1 ANALISIS DEFORMASI JEMBATAN SURAMADU AKIBAT PENGARUH ANGIN
MENGGUNAKAN PENGUKURAN GPS KINEMATIK Lysa Dora Ayu Nugraini, Eko Yuli Handoko, ST, MT
Program Studi Teknik Geomatika, FTSP ITS-Sukolilo, Surabaya 60111 Email : [email protected]
Abstrak
Deformasi merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam rangka monitoring struktur kesehatan jembatan Suramadu. Vibrasi yang terjadi akibat pengaruh berbagai beban dinamik pada jembatan baik beban hidup atau beban mati seperti beban dinamik angin, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya deformasi lateral. Apabila vibrasi tersebut terjadi secara berlebihan dan terakumulasi dalam jangka waktu tertentu, maka akan menyebabkan kerusakan pada struktur jembatan.
GPS merupakan sebuah teknologi penentuan posisi dengan keakuratan penentuan posisi yang tinggi. Pengamatan perubahan posisi sebuah titik pada jembatan yang didapatkan melalui pengukuran GPS kinematik dapat digunakan sebagai analisis mengenai vibrasi yang terjadi pada jembatan Suramadu.
Hasil pengukuran GPS yang dilakukan pada penelitian ini tidak mendapatkan akurasi yang tinggi dikarenakan kesalahan dan bias akibat kabel penyangga menara jembatan disekeliling lokasi penempatan GPS yang tidak bisa dihindari. Outliers yang merupakan efek dari bias dan kesalahan memberikan pengaruh pada perhitungan pergeseran posisi jembatan. Outliers yang kecil pada pengukuran bulan Januari 2011 membuat pergeseran posisi lateral < 5 cm. Sedangkan outliers yang besar pada pengukuran bulan Mei 2011 dengan nilai outliers hingga satuan meter, mengakibatkan perhitungan perubahan posisi lateral Jembatan Suramadu bernilai > 5 cm. Moving Average filter merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mereduksi noise akibat kondisi pengukuran yang terjadi sehingga didapatkan pola vibrasi Jembatan Suramadu.
Kata kunci : Deformasi, Jembatan Suramadu, GPS, Moving Average
PENDAHULUAN
Jembatan Suramadu merupakan jenis jembatan gantung (jembatan Cable Stayed) dengan struktur bangunan yang dirancang mampu bertahan hingga lebih dari seratus tahun kedepan (Suangga dan Subagyo, 2008), sehingga untuk dapat mencapai target life-time (usia teknis) tersebut perlu dilakukan monitoring serta perawatan terhadap struktur bangunan jembatan.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka mempertahankan dan memonitoring kondisi struktur jembatan suramadu, salah satunya adalah deformasi jembatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi deformasi jembatan adalah beban dinamik angin yang melintas di jembatan. Untuk jembatan bentang panjang seperti jembatan Cable Stayed Suramadu, pengaruh beban dinamik angin sangat berperan dalam menentukan kestabilan dari struktur jembatan. Beban dinamik angin
yang menyebabkan vibrasi lateral adalah parameter yang diukur untuk mengetahui pola getar dari badan jembatan tersebut.
Dengan adanya informasi mengenai kecepatan yang melintas di Jembatan Suramadu maka dari studi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai deteksi awal perubahan struktur jembatan untuk mendukung pencapaian target life-time jembatan tersebut dan upaya pemeliharaannya.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pengaruh angin terhadap deformasi pada Jembatan Suramadu ?
b. Berapakah besar nilai deformasi Jembatan Suramadu akibat pengaruh angin ?
BATASAN MASALAH
Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah : a. Analisis deformasi Jembatan Suramadu
2 jembatan terhadap posisi horizontal yaitu
koordinat X dan Y dengan lama pengamatan selama 12 jam
b. Pengukuran yang dilakukan menggunakan metode GPS kinematik.
c. Parameter angin yang diukur adalah kecepatan angin yang melintasi bentang tengah Jembatan Suramadu pada waktu yang bersamaan dengan pengukuran GPS.
TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam judul tugas akhir ini adalah melakukan analisis pengaruh angin terhadap deformasi Jembatan Suramadu melalui pola getar (vibrasi) dan pergeseran posisi jembatan
METODOLOGI
Pelaksanaan penelitian berlokasi di Jembatan Suramadu tepatnya pada bagian jembatan utama (main bridge) Suramadu. Secara geografis lokasi ini berada di 7°11’3”LS dan 112°46’48”BT.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Data dan Peralatan 1. Data
1.1 Data Primer
Data pengamatan GPS tanggal :
a. 1 Januari 2011 pukul 18.00 BBWI sampai 2 januari 2011 pukul 06.30 BBWI
b. 12 Mei 2011 pukul 16.00 BBWI sampai 04.00 BBWI
c. 13 Mei 2011 pukul 12.00 BBWI sampai 18.00 BBWI
1.2 Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data angin yang berhembus disekitar selat Madura, khususnya yang melintasi Jembatan Suramadu pada :
- Tanggal 1 Januari 2011 didapat dari stasiun BMKG Perak II Surabaya dengan koordinat geografis 7˚12’20” LS dan 112˚44’8” BT.
- Tanggal 12 Mei 2011 diambil langsung diatas jembatan Suramadu pada pukul 16.00 BBWI sampai 04.00 BB WI - Tanggal 13 Mei 2011 diambil langsung
diatas jembatan Suramadu pada pukul 12.00 BBWI sampai 18.00 BBWI 2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Pengambilan Data
a. GPS Geodetik Topcon yang berfungsi sebagai rover. Lokasi Titik GPS 1 bentang tengah Jembatan Suramadu kabel nomor 3 dari pylon sisi Surabaya, Lokasi Titik GPS 1 bentang tengah Jembatan Suramadu kabel nomor 3 dari pylon sisi Madura.
b. GPS Topcon GB 1000 yang dipasang di lantai 4 gedung Teknik Geomatika ITS Surabaya berfungsi sebagai titik tetap (titik Referensi) dengan koordinat 7˚16’47,95026” LS dan 112˚47’40,63867 BT, dan 47,951 m diatas ellipsoid WGS 84. c. Anemometer
2. Tahap Pengolahan Data
a. Perangkat Keras ( Hardware) - Personal Computer (PC) b. Software
- Topcon Tools - Matlab 7.0 Metodologi Pengukuran GPS
Pada penelitian ini untuk mendapatkan pola getar jembatan suramadu digunakan metode pengukuran GPS Kinematik. Untuk menghindari kesalahan dan bias pengukuran, digunakan metode pengukuran triple difference dengan batas penerimaan sinyal satelit 15˚ dan frekuensi pengukuran 0,2 Hz. Lokasi
Penelitian
Lokasi Pengukuran
Gambar 2. Bentang Tengah Jembatan
Suramadu
3 Diagram alir pengolahan data
Adapun diagram alir pengolahan data adalah sebagai berikut : GPS Rover titik GPS1
dan GPS2 Base Station SP3 GPS week
1616 dan 1635
Raw Data Pengukuran 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011
Post-Processing
Koordinat (X,Y) Hasil Pengukuran titik GPS 1 dan GPS 2 Pengukuran 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011
ρ+σ.K≤X≤ρ-σ.K
Perhitungan Toleransi 95% Ketidakpastian Koordinat (X,Y) Pengukuran 1 Januari, 12
Mei dan 13 Mei 2011
Plotting Koordinat (X,Y) Titik GPS1 dan GPS2 Pengukuran 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011
95% Ketidakpastian
Cek Outliers koordinat (X,Y)
Moving Average Filter
Pola Koordinat 2 Titik GPS1 dan GPS2 Pengukuran 1 Januari, 12
Mei dan 13 Mei 2011
Perhitungan Pergeseran Koordinat Jembatan Koordinat (X,Y) Titik GPS1 dan GPS2 Pengukuran 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011
Pola Getar Jembatan Suramadu dan nilai Pergeseran Posisi (X,Y) Jembatan Terhadap Rata-Rata Koordinat (X,Y) Jembatan titik GPS1 dan GPS2
Pengukuran 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011 Pola Koordinat 1 titik GPS1 dan
GPS2 Pengukuran 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011 Eliminasi
Perhitungan Korelasi Koordinat Pergeseran Jembatan Pengukuran 1
Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011 Terhadap Beban Dinamik Angin Tanggal
1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011
Data Kecepatan Angin 0,017 Hz tanggal 1 januari, 12 Mei dan 13
Mei 2011
Ekstraksi Nilai Kecepatan Angin Menjadi Vektor (X,Y)
Interpolasi Kecepatan Angin Menjadi 0,2 Hz Vektor Kecepatan Angin (X,Y) 0,2 Hz
Nilai Pergeseran Koordinat Jembatan Koordinat (X,Y) Akibat Beban Dinamik Angin
Tanggal 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011
Nilai Korelasi Koordinat Pergeseran Jembatan Dengan Beban Dinamik Angin Tanggal 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011
Analisis Koordinat Pergeseran Jembatan Terhadap Akibat Beban Dinamik Angin
Grafik Korelasi Koordinat Pergeseran Jembatan Koordinat (X,Y) Akibat
Dinamik Angin (X,Y) Tanggal 1 Januari, 12 Mei dan 13 Mei 2011 tidak
ya
Tidak ada
ada
Pola vibrasi jembatan Suramadu Koordinat (X,Y) tanggal 1 Januari, 12
4 Pada penelitian ini dilakukan
pengolahan data sebagai berikut : 1. Download Data Titik Pengamatan 2. Metode Post-Processing
Dilakukan metode post-processing pada raw data di software Topcon Tools dengan menambahkan Standart Presice Ephemeris #3 (SP3). Output post-processing ini berupa koordinat-koordinat titik GPS 1 dan GPS 2. Melalui koordinat-koordinat (X,Y,Z) tersebut selanjutnya dihitung pola getar (vibrasi) dan pergeseran posisi jembatan sebagai parameter terjadinya deformasi. Koordinat X dan koordinat Y sebagai deteksi terjadinya deformasi lateral.
3. Perhitungan Toleransi Pengukuran Semua data (koordinat) tersebut dihitung koordinat rata-rata masing-masing titik, residu, variansi dan standar deviasi pengukuran. Melalui perhitungan tersebut digunakan metode uji statistik distribusi normal dengan 95% tingkat ketidakpastian untuk menentukan batas-batas penerimaan dan penolakan koordinat pengukuran. Apabila koordinat-koordinat hasil processing data berada didaerah penolakan, maka koordinat-koordinat tersebut tidak diikutsertakan kedalam pengukuran selanjutnya (proses eliminasi). Namun apabila koordinat hasil processing tersebut berada dalam batas penerimaan koordinat, maka koordinat-koordinat tersebut diikutsertakan dalam tahapan pengolahan selanjutnya.
4. Plotting Koordinat Hasil Pengamatan Koordinat-koordinat yang di plot adalah keseluruhan koordinat yang berada dalam rentang penerimaan uji statistik. Tujuannya untuk mengetahui pola getar (vibrasi) serta pengaruh dari multipath dan cycle slips yang diakibatkan oleh lingkungan lokasi penempatan titik seperi pagar pembatas jembatan, kabel penyangga jembatan serta pylon jembatan. 5. Cek Outliers
Cek Outliers bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya noise melalui hasil plotting koordinat. Apabila hasilnya diketahui terdapat pola
multipath dan cycle slips, maka diperlukan tahapan smoothing..
6. Pemberian Moving Average Filter Pada Data Yang Mengandung Noise Filter yang digunakan untuk menghaluskan data (smoothing) pada data yang mengandung noise yang diwujudkan melalui pola outliers. 7. Perhitungan Pergeseran Posisi (X,Y)
Jembatan Suramadu
Nilai residu dari perhitungan pergeseran posisi jembatan pada pengukuran 1 Januari 2011, 12 Mei 2011, dan 13 Mei 2011 tersebut selanjutnya didefinisikan sebagai gejala awal terjadinya deformasi badan jembatan.
8. Ekstraksi Nilai Kecepatan Angin menjadi Vektor (X,Y)
Data kecepatan angin > 0,2 Hz di ekstrak kedalam vektor X dan Y dengan cara diinterpolasi sehingga memiliki data sebanyak 0,2 Hz. 9. Perhitungan Korelasi Koordinat
Pergeseran Jembatan Suramadu (X,Y) Terhadap Beban dinamik Angin Nilai yang dikorelasikan antara koordinat pergeseran jembatan suramadu (X,Y) terhadap beban dinamik angin (kecepatan angin) adalah koordinat X, Y titik GPS 1 dan GPS 2 terhadap vektor X, Y dari data kecepatan angin rata-rata, masing-masing untuk pengukuran 1 Januari 2011, 12 Mei 2011, dan 13 Mei 2011. 10. Analisis
Analisis dilakukan terhadap standar deviasi pengamatan, koordinat hasil filter yang diterapkan, nilai deformasi yang diperoleh dan analisis mengenai sejauh mana pergeseran disebabkan oleh angin dengan melihat koefisien korelasi antara pergeseran koordinat jembatan dengan kecepatan angin serta grafik dua dimensi yang merepresentasikan pola hubungan dari keduanya.
Moving Average Filter
Moving Average Filter (MA Filter) merupakan metode smoothing yang memiliki prinsip menggantikan setiap titik data dengan rata-rata titik tetangga data. Moving average filter mengurangi intensitas sinyal, dengan hilangnya sinyal kecil berdekatan berikutnya. Efek ini meningkat dengan meningkatnya
5 bandwidth filter (M). Formula MA Filter adalah
sebagai berikut : 1 0
)
(
1
]
[
M jj
i
x
M
i
y
(2.1) Dimana : y [ ] = Output sinyal ke i M = Panjang window x [ ] = Input sinyal i = Titikj untuk one side averaging = i, i+1, i+2,….,i+j
j untuk simetrical averaging =
-(M-1)/2 sampai (M-1)/2 (2.2) HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perhitungan Standar Deviasi Pengukuran GPS
Tabel 1. Perhitungan Standar Deviasi Data Hasil Pengukuran
No Tanggal
Pengukuran Titik Koordinat
Standar Deviasi (m) 1. 1Januari 2011 GPS1 X 0,068 Y 0,052 GPS2 X 0,216 Y 0,058 2. 12 Mei 2011 GPS1 X 0,205 Y 0,417 GPS2 X 0,016 Y 1,001 3. 13 Mei 2011 GPS1 X 0,307 Y 0,823 GPS2 X 0,016 Y 1,024
Dari tabel 1 diatas, tingkat penyimpangan koordinat terhadap rata-ratanya yang ditunjukkan melalui nilai standar deviasi menunjukkan tingkat sebaran maksimum hingga level m, hal ini disebabkan karena adanya loncatan koordinat yang bernilai ekstrim terhadap rata-rata sebarannya (outliers). Untuk mengetahui penyebab outliers tersebut dapat dianalisis pola outliers dari grafik plotting koordinat pengukuran.
Gambar 3. Grafik Koordinat X Hasil Pengukuran Titik GPS 1
Melalui grafik pada gambar 1 diatas, pola outliers pengukuran dengan pola loncatan yang mendadak dan tidak terjadi secara bertahap merupakan pola efek bias dan kesalahan dalam pengukuran GPS akibat lingkungan penempatan
titik yang tidak bebas obstruksi. Pada penelitian ini, efek ionosfer dan troposfer dan karakteristik metode kinematik dengan rentang pengamatan yang relatif pendek serta lingkungan titik pengamatan seperti pagar pembatas jembatan, kabel penyangga jembatan dan pylon jembatan diperkirakan menjadi faktor terbesar penyebab obstruksi yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu diperlukan suatu nilai batas (range) untuk menentukan penerimaan koordinat hasil pengukuran dan penolakan outliers yang diperkirakan disebabkan oleh terhalangnya sinyal ke receiver GPS.
Dibawah ini adalah grafik perbandingan koordinat asli hasil pengukuran dengan koordinat penolakan outliers pada tingkat ketidakpastian 95% distribusi normal.
Gambar 4. Grafik Koordinat X Koordinat Titik GPS 1 dengan 95% Tingkat Ketidakpastian
Tabel 2. Perhitungan Standar Deviasi Data Hasil Pengukuran dengan 95% Tingkat Ketidakpastian
No Tanggal
Pengukuran Titik Koordinat
Standar Deviasi Tingkat Ketidakpastian 95% (m) 1 1 Januari 2011 GPS1 X 0,039 Y 0,033 GPS2 X 0,103 Y 0,031 2 12 Mei 2011 GPS1 X 0,182 Y 0,075 GPS2 X 0.04 Y 0,055 3 13 Mei 2011 GPS1 X 0,133 Y 0,094 GPS2 X 0,101 Y 0,074
Gambar 5. Grafik Koordinat X Hasil MA Filter Titik GPS 1. Data 95% Ketidakpastian Ditunjukkan Dengan Warna Biru, Data Hasil MA Filter Ditunjukkan Dengan Warna Merah
Loncatan Nilai Koordinat Yang Ekstim.(otliers)
Daerah Penolakan Koordinat outliers
6 Dari grafik-grafik koordinat hasil MA
Filter, pemberian Moving Average Filter tidak mampu menghilangkan efek sinusoidal dari multipath. Hal ini dibuktikan dengan koordinat loncatan ekstrim tidak dapat dihilangkan dengan metode ini. Namun penggunaan filter tersebut membantu untuk mereduksi outliers akibat cycle slips. Hal ini dapat diketahui dari nilai standar deviasi tabel 3 dibawah ini..
Tabel 3. Perhitungan Standar Deviasi Data Hasil Pengukuran Menggunakan Moving Average
Filter
No Tanggal
Pengukuran Titik Koordinat
Standar Deviasi MA Filter (m) 1 1 Januari 2011 GPS1 X 0,034 Y 0,029 GPS2 X 0,097 Y 0,023 2 12 Mei 2011 GPS1 X Y 0,177 0,063 GPS2 X 0,037 Y 0,045 3 13 Mei 2011 GPS1 X 0,111 Y 0,078 GPS2 X 0,097 Y 0,063
2. Deformasi Jembatan Suramadu
Analisis deformasi yang digunakan adalah analisis pergeseran posisi jembatan terhadap posisi sebenarnya. Analisis pergeseran ini merupakan salah satu metode untuk mengetahui deformasi melalui analisis geometrik.
Tabel 4. Nilai Deformasi Jembatan Suramadu tanggal 1 Januari 2011 No Tanggal Pengukuran Titik Koordin at Pergeseran Posisi Lateral (m) Total Pergeseran Posisi Lateral (m) 1 1 Januari 2011 GPS1 X 0.02 0,02 Y -0,001 GPS2 X 0.015 0,016 Y -0,004 2 12 Mei 2011 GPS1 X 0.008 0.053 Y 0.05 GPS2 X -0.014 0.26 Y 0.26 3 13 Mei 2011 GPS1 X 0.002 0.17 Y 0.165 GPS2 X 0.01 0.12 Y 0.12
Tabel 4 menunjukkan bahwa kisaran nilai deformasi yang tidak jauh berbeda pada pengukuran bulan Januari antara titik GPS 1 dan GPS 2, karena kisaran nilai standar deviasi pada pengukuran bulan tersebut relatif sama, sehingga terjadi fluktuasi yang seragam.
Tabel 4 juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa nilai deformasi yang melebihi 10 cm, diantaranya adalah pada pengukuran bulan Mei koordinat Y titik GPS 2 yang mencapai 26 cm. Hal ini diakibatkan oleh fluktuasi residu koordinat yang berada diatas angka 0.2 cm, fluktuasi tersebut dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini :
Gambar 6. Pola fluktuasi residu koordinat Y titik GPS 2 Pengukuran 12 Mei 2011
3. Analisis Deformasi Jembatan Akibat Pengaruh Angin
Tabel 5. Tabel Analisis Hubungan Pergeseran Posisi Jembatan Suramadu Akibat Pengaruh Angin
No Tanggal Penguku ran Titik Ko ord inat Pergeseran Posisi (m) Kecepatan Angin Maksimum Rata-rata (knots) 1 1 Januari 2011 GPS1 X 0,02 -2,113 Y -0,001 1,208 GPS2 X 0,015 -2,113 Y -0,004 1,208 2 12 Mei 2011 GPS1 X 0,008 4,59 Y 0,05 0,809 GPS2 X -0,014 4,59 Y 0,26 0,809 3 13 Mei 2011 GPS1 X 0,002 3,815 Y 0,165 0,66 GPS2 X 0,01 3,815 Y 0,12 0,66 4. Analisis Korelasi
Tabel 6. Tabel Koefisien Korelasi Deformasi Jembatan Suramadu dengan Kecepatan Angin
Penguku ran titik koordi nat Koefisien korelasi ( r ) Koefisien Determina si (r2) presentasi r2 1 Januari 2011 GPS1 X -0,0057 0,000032 0,00% Y 0,261 0,0681 6,81% GPS 2 X 0,0203 0,0004 0,04% Y 0,0475 0,0023 0,23% 12 Mei 2011 GPS1 X -0,44 0,197 19,7% Y 0,38 0,1415 14,15% GPS 2 X -0,22 0,0491 4,91% Y -0,14 0,0186 1,86% 13 Mei 2011 GPS1 X 0.2236 0.05 5% Y -0.1006 0.01 1% GPS 2 X -0.1206 0.0145 1.45% Y -0.1229 0.015 1.5%
Dari tabel 6 didapatkan hasil bahwa korelasi antara beban dinamik angin dengan deformasi lateral yang terjadi menunjukkan angka yang kecil karena kecepatan angin rata-rata yang berhembus pada saat pengukuran adalah 3 skala beuford atau <20 knot yang masuk kedalam kategori angin sedang dengan kecepatan angin rata-rata pada keseluruhan waktu pengukuran <10 knot yang masuk dalam angin lemah pada kategori beaufort, sehingga pada kurun waktu penelitian ini, angin tidak berpengaruh signifikan terhadap vibrasi lateral Jembatan Suramadu. Selain itu nilai standar deviasi pengukuran yang besar serta fluktuasi pengukuran yang beragam menjadi penyebab dominan ketidakakuratan nilai deformasi, yang
Nilai maksimum
Nilai Rata-rata
7 secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai
koefisien korelasi.. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini beban dinamik angin memiliki pengaruh yang lemah terhadap perubahan posisi lateral Jembatan Suramadu. Koefisien keterkaitan pengaruh angin terhadap perubahan posisi lateral yang terjadi adalah < 20% untuk data di titik GPS 1 (di titik kabel ketiga dari pylon Surabaya) dan < 10 % di titik GPS 2 (di titik kabel ketiga dari pylon sisi Madura).
2. Dari hasil pengamatan GPS pada penelitian ini mengindikasikan bahwa :
- Pengukuran bulan Januari memiliki outliers kecil sehingga dengan kecepatan angin rata-rata terukur sebesar 2 knots terdeteksi pergeseran posisi lateral rata-rata Jembatan Suramadu di titik GPS 1 sebesar 2 cm dan 2 cm di titik GPS 2.
- Pengukuran 12 Mei 2011 memiliki outliers besar, sehingga dengan kecepatan angin rata-rata terukur sebesar 4,5 knots terdeteksi pergeseran posisi lateral sebesar 5 cm di titik GPS 1 dan 26 cm di titik GPS 2.
- Sedangkan pada pengukuran 13 Mei 2011 yang juga memiliki nilai outliers yang besar, dengan angin rata-rata terukur berkecepatan 3,8 knot, terdeteksi pergeseran posisi lateral sebesar 16 cm dititik GPS 1 dan 12 cm dititik GPS 2.
3. Penggunaan metode kinematik serta kesalahan dan bias akibat kondisi lingkungan pengukuran yang tidak bebas obstruksi (gangguan), mengakibatkan multipath dan cycle slips sehingga hasil pengukuran memiliki banyak pola outliers. Outliers tersebut berpengaruh terhadap standar deviasi pengukuran dan nilai pergeseran posisi Jembatan Suramadu.
4. Penggunaan metode Moving Average filter yang digunakan mampu mereduksi outliers maksimum sebesar 0,43 m dan reduksi outliers minimum sebesar 0 m pada pengukuran Januari 2011, sedangkan pada pengukuran bulan Mei
MA filter mereduksi outliers maksimum sebesar 0,98 m, dan minimum 0 m. 2. Saran
Beberapa saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan penelitian deformasi selanjutnya dengan beberapa perbaikan dalam hal pengolahan data dan metode yang digunakan. Perbaikan yang dimaksud diantaranya adalah pemilihan lokasi penempatan GPS serta selang pengamatan pada metode kinematik yang dilakukan dengan frekuensi high rate yaitu > 1 Hz, atau dengan menggunakan metode statik dengan pengamatan yang kontinyu.
2. Penempatan anemometer sebaiknya berada di lokasi yang sama dengan posisi penempatan GPS agar data yang didapat berada pada sample titik yang sama serta dilakukan selama 24 jam agar pengaruh angin darat dan angin laut dapat terlihat. Agar analisis mengenai pengaruh beban dinamik angin terhadap perubahan posisi jembatan suramadu lebih stabil, maka diperlukan pengukuran yang kontinyu dengan kurun waktu pengukuran yang lebih panjang dengan memperhatikan faktor musim.
Daftar Pustaka
Abidin, H. Z .2007. Penentuan Posisi GPS dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha.
Furqon. 1999. Statistika Terapan untuk Penelitian. CV. Alphabeta : Bandung. Nababan, P. 2008. “Structural Health
Monitoring System”. Proceeding Of Construction And Maintenance Of Main Span Suramadu Bridge. Surabaya : Ministry Of Public Work Directorat General Of Highway Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Technical Affair Of National Suramadu Bridge.
Wahyuningtias, D. 1996. Tugas Akhir : Model Penentuan Dalam Analisis Deformasi Melalui Pendekatan Geodetik. Jurusan teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaa ITB.
8 LAMPIRAN
Grafik Hubungan Deformasi Jembatan Terhadap Beban Dinamik Angin
Untuk mendukung nilai koefisien korelasi yang dihasilkan, serta mengetahui pola hubungan deformasi jembatan suramadu dengan beban dinamik angin, maka diperlukan grafik korelasi antara residu koordinat pengukuran dengan kecepatan angin
a. Pengukuran 1 Januari 2011
Gambar 9. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS 1 dengan Kecepatan Angin Kearah X
Gambar 10. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS 1 dengan Kecepatan Angin Kearah Y
Gambar 11. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS 2 dengan Kecepatan Angin Kearah X
9 b. Pengukuran 12 Mei 2011
Gambar 12. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS 2 dengan Kecepatan Angin Kearah Y
Gambar 13. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS 1 dengan Kecepatan Angin Kearah X
Gambar 14. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS 1 dengan Kecepatan Angin Kearah Y
10 c. Pengukuran 13 Mei 2011
Gambar 16. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS 2 dengan Kecepatan Angin Kearah Y
Gambar 14. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS 1 dengan Kecepatan Angin Kearah X
Gambar 15. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS 2 dengan Kecepatan Angin Kearah X
11
Gambar 15. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS 1 dengan Kecepatan Angin Kearah Y
Gambar 16. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS 2 dengan Kecepatan Angin Kearah X
Gambar 17. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS 2 dengan Kecepatan Angin Kearah Y