• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pemerintahan daerah dan penyelenggaraan program. pembangunan daerah memerlukan dukungan dana yang disediakan melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pemerintahan daerah dan penyelenggaraan program. pembangunan daerah memerlukan dukungan dana yang disediakan melalui"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan pemerintahan daerah dan penyelenggaraan program pembangunan daerah memerlukan dukungan dana yang disediakan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Halim, 2014, hal. 192). Dalam struktur APBD, penerimaan daerah berupa pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah (UU Nomor 33 Tahun 2004), penerimaan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan sedangkan pembiayaan daerah terdiri atas sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Tingginya porsi belanja rutin daerah mengakibatkan belanja modal untuk pembangunan daerah terbatas (Okta dan Kaluge, 2011). Pemerintah daerah kesulitan dalam membiayai proyek infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat. Adanya keterbatasan ini memunculkan pinjaman daerah sebagai alternatif pembiayaan daerah, khususnya melalui penerbitan obligasi daerah. UU Nomor 33 Tahun 2004 mendefinisikan obligasi daerah sebagai pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal. Penerbitan obligasi daerah secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 147/PMK.07/2006

(2)

tentang Tata Cara Penerbitan, Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah, yang telah direvisi menjadi PMK Nomor 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah. Saat ini, peraturan tersebut telah diubah menjadi PMK Nomor 180/PMK.07/2015.

Penelitian sebelumnya tentang obligasi daerah dilakukan oleh Gunawan (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan pemerintah daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam menerbitkan obligasi daerah. Dari penelitian itu diketahui lima faktor yang melandasi kesiapan penerbitan obligasi daerah. Kelima faktor tersebut yaitu kesiapan proyek, kapasitas SDM, prinsip pengelolaan, mekanisme, persyaratan dan sanksi, serta kemampuan keuangan daerah. Pada umumnya proyek yang dilaksanakan pemerintah daerah bersifat sosial dan pelayanan, bukan mencari laba. Pemerintah daerah belum berani melakukan inovasi kegiatan yang bersifat kompleks dan berisiko yang menghasilkan penerimaan signifikan.

Tofikkurokhman (2008) meneliti tentang peluang Pemerintah Provinsi DIY dalam menerbitkan obligasi daerah. Penelitian dilakukan dengan menganalisis rasio kemampuan keuangan daerah dalam mengembalikan pinjaman (Debt Service Coverage Ratio/DSCR), analisis batas maksimum pinjaman daerah, dan analisis biaya penerbitan obligasi daerah yang dibandingkan dengan biaya utang dari perbankan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi DIY berpeluang menerbitkan obligasi daerah dan mampu untuk membayar kewajibannya.

(3)

Penerbitan obligasi daerah dinilai lebih menguntungkan daripada melakukan pinjaman kepada perbankan.

Firstadi (2012) mengungkapkan obligasi daerah layak digunakan sebagai instrumen pembiayaan proyek. Keunggulan instrumen ini diantaranya ialah kemampuan dalam mengumpulkan dana yang besar, keamanan terhadap fluktuasi nilai tukar, dan fleksibilitas terhadap perubahan regulasi pemerintah setempat. Faktor-faktor yang menjadi penghambat penerbitan obligasi daerah yaitu faktor politik, keuangan, sumber daya manusia, kelembagaan, dan hukum.

Elmi (2005) melakukan kajian tentang peluang Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mencari sumber pembiayaan dari penerbitan obligasi daerah. Kajian tersebut bertujuan memotivasi dan memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam mencari peluang sumber pembiayaan infrastruktur selain dari pendapatan daerah. Hasil kajian tersebut menyatakan bahwa risiko penerbitan obligasi daerah lebih rendah dibandingkan dengan penerbitan obligasi korporasi. Penerbitan obligasi daerah digunakan untuk membiayai proyek yang secara finansial menguntungkan.

Penelitian-penelitian tersebut memiliki kesimpulan yang hampir sama, yaitu lebih efektifnya penerbitan obligasi daerah dibandingkan pinjaman lain. Namun, penelitian tersebut tidak menunjukkan adanya rencana penerbitan obligasi daerah oleh pemerintah daerah sehingga tidak dapat menunjukkan persiapan penerbitannya.

(4)

Berkaca dari negara India, obligasi daerah pertama kali yang tidak dijamin oleh pemerintah diterbitkan oleh Ahmedabad Municipal Corporation (AMC) pada tahun 1998. Jumlah penerbitan sebesar Rs1 miliar (satu miliar rupee) untuk mendanai proyek air bersih dan persampahan (Vaidya dan Johnson, 2001). Proses penerbitan obligasi daerah oleh AMC dilaksanakan dalam jangka waktu dua tahun.

Penelitian-penelitian di Indonesia sebelumnya dilaksanakan terhadap pemerintah daerah yang belum berkeinginan menerbitkan obligasi daerah. Penelitian terhadap pemerintah daerah yang sudah menyatakan minat untuk menerbitkan obligasi daerah sangat diperlukan. Pemerintah daerah yang telah menyatakan minatnya untuk menerbitkan obligasi daerah yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2014). Kajian Elmi (2005) terhadap Pemerintah Provinsi Jawa Barat dilaksanakan pada saat pemerintah daerah tersebut belum melakukan persiapan penerbitan obligasi daerah. Penelitian ini bermaksud memahami persiapan Pemerintah Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menerbitkan obligasi daerah. Kerangka regulasi sudah diterbitkan oleh pemerintah pusat untuk memfasilitasi penerbitan obligasi daerah. Namun sampai saat ini belum ada pemerintah daerah yang berhasil menerbitkan obligasi daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, penerbitan obligasi daerah di Indonesia belum berhasil dilaksanakan. Sampai saat ini, belum ada pemerintah daerah di Indonesia yang menerbitkan obligasi daerah.

(5)

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang dipaparkan di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana Pemerintah Provinsi Jawa Barat melaksanakan persiapan penerbitan obligasi daerah?

2. Bagaimana perbandingan antara AMC pada saat akan melaksanakan penerbitan obligasi daerah pertama kali dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara kontekstual?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut.

1. Mengeksplorasi persiapan penerbitan obligasi daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

2. Menganalisis perbandingan antara AMC sebelum penerbitan obligasi daerah pertama kali dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara kontekstual.

1.5 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut.

1. Kontribusi Praktis

Penelitian ini diharapkan memberi masukan kepada pemerintah daerah dalam perencanaan penerbitan obligasi daerah.

(6)

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan ilmu tentang penerbitan obligasi daerah dan dapat menjadi landasan terhadap penelitian selanjutnya tentang obligasi daerah di Indonesia.

1.6 Motivasi Penelitian

Gagasan penelitian ini bermula dari terganggunya pemikiran penulis atas permasalahan penerbitan obligasi daerah di Indonesia. Peraturan teknis yang mengatur penerbitan obligasi daerah sudah terbit dengan lengkap sejak tahun 2006. Fakta bahwa saat ini belum ada pemerintah daerah yang berhasil menerbitkan obligasi daerah. Penelitian-penelitian tentang obligasi daerah selama ini hanya seputar kemampuan suatu daerah dalam menerbitkan obligasi dan kelayakan suatu proyek untuk didanai dengan penerbitan obligasi daerah. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang penerbitan obligasi daerah. Karenanya, penulis sangat tertarik melakukan analisis rencana penerbitan obligasi daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

1.7 Proses Penelitian

Proses penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pada gambar 1.1 berikut.

(7)

Gambar 1. 1 Tahapan Proses Penelitian

1.8 Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dengan skema penulisan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, motivasi penelitian, proses penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan pengertian obligasi daerah, kerangka hukum obligasi daerah, karakteristik obligasi daerah, kegiatan yang dapat dibiayai dari obligasi daerah, proses penerbitan obligasi daerah, penerbitan obligasi

(8)

daerah pertama kali di India, penelitian terdahulu tentang obligasi daerah, dan rencana penerbitan obligasi daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat. BAB III DESAIN RISET

Pada bab ini dijelaskan tentang rasionalitas penelitian; metode dan pendekatan penelitian; jenis data dan teknik pengumpulannya; analisis dan interpretasi data; serta reliabilitas dan validitas data.

BAB IV ANALISIS DAN DISKUSI

Pada bab ini akan dijelaskan tentang analisis data dan diskusi yang dilakukan selama proses penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disampaikan konklusi yang dihasilkan atas penelitian dan rekomendasi yang dimunculkan untuk perbaikan ke depan.

Gambar

Gambar 1. 1 Tahapan Proses Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Mengetahui jumlah komponen senyawa dalam ekstrak ethanol rimpang bengle melalui profil kromatogram serta mengetahui aktivitas ekstrak bengle terhadap bakteri

Ini sesuai dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa email dapat mengalami erosi yang disebabkan oleh bahan makanan dan minuman yang bersifat asam.8

Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus

Berdasarkan hasil uji coba, aplikasi ini mempermudah bagian Tata Usaha yang sebelumnya dalam melakukan proses pembayaran biaya operasonal pendidikan dilakukan

Struktur sosial dalam hal ini meliputi tingkat pendidikan, jenis pekejaan serta usia pemil~h, sedangkan perilaku pemberian suara adalah tindakan memilih

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas otonomi daerah dalam memaksimalkan pertumbuhan ekonomi, sekaligus menguji bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah dan dana bagi

Penerapan good governance didasarkan 9 prinsip meliputi adanya keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan kerangka hukum yang tanpa pandang bulu,

Bila tidak ada keberatan yang sah dari jemaat, maka peneguhan dan pemberkatan nikah akan dilaksanakan pada tanggal tersebut. Richard Liem di Kebaktian Umum Konventional ke