• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MULSA ALANG-ALANG UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN KERING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MULSA ALANG-ALANG UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN KERING"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN

JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN KERING

IDI DARPAN MAULANA A24061451

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(2)

IDI DARPAN MAULANA. Penggunaan Mulsa Alang-alang untuk Mengendalikan Gulma pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering. (Dibimbing oleh M A CHOZIN).

Penelitian ini didasari keinginan untuk meningkatkan produksi jagung dengan cara memanipulasi lingkungan dengan cara pemberian mulsa. Mulsa yang digunakan yaitu mulsa alang-alang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa alang-alang terhadap pertumbuan dan produksi jagung serta pengaruhnya terhadap gulma.

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor mulai dari Januari sampai Juni 2010. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu dosis mulsa alang-alang (M) dengan 4 taraf perlakuan diantaranya (M1) 2 ton/ha, (M2) 4 ton/ha, (M3) 6 ton/ha, dan (M4) 8 ton/ha serta 2 kontrol yaitu 0 ton/ha dengan disiangi gulmannya (K1) dan 0 ton/ha tanpa disiangi gulmanya (K2).

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan dan produksi jagung meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tongkol dengan kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, bobot pipilan dan bobot 100 biji. Analisis vegetasi gulma dilakukan dengan metode kuadrat. Analisis tanah dilakukan secara komposit sebelum tanam dan setelah panen.

Pada penelitian ini ada beberapa penyakit dan hama tanaman yang menyerang diantaranya yaitu penyakit bulai (Peronosclerospora maydis), penyakit karat daun (Puccinia sorghi), dan belalang (Valanga nigricornis). Analisis tanah menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara makro meningkat pada petak-petak yang diberi perlakuan mulsa alang-alang.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa mulsa alang-alang dengan dosis 6 ton/ha dan 8 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan jagung. Hal ini diduga perlakuan mulsa alang-alang dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat mengurangi kompetisi antara gulma dan tanaman jagung. Berkurangnya kompetisi tersebut menyebakan tanaman jagung dapat memanfaatkan sarana tumbuh dengan baik. Penekanan pertumbuhan gulma dapat

(3)

dilihat dari bobot kering gulma di setiap petak percobaan. Pada perlakuan 6 ton/ha dan 8 ton/ha bobot kering gulmanya berbeda nyata dengan kontrol yang tanpa disiangi. Selain itu, mulsa alang-alang juga diduga dapat meningkatkan sifat fisik dan kimia tanah. Berdasarkan hasil analisis tanah akhir diketahui bahwa ketersediaan unsur makro seperti N, P dan K yang diberi perlakuan mulsa alang-alang meningkat dibandingkan dengan analisis tanah awal.

Perlakuan mulsa alang-alang juga dapat meningkatkan produksi jagung. Hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman jagung yang baik serta lingkungan tumbuh yang baik pula. Pertumbuhan dan lingkungan yang baik menyebabkan jagung dapat berproduksi dengan baik.

(4)

UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN

JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN KERING

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

IDI DARPAN MAULANA A24061451

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(5)

Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering

Nama : Idi Darpan Maulana NIM : A24061451

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M.A. Chozin, MAgr NIP 19500303.197603.1.002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP 19611101.198703.1.003

(6)

Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 11 Desember 1987. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari Bapak Madla dan Ibu Rokayah.

Tahun 1994 penulis bersekolah di SDN Kukupu 2 Bogor, lulus pada tahun 2000. Kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 5 Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama kuliah penulis pernah mengikuti magang kewirausahaan di University Farm. Selain itu penulis juga pernah menjadi panitia dalam acara MPD (Masa Perkenalan Departemen) Departemen Agronomi dan Hortikultura.

(7)

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Penggunaan mulsa alang-alang untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung (Zea mays L.) di lahan kering”. Penelitian ini dilaksanakan untuk megetahui pengaruh mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi jagung serta pertumbuhan gulma.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, MAgr. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir. Endah R. Palupi, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian studi selama perkuliahan

3. Dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam ujian skripsi

4. Ayahanda dan ibunda tercinta atas doa, dukungan dan arahannya selama ini.

5. Kakak-kakak dan keponakan-keponakan tersayang atas doa dan dukungannya

6. Teman-teman AGH 43 atas kenangan-kenangan indah selama ini 7. Teman-teman BKL 408, IRMA At-taqwa, Wasilas, Al-Marhamah,

dan B9D atas doa dan dukungannya

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi.

Bogor, Maret 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Jagung ... 3 Mulsa ... 4

Pengaruh Mulsa Terhadap Gulma ... 4

BAHAN DAN METODE ... 6

Tempat dan Waktu ... 6

Bahan dan Alat ... 6

Rancangan Percobaan ... 6

Pelaksanaan Penelitian ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

Hasil ... 10

Pembahasan ... 14

KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

Kesimpulan ... 17

Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengaruh Mulsa Alang-alang terhadap Tinggi Tanaman

Jagung……… 11 2. Pengaruh Mulsa Alang-alang terhadap Jumlah Daun Tanaman

Jagung……… 11 3. Pengaruh Perlakuan Mulsa Alang-alang terhadap Komponen

Produksi Jagung……… 12 4. Nilai Jumlah Dominansi Gulma………... 13 5. Pengaruh Mulsa Alang-alang terhadap Bobot Kering Gulma………. 13

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Layout Penelitian………. 20 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam……….. 21 3. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian

Tanah (1983)……… 22 4. Data Iklim Bulan Januari-Juni, Darmaga, Bogor ……….. 23 5. Perbandingan Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Perlakuan…… 24

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung merupakan tanaman pangan dari jenis rumput yang dibudidayakan paling luas di Indonesia setelah padi. Daerah sentra produksinya meliputi: Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Produksi nasional pada tahun 2010 sebesar 17.84 juta ton dengan produktivitas 4.32 ton/ha (Departemen Pertanian, 2011). Produksi ini masih bisa ditingkatkan diantaranya dengan memperluas areal produksi dan atau meningkatkan produktivitas.

Perluasan lahan dapat diarahkan ke lahan kering, karena lahan kering di Indonesia masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada tahun 2005 Jawa Barat memiliki lahan kering seluas 3 214 484 ha yang produktivitasnya masih rendah (Departemen pertanian, 2009). Hal ini disebabkan lahan kering memiliki beberapa kendala. Menurut As-syakur (2007) kendala yang dihadapi pada lahan kering yaitu kekeringan pada musim kemarau, kekurangan unsur hara, dan erosi ditambah juga dengan permasalahan gulma.

Salah satu cara meningkatkan produksi pertanian adalah dengan cara memanipulasi lingkungan tumbuh tanaman. Upaya memanipulasi lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemulsaan. Mulsa merupaka material yang dihamparkan di permukaan tanah. Pemberian mulsa dapat secara langsung berpengaruh terhadap lingkungan tumbuh tanaman seperti mencegah erosi, serta meningkatkan kadar air tanah, suhu tanah, udara tanah dan refleksi sinar matahari (Umboh, 2000).

Tujuan lain pemulsaan adalah untuk mengendalikan gulma. Menurut Sukman dan Yakup (2002) gulma perlu dikendalikan karena (1) menurunkan produksi akibat bersaing dalam pemanfaatan sarana tumbuh, (2) menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma, (3) mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman, (4) menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman, (5) meningkatkan biaya usaha tani akibat biaya penyiangan. Terdapat korelasi negatif antara bobot kering

(12)

gulma dan hasil jagung, dengan penurunan hasil hingga 95% (Violic dalam Fadhly dan Tabri, 2008).

Beberapa penelitian melaporkan bahwa biomassa tumbuhan seperti jerami padi serasah tumbuhan, termasuk alang-alang potensial digunakan sebagai mulsa (Fahrurrozi et. al., 2005; Sumarni et. al., 2006; Mayun 2007,). Meskipun demikian, penelitian mengenai penggunaan mulsa alang-alang untuk tanaman jagung baik cara aplikasi, waktu aplikasi maupun dosisnya belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui sampai sejuah mana pengaruh dari penggunaan mulsa alang-alang terhadap pertumbuhan dan produksi jagung serta pengaruhnya terhadap gulma.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui pengaruh mulsa alang-alang terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

2. Mengetahui pengaruh mulsa alang-alang terhadap pertumbuhan gulma. 3. Mengetahui dosis mulsa alang-alang optimum untuk produksi jagung.

Hipotesis

1. Penggunaan mulsa alang-alang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung.

2. Penggunaan mulsa alang-alang dapat menekan pertumbuhan gulma

3. Semakin tinggi dosis mulsa alang-alang semakin baik penekanannya terhadap gulma dan semakin tinggi produksi jagung

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung Deskripsi Jagung

Jagung (Zea mays L.) termasuk dalam genus Zea, subfamili Panicoidea, famili Poaceae, dan ordo Tripsaceae. Tanaman jagung berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang 25 cm. Akar jagung menyebar pada lapisan olah tanah. Bentuk sitem perakaran jagung sangat bervariasi. Batang jagung berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang selebar 2-2.5 cm. Tinggi tanaman jagung bervariasi antara 125-150 cm. Batang jagung berbuku-buku yang dibatasi oleh ruas-ruas. Kedudukan daun jagung adalah distik (dua baring daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berselang), dengan pelepah-pelepah daun saling bertindih dan daunnya lebar yang relatif panjang dengan ujung daun meruncing (Suprapto dan Marzuki, 2002).

Jagung adalah tanaman menyerbuk silang dan monociauos, memiliki bunga jantan dan betina yang terpisah tapi pada tanaman yang sama. Biasanya bunga jantan berada pada ujung atas batang sedangkan bunga betinanya berada di buku bagian bawah batang. Bunga betina yang telah diserbuki dan berkembang akan memiliki 300-1000 biji (kernel) yang tersusun berbaris sepanjang tongkolnya (Farnham et. al., 2007)

Syarat Tumbuh

Tanaman jagung tidak memerlukan tanah dengan persyaratan yang khusus. Namun tanaman jagung akan menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang paling baik jika ditanam pada tanah yang memiliki drainase dan aerasi yang baik serta memiliki bahan organik dan unsur hara tersedia yang cukup. Kisaran pH yang sesuai yaitu 5.6-7.5. Tanah yang dapat ditanami jagung antara lain andosol, latosol, grumosol dan tanah berpasir. Tanah yang berlempung atau liat (latosol) berdebu merupakan tanah yang paling baik untuk pertumbuhan jagung. Kemiringan tanah maksimum yaitu 8 % (Purwono dan Purnamawati, 2008).

(14)

Jagung dapat tumbuh dari daerah tropis sampai daerah temperet (0º-50º LU dan 0º-40º LS). Kebutuhan air selama masa pertumbuhan yaitu 600-900 mm atau 85-200 mm/bulan secara merata. Suhu yang sesuai yaitu 21oC-34ºC dan ketinggian 0-3000 m dpl (Purwono dan Purnamawati, 2008)

Mulsa

Mulsa diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian. Mulsa berdasarkan bahan dan cara pembuatannya dibedakan menjadi mulsa organik, mulsa anorganik, dan mulsa kimia sintesis. Mulsa oragnik meliputi sisa-sisa hasil pertanian, mulsa anorganik meliputi bahan batuan dengan berbagai ukuran dan bentuk, dan mulsa kimia sintesis meliputi bahan plastik dan bahan kimia lainnya (Umboh, 2000).

Pemberian mulsa dapat meningkatkan hasil tanaman budidaya. Pemberian mulsa alang-alang sebanyak 6 ton/ha meningkatkan jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi, dan berat kering biji per petak tanaman kacang kedelai (Fahrurrozi et al., 2005). Pada tanaman kentang pemberian mulsa dapat meningkatkan laju pertumbuhan relatif dan produksi umbi. Hal ini dikarenakan pemberian mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman tidak berkompetisi untuk memanfaatkan sinar matahari dan menyerap unsur hara (Umboh, 2000).

Pemberian mulsa juga dapat menyuburkan tanah. Mulsa dapat menjaga kestabilan agregat dan kimia tanah, menjaga ketersediaan air tanah dan menjaga suhu tanah, meningkatkan ketersediaan unsur K dalam tanah, dan mencegah pencucian nitrogen (Fahrurrozi et al., 2005; Umboh, 2000 dan Sudadi et. al., 2007).

Pengaruh Mulsa Terhadap Gulma

Penggunaan mulsa alang-alang (Imperata cylindrica) dapat menekan petumbuhan gulma. Salah satu mekanisme mulsa alang-alang menekan pertumbuhan gulma yaitu dengan mempengaruhi cahaya. Menurut Sukman dan Yakup (2002) mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan

(15)

tanah dan menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta beberapa jenis gulma dewasa mati.

Mekanisme lain mulsa alang-alang menekan gulma yaitu dengan adanya senyawa alelopati yang dikandung oleh alang-alang. International Allelopathy

Society mendefinisikan alelopati sebagai semua proses termasuk metobolit sekunder yang dihasilkan tanaman, mikroorganisme, virus dan fungi yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta sistem biologi (kecuali hewan), baik pengaruhnya positif maupun negatif (Lux-Endrich and Hock, 2005).

Hasil penelitian Utomo (1985) menunjukkan bahwa senyawa alelopati yang dikandung alang-alang dapat menekan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Hal ini antara lain disebabkan oleh kandungan asam vanillat yang terkandung dalam rimpang alang-alang. Asam vanillat mampu mereduksi kandungan klorofil dan mengacaukan konduktivitas stomata daun kedelai. Akibatnya proses fotosintesis tanaman kedelai terganggu.

Fenomena alelopati selain dalam tataran keilmuan juga memiliki implikasi praktis untuk diterapkan dalam sistem produksi pertanian. Senyawa alelopati dari tanaman, gulma, residu tumbuhan maupun mikroorganisme dapat dimanfaatkan bagi tujuan pengendalian gulma, patogen dan hama tanaman dalam mendukung teknologi budi daya tanaman ramah lingkungan pada sisitem pertanian berkelanjutan (Junaedi et. al., 2006).

(16)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun percobaan Cikabayan IPB, Darmaga Bogor dengan ketinggian tempat 250 m dpl, jenis tanah latosol. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Juni 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung hibrida, pupuk kandang, pupuk anorganik seperti Urea, SP-18, dan KCl, mulsa alang-alang, dan insektisida berbahan aktif Carbofuran. Alat alat yang digunakan adalah meteran, kuadrat, timbangan, timbangan analitik, dan alat-alat pertanian yang biasa digunakan.

Rancangan Percobaan

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu dosis mulsa alang-alang (M) dengan 4 taraf perlakuan diantaranya:,(M1) 2 ton/ha, (M2) 4 ton/ha, (M3) 6 ton/ha, dan (M4) 8 ton/ha. Selain itu, digunakan dua kontrol yaitu 0 ton/ha dengan disiangi gulmannya (K1) dan 0 ton/ha tanpa disiangi gulmanya (K2).

Model linier yang digunakan adalah:

Yij = µ + Mi + βj + εij i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3, 4 Keterangan,

Yij : Nilai peubah yang diamati akibat perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ : Rataan umum

Mi : Pengaruh dosis mulsa alang-alang βj : Pengaruh kelompok atau ulangan ke-j

εij : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan dilakukan dengan analisis ragam (Uji-F). Jika hasil Uji-F menunjukkan pengaruh

(17)

nyata maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan

Lahan diolah terlebih dahulu sampai pada kondisi siap tanam. Lahan dibuat petak-petakan berukuran 6 m x 3.5 m dengan jarak antar petak 50 cm. Setiap petakan diberi pupuk kandang 20 kg. Selanjutnya tanah dibiarkan selama satu minggu untuk kemudian ditanami.

Penanaman

Lubang tanam dibuat dengan tugal dengan jarak tanam 80 cm × 40 cm. Barisan lubang dibuat dengan arah Utara-Selatan. Setiap lubang diisi dengan satu benih jagung dan Carbofuran lalu lubang ditutup dengan tanah. Setelah itu diberi pupuk dasar dengan secara melingkar di sekitar lubang tanam. Pupuk yang diberikan merupakan campuran dari Urea, SP-18, dan KCl dengan perbandingan per petaknya yaitu 0.5 kg : 0.5 kg : 0.3 kg. Untuk pupuk Urea diberikan secara bertahap yaitu ⅓ dosis pada saat tanam dan ⅔ lagi pada 4 Minggu Setelah Tanam (MST).

Pemberian Perlakuan Mulsa Alang-alang

Mulsa diberikan pada saat selesai penanaman. Mulsa dihamparkan di lahan secara merata menutupi areal pertanaman dan dibiarkan terbuka pada bagian lubang tanam (diameter 20 cm). Pemberian mulsa sesuai dengan rancangan percobaan yang telah dibuat (Lampiran 1). Petak yang sudah diberi mulsa lalu diberi label sesuai dengan perlakuannya. Pada saat 2 MST dipilih 10 tanaman contoh pada setiap perlakuan dan kontrol.

Pemeliharan

Pemeliharaan yang dilakukuan meliputi penyulaman, penyiangan gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada 1 MST yaitu dengan mengganti benih yang tidak tumbuh atau kecambah yang tidak normal dengan benih yang baru. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara babat tanah

(18)

merah hanya pada petakan kontrol yang disiangi. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara teknis yaitu dengan mencabut tanaman yang terserang penyakit.

Panen

Panen dilakukan saat biji telah masak fisiologis yang ditandai dengan adanya black layer pada biji. Secra visual panen dilakukan saat yaitu menuanya kelobot atau bagian-bagian tanaman secara keseluruhan, mulai dari daun yang telah berwarna kecoklatan.

Pengamatan

Pengamatan pada tanaman jagung dilakukan terhadapat 10 tanaman contoh yang diambil dari masing-masing petak. Pengamatan yang dilakukan meliputi:

1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi, dimulai dari 5 MST sampai 9 MST. 2. Jumlah daun. Daun dihitung mulai dari 5 MST sampai 9 MST

3. Bobot kering berkelobot (g). Tongkol dijemur selama satu minggu kemudian ditimbang.

4. Bobot kering tongkol tanpa kelobot(g). Tongkol dipisahkan dari kelobotnya kemudian ditimbang.

5. Bobot pipilan kering(g). Tongkol dipipil kemudian di timbang

6. Bobot 100 butir biji kering(g). Dipilih secara acak 100 butir jagung yang telah dipipil kemudian ditimbang

Analisis vegetasi gulma dilakukan 60 HST pada semua petak percobaan. Metode yang digunakan yaitu dengan metode kuadrat. Kuadrat yang digunakan berukuran 0.5 m × 0.5 m. Kuadarat ditempatkan secara acak di masing-masing petak percobaan sebanyak dua kali. Pengamatan yang dilakukan meliputi:

1. Jenis-jenis spesies gulma. Contoh gulma yang telah diambil dari lapangan dipisahkan berdasarkan spesies masing-masing.

2. Jumlah individu per spesies. Setelah gulma dipisahkan berdasarkan spesiesnya masing-masing kemudian dihitung jumlah individu per spesies.

(19)

3. Bobot kering tiap spesies. Perhitungan bobot kering dilakukan dengan cara mengoven gulma pada suhu 80 ºC selama 3 hari, selanjutnya ditimbang.

4. Dominansi gulma. Dominansi gulma dianalisis dengan menggunakan NJD (Nisbah Jumlah Dominansi). Nilai NJD dicari berdasarkan rata-rata 3 nilai penting, yakni kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, dan bobot kering nisbi.

Analisis tanah dilakukan dua kali yaitu sebelum tanam dan setelah panen secara komposit dari masing-masing perlakuan

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum

Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Januari sampai Juni 2010. Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 23.2oC-31.8oC. Curah hujan rata-rata selama penelitian 300.7 mm/bulan (Lampiran 2). Kondisi suhu udara dan curah hujan yang ada sesuai untuk pertumbuhan jagung. Menurut Purwono dan Purnamawati (2008) curah hujan untuk lagung berkisar antara 85-200 mm/bulan dan suhu 21oC-34oC.

Hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah menunjukkan bahwa kondisi tanah sebelum penelitian tergolong masam (pH H2O 5.00). Ketersedian unsur hara

makro seperti N, P dan K tergolong rendah. (Lampiran 3).

Hama dan penyakit tanaman yang menyerang pertanaman jagung yaitu belalang (Valanga nigricornis Durm.), penyakit bulai (Peronosclerospora maydis Racib.) dan penyakit karat daun (Puccinia sorghi Scwh.). Selama penelitian berlangsung tidak dilakukan pengendalian terhadap hama karena serangannya tidak sampai merusak pertanaman jagung. Pengendalian penyakit dilakukan secara teknis yaitu dengan mencabut dan membuang tanaman yang terserang.

Pertumbuhan dan Produksi Jagung

Tinggi tanaman. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan

mulsa alang-alang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 7, 8 dan 9 MST namun tidak berpengaruh nyata pada 5 dan 6 MST (Lampiran 4). Tabel 1 memperlihatkan bahwa perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha pada 9 MST masing-masing 140.25 cm dan 141.03 cm tidak berbeda nyata dengan petak yang disiangi (139.26 cm) namun berbeda nyata dengan petak yang disiangi (108.92 cm). Hal ini menunjukkan penggunaan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha akan menghasilkan tinggi tanaman jagung yang sama dengan tinggi tanaman jagung yang dibudidayakan dengan penyiangan gulma.

(21)

Tabel 1. Pengaruh Mulsa Alang-alang terhadap Tinggi Tanaman Jagung.

Dosis Mulsa Alang-alang Umur (MST)

5 6 7 8 9

………...(cm)……….

0 ton/ha tanpa disiangi 64.36 81.73 99.10ab 95.45a 108.92a

2 ton/ha tanpa disiangi 61.33 77.66 94.00ab 103.33ab 122.61ab

4 ton/ha tanpa disiangi 58.27 73.14 88.25a 95.00a 113.34a

6 ton/ha tanpa disiangi 70.22 91.98 113.75ab 120.75b 140.25b

8 ton/ha tanpa disiangi 72.03 94.68 117.33b 125.58b 141.03b

0 ton/ha disiangi 70.95 83.87 108.80ab 118.38ab 139.26b

Uji-F tn tn * * **

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

tn : tidak nyata * : berbeda nyata ** : berbeda sangat nyata

(Tabel berikutnya yang memiliki tanda tn, * dan ** mempunyai keterangan yang sama)

Jumlah daun. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan mulsa

alang-alang berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 7 dan 8 MST namun tidak berpengaruh nyata pada 5, 6 dan 9 MST (Lampiran 4). Tabel 2 menunjukkan pada 8 MST perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton /ha adalah 9.83 dan 10.13 tidak berbeda nyata dengan petak yang disiangi (8.57). Hal ini menunjukkan perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha akan memperoleh jumlah daun tanaman jagung yang sama dengan yang dibudidayakan secara biasa dengan penyiangan.

Tabel 2. Pengaruh Mulsa Alang-alang terhadap Jumlah Daun Tanaman Jagung Dosis Mulsa Alang-alang Umur (MST)

5 6 7 8 9

0 ton/ha tanpa disiangi 6.13 7.05 7.72ab 8.65a 9.92

2 ton/ha tanpa disiangi 6.35 6.90 7.89ab 8.34a 10.01

4 ton/ha tanpa disiangi 6.66 7.10 7.21a 8.45a 9.56

6 ton/ha tanpa disiangi 7.22 8.00 8.47ab 9.83b 10.55

8 ton/ha tanpa disiangi 7.30 8.14 8.90b 10.13b 10.82

0 ton/ha disiangi 7.07 7.95 8.57b 9.84b 10.54

Uji-F tn tn * * tn

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

(22)

Produksi Jagung. Hasil penelitian ini menunjukkan perlakuan mulsa

alang-alang berpengaruh nyata terhadap bobot kering tongkol dengan kelobot, bobot kering tongkol tanpa kelobot dan bobot pipilan jagung (Lampiran 4). Perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha menghasilkan bobot kering dengan kelobot masing-masing 84.57 g dan 86.10 g tidak berbeda nyata dengan kontrol yang gulmanya disiangi (84.47 g) namun berbeda nyata dengan kontrol yang tidak disiangi (53.28 g). Perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha menghasilkan bobot kering tanpa kelobot masing-masing 67.94 g dan 66.25 g tidak berbeda nyata dengan kontrol yang gulmanya disiangi (64.67 g) namun berbeda nyata dengan kontrol yang tidak disiangi (44.57 g). Begitu juga dengan bobot pipilan (54.68 g dan 53.47 g) yang tidak berbeda nyata dengan kontrol yang gulmanya disiangi (51.30 g) namun berbeda nyata dengan kontrol yang tidak disiangi (35.85 g). Pada bobot 100 butir perlakuan mulsa alang-alang tidak berpengaruh nyata (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Mulsa Alang-alang terhadap Komponen Produksi Jagung.

Dosis Mulsa Alang-alang Bobot Tongkol dengan Kelobot Bobot Tongkol tanpa Kelobot Bobot Pipilan per Tanaman Bobot 100 butir ………..(g)……….

0 ton/ha tanpa disiangi 53.28a 44.57a 35.85a 17.83

2 ton/ha tanpa disiangi 67.60ab 55.00ab 42.48abc 20.06

4 ton/ha tanpa disiangi 57.84a 48.26a 38.59ab 19.04

6 ton/ha tanpa disiangi 84.57b 67.94b 54.68c 19.33

8 ton/ha tanpa disiangi 86.10b 66.25b 53.47c 20.52

0 ton/ha disiangi 84.47b 64.67b 51.30bc 19.36

Uji-F ** * * tn

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Pertumbuan Gulma

Dominansi gulma. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, diketahui bahwa

gulma yang mendominansi di hampir semua petak percobaan yaitu gulma Borreia

alata dan Axonopus compressus. Tabel 4 menunjukkan petak yang memilki Nilai Jumlah Dominansi (NJD) Borreria alata tinggi, memiliki NJD gulma golongan

(23)

rumput yang kecil. Sebaliknya, semakin rendah NJD Borreria alata maka semakin tinggi NJD gulma golongan rumput. Berdasarkan Tabel 4 dominansi

Borreria alata diduga dapat menekan pertumbuhan gulma lain khususnya gulma golongan rumput.

Tabel 4. Nilai Jumlah Dominansi Gulma

Jenis Gulma M1 M2 M3 M4 K1 K2

………(%)………

Axonopus compressus (Sw.) P. Beauv. 13.19 12.82 8.27 14.21 74.69 18.14

Borreria alata (Aubl) DC. 48.01 49.76 49.82 26.56 0 40.43

Sida acuta Burm. F. 13.55 15.43 0 0 0 7.05

Calopogonium mucunoides Desv. 12.98 0 0 8.43 0 8.66

Otochloa nodosa (Kunth) Dandy 0 0 18.09 0 0 0

Digitaria adscendens (Kunth) Herard 0 10.16 15.78 25.15 11.49 15.78

Cleome rutidosperma D. C. 0 0 0 9.94 0 0

Gulma lain 11.94 11.83 8.04 15.71 13.82 9.94

Bobot kering gulma. Berdasarkan analisis ragam perlakuan gulma

berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma. Perlakuan mulsa alang-alang 6 ton dan 8 ton/ha nyata menurunkan bobot kering gulma 29.64 g dan 27.02 g dibandingkan dengan kontrol yang tidak disiangi (44.12 g).

Tabel 5. Pengaruh Mulsa Alang-alang terhadap Bobot Kering Gulma Dosis Mulsa Alang-alang Bobot Kering Gulma

(g/0.25 m2) 0 ton/ha Tanpa disiangi 44.12a

2 ton/ha tanpa disiangi 40.25ab 4 ton/ha tanpa disiangi 42.30ab 6 ton/ha tanpa disiangi 29.64bc 8 ton/ha tanpa disiangi 27.02c

0 ton/ha Disiangi 3.15d

Uji-F **

Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

(24)

Pembahasan

Perlakuan mulsa alang-alang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat dari tinggi tanaman dan jumlah daun yang diberi perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol yang gulmanya disiangi dan berbeda nyata dengan kontrol yang gulmanya tidak disiangi (Tabel 1 dan 2). Hal ini diduga karena penggunaan mulsa alang-alang dapat menekan pertumbuhan gulma (Tabel 5). Penekanan pertumbuhan gulma dapat mengurangi kompetisi yang terjadi antara tanaman jagung dengan gulma. Berkurangnya kompetisi antara tanaman jagung dengan gulma membuat tanaman jagung dapat memanfaatkan sarana tumbuh dengan lebih baik. Hal inilah yang diduga menyebatkan penggunaan mulsa alang-alang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung.

Penekanan gulma oleh mulsa alang-alang dapat dilihat dari bobot kering gulma pada setiap petak perlakuan. Penggunaan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha dapat mengurangi bobot kering gulma dibandingkan dengan kontol yang gulmanya tidak disiangi (Tabel 5). Hal ini diduga karena petumbuhan gulma tertekan oleh adanya mulsa alang-alang. Mulsa alang-alang dapat menekan pertumbuhan gulma diduga karena mulsa alang-alang dapat mengurangi intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang kurang diduga dapat mengurangi perkecambahan biji gulma (Sukman dan Yakup, 2002). Selain itu, mulsa alang-alang juga diduga mengeluarkan senyawa alelopati yang mempengaruhi pertumbuhan gulma. Palapa (2009) menyatakan bahwa ekstrak alang-alang dapat menghambat pertumbuhan gulma bayam duri (Amaranthus spinosus).

Pada petak kontrol yang tidak disiangi, petak dengan mulsa alang-alang 2 ton/ha, 4 ton/ha dan 6 ton/ha diketahui bahwa gulma yang mendominasi adalah

Borreria alata. Hal ini diduga karena Borreria alata dapat menekan pertumbuhan gulma lain karena kompetisi dan kemungkinan adanya alelopati. Penelitian Wiroatmodjo et. al., (1993) menunjukkan bahwa semakin lama keberadaan dan semakin besar kerapatan gulma Borreria alata maka komponen produksi dan produksi padi gogo semakin tereduksi. Hal ini diduga karena alelopati yang ada pada Borreria alata. Sedangkan pada petak 8 ton/ha dominansi gulma Borreria

(25)

alata tidak begitu besar tapi dominansi gulma golongan rumput (Digitaria

adscendens) meningkat. Hal ini diduga karena mulsa alang-alang dengan dosis 8 ton/ha dapat menekan pertumbuhan Borreria alata.

Selain itu, peningkatan pertumbuhan juga berkaitan dengan kemampuan mulsa yang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Berdasarkan hasil analisis tanah akhir diketahui bahwa ketersediaan unsur makro seperti N, P dan K pada petak yang diberi perlakuan mulsa alang-alang meningkat dibandingkan dengan analisis tanah awal. Pada analisis tanah awal diketahui bahwa kadar unsur hara N, P dan K berturut- turut adalah 0.12 %, 5.6 ppm dan 17 ppm (Lampiran 3). Pada analisis tanah setelah panen terjadi peningkatan unsur hara N, P dan K dan yang terbesar terjadi pada perlakuan 6 ton/ha (0.17 %, 16.7 ppm dan 31 ppm) dan 8 ton/ha (0.19 %, 14.2 ppm dan 30 ppm) (Lampiran 3). Hal ini sesuai dengan penelitian Fahrurrozi et. al. (2005), Umboh (2000) dan Sudadi (2007) yang menyatakan bahwa mulsa dapat menjaga kestabilan agregat dan kimia tanah, menjaga ketersediaan air tanah dan menjaga suhu tanah, meningkatkan ketersediaan unsur K dalam tanah, dan mencegah pencucian nitrogen

Perlakuan mulsa alang-alang dapat meningkatkan produksi jagung. Perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha menghasilkan bobot tongkol dengan kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot dan bobot pipilan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol yang disiangi namun berbeda nyata dengan kontrol yang tidak disiangi (Tabel 3). Seperti diuraikan di atas pengaruh mulsa dapat menekan gulma serta memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga pertumbuhan jagung menjadi lebih baik. Kondisi lingkungan tumbuh yang baik dan pertumbuhan vegetatif yang baik berpeluang untuk meningkatkan produksi jagung dengan baik.

Berdasarkan pertimbangan biaya produksi maka perlakuan mulsa alang-alang terbaik adalah 6 ton/ha. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan dosis 6 ton/ha mulsa alang-alang, pertumbuhan dan produksi jagung tidak berbeda nyata dengan dosis 8 ton/ha dan petak yang gulmanya disiangi. Penggunaan dosis mulsa alang-alang 6 ton/ha biaya produksinya akan lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan dosis mulsa alang-alang 8 ton/ha.

(26)

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa bobot kering gulma perlakuan kontrol yang gulmanya disiangi berbeda nyata lebih kecil dibanding dengan perlakuan mulsa 6 ton/ha dan 8 ton/ha. Namun hasil pertumbuhan dan produksi jagung tidak berbeda nyata. Hal ini diduga bahwa tingkat kesuburan tanah petak yang diberi perlakuan mulsa 6 ton/ha dan 8 ton/ha lebih baik dibanding dengan kontrol yang gulmanya disiangi (Lampiran 3). Hal tersebut menunjukkan produksi jagung tidak hanya ditentukan oleh keberadaan gulma atau satu faktor lingkungan saja.

(27)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha. Perlakuan mulsa alang-alang 6 ton/ha menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang sama dengan perlakuan 8 ton/ha dan petak yang gulmanya disiangi. Dosis mulsa alang-alang 6 ton/ha dan 8 ton/ha mampu menekan pertumbuhan gulma dengan baik.

Saran

Perlu diadakan penelitain kembali mengenai waktu aplikasi dan atau cara aplikasi dari mulsa alang ini. Selain itu, pengaruh alelopati mulsa alang-alang perlu diteliti lebih lanjut.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

As-syakur, R.A. 2007. Konservasi Tanah dan Air di Lahan Kering. http://mbojo.wordpress.com/2007/07/03/konservasi-tanah-dan-air-dilahan-kering/. [12 April 2009]

Departemen Pertanian. 2009. Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di Jawa Barat. http://jabar.litbang. deptan.go.id/index2.php [1 mei 2009]

---. 2011. Data produksi dan produktivitas jagung nasional tahun 2000-2009. http://database.deptan.go.id/bdsp/hasil_kom.asp. [24 November 2011] Fadhly, A. F. dan F. Tabri. 2008. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/satulima.pdf. [10 Februari 2011]

Fahrurrozi, B. Hermawan, dan Latifah. 2005. Pertumbuhan dan hasil kedelai pada berbagai dosis mulsa alang-alang dan penolahan tanah. Jurnal Akta Agrosia 8(1):21-24

Farnham, D.E., G.O. Benson and R.B. Pearce. 2007. Corn perspective and culture p 1-31. In: Pamela J. W. and A. J. Lawrence (Eds). Corn Chemistry and Technology. American Association of Cereal Chemist. Inc. St Paul, Minnesota USA.

Junaedi A, M.A Chozin dan K. Kwangho. 2006. Ulasan : perkembangan terkini kajian alelopati. Hayati : 79-84.

Lux-Hendrich, A. and B. Hock. 2005. Allelopathy. In: B. Hock and E. F. Elstner. (Eds). Plant Toxicology. Fourth Edition. Marcel Dekker. New York. P. 579-619.

Mayun, I. D. 2007. Efek mulsa jerami padi dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah di daerah pesisir. Agritrop, 26 (1) : 33-40

Moenandir, J. 1977. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma (Ilmu Gulma _ Buku III). Rajawali Press. Jakarta. 102 hal.

Palapa, T. M. 2009. Senyawa alelopati teki (Cyperus rotundus) dan alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai penghambat pertumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus). Agritek 17(6): 1155-1162

Purwono dan H. Purnamawati. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.

(29)

Sudadi, Y., N. Hidayati, dan Sumani. 2007. Ketersediaan K dan hasil kedelai (Glycine max L. Merril) pada tanah vertisol yang diberi mulsa dan pupuk kandang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 7(1): 8-12

Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma & Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 160 hal.

Sumarni, N., A. Hidayat, dan E. Sumiati. 2006. Pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap produksi cabai dan erosi tanah. J. Hort. 16(3):197-201.

Suprapto, H.S. dan R. Marzuki. 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. 48 hal.

Turmudi, E. 2002. Kajian pertumbuhan hasil tanaman dalam sistem tumpang sari jagung dengan empat kultivar kedelai pada berbagai waktu tanam. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 4(2):89-96.

Umboh, A. H.. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal.

Utomo, I. H. dan W. Hermawan. 1985. Allelopati. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wiroatmodjo, J., I. H. Utomo, R. Daos dan Warma. 1993. Studi allelopati

Borrreria alata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai dan padi gogo. Buletin Agronomi 21(2): 39-49.

(30)
(31)

Lampiran 1. Tata Letak Penelitian M1 M3 M2 K1 M4 K2 Ulangan 1 M3 M4 M1 K1 K2 M2 Ulangan 2 M4 M2 K1 K2 M3 M1 Ulangan 3

(32)

Lampiran 2. Data Iklim Bulan Januari-Juni, Darmaga, Bogor

Bulan Temperatur Kelembaban Curah Maks Min Udara (%) Hujan (mm) Januari 30.2 22.9 88 252.0 Februari 31.8 23.3 85 460.7 Maret 31.8 23.0 86 414.5 April 33.2 23.2 77 402.9 Mei 32.7 23.7 84 330.9 Juni 31.2 23.1 86 303.4

(33)

Lampiran 3. Perbandingan Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Analisis Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan K1 K2 M1 M2 M3 M4 pH (H20) 5.00 4.3 4.3 4.3 4.4 4.4 4.5 C (%) 1.11 1.82 1.89 2.53 1.92 1.89 2.10 N (%) 0.12 0.15 0.15 0.21 0.17 0.17 0.19 C/N 9 12 13 12 11 11 11 P2O5 Bray 1 (ppm) 5.6 9.1 7.5 23.1 14.7 16.7 14.2 K20 Morgan (ppm) 17 17 19 23 17 31 30

(34)

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Peubah Umur (MST) Uji-F KK

Tinggi tanaman 5 tn 13.16 6 tn 12.45 7 * 12.75 8 * 11.34 9 ** 7.93 Jumlah daun 5 tn 12.35 6 tn 10.57 7 * 8.15 8 * 6.47 9 tn 6.60 Bobot tongkol berkelobot ** 14.48 Bobot tongkol tanpa kelobot * 14.88

Bobot pipilan * 16.95

Bobot 100 butir tn 7.68

(35)

Lampiran 5. Kriteria Penilaian Sifat-sifat Kimia Tanah Menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)

Sifat Tanah

Penilaian Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi C-Organik (%) < 1.00 1.00 - 2.00 2.01 - 3.00 3.01 - 5.00 > 5.00 N-total (%) < 0.10 0.10 - 0.20 0.21 - 0.50 0.51 - 0.75 > 0.75 C/N < 5.00 5.00 - 10.00 11.00 - 15.00 16.00 - 25.00 > 25.0 P2O5 HCl (mg/100g) < 15.00 15.00 - 20.00 21.00 - 40.00 41.00 - 60.00 > 60.0 P-Bray01 (mg/100g) < 4.00 4.00 - 7.00 8.00 - 10.00 11.00 - 15.00 > 15.0 KTK (me/100g) < 5.00 5.00 - 10.00 11.00 - 20.00 21.00 - 40.00 > 40.0

Basa-Basa dapat Ditukar

K < 0.10 0.10 - 0.30 0.40 - 0.50 0.60 - 1.00 > 1.0 Mg < 0.30 0.30 - 1.00 1.1 - 2.0 2.10 - 8.00 > 8.0 Ca < 2.00 2.00 - 5.00 6.00 - 10.00 11.0 - 20.0 > 20.0 Na < 0.10 0.10 - 0.30 0.40 - 0.70 0.8 - 1 > 1.0 KB (%) < 20.00 20.00 - 40.00 41.00 - 60.00 61 - 80 > 80.0 Kej. Al (me/100g) < 5.00 5.00 - 10.00 11.00 - 20.00 21.0 - 40.0 > 40.0

Reaksi Tanah (pH H2O)

Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis

Gambar

Tabel 2. Pengaruh Mulsa Alang-alang terhadap Jumlah Daun Tanaman Jagung
Tabel  3.  Pengaruh  Perlakuan  Mulsa  Alang-alang  terhadap  Komponen  Produksi  Jagung
Tabel 4. Nilai Jumlah Dominansi Gulma

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan menara BTS yang ada di Kota Kendari mempengaruhi kondisi wilayah, yaitu penggunaan lahan semakin meningkat,

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya merupakan salah satu perguruan tinggi yang menyadari pentingnya sebuah pendokumentasian dari data dan informasi bagi

2) Sebagai makhluk ciptaan terbaik manusia memiliki potensi- potensi, seperti kekuatan, kemampuan, kekuasaan, pemilikan, pendengaran, dan penglihatan. Setiap kekuatan

Keefektivan perangkat pembelajaran model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi zat aditif dan adiktif yang telah dikembangkan adalah efektif dilihat dari

Pada periode berikutnya, Desa Sala berganti nama menjadi Surakarta Hadiningrat, pada masa ini wilayah tersebut tidak lagi sebagai desa namun berubah menjadi Ibu

Jumlah parasitemia dihitung dengan cara membandingkan jumlah sel darah yang terinfeksi dengan jumlah seluruh sel darah merah yang diamati selama 14 hari berturu-turut dari

kemasyarakatan. Sehingga pembinaan dari pemerintahan kepenghuluan terhadap lembaga kemasyarakatan untuk membantu tugas pemerintahan kepenghuluan belum dilaksanakan, dan

Beberapa kekhawatiran paling umum yang timbul selama bulan pertama kehidupan yang berawal dari hari perhari yaitu bayi mempunyai cara untuk memanggil bantuan ketika