• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Standar audit

Sa 570

(2)

Standar audit 570

KElanGSunGan uSaha

(Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini

dianjurkan untuk entitas selain Emiten.)

daFtar iSi

Paragraf pendahuluan

Ruang Lingkup ... 1 Asumsi Kelangsungan Usaha ... 2 Tanggung Jawab Penilaian atas Kemampuan

Entitas untuk Mempertahankan

Kelangsungan Usahanya ... 3–7 Tanggal Efektif ... 8 tujuan ... 9 Ketentuan

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait ... 10–11 Pengevaluasian atas Penilaian Manajemen ... 12–14 Periode setelah Penilaian Manajemen ... 15 Prosedur Audit Tambahan ketika Peristiwa atau

Kondisi Teridentifikasi ... …...… 16 Kesimpulan Audit dan Pelaporan ... 17 Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha sudah

Tepat, tetapi Terdapat suatu Ketidakpastian Material ... 18–20 Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha

yang tidak Tepat ... 21 Keengganan Manajemen untuk Membuat atau

Memperluas Penilaiannya ... 22 Komunikasi dengan Pihak yang

Bertanggung Jawab atas Tata Kelola ... 23 Penundaan Signifikan dalam Persetujuan

atas Laporan Keuangan ... 24 materi penerapan dan penjelasan lain

Asumsi Kelangsungan Usaha ... A1 Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait ... A2–A6 Pengevaluasian atas Penilaian Manajemen ... A7–A12 Periode setelah Penilaian Manajemen ... A13–A14

(3)

Prosedur Audit Tambahan ketika Peristiwa atau

Kondisi Teridentifikasi ...… A15–A18 Kesimpulan Audit dan Pelaporan ... A19 Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha Sudah

Tepat, tetapi Terdapat suatu Ketidakpastian Material .. A20–A24 Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha

yang tidak Tepat ... A25–A26 Keengganan Manajemen untuk Membuat atau

Memperluas Penilaiannya ... A27 Standar Audit (“SA”) 570, “Kelangsungan Usaha” harus dibaca dalam hubungannya dengan SA 200, “Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit.”

(4)
(5)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 pEndahuluan ruang lingkup

1. Standar Audit (“SA”) ini mengatur tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan keuangan yang berkaitan dengan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan.

asumsi Kelangsungan usaha

2. Berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Laporan keuangan bertujuan umum disusun atas suatu basis kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud untuk melikuidasi entitas atau menghentikan operasinya, atau tidak memiliki alternatif yang realistis selain melakukan tindakan tersebut di atas. Laporan keuangan bertujuan khusus yang dapat atau belum tentu disusun sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang relevan dengan basis kelangsungan usaha (sebagai contoh, basis kelangsungan usaha tidak relevan untuk beberapa laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu basis pajak dalam yurisdiksi tertentu). Ketika penggunaaan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat, aset dan liabilitas dicatat atas dasar entitas akan mampu untuk merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan normal bisnisnya. (Ref: Para. A1)

tanggung jawab penilaian atas Kemampuan Entitas untuk mempertahankan Kelangsungan usahanya

3. Beberapa kerangka pelaporan keuangan mengandung suatu ketentuan eksplisit bagi manajemen untuk membuat suatu penilaian spesifik atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta standar tentang hal-hal yang dipertimbangkan dan pengungkapan yang akan dibuat dalam hubungannya dengan kelangsungan usaha. Sebagai contoh, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) No. 1 (Revisi 2009), ”Penyajian Laporan Keuangan,” mensyaratkan manajemen untuk membuat suatu penilaian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan

(6)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

kelangsungan usahanya.1 Ketentuan detail tentang tanggung

jawab manajemen untuk menilai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dan pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan juga dapat ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

4. Dalam kerangka pelaporan keuangan lain, kemungkinan tidak terdapat ketentuan eksplisit bagi manajemen untuk membuat suatu penilaian spesifik tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Namun, karena asumsi kelangsungan usaha merupakan suatu prinsip yang fundamental dalam penyusunan laporan keuangan seperti yang dibahas dalam paragraf 2, penyusunan laporan keuangan mengharuskan manajemen untuk menilai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan ketika kerangka pelaporan keuangan tidak mencakup suatu ketentuan eksplisit untuk melakukan hal tersebut.

5. Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya melibatkan suatu pertimbangan, pada suatu waktu tertentu, tentang hasil peristiwa atau kondisi masa depan yang tidak pasti secara inheren. Faktor-faktor berikut ini adalah relevan dengan pertimbangan tersebut:

• Tingkat ketidakpastian yang terkaitan dengan hasil suatu peristiwa atau kondisi meningkatkan secara signifikan hasil yang terjadi. Untuk alasan tersebut, kebanyakan kerangka pelaporan keuangan yang mencantumkan secara eksplisit adanya keharusan suatu penilaian oleh manajemen menyebutkan periode kapan manajemen diharuskan untuk mempertimbangkan seluruh informasi yang tersedia.

• Ukuran dan kompleksitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya, serta tingkat keterpengaruhannya oleh faktor eksternal, memengaruhi pertimbangan tentang hasil peristiwa atau kondisi.

• Setiap pertimbangan tentang masa depan didasarkan atas informasi yang tersedia ketika pertimbangan dilakukan. Peristiwa setelah tanggal pelaporan dapat

(7)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

menghasilkan keluaran yang tidak konsisten dengan pertimbangan yang wajar ketika pertimbangan tersebut dilakukan.

Tanggung Jawab Auditor

6. Tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Tanggung jawab ini ada bahkan ketika kerangka pelaporan keuangan tidak mencantumkan secra eksplisit adanya keharusan bagi manajemen untuk membuat suatu penilaian spesifik atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.

7. Namun, seperti yang dijelaskan dalam SA 200,2 pengaruh

potensial dari keterbatasan inheren atas kemampuan auditor untuk mendeteksi kesalahan penyajian material adalah lebih besar untuk peristiwa atau kondisi di masa depan yang dapat menyebabkan suatu entitas untuk berhenti mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor tidak dapat memprediksi peristiwa atau kondisi di masa depan tersebut. Oleh karena itu, ketiadaan pengacuan pada ketidakpastian kelangsungan usaha dalam suatu laporan auditor tidak dapat dipandang sebagai suatu jaminan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

tanggal Efektif

8. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

2 SA 200, “Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit

(8)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 tujuan

9. Tujuan auditor adalah:

(a) Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan;

(b) Untuk menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya; dan

(c) Untuk menentukan dampak terhadap laporan auditor.

KEtEntuan

prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait

10. Ketika melakukan prosedur penilaian risiko seperti yang diharuskan oleh SA 315,3 auditor harus mempertimbangkan

apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Dalam melakukan hal tersebut, auditor harus menentukan apakah manajemen telah melakukan suatu penilaian awal atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, dan: (Ref: Para. A2-A5)

(a) Jika penilaian tersebut telah dilakukan, maka auditor harus mendiskusikan penilaian tersebut dengan manajemen dan menentukan apakah manajemen telah mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun secara kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dan, jika demikian, rencana manajemen untuk menghadapinya; atau

3 SA 315, “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material

(9)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

(b) Jika penilaian tersebut belum dilakukan, maka auditor harus mendiskusikan dengan manajemen basis penggunaan asumsi kelangsungan usaha yang dimaksudkan, dan meminta keterangan kepada manajemen apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual atau secara kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

11. Auditor harus tetap waspada selama audit terhadap bukti audit atas peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas unutk mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A6)

pengevaluasian atas penilaian manajemen

12. Auditor harus mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A7–A9, A11–A12)

13. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus mencakup periode yang sama seperti yang digunakan oleh manajemen untuk membuat penilaiannya seperti yang disyaratkan oleh kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, atau oleh peraturan perundang-undangan jika periode yang dicakup merupakan suatu periode yang lebih lama. Jika penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya mencakup suatu periode yang kurang dari dua belas bulan dari tanggal laporan keuangan sebagaimana yang didefinisikan dalam SA 560,4

maka auditor harus meminta manajemen untuk memperluas periode penilaiannya menjadi sekurang-kurangnya dua belas bulan dari tanggal tersebut. (Ref: Para. A10-A12)

14. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen, auditor harus mempertimbangkan apakah penilaian manajemen mencakup seluruh informasi relevan yang diketahui oleh auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukannya.

(10)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

periode Setelah penilaian manajemen

15. Auditor harus menanyakan kepada manajemen tentang pengetahuan manajemen atas peristiwa atau kondisi setelah periode penilaian manajemen yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A13– A14)

prosedur audit tambahan Ketika peristiwa atau Kondisi teridentifikasi

16. Ketika peristiwa atau kondisi telah diidentifikasi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menentukan apakah terdapat suatu ketidakpastian material melalui pelaksanaan prosedur audit tambahan, termasuk pertimbangan atas faktor-faktor yang memitigasi. Prosedur tersebut harus mencakup: (Ref: Para. A15)

(a) Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor meminta manajemen untuk melakukan penilaian tersebut. (b) Mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa

depan yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha entitas, apakah hasil rencana tersebut kemungkinan memperbaiki situasi, dan apakah rencana manajemen layak dilaksanakan sesuai dengan kondisinya. (Ref: Para. A16)

(c) Jika entitas telah membuat suatu prakiraan arus kas, dan analisis atas prakiraan tersebut merupakan suatu faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan hasil masa depan dari peristiwa atau kondisi dalam mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan, maka auditor: (Ref: Para. A17-A18)

(i) Mengevaluasi keandalan data yang melandasi penyusunan prakiraan tersebut; dan

(ii) Menentukan apakah terdapat dukungan yang cukup untuk asumsi yang melandasi prakiraan tersebut. (d) Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi

tambahan telah tersedia sejak tanggal dilakukannya penilaian tersebut oleh manajemen.

(11)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

(e) Meminta representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, tentang rencana mereka untuk tindakan di masa depan dan kelayakan rencana tersebut.

Kesimpulan audit dan pelaporan

17. Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan apakah, menurut pertimbangan auditor, terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Suatu ketidakpastian material terjadi ketika signifikansi dampak potensialnya dan kemungkinan terjadinya adalah sedemikian rupa yang, menurut pertimbangan auditor, pengungkapan yang tepat atas sifat dan implikasi ketidakpastian tersebut diperlukan untuk: (Ref: Para. A19) (a) Dalam hal kerangka penyajian laporan keuangan wajar:

penyajian yang wajar atas laporan keuangan, atau (b) Dalam hal kerangka kepatuhan, laporan keuangan tidak

menyesatkan.

Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha sudah Tepat, tetapi terdapat suatu Ketidakpastian material

18. Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka auditor harus menentukan apakah laporan keuangan:

(a) Menjelaskan secara memadai peristiwa atau kondisi utama yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan rencana manajemen untuk menghadapi peristiwa atau kondisi tersebut; dan (b) Mengungkapkan secara jelas bahwa terdapat

ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan, oleh karena itu, entitas tersebut kemungkinan tidak mampu unutk merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal. (Ref: Para. A20)

(12)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

19. Jika pengungkapan yang memadai dicantumkan dalam laporan keuangan, maka auditor harus menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dan mencantumkan suatu paragraf Penekanan Suatu Hal dalam laporan auditor untuk:

(a) Menekankan keberadaan suatu ketidakpastian material yang berkaitan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya; dan

(b) Mengarahkan perhatian pada catatan atas laporan keuangan yang mengungkapkan hal-hal yang dirujuk dalam paragraf 18.5 (Ref: Para. A21–A22)

20. Jika pengungkapan yang memadai tidak dicantumkan dalam laporan keuangan, maka auditor harus menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar, sesuai dengan kondisinya, berdasarkan SA 705.6 Auditor harus

menyatakan dalam laporan auditor bahwa terdapat suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A23–A24)

penggunaan asumsi Kelangsungan usaha yang tidak tepat 21. Jika laporan keuangan telah disusun berdasarkan suatu basis

kelangsungan usaha, tetapi menurut pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar. (Ref: Para. A25– A26)

Keengganan manajemen untuk membuat atau memperluas penilaiannya

22. Jika manajemen tidak mau membuat atau memperluas penilaiannya bila diminta untuk melakukan hal itu oleh auditor, maka auditor harus mempertimbangkan implikasinya terhadap laporan auditor. (Ref: Para. A27)

5 SA 706, “Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan

Auditor Independen.”

(13)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

Komunikasi dengan pihak yang Bertanggung jawab atas tata Kelola

23. Kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas,7 auditor

harus mengomunikasikan dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan signifikan terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Komunikasi seperti itu dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola harus meliputi hal-hal berikut:

(a) Apakah peristiwa atau kondisi merupakan suatu ketidakpastian material;

(b) Apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan; dan

(c) Kecukupan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan.

penundaan Signifikan dalam persetujuan atas laporan Keuangan

24. Jika terjadi penundaan signifikan dalam persetujuan atas laporan keuangan oleh manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola setelah tanggal laporan keuangan, maka auditor harus menanyakan alasan penundaan tersebut. Jika auditor meyakini bahwa penundaan tersebut mungkin terkait dengan peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha, maka auditor harus melakukan prosedur audit tambahan, seperti yang dijelaskan dalam paragraf 16, serta mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kesimpulan auditor tentang keberadaan suatu ketidakpastian material, seperti yang dijelaskan dalam paragraf 17.

***

7 SA 260, “Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola,”

(14)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

matEri pEnErapan dan pEnjElaSan lain

asumsi Kelangsungan usaha (Ref: Para. 2)

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik

A1. Penggunaan asumsi asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen juga relevan bagi entitas sektor publik. Sebagai contoh, Standar Akuntansi Sektor Publik 1 (“SASP”) mengatur isu tentang kemampuan entitas sektor publik untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.8 Risiko

kelangsungan usaha dapat timbul, tetapi tidak terbatas pada, situasi yang di dalamnya entitas sektor publik beroperasi atas basis mencari keuntungan, yang dukungan pemerintah mungkin dikurangi atau ditarik, atau dalam hal privatisasi. Peristiwa atau kondisi dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan suatu entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dalam sektor publik dapat mencakup situasi yang di dalamnya entitas sektor publik mengalami kekurangan pendanaan untuk melanjutkan eksistensinya atau ketika keputusan kebijakan dibuat yang memengaruhi layanan yang disediakan oleh entitas sektor publik tersebut. prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait

Peristiwa atau Kondisi yang dapat Menyebabkan Keraguan tentang Asumsi Kelangsungan Usaha

A2. Di bawah ini disajikan contoh-contoh peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun secara kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan tentang asumsi kelangsungan usaha. Daftar tersebut bukan merupakan suatu daftar lengkap dan satu atau lebih unsur-unsur di bawah ini tidak selalu menandakan terjadinya suatu ketidakpastian material:

Keuangan:

• Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih. • Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati

jatuh temponya tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan; atau pengandalan yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai aset jangka panjang.

• Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor.

(15)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

• Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasikan oleh laporan keuangan historis atau prospektif.

• Rasio keuangan utama yang buruk.

• Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas.

• Dividen yang sudah lama terutang atau yang tidak berkelanjutan.

• Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo.

• Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman.

• Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit menjadi transaksi tunai ketika pengiriman. • Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk

pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya.

Operasi:

• Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk menghentikan operasinya.

• Hilangnya manajemen kunci tanpa pengggantian. • Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara

laba, lisensi, atau pemasok utama. • Kesulitan tenaga kerja.

• Kekurangan penyediaan barang/bahan. • Munculnya kompetitor yang sangat berhasil. Lain-lain:

• Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori lainnya.

• Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat dipenuhi oleh entitas.

• Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan pemerintah yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi entitas.

• Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan. Signifikansi peristiwa atau kondisi tersebut di atas sering kali dapat dimitigasi oleh faktor-faktor lain. Sebagai contoh,

(16)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

pengaruh dari ketidakmampuan suatu entitas untuk melunasi utangnya secara utang normal dapat diimbangi dengan rencana manajemen untuk memelihara arus kas yang cukup melalui cara-cara alternatif, seperti melalui penjualan aset, penjadwalan kembali pelunasan pinjaman, atau pemerolehan modal tambahan. Sama halnya, hilangnya pemasok utama dapat dimitigasi dengan ketersediaan sumber pasokan alternatif yang sesuai.

A3. Prosedur penilaian risiko yang diharuskan dalam paragraf 10 membantu auditor untuk menentukan apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen kemungkinan merupakan suatu isu penting dan dampaknya terhadap perencanaan audit. Prosedur tersebut juga memungkinkan pembahasan dengan manajemen yang lebih tepat waktu, termasuk pembahasan tentang rencana manajemen dan resolusi setiap isu kelangsungan usaha yang teridentifikasi. Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil

A4. Ukuran suatu entitas dapat memengaruhi kemampuannya untuk melewati kondisi buruk. Entitas kecil mungkin dapat merespons dengan cepat terhadap pemanfaatan peluang, tetapi mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mempertahankan operasinya.

A5. Kondisi dengan relevansi tertentu yang ada pada entitas kecil mencakup risiko bahwa bank dan kreditur lainnya dapat menghentikan dukungannya terhadap entitas, serta kemungkinan kehilangan pemasok utama, pelanggan utama, karyawan kunci, atau hak untuk beroperasi di bawah suatu lisensi, waralaba, atau perjanjian hukum lainnya.

Tetap Waspada Selama Audit untuk Bukti Audit tentang Peristiwa atau Kondisi (Ref: Para. 11)

A6. SA 315 mengharuskan auditor untuk merevisi penilaian risiko auditor dan oleh karena itu, memodifikasi prosedur audit lebih lanjut ketika bukti audit tambahan diperoleh selama pelaksanaan audit yang memengaruhi penilaian risiko auditor.9

Jika peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan

(17)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya teridentifikasi setelah penilaian risiko auditor dilakukan, sebagai tambahan atas pelaksanaan prosedur dalam paragraf 16, penilaian auditor atas resiko kesalahan penyajian material kemungkinan perlu direvisi. Keberadaan peristiwa atau kondisi tersebut juga dapat memengaruhi sifat, waktu, dan luas prosedur audit lebih lanjut dalam merespons risiko yang dinilai. SA 33010 menetapkan

ketentuan dan menyediakan panduan atas isu ini. pengevaluasian atas penilaian manajemen

Penilaian dan Analisis Pendukung Manajemen, serta Pengevaluasian Auditor (Ref: Para. 12)

A7. Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya merupakan suatu bagian utama dari pertimbangan auditor atas penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen.

A8. Bukan merupakan tanggung jawab auditor untuk mengoreksi kekurangan analisis yang dilakukan oleh manajemen. Namun, dalam beberapa kondisi, kekurangan analisis detail oleh manajemen untuk mendukung penilaiannya belum tentu dapat mencegah auditor dalam menyimpulkan apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen sudah tepat sesuai dengan kondisinya. Sebagai contoh, ketika terdapat suatu riwayat usaha yang menghasilkan laba dan suatu akses yang tersedia terhadap sumber daya keuangan, manajemen dapat melakukan penilaiannya tanpa analisis detail. Dalam hal ini, pengevaluasian auditor atas ketepatan penilaian manajemen dapat dilakukan tanpa melakukan prosedur pengevaluasian detail jika prosedur audit lebih lanjut sudah cukup untuk memungkinkan auditor dalam menyimpulkan apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan sudah tepat sesuai dengan kondisinya.

A9. Dalam kondisi lain, pengevaluasian terhadap penilaian oleh manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, sebagaimana yang diharuskan oleh

(18)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

paragraf 12, dapat mencakup suatu evaluasi atas manajemen proses yang dilakukan setelah proses penilaian, asumsi yang mendasari penilaian tersebut dan rencana manajemen atas tindakan di masa depan, dan apakah rencana manajemen tersebut layak sesuai dengan kondisinya.

Periode Penilaian Manajemen (Ref: Para. 13)

A10. Kebanyakan kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan suatu penilaian manajemen yang eksplisit menyebutkan periode kapan manajemen diharuskan untuk memperhitungkan seluruh informasi yang tersedia.11

Pertimbangan Spesifik Bagi Entitas yang Lebih Kecil (Ref: Para. 12–13)

A11. Dalam banyak kasus, manajemen entitas yang lebih kecil belum tentu telah menyiapkan suatu penilaian detail atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, tetapi sebagai penggantinya, kemungkinan manajemen mengandalkan pengetahuannya yang mendalam tentang bisnis dan prospek di masa depan yang diantisipasi. Namun, berdasarkan ketentuan SA ini, auditor perlu untuk mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Bagi entitas yang lebih kecil, kemungkinan tepat bagi auditor untuk mendiskusikan pendanaan jangka menengah dan jangka panjang entitas dengan manajemen, selama argumen manajemen dapat dikoroborasi oleh bukti yang dapat didokumentasi secara memadai dan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas. Oleh karena itu, ketentuan dalam paragraf 13 yang mengharuskan auditor untuk meminta manajemen untuk memperluas penilaiannya dapat, sebagai contoh, dipenuhi melalui diskusi, pengajuan pertanyaan, dan inspeksi terhadap dokumentasi pendukung, sebagai contoh, pengevaluasian terhadap kelayakan atau keterdukungan bukti atas pesanan yang diterima untuk pasokan di masa depan. A12. Dukungan yang berkelanjutan oleh pemilik-pengelola

sering kali penting bagi kemampuan entitas yang lebih kecil

11 Sebagai contoh, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009),

“Penyajian Laporan Keuangan”, mendefinisikan hal ini sebagai suatu periode yang sekurang-kurangnya, tetapi tidak terbatas pada, 12 bulan sejak akhir periode pelaporan.

(19)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Ketika suatu entitas kecil sebagian besar didanai dengan suatu pinjaman dari pemilik-pengelola, kemungkinan penting bahwa dana tersebut tidak ditarik oleh pemilik-pengelola. Sebagai contoh, keberlanjutan suatu entitas kecil dalam kesulitan keuangan mungkin bergantung pada dilakukannya subordinasi pinjaman entitas oleh pemilik-pengelola yang menguntungkan pihak bank pemberi pinjaman atau kreditur lainnya, atau dilakukannya penjaminan oleh pemilik-pengelola untuk mendukung pinjaman dengan cara memberikan aset pribadinya sebagai jaminan. Dalam kondisi tersebut, auditor dapat memperoleh bukti terdokumentasi atas subordinasi atau penjaminan pinjaman oleh pemilik-pengelola. Ketika suatu entitas bergantung pada dukungan tambahan dari pengelola, auditor dapat mengevaluasi kemampuan pemilik-pengelola dalam memenuhi kewajibannya berdasarkan pengaturan dukungan tersebut. Selain itu, auditor dapat meminta konfirmasi tertulis tentang persyaratan dan kondisi yang mendasari dukungan tersebut serta intensi atau pemahaman pemilik-pengelola atas pengaturan dukungan tersebut.

periode Setelah penilaian manajemen (Ref: Para. 15)

A13. Seperti yang diharuskan dalam paragraf 11, auditor tetap waspada terhadap kemungkinan adanya peristiwa yang diketahui, baik yang terjadwal maupun yang tidak terjadwal, atau kondisi yang akan terjadi setelah periode penilaian yang digunakan oleh manajemen yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh karena tingkat ketidakpastian yang terkait dengan hasil suatu peristiwa atau kondisi meningkat seiring dengan berjalannya waktu, dalam mempertimbangkan peristiwa atau kondisi lebih lanjut di masa depan, maka indikasi atas isu-isu kelangsungan usaha perlu bersifat signifikan sebelum auditor perlu mempertimbangkan untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Jika peristiwa atau kondisi teridentifikasi, maka auditor kemungkinan perlu untuk meminta manajemen untuk mengevaluasi signifikansi potensial dari peristiwa atau kondisi tersebut sehubungan dengan penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan

(20)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

kelangsungan usahanya. Dalam kondisi tersebut, prosedur dalam paragraf 16 berlaku.

A14. Selain menanyakan kepada manajemen, auditor tidak memiliki tanggung jawab untuk melakukan prosedur audit lainnya untuk mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya setelah periode yang dinilai oleh manajemen, yang, sebagaimana dibahas dalam paragraf 13, mencakup sekurang-kurangnya 12 bulan sejak tanggal laporan keuangan.

prosedur audit tambahan Ketika peristiwa atau Kondisi teridentifikasi (Ref: Para.16)

A15. Prosedur audit yang relevan dengan ketentuan dalam paragraf 16 dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:

• Menganalisis dan membahas arus kas, laba, dan prakiraan relevan lainnya dengan manajemen.

• Menganalisis dan membahas laporan keuangan interim terakhir entitas yang tersedia.

• Membaca persyaratan perjanjian pinjaman dan menentukan apakah terdapat pelanggaran persyaratan tersebut.

• Membaca risalah rapat pemegang saham, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, dan komite-komite yang relevan untuk mengetahui adanya kesulitan pendanaan.

• Menanyakan penasihat hukum entitas tentang keberadaan litigasi dan klaim, serta kewajaran penilaian oleh manajemen tentang hasil dan estimasi dampak keuangan dari litigasi dan klaim tersebut.

• Mengonfirmasi keberadaan, legalitas, dan kemampuan penegakan dari pengaturan untuk menyediakan atau memelihara dukungan keuangan dari pihak berelasi dan pihak ke tiga, serta menilai kemampuan keuangan dari pihak-pihak tersebut dalam menyediakan dan tambahan.

• Mengevaluasi rencana entitas untuk menghadapi pesanan pelanggan yang tidak dapat dipenuhi.

• Melakukan prosedur audit atas peristiwa yang terjadi setelah tanggal pelaporan untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang memitigasi atau memengaruhi

(21)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

• Mengonfirmasi eksistensi, persyaratan, dan kecukupan fasilitas pinjaman.

• Memperoleh dan mereviu laporan-laporan tentang tindakan badan pengatur.

• Menentukan kecukupan bukti pendukung atas penghapusan aset yang direncanakan.

Pengevaluasian atas Rencana Manajemen untuk Tindakan di Masa Depan (Ref: Para. 16(b))

A16. Pengevaluasian atas rencana manajemen untuk tindakan di masa depan dapat mencakup pengajuan pertanyaan kepada manajemen tentang rencana manajemen untuk tindakan di masa depan, termasuk, sebagai contoh, rencana untuk melikuidasi aset, meminjam dana atau merestrukturisasi utang, mengurangi atau menunda pembelanjaan, atau meningkatkan permodalan.

Periode atas Penilaian Manajemen (Ref: Para. 16(c))

A17. Sebagai tambahan atas prosedur yang diharuskan dalam paragraf 16(c), auditor dapat membandingkan:

• Informasi keuangan prospektif untuk periode lalu terkini dengan hasil historis; dan

• Informasi keuangan prospektif untuk periode kini dengan hasil yang telah dicapai sampai dengan tanggal dilakukannya prosedur ini.

A18. Ketika asumsi manajemen mencakup dukungan yang berkelanjutan dari pihak ketiga, baik melalui subordinasi pinjaman, komitmen untuk memelihara atau menyediakan pendanaan tambahan, atau penjaminan, dan dukungan tersebut penting bagi kemampuan suatu entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor mungkin perlu mempertimbangkan untuk meminta konfirmasi tertulis (termasuk persyaratan dan kondisi) dari pihak ketiga tersebut dan untuk memperoleh bukti tentang kemampuan pihak ketiga tersebut dalam menyediakan dukungan tersebut. Kesimpulan audit dan pelaporan (Ref: Para. 17)

A19. Frasa “ketidakpastian material” digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009), “Penyajian

(22)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

Laporan Keuangan” dalam membahas ketidakpastian yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Dalam beberapa kerangka pelaporan keuangan lain, frasa “ketidakpastian signifikan” digunakan dalam kondisi serupa.

Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha sudah Tepat, tetapi terdapat suatu Ketidakpastian material

Kecukupan Pengungkapan Ketidakpastian Material (Ref: Para. 18)

A20. Penentuan kecukupan pengungkapan laporan keuangan dapat melibatkan penentuan apakah informasi tersebut secara eksplisit membawa perhatian pembaca pada kemungkinan bahwa entitas tidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal.

Pelaporan Audit ketika Pengungkapan Ketidakpastian Material Sudah Memadai (Ref: Para.19)

A21. Berikut ini merupakan suatu ilustrasi paragraf penekanan ketika auditor meyakini bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan sudah memadai:

Paragraf Penekanan Suatu Hal

Tanpa menyatakan pengecualian atas pendapat kami, kami membawa perhatian Saudara pada Catatan X atas laporan keuangan yang mengindikasikan bahwa Perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rpxx untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X1 dan, pada tanggal tersebut, liabilitas lancar Perusahaan melampaui total asetnya sebesar Rpyy. Kondisi tersebut, bersama dengan hal-hal lain sebagaimana dijelaskan dalam Catatan X, mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

A22. Dalam situasi yang melibatkan ketidakpastian material multipel yang signifikan terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, auditor dapat menganggapnya sebagai hal yang tepat dalam kondisi yang sangat jarang untuk tidak menyatakan pendapat, dan tidak menggunakan paragraf penekanan. SA 705 menyediakan panduan tentang hal ini.

(23)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

Pelaporan Audit Bila Pengungkapan Ketidakpastian Material Tidak Memadai (Ref: Para. 20)

A23. Berikut ini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraf-paragraf yang relevan bila suatu opini wajar dengan pengecualian dinyatakan:

Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian

Perjanjian pendanaan Perusahaan telah jatuh tempo dan jumlah yang terutang harus dilunasi pada tanggal 19 Maret 20X1. Perusahaan masih belum mampu untuk menegosiasi kembali atau memperoleh pendanaan pengganti. Situasi ini mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, dan oleh karena itu, Perusahaan kemungkinan tidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan (dan catatan atas laporan keuangan terkait) tidak mengungkapan fakta tersebut sepenuhnya.

Opini Wajar dengan Pengecualian

Menurut pendapat kami, kecuali untuk pengungkapan yang tidak lengkap atas informsi yang dirujuk dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian, laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perusahaan tanggal 31 Desember 20X0, serta kinerja keuangan dan arus kas terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

A24. Berikut ini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraf-paragraf yang relevan bila suatu opini tidak wajar dinyatakan:

Basis untuk Opini Tidak Wajar

Perjanjian pendanaan Perusahaan sudah jatuh tempo dan jumlah yang terutang harus dilunasi pada tanggal 31 Desember 20X0. Perusahaan masih belum mampu untuk menegosiasi kembali atau memperoleh pendanaan pengganti, dan sedang mempertimbangkan untuk menyatakan pailit. Peristiwa tersebut mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,

(24)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

dan oleh karena itu, Perusahaan kemungkinan tidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi lialibilitasnya dalam kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan (dan catatan atas laporan keuangan terkait) tidak mengungkapkan fakta tersebut.

Opini Tidak Wajar

Menurut pendapat kami, karena tidak diungkapkannya informasi yang dirujuk dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan Perusahaan tanggal 31 Desember 20X0, serta kinerja keuangan dan arus kas terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

penggunaan asumsi Kelangsungan usaha yang tidak tepat (Ref: Para. 21)

A25. Jika laporan keuangan telah disusun dengan menggunakan basis kelangsungan usaha tetapi, menurut pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen tidak tepat, maka ketentuan dalam paragraf 21 berlaku bagi auditor untuk menyatakan suatu opini tidak wajar, tanpa memperhatikan apakah laporan keuangan mencantumkan atau tidak mencantumkan pengungkapan tentang ketidaktepatan pengggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen.

A26. Jika manajemen entitas diharuskan, atau memilih, untuk menyusun laporan keuangan ketika penggunaan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat dengan kondisinya, maka laporan keuangan disusun dengan menggunakan suatu basis alternatif (sebagai contoh, basis likuidasi). Auditor dapat melaksanakan audit atas laporan keuangan tersebut selama auditor menentukan bahwa basis alternatif tersebut merupakan suatu kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima dalam kondisi tersebut. Auditor juga dapat menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan tersebut selama terdapat pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan tersebut, tetapi dapat mempertimbangkan sebagai suatu hal yang tepat atau perlu untuk mencantumkan suatu paragraf penekanan dalam laporan auditor untuk membawa

(25)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

perhatian pengguna laporan keuangan pada basis alternatif tersebut dan alasan penggunaannya.

Keengganan manajemen untuk membuat atau memperluas penilaiannya (Ref: Para. 22)

A27. Dalam kondisi tertentu, auditor dapat meyakini bahwa perlu meminta manajemen untuk membuat atau memperluas penilaiannya. Jika manajemen tidak bersedia untuk melakukan hal tersebut, maka auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat dalam laporan auditor, karena tidak mungkin bagi auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan keuangan, seperti bukti audit tentang adanya rencana yang telah disiapkan oleh manajemen atau adanya faktor-faktor mitigasi lainnya.

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Kemudahan dalam memberikan proses pelayanan yang memberikan pelayanan atau berhadapan langsung dengan masyarakat, siakp positif tersebut merupakan bukti bahwa aparat

Temuan selanjutnya dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran tematiknya di kelas menunjukan bahwa guru kelas IV melakukan

(1) Menyimpang dari Pasal 277 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas kendaraan bermotor yang dipertanggungkan dengan Polis ini,

b) Usaha pengembangan Rumah Pemotongan Babi Ciroyom agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 01- 6159-1999) secara finansial layak dilakukan dengan. adanya penyesuaian

Penyusunan rancangan Renja Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral dimaksudkan untuk merumuskan program, kegiatan, indikator kinerja dan pendanaan indikatif yang

PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN SEBAGAI KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP DAN RSUP Dr.KARIADI SEMARANG PERIODE MASA JABATAN 2013 –

Kemampuan fisik anak dalam melakukan toilet training, antara lain : anak dapat duduk atau jongkok tenang kurang lebih 2-5 menit, anak dapat berjalan dengan baik, anak sudah

ini hanya menggunakan faktor kualitas layanan dan harga dengan kepuasan pelanggan sebagai mediator yang mempengaruhi loyalitas pelanggan pada bengkel resmi Istana