• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG PENGEMBANGAN KACANG HIJAU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BIAYA RENDAH (TBR) DI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELUANG PENGEMBANGAN KACANG HIJAU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BIAYA RENDAH (TBR) DI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG PENGEMBANGAN KACANG HIJAU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BIAYA RENDAH (TBR) DI NUSA TENGGARA TIMUR

T. Basuki, E.Hosang, Ahyar dan J.Nulik

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

Salah satu syarat perlu agar suatu inovasi/teknologi usahatani dapat diadopsi oleh petani di Nusa Tenggara Timur adalah teknologi itu tidak membutuhkan biaya investasi yang relatif tinggi (low cost), disamping mempunyai kemampuan meningkatkan produktivitas yang optimal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar petani NTT tergolong sebagai petani miskin dan tidak memilki akses terhadap modal maupun eksternal input lain. Pada musim tanam 2006, telah diaplikiasikan Teknologi Biaya Rendah (TBR) untuk usahatani kacang hijau di dua desa di kabupaten Kupang dengan melibatkan 45 petani pada total lahan 15 ha. Kedua desa ini berturut-turut desa Oebola (kecamatan FatuleU) dan Nunkurus (kecamatan Kupang Timur). Ciri-ciri TBR pada kacang hijau adalah tanpa olah tanah/TOT, tanpa menyiang dan tanpa pemupukan dan menggunakan herbisida berbahan aktif Glifosat yang bersifat sistemik. Pelaksanaan TBR dilaksanakan oleh petani dengan melibatkan peneliti dan penyuluh dalam pengawalan aplikasi teknologi. Penelitian pengembangan yang menggunakan metoda Onfarm Research (OFR) ini bertujuan untuk mengetahui respon petani dan pengambil keputusan selama TBR dilaksanakan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa, secara teknis TBR cukup efisien karena biaya investasi yang dikeluarkan petani per hektar adalah sebesar Rp. 390000 dan penerimaan kotor adalah Rp.4500000; atau produktivitas yang diperoleh adalah 9.0 kw/ha dengan B/C ratio mencapai 10.53. Karena pertumbuhan tanaman cukup meyakinkan dan pengelolaannya sangat efisien maka telah direspon oleh petani kooperator dan petani sekitarnya bahwa akan diaplikasi TBR pada musim tanam akan datang. Khusus untuk petani desa Oebola telah direncanakan melalui program kelompok tani akan dikembangkan seluas 100 ha. Apresiasi terhadap TBR antara lain peserta pelatihan dari BLPP Noelbaki, petani dari luar desa dan Bupati Kupang. Dalam sambutan Bupati Kupang ketika panen hasil kacang hijau menggunakan TBR di desa Oebola merencanakan pengembangan kacang hijau menggunakan TBR seluas 2500 ha pada tahun 2007di seluruh wilayah kabupaten Kupang. Secara teknis, TBR dapat diaplikasi di wilayah-wilayah lahan kering iklim semi arid, sehingga memungkinkan berpeluang besar dikembangkan Kata kunci : Usahatani kacang hijau; Tekologi Biaya Rendah (TBR)

PENDAHULUAN

Salah satu syarat perlu suatu inovasi/teknologi usahatani agar dapat diadopsi oleh petani di Nusa Tenggara Timur adalah teknologi itu tidak membutuhkan biaya investasi yang relatif tinggi atau biaya rendah (low cost), disamping mempunyai kemampuan meningkatkan produktivitas yang optimal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar petani NTT tergolong sebagai petani miskin dan tidak memilki akses terhadap modal maupun eksternal input lain.

Sebagian besar petani di NTT adalah petani lahan kering yang orientasiusahataninya bersifat subsisten dan berbasis tanaman pangan sebagai food security. Sedangkan untuk memperoleh uang tunai bagi kepentingan rumah tangga mereka berasal dari usahatani ternak seperti sapi, kambing, babi dan ayam. Khusus untuk usahatni tanaman pangan, hanya diusahakan dalam satu musim setiap tahunnya, dengan tanaman utamanya adalah Jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian. Selain itu, walaupun ketersediaan lahan untuk usahatani relatif besar, namun penguasaan lahan petani untuk usahatani adalah relatif sangat kecil yakni antara 20 are sampai 50 are per kepala keluarga tani.

Karakteristik usahatani tersebut sangat berkaitan erat dengan kondisi biofisik wilayah, yang sebagian besar wilayah NTT adalah kawasan lahan kering iklim kering (semi arid).

(2)

Karakteristik bio-fisik NTT antara lain : (i) jumlah curah hujan <1500 mm/tahun dengan sebaran bulan basah antara Desember sampai Maret atau delapan bulan kering; (ii) hamparan wilayahnya sebagain besar bertopografi berbukit sampai bergunung, sehingga lahan untuk usahataninya pada hamparan lahan yang berslope miring; (iii) tekstur tanah tergolong sedang sampai agak kasar, sehubungan dengan bahan induknya adalah volkan di wilayah Flores dan sekitarnya dan karstik di wilayah Timor dan Sumba; dan (iv) solum tanah yang tipis, karena telah mengalami pengikisan tanah (erosi) disamping karena sebagian besar adalah tanah-tanah inseptisol dan entisol.

Kompleksitas dari keberadaan petani dan kondisi agroekologi setempat, terekspresi dari produktivitas semua komoditas yang relatif sangat rendah dibanding dengan kinerja usahatani di luar NTT. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan teknologi untuk peningkatan hasil pertanian, harus teknologi ini berciri tidak membutuhkan biaya yang tinggi, mudah diterapkan oleh petani serta nyata dalam meningkatkan hasil persatuan luas.

Penelitian yang menerapkan Teknologi Biaya Rendah (TBR) telah dilakukan di wilayah Kabupaten Kupang, Propinsi NTT pada musim tanam 2005 sampai 2006 yang bertujuan memperkenalkan kepada petani teknologi TBR kacang hijau menjelang akhir musim hujan dan sekaligus memantau respon petani terhadap TBR yang diperkenalkan. Menurut Basuki et al., (2006), Teknologi Biaya Rendah adalah suatu rakitan teknologi budidaya tanaman, yang merekrut komponen-komponen teknologi tertentu dalam rangka menekan penggunaan biaya produksi, yang selama ini menjadi kendala utama bagi petani miskin. Atau dengan kata lain, TBR adalah teknologi budidaya tanaman yang memungkinkan diaplikasi oleh sebagian besar petani seperti di NTT atau NTB. Dengan hanya mengeluarkan sedikit biaya, namun bisa diperoleh hasil/produksi yang tinggi bahkan bisa tetap menyamai hasil dibandingkan dengan menggunakan teknologi biaya tinggi. Dengan menerapkan TBR, juga akan berpeluang petani memperbesar areal usahatani. Prinsipnya TBR, dapat diterapkan pada jenis tanaman pertanian khususnya tanaman pangan. Namun untuk saat ini TBR direkomendasikan untuk tanaman kacang hijau, karena tanaman ini mempunyai keunikan dapat tumbuh dan berproduksi baik pada kondisi marginal (lahan yang kurang subur dan curah hujan yang rendah)

Ciri-ciri dari TBR adalah : (i) tanpa olah tanah; (ii) tanpa menyiang; (iii) tanpa pemupukan; (iv) aplikasi herbisida glifosat yang bersifat sistemik; (v) menggunakan mulsa yang berasal dari gulma yang ada di lahan; (vi) panen pada bulan Mei atau Juni (ketika saat ini, tidak ada aktivitas panen pada lahan kering umumnya); dan (vii) bisa diterapkan pada lahan marginal.

METODOLOGI Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode On-Farm Research/OFR, dimana ada kerjasama antara Peneliti, Penyuluh dan Kelompok Tani. Peneliti berperan dalam menyiapkan prosedur dan paket penelitian yang akan dilaksanakan melalui persetujuan bersama kelompok tani setempat. Sedangkan penyuluh berperan dalam menciptakan dinamika kelompok tani dalam rangka mendiseminasi teknologi ini ke tempat lain. Selama penelitian, Peneliti dan Penyuluh terus mengawal petani dalam pelaksanaan paket penelitian yang dijalankan. Prinsip dari OFR adalah paket penelitian yang dikembangkan ini adalah cenderung telah matang, namun membutuhkan respon petani terhadap teknologi ini sehingga teknologi ini bisa diperbaiki untuk kesempurnaan ke depan. Hal-hal yang diamati dalam penelitian OFR ini adalah : (i) kinerja TBR yang meliputi, tingkat produktivitas tanaman, kendala-kendala teknis yang dihadapi petani; dan (ii) respon sosial terhadap TBR yang meliputi, tanggapan petani sejak pendekatan petani, persiapan, penanaman, masa pertumbuhan, panen dan pasca panen.

Untuk mengetahui kinerja teknologi maka dilakukan perhitungan produksi dan analisis finansial secara sederhana (analisis output-input : O/I). Sedangkan respon sosial dilakukan analisis persepsi melalui wawancara formal maupun informal mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian OFR ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Juni 2006, di dua desa yakni di lahan kelompok tani “Maju Bersama” Desa Oebola (Kecamatan FatuleU) yang

(3)

beranggotakan 18 orang pada lahan seluas 6 ha; dan lahan kelompok tani “Mahardika” desa Nunkurus (Kecamatan Kupang Tengah) yang beranggotakan 27 orang pada lahan seluas 9 ha. Total lahan 15 ha melibatkan 45 petani koperator. Kedua desa ini berada di Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Agroekosistem yang dipilih dalam penelitian ini adalah lahan kering (ladang) yang petani setempat menyebut “kebun”. Jenis tanah di desa Oebola adalah Typic haplustalfs di Oebola dan Typic ustropepts di desa Nunkurus. Kedua lokasi ini tergolong kawasan lahan kering dengan Bulan Basa hanya 3 bulan antara Desember sampai awal Maret.

Paket TBR kacang hijau

Yang dimaksud dengan TBR adalah suatu rakitan teknologi budidaya tanaman, yang merekrut komponen-komponen teknologi tertentu dalam rangka menekan penggunaan biaya produksi, yang selama ini menjadi kendala utama bagi petani miskin. Dengan kata lain, TBR adalah teknologi budidaya tanaman yang memungkinkan diaplikasi oleh sebagian besar petani seperti di NTT atau di NTB. Dengan hanya mengeluarkan sedikit biaya, petani bisa memperoleh hasil/produksi yang tinggi bahkan bisa tetap menyamai dibandingkan dengan hasil yang menggunakan teknologi biaya tinggi. Semua jenis tanah bisa diterapkan TBR. Bahkan tanah marginal pun (solum yang tipis, tekstur kasar dan batuan permukaan yang tinggi) bisa menghasilkan kacang hijau yang memadai. Namun persyaratan teknis yang perlu pada lahan adalah, adanya gulma yang sudah tumbuh lebat di lokasi. Gulma ini akan dimanfaatkan sebagai sumber mulsa dan bahan organik untuk penciptaan lingkungan tanah yang lebih baik.

Ciri-ciri TBR adalah : (i) tanpa olah tanah; (ii) tanpa menyiang; (iii) tanpa pemupukan; (iv) Tidak menugal benih (salah satu pilihan); (v) aplikasi herbisida glifosat yang bersifat sistemik; (vi) menggunakan mulsa yang berasal dari gulma yang ada di lahan; (vii) panen pada bulan Mei – Juni (ketika saat ini, tidak ada aktivitas panen pada lahan kering umumnya); (viii) bisa diterapkan pada lahan marginal.

Teknologi Lengkap dalam bentuk paket teknologi yang diterapkan di penelitian ini disajikan pada bagian lain dari tulisan ini. Namun secara umum paket teknologi TBR tersaji pada Tabel 1.

(4)

Tabel 1. Paket teknologi biaya rendah yang diterapkan di desa Oebola dan Nunkurus, kabupaten Kupang

Item Uraian

Waktu tanam Akhir Februari sampai tengah Maret Pengolahan tanah Tanpa olah tanah (zero tillage)

Varietas Fore Belu (varietas Nasional)

Jarak tanam 20 x 40 cm

Pengendalian gulma Herbisida glifosat

Pemupukan Sumber hara dari pelapukan gulma

Mulsa Sumber dari pelapukan gulma

Pengendalian hama penyakit Insektisida

Pemeliharaan Relatif sedikit karena tanpa penyiangan dan pemupukan Panen dan pasca panen Normal seperti biasa

HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja teknologi TBR

Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa semua jenis tanah bisa diterapkan TBR. Bahkan tanah marginal pun (solum yang tipis, tekstur kasar dan batuan permukaan yang tinggi) bisa menghasilkan kacang hijau yang memadai. Namun persyaratan teknis yang perlu pada lahan adalah, adanya gulma yang sudah tumbuh lebat di lokasi. Gulma ini akan dimanfaatkan sebagai sumber mulsa dan bahan organik untuk penciptaan lingkungan tanah yang lebih baik.

Pada saat aplikasi TBR dilaksanakan di dua desa penelitian, sifat curah hujan sudah mulai berkurang atau menjelang akhir musim hujan. Keadaan dan sifat curah hujan ini dapat merupakan representatif dari sebagian besar wilayah NTT. Demikian juga keberadaan pertumbuhan pertanaman jagung sebagai tanaman utama di dua desa ini telah memasuki fase perkembangan generatif. Pada saat itu, secara tradisonal tidak ada petani setempat yang menanam tanaman pangan di lahan kering (ladang).

Diawali dengan aplikasi herbisida sistemik berbahan aktif glifosat, penanaman kacang hijau dengan jarak tanam 20 x 40 cm dilaksakan pada hari satu hari setelah penyemprotan, sesuai dengan petunjuk teknis yang disiapkan. Selanjutnya melewati waktu ke pertumbuhan ke depan, pertumbuhan tanaman kacang hijau berjalan normal.

Di desa Oebola panen dilakasanakan pada awal Mei 2006, dan desa Nunkurus awal panen jatuh antara akhir Mei sampai tengah juni 2006. Pada saat itu, di lahan-lahan kering di NTT tidak pernah ada aktifitas pemanenan tanaman pangan apapun, karena pada saat itu kondisi sebagian besar wilayah NTT adalah termasuk musim kemarau. Panen pada saat itu, yang dijadikan kesan positif petani terhadap kinerja TBR.

Kinerja TBR, terekspresi dari hasil produktivitas mencapai rata-rata 0.9/ha di Oebola atau mendekati potensi genetik dari varietas Fore Belu yang dapat mencapai 1 t/ha. Sedangkan di desa Nunkurus kinerja TBR berada pada kisaran 0.8 sampai 0.95 t/ha. Secara teknis, pertumbuhan pertanaman kacang hijau relatif normal disebabkan karena kelembaban dan suhu tanah relatif stabil karena diciptakan oleh peran mulsa dan pupuk organik hasil lapukan dari gulma yang terkena herbisida sebelum penanaman. Gulma dominan di lokasi percobaan adalah alang-alang (Imperata cilindrica, L.) dan gulma berdaun lebar Cromolena odorata.

Selain dari sisi produksi, TBR juga mampu mengefisienkan biaya produksi. Hal ini karena prinsip dari TBR adalah harus mampu menekan biaya produksi (eksternal input dan tenaga kerja). Hasil analisis finansial usahatani kacang hijau menggunakan TBR dari onfarm research di dua desa ini tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis finanansial usahatani Kacang Hijau menggunakan TBR setiap hektar

Uraian Satuan Volume Harga Biaya (Rp)

Input :

(5)

Herbisida liter 3 50000 150000 Insektisida liter 2 120000 120000 Total input 390000 Output : Produksi (kg) kg 900 5000 4500000 B/C ratio 10.53

Dari Tabel 2. menunjukkan, bahwa total input ril yang dibutuhkan dalam usahatani kacang hijau menggunakan TBR adalah sebesar Rp. 390.000/ha. Biaya-biaya ini diperuntukan untuk kebutuhan benih, herbisida dan insektisida. Sehingga pendapatan kotor yang diperoleh adalah Rp. 4500000/ha, dengan asumsi harga jual kacang hijau pada saat itu adalah Rp 5000 dan produktivitas yang diperoleh adalah 0.9 t/ha. Dengan demikian B/C ratio adalah 10.53 atau sangat layak sebagai pertimbangan usahatani.

Analisis finansial sederhana ini sengaja dilakukan tanpa data tenaga kerja, dengan beberapa pertimbangan antara lain, di desa penelitian ini tenaga kerja yang digunakan umumnya tenaga kerja asal rumah tangga petani itu sendiri atau biasanya mereka melakukan secara berkelompok di bawah managemen kelompok tani.

Respon Petani terhadap TBR

Respon masyarakat tani terhadap TBR ketika saat panen adalah sangat positif. Tercatat bahwa kurang lebih ada sekitar 200 petani telah mengetahui mengenai teknologi ini. Selain petani, ada sekitar 100 non-petani yang sudah meninjau perkembangan teknologi ini dari berbagai wilayah dari luar desa, termasuk juga 25 orang pejabat dinas beberapa kabupaten di NTT sebagai peserta latihan teknis yang di selenggarakan oleh Balai Latihan Pertanian Noelbaki.

Pada saat awal sejak persiapan dan penanaman kacang hijau menggunakan TBR, petani koperator sempat merespon secara negatif. Respon negatif ini merupakan bentuk penolakan terhadap teknologi ini. Hal ini disebabkan karena penanaman kacang hijau dilaksanakan pada saat lahan tidak dibersikan namun masih dipenuhi gulma alang-lang dan cromolena. Menurut mereka, petani setempat tidak pernah terbiasa menanam dalam kondisi seperti itu. Mereka sangat tidak yakin akan tumbuh dan berkembang kacang hijau pada kondisi seperti ini. Namun karena mereka sudah berkomitmen dengan peneliti maka mereka hanya melaksanakan kerja secara formal. Bentuk-bentuk respon negatif yang mereka ekspresikan adalah, mereka menugal dan menanam benih yang tidak sesuai anjuran. Dalam satu lubang mereka menanam bisa mencapai 15 – 20 biji/lubang tanam, sedangkan anjuran adalah 2 atau 3 biji/lubang tanam.

Respon negatif petani sejak saat tanam, beralih perlahan-lahan menjadi tanggapan positif ketika tanaman kacang hijau mulai tumbuh pada hari ke lima dan berangsur-angsur tumbuh secara normal sampai minggu ke dua, dimana semua gulma yang ada mengalami dispertumbuhan. Dengan semakin bertumbuhnya tanaman kacang hijau dan menguningnya gulma, TBR sudah mendapat kesan positif yang tinggi dari petani koperator. Menurut pangakuan ketua kelompok tani di Oebola, ada seorang petani kooperator sempat mengundurkan diri pada saat penanam, namun ingin berbalik menjadi anggota ketika pertumbuhan tanaman kacang hijau semakin bertambah. Respon positif ini terus berlangsung sampai saat panen dan pasca panen.

Menurut pengakuan hampir semua petani koperator dan ada beberapa petani bukan petani koperator, mereka akan menanam kacang hijau menggunakan TBR ini seluas yang mereka mampu pada musim tanam berikutnya. Kelopok Maju Bersama desa Oebola juga akan merencanakan dalam agenda kelompok untuk mengembangkan seluas 100 ha pada musim tanam 2007.

Bentuk apresiasi petani terhadap TBR adalah kelompok tani mengundang Bupati Kupang dan ketua DPRD kabupaten Kupang, untuk menyaksikan TBR sekaligus memanen perdana kacang hijau. Respon dari Bupati Kupang pada saat itu, adalah mencanangkan rencana pengembangan 2500 ha kacang hijau menggunakan TBR di seluruh wilayah kabupaten Kupang pada MT 2007. Pencanangan ini juga dihadiri oleh kepala Dinas Pertanian Tanaman pangan Propinsi NTT dan Kepala Dinas Pertanian kabupaten Kupang.

(6)

Paket teknik budidaya kacang hijau menggunakan TBR Persiapan dan penanam

1. Pastikan luas lahan yang harus ditanami kacang hijau; Hal ini akan sangat berhubungan dengan penyediaan jumlah bahan (benih dan herbisida) yang akan disiapkan; Semua jenis tanah bisa diaplikasi TBR untuk usaha kacang tanah;

2. Siapkan bahan utama dan peralatan seperti, herbisida glifosat, insektisida dan sprayer termasuk air.

3. Lahan dibiarkan saja tumbuh gulma (semakin tebal gulma, semakin baik). Ini berarti sudah pernah ada kejadian hujan; Jika gulma/semak belukar sudah tumbuh melewati tinggi pinggang manusia, maka dapat menebas gulma ini sebatas tinggi pinggang manusia. Jika gulma/rumput setinggi ini dan dikaitkan dengan kebisaan curah hujan di NTT maka kondisi ini didapati pada saat bulan Januari dan Februari;

4. Akhir Januari sampai Tengah Februari adalah bulan yang paling tepat untuk menerapkan TBR (ini berdasarkan kebiasaan curah hujan di NTT)

5. Pada kondisi ini (gulma) sudah bisa diaplikasi Herbisida sesuai petunjuk penggunaannya. Herbisida yang dipilih adalah herbisida berbahan aktif glifosat yang sistemik.

6.

Setelah di semprot herbisida, benih kacang hijau sudah bisa ditugal atau disebar saat itu juga, atau tunggu setelah selesai penyemprotan. Jangan menunggu penanaman setelah gulma mati, karena herbisida ini bersifat sistemik yang daya racunnya membunuh gulma secara pelan-pelan (+/-7 hari). Jika menunggu sampai gulma mati, maka akan mengalami kerugian waktu

7.

Mengerjakan penanaman benih secara tugal atau sebar sebaiknya pada kondisi lahan yang masih dipenuhi gulma yang masih segar (hijau). Karena pada saat itu, gulma sebetulnya sudah tidak berdaya karena sudah mengalami keracunan akibat herbisida

8. Jka menggunakan cara tugal benih, maka gunakan tali tanam agar kelihatan lebih rapi. Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm antar baris dan 20 cm antar tanaman (40 x 20 cm), 2 – 3 biji/lubang. Total kebutuhan benih dengan jarak tanam ini adalah 25 – 30 kg /ha;

9.

Jika menanam dengan cara sebar, maka diatur sebaran benih pada kepadatan 30 -35 kg/ha. Untuk mengatur ini, sebaiknya dilakukan sebar menggunakan metoda bloking petak;

10. Tunggu, 4 – 5 hari tanaman akan tumbuh diantara sisa-sisa gulma yang sudah mati;

Kesuksesan aplikasi TBR juga ditentukan oleh Ketepatan menentukan waktu tanam tanaman kacang hijau tidak menginginkan curah hujan yang tinggi namun juga bukan berarti tidak membutuhkan air hujan. Waktu tanam yang tepat, pada tanah-tanah yang subur adalah pada pertengahan sampai akhir bulan Februari. Jika tanaman kacang hijau tumbuh pada kondisi yang terlalu basah, maka dominasi pertumbuhannya hanya pada daun dan batang, sedangkan bunga dan buah sangat sedikit.

Pemeliharaan dan Panen

Lakukan pemeliharaan dan panen seperti halnya menanam kacang hijau menggunakan teknologi bukan TBR. Seperti disampaikan pada bagian lain dari tulisan ini bahwa ciri-ciri TBR adalah : (i) tanpa olah tanah; (ii) tanpa menyiang; (iii) tanpa pemupukan; (iv) tidak menugal benih (salah satu pilihan); (v) aplikasi herbisida glifosat yang bersifat sistemik; (vi) menggunakan mulsa yang berasal dari gulma yang ada di lahan; (vii) panen pada bulan Mei – Juni (ketika saat ini, tidak ada aktivitas panen pada lahan kering umumnya); (viii) bisa diterapkan pada lahan marginal.

Karena ciri dari TBR seperti tersebut, maka biaya pemeliharaan dapat ditekan karena tanpa ada pemupukan dan penyiangan. Namun yang masih perlu dipantau sejak tanaman umur muda sampai menjelang panen adalah masalah hama lalat buah dan penggerek batang.

Hubungan antara waktu tanam, sifat tanah dan cara tanam

Tanaman kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah, termasuk lahan-lahan marginal yang mempunyai solum tanah yang tipis serta tekstur tanah yang relatif kasar. Namun yang perlu diperhatikan adalah lahan-lahan yang berpotensi banjir dan sulit terkendali drainasenya. Dengan mempertimbangkan sifat tanaman kacang hijau yang sangat respon terhadap kelembaban tanah yang relatif tinggi maka disarankan penentuan waktu tanam

(7)

disesuaikan dengan karakteristik lahan (solum tanah dan tekstur) seperti yang tersaji pada Tabel 3. Menurut Basuki et al., (2006) penentuan waktu tanam yang dihubungkan dengan tekstur dan solum tanah seperti yang yang tersaji pada Tabel 3, adalah waktu tanam yang disesuaikan dengan musim tanam atau curah hujan yang umum berlaku di NTT dan NTB, dimana bulan basahnya berlangsung antara awal desember sampai akhir maret. Kondisi curah hujan ini sama berada pada zona curah hujan C3, D3 dan D4 menurut klasifikasi Oledeman.

Jika kacang hijau ditanam pada rentang waktu tanam yang masih berpotensi kelembaban tanah yang sangat tinggi, maka pertumbuhan tanaman akan didominasi oleh fase vegetatif dan berkonsekuensi terhadap jumlah polong yang sedikit. Oleh karena itu rekomendasi yang disajikan pada Tabel 3 setidaknya harus memperhatikan keberadaan solum tanah dan tekstur tanah. Tekstur tanah semakin halus dan dikaitkan dengan solum tanah yang semakin dalam maka daya pegang air semakin tinggi sehingga kelembaban tanah juga semakin tinggi. Tabel 3. Rekomendasi Hubungan antara waktu tanam, sifat tanah dan cara tanam

Solum tanah Tekstur Waktu tanam Cara tanam

Tipis (<10 cm) kasar Akhir des – awal januari Tugal atau sebar Tipis (<10 cm) sedang Tengah – akhir januari Tugal atau sebar sedang(10 – 30 cm) kasar Tengah – akhir Januari Tugal atau sebar sedang(10 – 30 cm) sedang akhir januari – awal februari Tugal atau sebar sedang(10 – 30 cm) halus Tengah Februari – awal Maret Tugal atau sebar Dalam (> 30 cm) sedang Tengah – akhir januari Tugal atau sebar Dalam (> 30 cm) Halus Tengah Februari – awal Maret Tugal atau sebar Sumber : Basuki et al., 2006

KESIMPULAN

1. Secara finansial, Teknologi Biaya Rendah (TBR) sangat efisienbagi petani lahan kering di NTT karena B/C ratio mencapai 10.53 dengan biaya investasi yang dikeluarkan petani per hektar adalah sebesar Rp. 390000 dan penerimaan kotor adalah Rp.4500000; pada tingkat produktivitas yang diperoleh 9.0 kw/ha

2. Karena pertumbuhan tanaman cukup meyakinkan dan pengelolaannya sangat efisien maka telah direspon oleh petani kooperator dan petani sekitarnya bahwa akan diaplikasi TBR pada musim tanam akan datang. Khusus untuk petani desa Oebola telah direncanakan melalui program kelompok tani akan dikembangkan seluas 100 ha.

3. Ciri-ciri dari TBR adalah : (i) tanpa olah tanah; (ii) tanpa menyiang; (iii) tanpa pemupukan; (iv) aplikasi herbisida glifosat yang bersifat sistemik; (v) menggunakan mulsa yang berasal dari gulma yang ada di lahan; (vi) panen pada bulan Mei atau Juni (ketika saat ini, tidak ada aktivitas panen pada lahan kering umumnya); dan (vii) bisa diterapkan pada lahan marginal. 4. Apresiasi terhadap TBR antara lain oleh pemerintah Kabupaten Kupang yang dicanangkan

Bupati Kupang pada saat panen perdana. Dalam sambutan Bupati Kupang ketika memanen kacang hijau hasil menggunakan TBR maka direncanakan akan dikembangkan kacang hijau menggunakan TBR seluas 2500 ha pada tahun 2007 di seluruh wilayah Kabupaten Kupang. 5. Secara teknis, TBR dapat diaplikasi di wilayah-wilayah lahan kering iklim semi arid, karena

sangat mudah dilakukan, tanpa membutuhkan tenaga kerja yang banyak namun memberikan hasil antara 0.8 sampai 1 t/ha

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Basuki T. , E. Y. Hosang, Ahyar dan J. Nulik. 2006. Teknologi Biaya Rendah (TBR) Kacang Hijau di Lahan Marginal. Paket Teknologi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT.

Baliitan Maros. 1992. Analisis ekonomi berbagai cara pengolahan tanah dalam pola tanam. Laporan Hasil Penelitian Pola Tanam di Makaleo, 1981/1982

Utomo I.H., Wiroatmojo, J. Baharsjah dan J. Sudarsono.1992. Kajian efisiensi teknis dan energi budidaya kedele dengan metoda tanpa olah tanah. Prosiding konferensi XI HIGI. Ujung Pandang.

Sudharto, T., H. Suwardjo. D. Erfandi dan T. Budyarso. 1992. Permasalah dan Penggulangan alang-alang untuk. Kumpulan makalah Seminar Pemanfaatan Lahan Alang-alang Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan petani serta perbaikan lingkungan. 1 Desember 1992

Bangun P. 1991. Persiapan tanam padi gogo dengan zero tillage pada lahan alang-alang Podzolik Merah Kuning. Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi Khusus.

Madkar, O. R., T. Kuntohartono dan S. Mangoensoekardjo. 1992. Masalah gulma dan cara pengendaliannya. HIGI-Indonesia. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Paket teknologi biaya rendah yang diterapkan di desa Oebola dan Nunkurus, kabupaten  Kupang
Tabel 3. Rekomendasi Hubungan antara waktu tanam, sifat tanah dan cara tanam

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “Strategi pengembangan Kompetensi bagi mahasiswa dalam membangun social entrepreneur di Komunitas Sahabat Muda Yayasan Lagzis Peduli

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya: (1) biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi bersertifikat organik per hektar per satu musim tanam pada Kelompok Tani

Dengan potensi tanaman jarak pagar yang mudah tumbuh, dapat dikembangkan sebagai sumber bahan bakar alternatif pada lahan kritis memberikan harapan baru.. Bahan baku biodiesel

Melalui pembelajaran matematika, secara implisit maupun eksplisit, dapat dibelajarkan kepada siswa berbagai karakter positif, seperti kemampuan berpikir kritis,

Untuk mata pelajaran ekonomi, yang menggunakan analisis matematis atau statistik (ekonometri) latihan di rumah menjadi hal yang sangat dituntut. Dengan perkataan

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rohmat, taufiq, hidayah dan inayahNya yang dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tesis ini

Strategi yang muncul dari hasil pencocokan kondisi SWOT mayoritas merupakan pengembangan sistem E-CRM, Atas dasar keputusan kepala cabang setelah penjabaran analisa maka