan di bawahnya adalah lapisan keras dengan permukaan sejajar dengan permukaan tanah. Pada keadaan demikian, bidang geser biasanya terdapat pada batas kedua lapisan tanah ini. Kelongsoran ini disebut kelongsoran translational seperti terlihat pada Gambar 11. Untuk menentukan kestabilannya, lereng tersebut dianggap tak terhingga. Dengan demikian, dapat dihitung keseimbangan statis satu segmen saja (Wesley, 1977 : 476).

(43)

Sudut kemiringan lereng = 𝛽, kedalaman bidang longsor = H, kedalaman muka air tanah = 𝐻𝜔. Ukuran segmen tanah adalah tinggi = H, lebar = b, panjang dasar pada bidang geser = l.

2.9.1 Kondisi Tanpa Rembesan (Tanah tak Jenuh)

Ditinjau suatu lereng tak terhingga dalam kondisi tanpa rembesan, akan ditentukan faktor aman lereng setebal H pada bidang longsor AB (lihat Gambar 12), dalam lereng yang tidak terdapat aliran air tanah.

Gambar 12. Lereng tak terhingga tanpa aliran rembesan (Hardiyatmo, 2006c). F = 𝑐 𝛾𝐻𝑐𝑜𝑠2 𝛼 𝑡𝑎𝑛𝛼 + tan 𝜑 tan 𝛼 ... (8) Dengan, F = Faktor aman c = Kohesi (kN/m2)

𝜑 = Sudut geser dalam tanah (°) 𝛼 = Sudut kemiringan lereng (°) 𝛾 = Berat volume tanah (kN/m3)

(44)

Untuk tanah yang mempunyai 𝜑 dan c, ketebalan tanah pada kondisi kritis (Hc) terjadi bila F = 1, yaitu :

Hc =

𝑐

𝛾𝑐𝑜𝑠2 𝛼(𝑡𝑎𝑛𝛼−tan 𝜑) ... (9)

Dengan Hc adalah ketebalan maksimum, dimana lereng dalam kondisi kritis akan longsor.

2.9.2 Kondisi dengan Rembesan Penuh (Tanah Jenuh Penuh)

Suatu lereng tak terhingga dengan kemiringan lereng sebesar 𝛼, dengan muka air tanah dianggap terdapat pada permukaan tanah, diperlihatkan pada Gambar 13. Dengan adanya pengaruh air, kuat geser tanah dapat dituliskan seperti pada persamaan (4).

Ditinjau elemen PQTS, gaya-gaya yang bekerja pada permukaan-permukaan PS dan QT besarnya sama, jadi saling meniadakan. Selanjutnya akan dievaluasi faktor aman terhadap kemungkinan longsor di sepanjang bidang AB yang terletak pada kedalaman H di bawah permukaan tanah.

(45)

Persamaan faktor aman diperoleh dari : Berat tanah pada elemen PQTS adalah :

W = 𝛾𝑠𝑎𝑡𝑏𝐻 ... (10) Gaya berat oleh tanah jenuh W dapat diuraikan menjadi :

Na = W cos 𝛼 = 𝛾𝑠𝑎𝑡𝑏𝐻 cos 𝛼 ... (11)

Ta = W sin 𝛼 = 𝛾𝑠𝑎𝑡𝑏𝐻 sin 𝛼 ... (12) Tegangan normal total (𝜎) dan tegangan geser (𝜏) pada bidang AB adalah :

𝜎 = 𝛾𝑠𝑎𝑡𝐻 cos 𝛼 ... (13)

𝜏𝑑 = 𝛾𝑠𝑎𝑡𝐻 cos 𝛼 sin 𝛼 ... (14) 𝜏𝑑 = cd + (𝜎 – u) tan 𝜑d ... (15) u = 𝛾𝑤𝐻 𝑐𝑜𝑠2 𝛼 ... (16)

Subtitusi persamaan (13) ke persamaan (15) :

𝜏𝑑 = cd + 𝛾′𝐻 𝑐𝑜𝑠2𝛼 tan 𝜑d ... (17) Subtitusikan persamaan (14) ke persamaan (17) :

𝑐𝑑

𝛾𝑠𝑎𝑡𝐻 = 𝑐𝑜𝑠

2𝛼 [tan 𝛼 − 𝛾′

𝛾𝑠𝑎𝑡 tan 𝜑𝑑] ... (18)

Dengan demikian faktor aman pada masing-masing komponen kuat geser : tan 𝜑d = tan 𝜑 𝐹 dan cd = 𝐶 𝐹 ... (19)

Maka akan diperoleh persamaan faktor aman sebagai berikut : F = 𝐶

𝛾𝑠𝑎𝑡𝐻 𝑐𝑜𝑠2𝛼 tan𝛼 +

𝛾′tan 𝜑

(46)

Dengan :

F = Faktor aman 𝐶 = Kohesi (kN/m2) 𝜑 = Suduk geser tanah (°) 𝛼 = Sudut kemiringan lereng (°) 𝛾𝑠𝑎𝑡 = Berat volume januh tanah (kN/m2)

𝛾’ = Berat volume efektif tanah (kN/m2)

𝛾′ = 𝛾 𝑠𝑎𝑡 – 𝛾𝑤 ... (21) 𝛾𝑠𝑎𝑡= 𝛾𝑤 (𝐺𝑠+𝑒) 1+𝑒 ... (22) Dengan : 𝛾 = Unit weight

𝛾𝑤 = Berat isi air (Unit weight of waer)

G = Berat jenis (Spesific grafity) w = Kadar air (Water content) e = Void ratio

2.9.3 Kondisi dengan Rembesan sebagian Tanah Jenuh dan sebagian Tanah tidak Jenuh

Gambar 14. Lereng tak terhingga dengan kondisi aliran rembesan sebagian (Hardiyatmo, 2006c).

(47)

Persamaan faktor aman diperoleh dari : Berat tanah pada elemen PQTS adalah :

W = (𝛾𝑑𝑏ℎ1) + (𝛾𝑠𝑎𝑡𝑏ℎ2) ... (23)

Gaya berat oleh tanah jenuh W dapat diuraikan menjadi : Na = W cos 𝛼 = (𝛾𝑑𝑏ℎ1cos 𝛼) + (𝛾𝑠𝑎𝑡𝑏ℎ2cos 𝛼) ... (24)

Ta = W sin 𝛼 = (𝛾𝑑𝑏ℎ1sin 𝛼) + (𝛾𝑠𝑎𝑡𝑏ℎ2sin 𝛼) ... (25)

Tegangan normal total (𝜎) dan tegangan geser (𝜏) pada bidang AB adalah : 𝜎 = [(𝛾𝑑1𝑐𝑜𝑠2 𝛼) + (𝛾𝑠𝑎𝑡2𝑐𝑜𝑠2 𝛼)] = (𝛾𝑑ℎ + 𝛾𝑠𝑎𝑡ℎ )𝑐𝑜𝑠2 𝛼 ... (26) 𝜏𝑑 = (𝛾𝑑ℎ1+ 𝛾𝑠𝑎𝑡ℎ2) cos 𝛼 sin 𝛼 ... (27) 𝜏𝑑 = cd + (𝜎 – u) tan 𝜑d ... (28) u = 𝛾𝑤2𝑐𝑜𝑠2 𝛼 ... (29)

Subtitusikan persamaan (26) ke persamaan (28) sehingga diperoleh : 𝜏𝑑 = cd + ((𝛾𝑑ℎ1+ 𝛾′ℎ2)𝑐𝑜𝑠2 𝛼) tan 𝜑d ... (30)

Subtitusikan persamaan (27) ke persamaan (30) sehingga diperoleh : (𝛾𝑑ℎ1+ 𝛾𝑠𝑎𝑡ℎ2)cos 𝛼 sin𝛼 = cd + ((𝛾𝑑ℎ1 + 𝛾′ℎ2)𝑐𝑜𝑠2𝛼)tg𝜑d (31) Dengan memberikan faktor aman pada masing-masing kompoen kuat geser : tan 𝜑d = tan 𝜑 𝐹 dan cd = 𝐶 𝐹 ... (32)

(48)

Maka akan diperoleh persamaan faktor aman sebagai berikut : F = 𝐶+ [(𝛾𝑑ℎ1+𝛾 ′ℎ2)𝑐𝑜𝑠2𝛼]tan 𝜑 (𝛾𝑑ℎ1+𝛾𝑠𝑎𝑡ℎ2)cos 𝛼 sin 𝛼 ... (33) Dengan : F = Faktor aman 𝐶 = Kohesi (kN/m2) 𝜑 = Suduk geser tanah (°) 𝛼 = Sudut kemiringan lereng (°) 𝛾𝑠𝑎𝑡 = Berat volume januh tanah (kN/m2) 𝛾𝑑 = Berat volume kering tanah (kN/m2) 𝛾’ = Berat volume efektif tanah (kN/m2)

2.10 Metode Elemen Hingga Plaxis

Plaxis (Finite Elemen Code for Soil and Rock Analyses) merupakan suatu rangkuman program elemen hingga yang telah dikembangkan untuk menganalisis deformasi dan stabilisasi geoteknik dalam perencanaan-perencanaan sipil.

Grafik prosedur-prosedur input data (soil properties) yang sederhana mampu menciptakan model-model elemen hingga yang kompleks dan menyediakan output tampilan secara detail berupa hasil-hasil perhitungan. Perhitungan program ini seluruhnya secara otomatis dan berdasarkan pada prosedur-prosedur penulisan angka yang tepat. Konsep ini dapat dikuasai oleh pengguna baru dalam waktu yang relatif singkat setelah melakukan beberpa latihan (Plaxis, 2012).

(49)

Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah mengenai nilai-nilai parameter pada tanah yang didapat dari hasil penyelidikan tanah dalam hal ini adalah tanah di ruas jalan lintas Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Data tersebut digunakan sebagai input, adapun prosedur dari program plaxis antara lain sebagai berikut :

a. Menentukan title (judul), model, dan elemen pada kotak serta menuliskan perintah atau tujuan yang akan dipakai.

b. Menuliskan dimensi tanah dari kasus yang akan dipelajari, yaitu sepanjang ke kiri, ke kanan, ke atas, dan ke bawah.

c. Merangkai bentuk dimensi dari tanah tadi kemudian diberi beban.

d. Menentukan nilai parameter tanah dengan menekan tombol Maerial Sets antara lain 𝛾𝑑𝑟𝑦, 𝛾𝑤𝑒𝑡, kohesi, rasio poisson, dan lain sebagainya.

e. Prosedur selanjutnya dapat dipahami lebih lanjut dan lebih jelas lagi pada literatur yang diperoleh dari program plaxis.

(50)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di ruas jalan lintas Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.

Gambar 15. Peta Lokasi Penelitian.

3.2 Tahapan Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Tahapan pengumpulan data tersebut sebagai berikut :

(51)

3.2.1 Data Primer

Data ini diperoleh secara langsung dari lapangan, data yang diperoleh antara lain :

a. Pengukuran lereng secara langsung di lapangan untuk mendapatkan tinggi lereng serta sudut lereng kajian.

b. Pengujian sampel tanah di laboratorium Teknik Sipil Universitas Lampung untuk mendapatkan nilai sudut geser (𝜑) dan kohesi (c) yang didapatkan dengan pengujian secara langsung, yaitu dengan melakukan uji geser langsung (direct shear test).

3.2.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan informasi dan dokumentasi yang berasal dari :

a. Data properties tanah terkait dengan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan sebelumnya.

b. Data tambahan berupa kontur dan potongan melintang lereng kajian untuk dianalisis kestabilannya.

3.3 Tahapan Pengujian Laboratorium

Percobaan laboratorium untuk mendapatkan data tanah yang belum diketahui dengan menggunakan percobaan uji geser langsung. Pengambilan sampel tanah di lokasi penelitian diambil dari titik pengeboran STA.263+650 pada kedalaman tanah 17 m dari permukaan tanah.

(52)

3.3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain :

a. Sampel tanah asli (undisturbed sample) di lokasi penelitian. b. Frame alat geser langsung beserta proving ring.

c. Sel geser langsung (shear box). d. Alat mengeluarkan sampel (extruder).

e. Cincin cetakan benda uji dan pisau pemotong sampel. f. Dial pergeseran, stopwatch, dan beban uji.

3.3.2 Langkah Kerja

Cara kerja percobaan direct shear test :

a. Masukkan cetakan benda uji dengan menekan ke sampel tanah, sehingga cetakan terisi penuh dengan sampel tanah.

b. Potong dan ratakan kedua permukaan cetakan dengan pisau pemotong.

c. Keluarkan benda uji dari cetakan denga extruder.

d. Timbang benda uji dengan timbangan ketelitian 0,01 gram.

e. Masukkan benda uji ke dalam cincin geser yang masih terkunci dan tutup kedua cincin geser sehingga menjadi satu bagian, posisi benda uji (sampel tanah) berada diantara dua batu pori dan kertas saring.

f. Letakkan cincin geser beserta sampel tanah di dalam shear box. g. Atur stang penekan dalam posisi vertikal dan tepat menyentuh

(53)

h. Putar engkol pendorong sampai tepat menyentuh stang penggeser benda uji (dial proving tepat mulai bergerak).

i. Buka kunci cincin geser.

j. Berikan beban pertama seberat 3320 gram dan isi shear box dengan air sampai penuh sehingga benda uji terendam.

k. Putar engkol pendorong dengan konstan dan stabil perlahan-lahan selama 15 detik sambil membaca dengan memperhatikan dial pergeseran. Bila dial pergeseran menunjukkan 12,5 pembacaan dial proving ring dapat dimulai.

l. Lakukan terus pembacaan dial proving ring, dengan setiap pembacaan dial pergeseran mempunyai selisih 12,5 dan selisih waktu 15 detik.

m. Setelah pembacaan proving ring maksimum dan mulai menurun dua atau tiga kali pembacaan, percobaan dihentikan.

n. Bersihkan cincin geser dan shear box dari kotoran sampel tanah di dalamnya.

o. Ulangi langkah kerja (e) sampai langkah kerja (n) untuk sampel tanah yang kedua dengan beban kedua sebesar 6640 gram dan sampel tanah ketiga sebesar 9960 gram.

3.3.3 Mencari Nilai Kohesi dan Sudut Geser Tanah

Nilai kohesi (c) dan sudut geser tanah (𝜑) dapat dicari dengan cara : a. Angka-angka tegangan normal (𝜎𝑛) sebagai sumbu axis.

(54)

c. Dari titik-titik tersebut ditarik garis lurus yang akan memotong sumbu ordinat.

d. Untuk mencari harga kohesi (c) diukur dari jarak titik potong garis lurus terhadap sumbu ordinat ketitik pusat. Dalam pengukuran ini hasilnya dikalikan dengan skala yang digunakan.

e. Sudut geser dalam tanah (𝜑) yaitu dengan mengukur sudut potong dari garis horizontal terhadap garis grafik.

3.4 Tahapan Analisis Stabilitas Lereng

3.4.1 Cara Analisis Data dengan Menggunakan Program Plaxis V.8.2

a. Plaxis Input

Dalam analisis pekerjaan yang akan menggunakan program plaxis, haruslah membuat pemodelan sesuai kondisi di lapangan. Berikut ini merupakan tahapan pemodelan lereng dalam program Plaxis :

(55)

1) Melakukan input data pada tampilan General settings. Tampilan General settings terdiri dari dua, yaitu Project seperti terlihat pada Gambar 16 dan Dimensions pada Gambar 17.

Gambar 17. Tampilan General Settings Dimensions.

Pada Project box terdapat file name, directory dan title. File name dan directory belum terisi karena merupakan lembar kerja baru, sedangkan pada title dapat diisi dengan nama pekerjaan yang akan dianalisa atau nama judul.

2) Menggambar geometri 2 dimensi penampang lereng yang akan dianalisis.

3) Menentukan kondisi batas (Standard Fixities).

4) Memasukan sifat-sifat material pada menu Material Sets. 5) Melakukan penyusunan jaring elemen (Generated Mesh).

(56)

6) Menentukan Initial Condition dan Intial Pore Pressures untuk menentukan kondisi muka air tanah (MAT) dan KO Procedure. 7) Menentukan Generate Water Pressure kondisi Phreatic Level. 8) Menentukan Closed Consolidation Boundary.

b. Plaxis Calculations

Plaxis Calculation program digunakan setelah proses input pada pekerjaan yang kita tinjau telah selesai. Program ini dapat secara otomatis terbuka setelah memilih toolbar calculate pada akhir input program, Jika kalkulasi tidak dilakukan langsung setelah proses input, kita dapat membuka program ini dengan memilih Calculation Program pada start menu. Adapun tampilan Plaxis Calculation seperti pada Gambar 18.

(57)

Untuk menentukan perhitungan safety factor pada program Plaxis dilakukan input terhadap tahap calculations sebagai berikut : 1) Melakukan input untuk mendapatkan nilai safety factor. Pilih

Phi/c Reduction pada calculation type. Kemudian pilih incremental multipliers pada loading input lalu klik calculate. 2) Memilih titik noda untuk penggambaran kurva beban

perpindahan maupun penggambaran lintasan tegangan. c. Plaxis Output

Plaxis output dapat dipanggil dengan mengklik toolbar Plaxis output, atau dari start menu yang bersesuaian dengan program plaxis. Toolbar Calculation pada Calculation Program pun dapat juga dipakai untuk masuk ke output program, jika inputnya selesai dan telah memiliih titik yang akan ditinjau. Adapun tampilan output program seperti pada Gambar 19.

(58)

Selain perpindahan dan tegangan yang terjadi dalam tanah, program keluaran dapat digunakan untuk melihat gaya-gaya yang bekerja pada objek struktural. Untuk menampilkan hasil yang diperoleh dari hasil analisis ini adalah sebagai berikut :

1) Pilih peningkatan total dari menu deformasi. Tampilan akan menunjukkan peningkatan dari seluruh titik noda dalam bentuk anak panah. Panjang dari anak panah menunjukkan nilai relatifnya.

2) Pilih tegangan efektif dari menu tegangan. Tampilan akan menunjukkan besar dan arah dari tegangan-tegangan utama efektif.

d. Plaxis Curves

Plaxis Curves Program dapat dipakai untuk menggambar kurva hubungan beban atau waktu terhadap displacement, diagram tegangan-tegangan dari lokasi yang sebelumnya dipilih pada Calculation Program (select point for curve). Pemiliihan point ini dibatasi sejumlah 10 buah nodal dan 10 buah untuk stress point. Berikut ini merupakan tahapan untuk menampilkan kurva pada program Plaxis baik kurva baru maupun kurva yang telah dibuat : 1) Memilih tampilan kurva yang akan ditampilkan pada

Create/Open project, jika kurva belum dibuat maka pilih New chart dan jika kurva sudah dibuat maka dapat ditampilkan dengan memilih Existing chart.

(59)

Gambar 20. Tampilan Open Project pada Curve Program.

2) Memilih hubungan kurva yang akan ditampilkan, sesuai dengan nodal atau stress point yang ditinjau.

(60)

Gambar 22. Tampilan Plaxis Curve Output Program.

3.4.2 Cara Analisis Data dengan Menggunakan Rumus

Rumus analisis stabilitas lereng dengan metode tak terhingga dengan meninjau kondisi lereng pada saat kondisi tanah tak jenuh, tanah jenuh air (jenuh penuh), serta kondisi tanah jenuh sebagian. Berikut ini merupakan rumus analisis yang dipakai untuk melakukan analisis terhadap stabilitas lereng (Hardiyatmo, 2006 (c)) :

a. Kondisi Tanah tak Jenuh F = 𝑐

𝛾 𝐻𝑐𝑜𝑠2 𝛼 𝑡𝑎𝑛𝛼 + tan 𝜑 tan 𝛼

b. Kondisi Tanah Jenuh Air (Jenuh Penuh) F = 𝐶

𝛾𝑠𝑎𝑡𝐻 𝑐𝑜𝑠2𝛼 tan𝛼 +

𝛾′tan 𝜑 𝛾𝑠𝑎𝑡tan𝛼

c. Kondisi Tanah Jenuh Sebagian F = 𝐶+ [(𝛾𝑑ℎ1+𝛾

ℎ2)𝑐𝑜𝑠2𝛼]tan 𝜑 (𝛾𝑑ℎ1+𝛾𝑠𝑎𝑡ℎ2)cos 𝛼 sin 𝛼

(61)

3.5 Validasi Program

Untuk mengecek validasi dari program Plaxis V.8.2, maka dilakukan perbandingan perhitungan stabilitas lereng dengan rumus analisis lereng tak terhingga yaitu metode lereng tak terhingga. kemudian membandingkan faktor keamanan dari kedua perhitungan tersebut.

3.6 Pembahasan

Pembahasan ini mengacu pada perbandingan hasil analisis dengan menggunakan program Plaxis V.8.2 dan rumus analisis. Selain itu ditinjau penyebab kelongsoran berdasarkan besarnya sudut kemiringan lereng dan kandungan air dalam tanah pada lereng, serta menganalisis penanganan kelongsoran lereng yang telah terjadi dilapangan dengan menggunakan program Plaxis V.8.2.

3.7 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan diambil sesuai dengan pembahasan dan kemudian memberikan saran berdasarkan perbandingan hasil analisis dengan program Plaxis V.8.2 dan rumus analisis lereng tak terhingga dengan membandingkan faktor keamanan sebelum penaganan dan setelah penanganan.

3.8 Diagram Alir Penelitian

Adapun tahapan penilitian yang dilakukan dalam menganalisis kestabilan lereng adalah sebagai berikut :

(62)

Gambar 23. Diagram alir penelitian.

Analisis Stabilitas Lereng dengan Rumus Analisis pada Kondisi : - Tidak Jenuh - Rembesan Penuh - Rembesan Sebagian Mulai Studi Pustaka - Studi Literatur - Plaxis - Rumus Analisis

Peninjauan Lokasi dan Pengumpulan Data Sekunder :

- Data Properties Tanah

- Data Kontur dan Cross Sections

Data Primer : - Pengukuran Lereng

- Uji Laboratorium Geser langsung

Meshing dan Input Data

Analisis Stabilitas Lereng dengan Plaxis V.8.2 pada Kondisi : - Tidak Jenuh - Rembesan Penuh - Rembesan Sebagian Kontrol Analisa Hasil dan Analisis Pembahasan :

- Perbandingan Hasil Plaxis dan Rumus Analisis - Pengaruh Sudut Lereng

- Pengaruh Kandungan Air - Penanganan Longsor

Kesimpulan

Selesai

tidak tidak

(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil analisis stabilitas lereng adalah sebagai berikut :

a. Karakterisktik dan parameter tanah lereng sangat berpengaruh terhadap hasil analisis stabilitas lereng.

b. Kondisi muka air tanah baik pada kondisi kering, jenuh penuh, ataupun jenuh sebagian mempengaruhi besaran nilai faktor aman lereng.

c. Dari kedua hasil analisis stabilitas lereng dengan menggunakan rumus tak terhingga dan metode Plaxis terdapat perbedaan nilai faktor aman yang berbeda, faktor aman dengan rumus cenderung memiliki nilai lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan Plaxis, hal ini dikarenakan analisis dengan menggunakan rumus tidak memasukkan parameter modulus elastisitas tanah dan angka poisson serta tinjauan lereng hanya ditinjau pada area bidang longsor saja.

d. Nilai faktor aman (Fs) hasil analisis stabilitas lereng : 1) Analisis metode rumus tak terhingga :

- Kondisi kering = 0,308 - Kondisi jenuh penuh = 0,268 - Kondisi jenuh sebagian = 0,153

(64)

2) Analisis metode program Plaxis : - Kondisi kering = 0,3872 - Kondisi jenuh penuh = 0,3566 - Kondisi jenuh sebagian = 0,2847

3) Hasil analisis setelah penanganan lereng metode program Plaxis sebesar 1,3548.

e. Penanganan kelongsoran lereng meningkatkan nilai faktor aman lereng dan menurunkan deformasi lereng yang terjadi sehingga menjadi lebih aman dan lereng berada pada kondisi stabil.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis stabilitas lereng, saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

a. Penanganan kelongsoran perlu dihitung secara lebih lanjut untuk mendapatkan bahan dan material yang lebih efisien dan ekonomis dalam melakukan perkuatan lereng.

b. Untuk menghitung faktor keamanan sebaiknya menggunakan metode elemen hingga Plaxis karena perhitungan dengan cara tersebut memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi dan hasil yang didapat lebih baik karena lereng dimodelkan sesuai dengan kondisi di lapangan.

c. Tanah timbunan dapat mempengaruhi besarnya deformasi dan displacement yang terjadi pada tanah longsor, oleh karena itu dapat diatasi dengan menambah bronjong atau retaining wall untuk memperkuat posisi tanah timbunan.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

A. Hanggoro T. Cahyo. 2011. Hand Out Komputasi Geoteknik Pengenalan Software Plaxis Sesi 1-6. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah. Erlangga. Jakarta.

Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Erlangga. Surabaya.

Hardiyatmo, H.C. 2002a. Mekanika Tanah I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hardiyatmo, H.C. 2003b. Mekanika Tanah II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hardiyatmo, H.C. 2006c. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Plaxis. 2012. Tutorial Manual. A.A. Balkema. Rotterdam.

Santosa, Budi, dkk. 1998. Mekanika Tanah Lanjutan. Gunadarma. Jakarta. Smith, M.J. 1984. Mekanika Tanah. Erlangga. Jakarta.

Soedarmo, G. Djatmiko dan Purnomo, S.J. Edy. 1993. Mekanika Tanah 1. Kanisius. Malang.

Tim Penyusun Laboratorium Mekanika Tanah. 2008. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah I dan II. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wesley, Laurence D. 2012. Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan Residu. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Longsor di ruas jalan Liwa - Simpang Gunung Kemala STA.263+650.
Gambar 2. Alat geser langsung (Craig, 1989 : 94).
Gambar 3. Kuat geser tanah menurut Coulomb (Hardiyatmo, 2006 c).
Gambar 4. Jaringan arus untuk hitungan tekanan air pori (Hardiyatmo, 2006c).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ichsan Prasetyo, 2016, Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geotekstil Menggunakan Metode Elemen Hingga, Skripsi, Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Dari hasil penelitian juga dapat dilihat besarnya sudut lereng maksimal yang menunjukkan lereng tersebut masih dalam kondisi aman dalam berbagai kondisi tanah baik kondisi tanah

Analisis manual menggunakan metode menurut Whitlow (1995) untuk tanah multilayer sedangkan analisis program menggunakan software Plaxis V.8.2. Model elastis plastis dan

Dari hasil penelitian juga dapat dilihat besarnya sudut lereng maksimal yang menunjukkan lereng tersebut masih dalam kondisi aman dalam berbagai kondisi tanah baik kondisi tanah

Tidak menggunakan Program Plaxis 2D untuk menghitung nilai faktor keamanan bendungan dengan metode parameter gempa termodifikasi, karena program ini tidak bisa

Hasil analisis yang dilakukan pada lereng asli menggunakan program Plaxis mendapatkan nilai angka aman dan penurunan tanah untuk lereng timbunan 2m, 4m, 6m, 8m, dan

Adapun perkuatan lereng yang disarankan yaitu pemasangan dinding penahan tanah dan boredpile yang dipasang 2 (dua) baris/zigzag. Hasil analisis pemodelan dengan

Adapun beberapa keuntungan dari penggunaan metode numerik untuk analisis stabilitas lereng, yaitu dapat digunakan untuk analisis lereng dengan longsoran yang kompleks,