• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFESIONALISME APARAT BIROKRASI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFESIONALISME APARAT BIROKRASI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PROFESIONALISME APARAT BIROKRASI

PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN

SIDENRENG RAPPANG

PROFESSIONALISM OF APPARATUR OWNED THE POPULATION AND

CIVIL REGISTRATION OFFICE OF SIDENRENG RAPPANG REGENCY

Adli Lukman, Rakhmat, M. Thahir Haning

Administrasi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin

Alamat Koresponden :

Adli Lukman

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

Makassar, 90245 HP: 081342185456

(2)

Abstrak

Berbagai kebijakan telah diberlakukan oleh pemerintah untuk mendorong profesionalisme aparatur, pada kenyataannnya belum optimal dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis profesionalisme aparat birokrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidrap. Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sampel 30 orang aparat yang diambil secara proportional sampling. Unit analisis adalah profesionalisme aparat birokrasi. Data dikumpulkan melalui observasi, kuisioner, wawancara (in depth

interview), dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Profesionalisme aparat birokrasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang adalah tidak optimal. Determinan profesionalisme aparat yang lebih baik adalah kemampuan pengetahuan, penegakan nilai, pengalaman, serta pencitraan; yang tergolong agak kurang adalah kepercayaan, keterampilan/ keahlian; yang sangat kurang adalah produktivitas, kemampuan kerja, sikap, perilaku. Disimpulkan bahwa uraian tugas dan fungsi belum sepenuhnya mendukung pembentukan profesionalisme aparatur.

.

Kata kunci : Profesionalisme, pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku . Abstract

Many more policy have been established by government in order to improving professionalism of apparatur but not be optimum applied it yet. This research aimed at analyzed professionalism of apparatur owned The Population and Civil Registration Office of Sidenreng Rappang Regency. Proportional sampling used to taken 30 people as respondent. Professionalism of apparatur of bureaucracy as to analyzes unit. A qualitative descriptive used as design of this study. An observation, questionary, in depth interview, and documentation are used to collecting data. A qualitative using to analyzes it. The result of this research indicated that not be optimum professionalism of apparatur of bureaucracy to implement their job and function at the Population and Civil Registration Office of Sidenreng Rappang Regency. Better determinant categories are knowledge, enpowerment any value of culture, experience, and image. But lower determinant are confidence and skill, and most less are productivities, job capacity, attitude, and behave. We conclude that the description of the duties and functions not yet fully support the establishment of profesionalism..

(3)

PENDAHULUAN

Salah satu persoalan mendasar yang masih dihadapi oleh banyak organisasi baik yang berorientasi profit (profit- oriented) terlebih yang berorientasi non profit (non profit- oriented), baik organisasi swasta terlebih organisasi publik atau organisasi birokrasi, adalah profesionalisme, terutama profesionalisme sumber daya aparatur atau aparatnya. Dikemukakan Richard Hall (1968) dalam Sobur, 2001) bahwa, cara pandang para profesional terhadap profesinya yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka, dengan berasumsi bahwa ada hubungan timbal balik antara sikap dan perilaku yaitu perilaku profesionalisme merupakan refleksi dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya

Profesionalisme merupakan persoalan yang multikompleks. Tuntutan atas profesionalisme, sebagai suatu faham dan konsep idealisme profesional, sering dijadikan tuntunan terhadap keberadaan aparat atau pegawai di lingkungan birokrasi pemerintahan. Aparatur atau birokrasi publik yang profesional antara lain memiliki kinerja yang efisien dalam penggunaan sumber daya dan efektif dalam mencapai target dan sasaran berbagai kebijakan dan programnya. Aparat yang professional juga berarti mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsinya dan menjadi berwibawa serta menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif (Budi, 2000). Kemampuan birokrat pemerintahan selain dibentuk melalui pengembangan dan peningkatan pengetahuan dan keahlian individu juga sangat dipengaruhi oleh sistem organisasi seperti orientasi kerja, struktur organisasi, model kepemimpinan serta renumerasi yang diterima oleh aparatur (Sulistya, 2008).

Pada hakikatnya reformasi bermakna sebagai suatu perubahan tanpa merusak (to change without destroying) atau perubahan dengan memelihara (to change while preserving) dalam hal ini proses reformasi bukanlah proses perubahan yang radikal dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif singkat, tapi merupakan proses perubahan yang terencana dan bertahap (Sarundajang,2012). Untuk itu dibutuhkan upaya upaya dari pemerintah untuk mewujudkan aparat yang profesional pembentukan sumber daya manusia aparatur yang profesionalisme dapat ditempuh melalui “pendidikan dan pelatihan yang dirancang secara profesional dan kontinyu untuk meningkatkan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas masing-masing (suprijadi, 2005).

Karena itu Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan menyangkut profesionalisme aparatur, seperti tercermin pada Undang – Undang (UU) No. 43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil, PP No. 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, PP No.101 Tahun 2001 tentang Diklat PNS, PP No. 30 Tahun 1980 jo PP No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang

(4)

Pemerintahan Daerah, PP No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS, namun kenyataannya belum optimal dilaksanakan. Upaya membangun aparatur negara yang profesional, dan mampu memberikan pelayanan publik yang prima dan mendukung Reformasi Birokrasi, mendorong Pemerintah menetapkan PP No.46 Tahun 2011 sebagai metode penilaian prestasi kerja PNS secara sistemik, namun kenyataannya, tidak banyak berarti dalam meningkatkan profesionalisme aparat. Salah satu instansi atau unit organisasi birokrasi di Kabupaten Sidrap yang belum luput dari sorotan publik adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Capil). Instansi tersebut terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang No. 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, dan Peraturan Bupati Sidenreng Rappang No. 16 tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Permasalahannya bahwa, sejumlah aparatur masih ada yang belum memahami visi dan misi organisasi instansinya serta tugas pokok dan fungsinya, termasuk kurang memahami standar operasional pelayanan (SOP). Di kalangan aparatur masih ada yang belum didukung kemampuan pengetahuan yang baik. Keterampilan/ keahlian kerja aparatur juga belum memadai. Kemampuan kerja aparatur juga masih kurang. Produktivitas kerja aparat juga belum menggembirakan. Sikap dan perilaku aparatur masih cenderung negatif dalam melaksanakan suatu tugas pekerjaan. Penegakan nilai yang masih kurang, demikian halnya aspek kepercayaan juga masih cenderung menimbulkan masalah. Pengalaman aparatur dan pencitraan belum sepenuhnya mendukung profesionalismenya

Pentingnya aparatur di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidrap meningkatkan profesionalismenya dengan meningkatkan kemampuan pengetahuannya, keterampilan/ keahlian, kemampuan kerja, memacu produktivitas kerjanya, mengedepankan sikap positif dan perilaku progresif, menegakkan nilai-nilai dalam bekerja, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan mewujudkan keinginan pribadi selaras dengan kepentingan organisasinya, meningkatkan pengalaman belajarnya serta meningkatkan citra profesionalismenya. Berpangkal tolak dari kenyataan tersebut, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah profesionalisme aparat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana profesionalisme aparat birokrasi aparat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang.

(5)

METODE PENELITIAN Tipe dan Desain Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, untuk menggambarkan temuan penelitian secara utuh dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada. Desain penelitian ini adalah studi kasus, yakni mengkaji profesionalisme aparat birokrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidrap.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data adalah data primer (diperoleh langsung di lapangan setelah melakukan wawancara langsung dan mendalam dengan sejumlah informan/ narasumber, antara lain : pegawai/aparatur, kepala bidang, kepala dinas, warga masyarakat, dan data sekunder (diperoleh dari sumber-sumber yang ada atau instansi terkait, dokumen, dan data lainnya yang relevan dengan kebutuhan data dalam penelitian ini).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparatur yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang, yang berjumlah 48 orang. Teknik pengambilan sampel adalah proportional sampling (Sugiyono, 2009), dengan jumlah sampel 30 orang sebagai responden. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pengetahuan, keterampilan/ keahlian, kemampuan kerja, sikap, perilaku, produktivitas, penegakan nilai, pengalaman, kepercayaan, pencitraan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: Observasi, yaitu melalui pengamatan langsung di lapangan atau obyek yang diteliti atas kondisi ril yang terjadi; Kuisioner, yaitu melalui penyebaran daftar isian pertanyaan kepada responden; Interview, yaitu melalui wawancara langsung, berstruktur dan mendalam dengan informan atau narasumber; Dokumentasi, yaitu melalui kajian literatur/ kepustakaan, dokumen peraturan perundang-undangan, dan sumber tertulis lainnya yang ada kaitannya dengan kebutuhan data dan informasi dalam penelitian ini.

Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data yang terkumpul, baik data kuantitatif dan kualitatif maupun data primer dan sekunder, diolah dan kemudian dianalisis berdasarkan pendekatan analisis kualitatif. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian, dipergunakan analisis deskriptif kualitatif dengan metode skala Likert.

(6)

HASIL PENELITIAN Pengetahuan

Rata-rata 33,3% responden menyatakan baik dan 66,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, kemampuan pengetahuan aparat Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal, Pengetahuan aparat masih relatif kurang, terutama pengetahuan mengenai visi dan misi, pengetahuan tentang hak dan kewajiban, pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab, pengetahuan mengenai peran dalam instansi, serta pengetahuan mengenai manajemen pelayanan, belum optimal atau masih perlu ditingkatkan.

Kemampuan pengetahuan aparat yang agak lebih baik adalah pengetahuan mengenai visi dan misi, pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab, dan pengetahuan mengenai peran dalam instansi. Sedangkan kemampuan pengetahuan yang agak lebih rendah atau masih sangat kurang adalah pengetahuan mengenai manajemen pelayanan dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban. Kurangnya kemampuan pengetahuan tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, faktor kemampuan pengetahuan yang dimiliki oleh aparat, masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap tersebut

Keterampilan/ keahlian

Rata-rata 26,7% responden menyatakan baik dan 73,3% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, keterampilan/ keahlian aparat Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan fungsinya dapat dikategorikan tidak optimal. Keterampilan atau keahlian aparat masih relatif kurang, terutama keterampilan dalam melakukan inovasi, keterampilan dalam mengatasi hambatan dalam pekerjaan, keterampilan dalam mengoperasikan peralatan kerja, keterampilan dalam memberikan pelayanan, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Keterampilan/ keahlian aparat yang agak lebih baik adalah keterampilan dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan. Sedangkan keterampilan yang lebih rendah atau masih sangat kurang adalah keterampilan dalam melakukan inovasi, dan keterampilan dalam mengatasi hambatan dalam pekerjaan. Kurangnya keterampilan atau keahlian tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, faktor keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh aparat, masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalismenya.

(7)

Kemampuan kerja

Rata-rata 23,3% responden menyatakan baik dan 76,6% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, kemampuan kerja aparat Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan fungsinya dapat dikategorikan tidak optimal. Kemampuan kerja aparat yang agak lebih baik adalah dalam menunjukkan prestasi kerja/ kinerja, kemampuan melaksanakan tupoksinya maupun tanggung jawabnya, dan kemampuan melakukan koordinasi dan kerjasama. Sedangkan keterampilan yang lebih rendah atau masih sangat kurang adalah kemampuan mengambil keputusan atau inisiatif, kemampuan berdisiplin melaksanakan/menyelesaikan tugas pekerjaan. Kurangnya kemampuan kerja tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi Dengan kata lain, faktor kemampuan kerja, masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi

Produktivitas

Rata-rata 16,7% responden menyatakan baik dan 83,3% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, produktivitas kerja aparat Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. produktivitas kerja aparat yang agak lebih baik adalah kemampuan pencapaian target pelayanan dan pendapatan, dan konsistensi pelaksanaan SOP. Sedangkan produktivitas kerja yang lebih rendah atau masih sangat kurang adalah kemampuan memberikan pelayanan yang mudah dan cepat, kemampuan efisiensi dan efektivitas pelayanan, serta kemampuan pelayanan KTP/KK tepat waktu. Kurangnya produktivitas kerja tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, produktivitas kerja masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat tersebut

Sikap

Rata-rata 23,4% responden menyatakan baik dan 76,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, sikap aparat terhadap pekerjaan di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. Partisipasi dan komitmen dalam melaksanakan tugas pekerjaan agak lebih baik, dan yang masih sangat kurang adalah kepuasan (terhadap lingkungan kerja, pendapatan, kepemimpinan). Sedangkan minat dan kemampuan, dan kesenangan bekerja juga relatif masih agak kurang. Kurangnya sikap positif terhadap pekerjaan tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap. Dengan kata lain, sikap terhadap pekerjaan masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat

(8)

birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap tersebut, sehingga masih diperlukan kebijakan dan langkah-langkah untuk memperbaiki atau meningkatkannya.

Perilaku

Rata-rata 23,4% responden menyatakan baik dan 76,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, perilaku aparat dalam mendukung profesionalisme di Kantor Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. Perilaku aparat relatif kurang mendukung profesionalismenya, Koordinasi dan kerjasama, kerajinan dalam melaksanakan tugas pekerjaan agak lebih baik dalam dari perilaku aparat, dan yang masih sangat kurang adalah tanggung jawab dan kedisiplinan. Sedangkan kecermatan juga relatif masih agak kurang. Kurangnya perilaku kerja aparat tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi, sehingga menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme.

Penegakan nilai

Rata-rata 33,3% responden menyatakan baik dan 66,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, penegakan nilai-nlai oleh aparat di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. Penegakan nilai-nlai oleh aparat masih relatif kurang optimal, terutama nilai kejujuran, keadilan, kebenaran, keterbukaan dan nilai kebersamaan, sehingga masih perlu ditingkatkan. nilai yang agak lebih baik penegakannya oleh aparat adalah nilai kejujuran, dan yang masih kurang penegakannya adalah nilai kebersamaan. Sedangkan nilai keterbukaan, kebenaran dan keadilan juga pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan nilai kejujuran dan kebersamaan. Kurangnya penegakan nilai-nilai tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, penegakan nilai masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi, sehingga masih diperlukan kebijakan pengawasan dan pembinaan serta langkah-langkah untuk memperbaiki atau meningkatkannya.

Kepercayaan

Rata-rata 26,7% responden menyatakan baik dan 73,3% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, aspek kepercayaan aparat dalam penegakan nilai-nilai profesionalisme di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. Aspek kepercayaan aparat masih kurang optimal, terutama kepercayaan pada pencapaian visi dan misi, nilai perbuatan/pekerjaan, kepercayaan kepada tugas dan tanggung jawab, kemampuan kerja, dan hubungan kepercayaan antara aparat dengan pimpinan maupun dengan sesama aparat. Aspek kepercayaan yang agak lebih baik adalah dalam hal hubungan kepercayaan antara aparat dengan pimpinan maupun dengan

(9)

sesama aparat, dan yang masih agak lebih kurang adalah kepercayaan pada pencapaian visi dan misi. Sedangkan kepercayaan kepada tugas dan tanggung jawab, kepercayaan pada kemampuan kerja pada dasarnya tidak jauh berbeda. Kurangnya kepercayaan tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, kepercayaan masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap.

Pengalaman

Rata-rata 33,3% responden menyatakan baik dan 66,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, pengalaman aparat dalam mendukung profesionalismenya di Kantor Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan kurang optimal. Pengalaman aparat atas kemampuan dalam melaksanakan tugas pekerjaan agak lebih baik, dan yang masih sangat kurang adalah pengalaman atas mutu pelayanan. Sedangkan pengalaman masa kerja juga relatif agak baik, kecuali pengalaman atas pembentukan keterampilan kerja, dan pengalaman atas pengambilan keputusan yang masih kurang. Kurang optimalnya pengalaman tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, pengalaman masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap tersebut.

Pencitraan

Rata-rata 30,0% responden menyatakan baik dan 70,0% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, pencitraan atas profesionalisme aparat di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan kurang optimal, terutama citra kemampuan pelayanan, citra keahlian, citra empati, citra komunikasi dan persepsi, belum optimal atau masih perlu ditingkatkan. citra komunikasi agak lebih baik dalam mendukung profesionalisme aparat, dan yang masih sangat kurang adalah citra keahlian dan empati serta persepsi. Kurang optimalnya pencitraan tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, pencitraan masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat.

Secara keseluruhan, rata-rata 26,7% responden menyatakan baik, dan 73,3% menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang adalah tidak optimal. Determinan dari profesionalisme aparat birokrasi yang lebih baik adalah kemampuan pengetahuan, penegakan nilai, pengalaman, serta serta pencitraan; yang tergolong agak

(10)

kurang adalah kepercayaan, keterampilan/ keahlian; yang sangat kurang adalah produktivitas, kemampuan kerja, sikap, perilaku, dan kepercayaan.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa tugas dan fungsi pada keempat bidang yang ada di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidenreng Rappang yakni Bidang Administrasi Kependudukan, Bidang Pencatatan Sipil, Bidang Data dan Informasi, serta Bidang Sekretariat, umumnya mempunyai tugas dan fungsi yang tidak jauh berbeda, bahkan cenderung sama kecuali hanya item fungsi tertentu yang memberikan karakteristik setiap bidang. Hal ini mengindikasikan bahwa, penetapan tugas dan fungsi aparatur pada keempat bidang tersebut belum menunjukkan variasi dan dinamisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Sebagaimana dikemukakan Richard Hall (Sobur, 2001) bahwa, cara pandang para profesional terhadap profesinya yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka, dengan berasumsi bahwa ada hubungan timbal balik antara sikap dan perilaku yaitu perilaku profesionalisme merupakan refleksi dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya. Profesionalisme aparat dalam birokrasi pemerintahan adalah hal-hal yang berkaitan dengan kepandaian khusus untuk menjalankan sistem yang menjalankan sistem pemerintahan dan pembangunan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (2005) bahwa profesionalisme adalah “kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang cepat berubah dan menjalankan tugas dan fungsinya dengan mengacu kepada visi dan nilai-nilai organisasi”.

Sejumlah aparat pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) namun hal tersebut juga belum menjamin aparat untuk memiliki kompetensi pengetahuan yang baik (sebagaimana yang menjadi sasaran dari PP No.1001 Tahun 2000 tentang Diklat PNS yakni peningkatan kompetensi). Sebab Diklat masih lebih dominan digunakan untuk mempersiapkan aparat untuk menduduki jabatan, bukan sepenuhnya untuk meningkatkan kompetensinya terutama pengetahuan.

Kenyataan mengindikasikan bahwa, aspek pengetahuan (knowledge) aparat masih menjadi persoalan mendasar yang menghambat aparatur untuk mewujudkan profesionalismenya dalam bidang tugas pekerjaan atau profesinya. Dalam hal competent application (aplikasi kecakapan), sebagian besar aparat dengan keahlian atau kecakapan yang belum menggembirakan dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan fungsinya.

Kurangnya self-control dan community sanction tersebut menyebabkan aparat mengabaikan aspek pencitraan diri dan organisasi instansi (DKC) nya. Artinya, aparat cenderung menganggap kurang penting pencitraan dirinya untuk menjadi sosok aparat yang

(11)

berkeahlian, mengabaikan tanggung jawabnya untuk mencitrakan pelayanan yang baik, mengabaikan aspek empati terhadap rekan kerja maupun dalam pelayanan publik, mengesampingkan aspek komunikasi serta cenderung mempersepsikan dirinya secara negatif.

Realitas atas kurangnya kemampuan untuk beradapasi dengan lingkungan serta kurangnya pemahaman atas visi dan misi organisasi tersebut, mengisyaratkan bahwa di kalangan aparat di DKC Kabupaten Sidrap masih sulit menjadi aparat yang profesional, sehingga pendapat yang dikemukakan Ancok (2005) mengenai kriteria profesionalisme, adalah benar dan sesuai serta patut dipertahankan.

Dikemukakan Korten & Alfonso dalam Tjokromidjojo (2001) bahwa, profesionalisme adalah kecocokan (fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan kebutuhan tugas (task-requirement), merencanakan, mengkordinasikan, dan melaksanakan fungsinya secara efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja tinggi. Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan aparatur dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur profesional.

Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa, masih banyak aparat yang kurang menggembirakan kemampuan kerjanya dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan fungsinya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Korten & Alfonso tersebut, yakni bahwa rendahnya kemampuan kerja dan keterampilan/ keahlian menyebabkan aparat masih sulit diharapkan menampilkan sosok profesionalismenya. Permasalahan mendasar yang masih dihadapi adalah masih adanya aparat yang ditempatkan dalam suatu bidang tugas dan formasi jabatan yang kurang sesuai dengan kompetensi (pengetahuan, keahlian dan pengalaman) yang dimiliki. Penempatan aparatur dalam jabatan masih cenderung didasarkan pada collusion - nepotism system, bukan merit system (Kartono, 2003).

Menyimak lebih jauh bahwa, kemampuan dan keterampilan yang diperlukan oleh aparat untuk menjadi profesional bukan semata-mata yang bersifat fisik melainkan jauh lebih penting adalah yang bersifat mental. Dari temuan penelitian menunjukkan bahwa, kelemahan kemampuan mental paling mendasar di kalangan aparat adalah pengetahuan mengenai hak-hak dan kewajiban, tanggung jawab, peran dalam instansi, dan pengetahuan mengenai manajemen pelayanan. Kelemahan kemampuan aparat terutama dalam hal mengambil keputusan atau inisiatif, dan tanggung jawab. Sedangkan kelemahan mental dari sisi keterampilan terutama inovasi, mengatasi hambatan dalam pekerjaan.

Kelemahan kemampuan mental tersebut menyebabkan aparat di DKC Kabupaten Sidrap sulit mewujudkan profesionalisme, seperti dikemukakan oleh Siagian (2000), yaitu keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang

(12)

tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami. Dikemukakan Tjokromidjojo (2001) bahwa, kemampuan aparatur sebagai kemampuan melihat peluang-peluang yang ada bagi pertumbuhan ekonomi, kemampuan untuk mengambil langkah-langkah yang perlu dengan mengacu kepada misi yang ingin dicapai, efisiensi, melakukan inovasi yang tidak terikat kepada prosedur administrasi, bersifat fleksibel, dan memiliki etos kerja tinggi.

Aparat sulit diharapkan dapat memahami dan menterjemahkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat ke dalam kegiatan dan program pelayanan jika tidak didukung input-input berupa pengetahuan, keterampilan/ keahlian, dan kemampuan kerja yang diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu pendapat yang dikemukakan oleh Tjokromidjojo (2001) tersebut adalah benar dan sesuai.

Penulis sepakat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Istianto (2011) bahwa, profesionalisme sebagai bentuk ungkapan yang ditujukan bagi “seseorang” yang memiliki kompetensi pada bidang tertentu, berpikir sistimatis, analitis, menguasai metoda dan teknik serta kemampuan judgement yang tinggi. Terbentuknya kemampuan dan keahlian juga harus diikuti dengan perubahan iklim dalam dunia birokrasi yang cenderung bersifat kaku dan tidak fleksibel. Permasalahan yang terjadi dari temuan hasil penelitian bahwa, kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan/ keahlian dan pengalaman belum menggembirakan.

Kondisi tersebut tidak terlepas dari adanya patologi birokrasi yang ditandai oleh masih kuatnya pengaruh birokrasi politik dalam mengintervensi birokrasi pemerintahan, yang berimplikasi pada penempatan aparatur dalam jabatan tanpa disertai analisis job description dan job specification, sehingga pendapat Istianto (2011) tersebut adalah benar dan sesuai.

Sikap (attitude) berperan sentral dalam pembentukan profesionalisme aparat. Sikap tersebut harus didukung pengetahuan, keahlian dan pengalaman (kompetensi) dan kepercayaan. Sikap yang positif dari aparat akan menghasilkan perilaku yang positif pula, terutama kemampuan kerja, produktivitas, pencitraan dengan landasan utama adalah penegakan nilai-nilai (tata nilai). Demikian sebaliknya, perilaku yang baik akan mempengaruhi sikap aparat, sehingga terjadi hubungan timbal balik (dependenable) dan umpan balik (feedback). Adanya hubungan timbal balik (dependenable) dan umpan balik (feedback) tersebut pada akhirnya akan membentuk profesionalisme aparar birokrasi. Birokrasi memainkan peranan urgen, vital dan strategis untuk membentuk sikap dan perilaku aparat dalam profesionalismenya, sehingga terjadi sinergi antara aparat dan birokrasi dalam kebutuhan masing-masing.

Upaya mewujudkan aparat yang professional maka birokrasi juga harus menjadi professional, yang dalam pandangan Edgar Gladden (Kartiwa, 2004) bahwa birokrasi yang

(13)

profesional adalah birokrasi yang memandang politisi dan partai politik secara objektif. Karena bagaimanapun, sepatutnya pegawai negeri sipil berkomitmen penuh untuk mengabdi pada masyarakat. Namun demikian, birokrasi sulit menjadi professional jika aparatnya tidak professional, sebab aparatur (birokrat)-lah yang mengendalikan birokrasi, bukan politisi.

Secara keseluruhan dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembentukan profesionalisme aparat di lingkungan birokrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidrap terutama memerlukan kemampuan pengetahuan, keterampilan/ keahlian, kemampuan kerja, penegakan nilai, kepercayaan, pengalaman, pencitraan, produktivitas dalam membentuk sikap dan perilaku profesionalismenya.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa, profesionalisme aparat birokrasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang adalah tidak optimal. Determinan profesionalisme aparat yang lebih baik adalah kemampuan pengetahuan, penegakan nilai, pengalaman, serta pencitraan; yang tergolong agak kurang adalah kepercayaan, keterampilan/ keahlian; yang sangat kurang adalah produktivitas, kemampuan kerja, sikap, perilaku, dan kepercayaan. Hal ini disebabkan penetapan tugas dan fungsi aparatur pada Dina Kependudukan dan Catatan Sipil belum menunjukkan variasi dan dinamisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya. Kondisi uraian tugas dan fungsi yang cenderung sama menyebabkan aparat sulit menjadi professional. Dengan kata lain, konsepsi tugas yang cenderung monoton dan tidak variatif terkesan bukan diorientasikan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur, melakukan cenderung untuk menggiring aparatur kepada sikap dan perilaku statusquo dan terjebak pada tugas-tugas rutin.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaluddin, (2005), “Sumbangan Pemikiran Tentang Sumber Daya Manusia di Masa Depan”, Temu Wicara Ilmiah STIA-LAN Makassar.

Budi, Setia (2000), Aparatur Pemerintahaan yang Profesional : Dapatkah Diciptakan, Bappenas, Jakarta

Istianto, Bambang (2011), Demokratisasi Birokrasi, Mitra Wacana Media,Jakarta.

Kartiwa, Asep, (2004), Membangun Birokrasi Pemerintah Daerah yang Profesional Menuju Terwujudnya Good Governance. UNPAD. Bandung

Kartono, Kartini (2003), Sosiologi Politik , Graha Persada, Bandung.

Peraturan Bupati Sidenreng Rappang No. 16 tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang No. 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

PP No.101 Tahun 2001 tentang Diklat PNS.

PP No. 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. PP No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

PP No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.

Sarundajang, S.H, (2012), Birokrasi dalam Otonomi Daerah,katahasta pustaka, Jakarta Siagian, SP (2000), Teori Pengembangan Organisasi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Sobur, Alex (2001), Etika Pers, Profesionalisme Dengan Nurani. Humaniora Utama Press, Bandung

Sugiyono (2009), Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta Bandung

Sulystia, Arief Dwi (2008), Profesionalisme Aparatur Pemerintah Studi Kasus Responsifitas dan Inovasi Aparatur di Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang (Tesis). Semarang Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Suprijadi, (2005), “Prospek dan Tantangan Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur di Daerah”, Temu Wicara Ilmiah, STIA-LAN Makassar.

Tjokroamidjojo, Bimantoro (2001), Good Governance (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan). Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta

Undang – Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil. Undang - Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Deli

Mengingat hal penting tersebut, maka penulis menyarankan agar para aparat khususnya aparat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran

DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL Belanja Modal Peralatan dan mesin Pengadaan lemari arsif Pengadaan lemari arsif JB: Modal JP: Barang 12 Bulan Rp. DINAS KEPENDUDUKAN DAN

Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai salah satu instansi yang menyelenggarakan pelayanan publik khususnya yang berkaitan dengan penerbitan akta catatan sipil

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan stelsel aktif pada pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam memberikan pelayanan administrasi kependudukan khususnya dalam pengurusan Akta

pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Catatan sipil Kota Sorong perlu ditingkatkan dengan jalan memberikan pembinaan secara moral tentang pentingnya pemahaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayana administrasi kependudukan yang dilakukan oleh UPT Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis