• Tidak ada hasil yang ditemukan

Polarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Polarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Polarisasi

Dede Djuhana

E-mail:[email protected]

Departemen Fisika FMIPA-UI

(2)









Cahaya

Teori Korpuskuler (Newton)

Cahaya adalah korpuskel–korpuskel yang dipancarkan oleh sumber dan merambat lurus dengan kecepatan besar. Teori ini tidak dapat menerangkan peristiwa interferensi

Teori Undulasi (Christian Huygens)

Cahaya adalah gelombang yang berasal dari sumber yang bergetar, merambat dalam medium “eter”.

Teori ini dapat menjelaskan peristiwa difraksi, interferensi dan polarisasi tetapi tidak dapat menerangkan perambatan cahaya lurus.

Teori Gelombang Elektromagnetik (Maxwell)

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik berasal dari medan listrik dan medan magnet,bergerak dengan kecepatan

3 × 10

8

m/s

Cahaya merupakan gelombang EM dengan

λ : 300

(3)









Polarisasi

The restriction in the direction and characteristics of the transverse of a light wave (Dictionary of

Physics)

Terjadinya perubahan arah bidang getar dari cahaya.









Polarisasi linier

Pandang dua gelombang dalam vektor medan listrik:

~

Ey

=

Eoy

~

cos(kx − ωt) = ˆ

yEoy

cos(kx − ωt)

(1)

~

Ez

=

Eoz

~

cos(kx − ωt + ) = ˆ

zEoz

cos(kx − ωt + )

(2)



=beda fase relatif antara 2 gelombang. Resultan kedua gelombang

~

E(x, t)

=

Ey

~

+ ~

Ez

(3)

=

yEoy

ˆ

cos(kx − ωt) + ˆ

zEoz

cos(kx − ωt + )

jika

 = ±2mπ(m = 0, 1, 2, 3, · · · )

mempunyai fase sama, maka resultannya

~

(4)

Resultan mempunyai Amplitudo yang konstan=

yEoy

ˆ

+ ˆ

zEoz

gelombang resultan adalah

gelombang terpolarisasi linier

Jika

 = ±(2m + 1)π

mempunyai beda fase 180 , maka resultannya

~

Ez

=

Eoz

~

cos(kx − ωt + ) = ˆ

zEoz

cos(kx − ωt ± 2(m + 1)π)

(5)

=

yEoy

+ ˆ

zEoz

) cos(kx − ωt)

(5)









Polarisasi melingkar

Amplitudo sama

E

~

oy

= ~

E

oz

= ~

E

dan beda fasenya

 = ±

π2

+ 2mπ (m = 0, 1, 2, 3, · · · )

Jika

 = −

π2

+ 2mπ

, maka resultannya

~

E(x, t)

=

Eoz

~

cos(kx − ωt + ) = ˆzE

oz

cos(kx − ωt −

π

2

+ 2mπ)

(6)

=

Eo

~

y cos(kx − ωt) + ˆz sin(kx − ωt)]

Gelombang resultan mempunyai harga amplitudo tetap yaitu

| ~

Eo

|

tetapi vektornya tidak lagi terletak pada bidang datar sehingga gelombang ini adalah gelombang terpolarisasi melingkar.

Jika

 = +

π2

+ 2mπ

, maka resultannya

~

E(x, t)

=

Eoz

~

cos(kx − ωt + ) = ˆzE

oz

cos(kx − ωt +

π

2

+ 2mπ)

(7)

=

Eo

~

y cos(kx − ωt) − ˆz sin(kx − ωt)]

(6)
(7)









Polarisasi eliptik

Polarisasi eliptik bila resultan vektor

E

~

mempunyai arah amplitudo yang berubah besar dan arah sehingga membentuk eliptik.

Persamaan(2) dapat dituliskan:

Ez

(x, t)

Eoz

=

cos(kx − ωt) cos  − sin(kx − ωt) sin 

(8)

Ey

(x, t)

Eoy

=

cos(kx − ωt) × (cos )

(9)

Ey

(x, t)

E

oy

cos 

=

cos(kx − ωt) cos 

Kombinasi persamaan(8) dan (9)

Ez

Eoz

Ey

(8)

dimana

sin(kx − ωt) =



1 −



Ey

Eoy



2



1/2

Maka persamaan(10) menjadi

 E

z

Eoz

Ey

Eoy

cos 

1

/2

=

"

1 −

 E

y

Eoy

2

#

sin

2



(11)

 E

z

E

oz



2

+

 E

y

E

oy



2

− 2

 E

z

E

oz

  E

y

E

oy



cos 

=

sin

2



Persamaan(11) merupakan PERSAMAAN ELIPS yang sumbunya membuat sudut

α

yaitu

tan 2α =

2Eoy

Eoz

cos 

E

2

oy

− E

oz2

(12)

Jika

α = 0 →  = ±(2m + 1)

π2

; (m = 1, 2, 3, · · · )

maka bentuk umum

 E

z

Eoz



2

+

 E

y

Eoy



2

= 1

(13)

Jika

Eoy

= Eoz

= Eo

maka persamaan(10) menjadi

→ E

z2

+ E

y2

= E

o2 gelombang terpolarisasi melingkar.

Jika

 = ±(2mπ)

maka persamaan(11) menjadi



Ez Eoz

Ey Eoy



2

= 0

atau

Ez

=

Eoz Eoy

Ey

(9)
(10)









Gelombang pada perbatasan dua media





Refleksi dan Transmisi gelombang transversal pada tali



Pada titik sambungan dua dawai yang berlawanan

Pandang gelombang datang, refleksi dan transmisi pada tali

ξi

=

ξoi

sin(ωt − k

1

x) →

arah kanan (14)

ξr

=

ξor

sin(ωt + k1

x) →

arah kiri (15)

ξ

r0

=

ξ

or0

sin(ωt − k

2

x) →

arah kanan (16)

Syarat kontinuitas pada titik sambungan pada dawai, terdapat hubungan

ξoi

+ ξor

= ξ

or0 (17)

Gaya vertikal tiap-tiap titik pada tali berlaku:

F

y1

=

T sin α ≈ T tan α = T

∂ξ1

∂x

= T

 ∂ξi

∂x

+

∂ξr

∂x



Tali-1 (18)

F

y2

=

T sin α ≈ T tan α = T

∂ξ2

∂x

= T

∂ξ

r0

∂x

Tali-2 (19)

(11)

Dengan memasukkan nilai batas pada

x = 0

(sambungan tali) dan kontinuitas tali-1 dengan tali-2 maka didapatkan

ξ

or0

=

2v2

v1

+ v2

ξoi

=

2õ

2

µ1

+ õ2

(20)

ξor

=

v2

− v

1

v1

+ v2

ξoi

=

µ1

µ2

µ1

+ õ2

(21)

Koefisien Refleksi dan Transmisi

R

=

ξor

ξoi

=

2õ

2

µ

1

+ õ

2

=

v2

− v

1

v

1

+ v

2

=

k1

− k

2

k

1

+ k

2 (22)

T

=

ξ

or0

ξoi

=

µ

1

µ

2

µ1

+ õ2

=

2v2

v1

+ v2

=

2k2

k1

+ k2

(23)

T selalu berharga positif artinya gelombang transmisi selalu sefase dengan gelombang datang. R dapat berharga positif atau negatif yaitu tergantung pada nilai

µ1

dan

µ2

artinya gelombang refleksi dapat sefase atau tidak sefase dengan gelombang datang

(12)





Refleksi dan Transmisi gelombang EM



Gelombang EM terdiri atas medan listrik

E

~

dan medan magnet

B

~

dan kuat medan dinyatakan dalam

~

H

dengan hubungan

B = µ ~

~

H

Arah rambat gelombang EM diperlukan

k × ~

ˆ

E = v ~

B

vektor

k

ˆ

adalah vektor satuan arah rambat.

Gelombang EM jatuh pada permukaan dua media yang isotropik akan banyak bidang getar(yaitu medan listrik)









Kasus-1: Medan listrik(

E ⊥

~

) tegak lurus bidang jatuh

T⊥

=

2n1

cos i

n1

cos i + n2

cos r

0

Koef. Transmisi (24)

R⊥

=

n

1

cos i − n

2

cos r

0

n1

cos i + n2

cos r

0

Koef. Refleksi (25)









Kasus-2: Medan listrik(

E k

~

) sejajar bidang jatuh

T

k

=

2n1

cos i

n1

cos r

0

+ n2

cos i

Koef. Transmisi (26)

R

k

=

n2

cos i − n

1

cos r

0

(13)

Persamaan diatas disebut Persamaan Fresnel dan jika dikombinasikan dengan Hukum Snellius

n

1

sin i = n

2

sin r

0 menjadi

T⊥

=

2n1

cos i

n1

cos i + n2

cos r

0

= −

sin(i − r

0

)

sin(i + r)

(28)

R⊥

=

n1

cos i − n

2

cos r

0

n1

cos i + n2

cos r

0

=

tan(i − r

0

)

tan(i + r)

(29)

T

k

=

2n1

cos i

n1

cos r

0

+ n2

cos i

=

2 sin r

0

cos i

sin(i + r

0

) + cos(i − r

0

)

(30)

R

k

=

n2

cos i − n

1

cos r

0

n1

cos r

0

+ n2

cos i

=

2 sin r

0

cos i

sin(i + r

0

)

(31)

(14)









Interpretasi Persamaan Fresnel









Koefisien Refleksi dan Refraksi

R

k

, R⊥, T

k

, T⊥

Untuk sudut jatuh kecil(

i ≈ 0 → tan α ≈ sin α

)

|R

k

|

i≈0

= | − R

| = |

sin(i − r

0

)

sin(i + r)

|

i=0

=

n

2

cos i − n

1

cos r

0

n

1

cos r

0

+ n

2

cos i

|R

k

|

i≈0

= | − R

=

sin(i − r

0

)

sin(i + r)

|

i=0

=

n

2

− n

1

n

2

+ n

1

(i ≈ 0 → cos i = cos r

0

= 1)

Bila

n

1

< n

2

→ i > r

0 maka nilai

R⊥

berharga negatif untuk setiap sudut jatuh

i

.Sebaliknya

R

k

berharga positif mulia

i = 0

turun sampai

0

R

k

= 0 =

tan(i − r

0

)

tan(i + r

0

)

tan(i − r

0

) = 0 → i = r

0

(

tidak mungkin

)

tan(i + r

0

) = ∞ → i + r

0

= 90

o

Jadi

R

k

= 0

tercapai pada sudut jatuh sehingga

i + r

0

= 90

o. Sudut jatuh ini kemudian disebut dengan

(15)

i = 90

o. Pada sudut jatuh

i = 0

terdapat hubunga

T

k

|

i=0

= T⊥

|

i=0

=

2n1

n1

+ n2

Untuk setiap sudut jatuh

i

, harga

T

k dan

T⊥

selalu positif

Bila

n

1

> n

2

→ i < r

0 sehingga harga

R⊥

selalu positif untuk setiap harga

i

R⊥

= +1

=

sin(i − r

0

)

sin(i + r

0

)

sin(i + r

0

)

=

− sin(i − r

0

)

sin(i + r

0

) + sin(i − r

0

)

=

0 → 2 sin i cos r

0

= 0

sin i = 0 → i = 0 (

tidak mungkin

)

cos r

0

= 0 → r

0

= 90

o

→ i = i

c Nilai

ic

= arcsin



n2 n1



.Untuk

i > ic

harga

R

k

=

konstan

= +1

. Harga

R⊥

→ i = 0

o adalah negatif



n2−n1 n2+n1



, kemudian naik sampai menjadi 1.

R

k

= +1

=

tan(i − r

0

)

tan(i + r

0

)

(16)

maka

R

k mencapai harga 1 untuk

i = ic

dan pada kondisi

i > ic

harga

R

k

= 1

konstan.

R

k

= 0 =

tan(i − r

0

)

tan(i + r

0

)

tan(i − r

0

) = 0 → i = r

0

(

tidak mungkin

)

tan(i + r

0

) = ∞ → i + r

0

= 90

o

→ i = i

p

Maka

R

k

= 0

dicapai pada kondisi

i = ip

(sudut polarisasi) dan harga

T

k dan

T⊥

adalah selalu positif untuk setiap sudut jatuh

i

.





Perubahan Fase



Nilai

R⊥

selalu positif untuk setiap sudut jatuh

i

pada

n

1

< n

2

Tanda

R⊥

ekivalen dengan arah relatif

Ei⊥

~

dengan

Er⊥

~

Perubahan arah

Er⊥

~

sebagai suatu perubahan fase yaitu

∆φR⊥

. Jika

R⊥

negatif perubahan fase

∆φR⊥

= π

radian dan jika

R⊥

positif maka

∆φR⊥

= 0

Nilai

T⊥

dan

T

k selalu positif, maka

∆φR⊥

= 0

Pada kondisi

n

1

> n

2 komponen-komponen normal tidak mengalami perubahan.

Bagaimana hubungan antara

E

ik dengan

E

rk dan

E

r0k? sefase atau tidak sefase.

Dua medan dikatakan sefase bila komponen medan yang tegak lurus bidang batas adalah sejajar searah Dua medan dikatakan tidak sefase bila komponennya adalah sejajar berlawan arah.

(17)

Terlihat

E

i⊥ dan

E

r0 adalah sefase (sama juga dengan

B

ik dan

B

r0k

)

dan

E

i⊥ dan

E

r0 adalah

tidak sefase (sama juga dengan

B

ik dengan

B

rk

R

k

=

n

2

cos i − n

1

cos r

0

n

1

cos r

0

+ n

2

cos i

Harga

R

k selalu positif

∆φ

Rk

= 0

apabila

n2

cos i − n

1

cos r

0

>

0

sin i cos i − cos r

0

sin r

0

>

0

n

1

< n

2

→ R

k

=

positif jika

i + r

0

<

π2

n1

> n2

→ R

k

=

positif jika

i + r

0

<

π2





Reflektan dan Trasmitan



Intensitas GEM

¯

I =

1

2

co

~

E

2 (32) menyatakan aliran energi persatuan waktu persatuan luas.

Ii

= intensitas gelombang datang

Ir

= intensitas gelombang refleksi

(18)

r

=

Ir

Ii

=

1/2v

1

c

1

E

or2

1/2v

1

c

1

E

o12

= R

2 Reflektan (33)

t

=

I

0 r

Ii

=

n2

cos r

0

n

1

cos i



E

or0

Eoi



2

=

n2

cos r

0

n

1

cos i

T

2 Transmitan (34)

Sehingga intensitas reflektan dan transmitan

r

= R

2 ⊥

t

=

n2

cos r

0

n1

cos i

T

2 ⊥ (35)

r

k

= R

2k

t

k

=

n2

cos r

0

n1

cos i

T

2 k (36)

r⊥

+ t⊥

=

1

(37)

r

k

+ t

k

=

1

(38)

(19)

(a)

(b)

(20)

(a)

(a)

Gambar 4: Gelombang EM jatuh pada bidang perbatasan 2 media (a) Medan listrik sejajar dan

(b) Medan magnet sejajar bidang normal

Gambar

Gambar 1: Polarisasi melingkar
Gambar 2: Polarisasi Eliptik
Gambar 3: (a) Medan magnet( B ~ ) dan (b) Medan listrik( E ~ ) sejajar bidang normal
Gambar 4: Gelombang EM jatuh pada bidang perbatasan 2 media (a) Medan listrik sejajar dan (b) Medan magnet sejajar bidang normal

Referensi

Dokumen terkait

Bila ruang tersebut dipengaruhi medan magnet, 0,5 T dalam arah tegak lurus, maka besar gaya Lorentz yang dialami kawat adalah... Sebuah benda bermassa 0,5kg dilemparkan vertical

gelombang radio yang terdiri dari medan listrik dan magnet yang saling tegak lurus. Saat komponen listrik horizontal maka gelombang dikatakan terpolarisasi horizontal,

Bila ruang tersebut dipengaruhi medan magnet 0,5 T dalam arah tegak lurus arus, maka besar gaya Lorentz yang dialami kawat adalah .... 1,50 N

Umumnya, arah tegangan miring terhadap luas tempatnya bekerja dan dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu tegangan normal (stress normal) tegak lurus terhadap luas dan

Garis-garis medan listrik antara kedua pelat tersebut mulai dengan arah tegak lurus terhadap permukaan pelat logam dan langsung menuju satu pelat dari yang lainnya, karena

Ibu jari dan dua jari yang pertama dari tangan kanan disusun sehingga saling tegak lurus satu sama lain dengan menunjukkan arah garis gaya magnet dari medan, dan jari

Pada kondisi ketika arah medan listrik sejajar atau pun tegak lurus dengan bidang kejadian, jika impedansi intrinsik medium 2 lebih kecil dari medium 1, maka sudut terus