• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PATOLOGI BIROKRASI DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN MAJENE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PATOLOGI BIROKRASI DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN MAJENE"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PATOLOGI BIROKRASI DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN

SIPIL KABUPATEN MAJENE

Oleh : HANAFI

Nomor Stambuk : 105610456212

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

PATOLOGI BIROKRASI PADA PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN

SIPIL KABUPATEN MAJENE KABUPATEN MAJENE

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh HANAFI

No Stambuk : 105610 456212

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)

iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Hanafi

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 04562 12

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 2020

Yang Menyatakan,

(5)
(6)

iii

di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene. (dibimbing oleh Burhanuddin dan Nasrul Haq).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Menganalisis Dan Mendeskripsikan Patologi Birokrasi Dalam Pelayanan Administrasi Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 13 orang dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi.Analisis data menggunakan model analisa interaktif serta menggunakan 3 jenis triangulasi dalam pengabsahan data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelayanan yang bersifat diskriminatif, menunjukkan sikap bahwa kepeludian dimana sebagian warga sudah puas akan kesamaan dan tentunya masih ada yangharus diperbaiki, daya tanggap aparat terhadap berbagai keluhan di respon dengan bahasa diplomatis. Pengurusan E-KTP dan KK masih berbelit-belit, tapi anggapan itu ditepis oleh pihakn Disdukcapil majene, karena masyarakat tidak mengetahui prosedur pengurusan. Penyelenggaraan administrasi masih rendah dan terhambat mengambil keputusan. Patologi birokrasi harus diobati dengan aturan, sistem dan komitmen pengelolaan yang berorientasi melayani, bukan dilayani, mendorong, bukan menghambat, mempermudah, bukan mempersulit, sederhana, bukan berbelit-belit, terbuka untuk setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang. Kata Kunci : Patologi Birokrasi, Pelayanan, Administrasi.

(7)

vii

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A.Latar Belakang ... 1 B.Rumusan Masalah ... 4 C.Tujuan Penelitian ... 5 D.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A.Pengertian, Konsep dan Teori ... 7

B.Kerangka Pikir ... 23

C.Fokus Penelitian ... 24

D.Deskripsi fokus ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN ... 26

A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 26

C. Informan Penelitian ... 26

D.Sumber Data ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Deskripsi Fokus Penelitian ... 32

(8)

viii

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(9)

1

A. Latar Belakang Masalah

Patologi birokrasi (Bureaupathology) adalah himpunan dari perilaku – perilaku yang kadang – kadang disibukkan oleh para birokrat. Fitur dari patologi birokrasi digambarkan oleh Victor A Thompson (Irfan Setiawan, 2014 :115) seperti “sikap menyisih berlebihan, pemasangan taat pada aturan atau rutinitas – rutinita dan prosedur – prosedur, perlawanan terhadap perubahan, dan desakan picik atas hak – hak dari otoritas dan status.

Birokrasi merupakan instrument penting dalam masyarakat. Birokrasi adalah sebuah konsekuensi logis dari diterimanya hipotesis bahwa negara mempunyai tugas untuk mensejahterakan rakyatnya. Untuk itu negara harus terlibat langsung dalam memproduksi barang dan jasa public yang diperlukan oleh rakyatnya. Untuk itu negara membangun system administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya sesuai yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang. DalamPasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009tentang Pelayanan Publik.

Birokrasi dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, termasuk juga penyelenggaraan pelayanan public, diberi kesan adanya proses panjang dan berbelit-belit apabila masyarakat ingin menyelesaikan urusannya yang berkaitan dengan aparatur pemerintahan. Akibatnya, birokrasi selalu mendapatkan citra negative yang tidak menguntungkan bagi perkembangan birokrasi itu sendiri, (khususnya pada pelayanan public). Tuntutan masyarakat

(10)

wacana public sampai dengan saat ini.

Ada berbagai kenyataan sehari-hari yang sering kita alami di lingkungan pemerintahan pada umumnya, seperti prosedur kerja yang berliku-liku, sering terlihat banyak file yang berserakan, beban kerja tidak merata yang tertumpuk pada satu orang sehingga memperlambat proses pengerjaan dan lain sebagainya, serta dalam memberikan pelayanan yang tidak memuaskan kepada masyarakat adalah sebagian dari penyakit yang diderita oleh suatu birokrasi. Siagian (1994 : 35), agar seluruh birokrasi pemerintahan negara mampu menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul, baik sifatnya politis, ekonomi, sosio - kultural, dan teknologikal, berbagai penyakit yang mungkin sudah dideritanya atau mengancam akan menyerangnya, perlu diidentifikasi untuk kemudian dicarikan terapi pengobatannya yang paling efektif. Memang harus diakui bahwa tidak ada birokrasi yang sama sekali bebas dari berbagai patologi birokrasi. Sebaliknya tidak ada birokrasi yang menderita semua penyakit birokrasi sekaligus.

Memang di birokrasi manapun tidak ada yang kebal dari penyakit birokrasi yang tentunya sangat bervariasi, dan sangat sulit untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Hal ini adalah sebagai suatu tantangan dan sekaligus tuntutan bagi pemerintah ke depan. Tantangan yang dihadapi bukan hanya birokrasi pemerintahan, akan tetapi tantangan juga akan dihadapi dari seluruh masyarakat yang mengalami perubahan, baik dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial. Maka ke depan tuntutan masyarakat akan semakin meningkat kepada birokrasi agar semakin terbuka, transparan, makin

(11)

situasi yang demikian, maka kinerja aparatur negara harus benar-benar bertindak demi kepentingan bangsa dan negara, dan agar dalam menyelenggarakan fungsinya, birokrasi berpegang pada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian halnya di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene yang menyelenggarakan pelayanan administrasi public, khususnya yang berkaitan dengan perijinan dan penerbitan, kartu keluarga, kartu tanda penduduk (KTP), dan sebagainya dituntut untuk bekerja professional serta mampu secara cepat merespon aspirasi, tuntutan public dan perubahan lingkungan lainnya dengan cara kerja yang lebih baik dan berorientasi kepada masyarakat daripada berorientasi kepada atasan seperti yang terjadi selama ini dalam lingkungan birokrasi public.

Kenyataan lain di lapangan, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, para pegawai masih jauh dari kata professional. Sering kali apabila ada masyarakat yang membutuhkan pelayanan, dibiarkan begitu saja tanpa dipedulikan. Masyarakat harus bertanya terlebih dahulu untuk meminta pelayanan. Bahkan ada pula sebagian masyarakat yang harus pulang dikarenakan syarat - syarat yang dibutuhkan tidak lengkap sehingga tidak dapat dilayani. Hal ini disebabkan karena tidak adanya papan petunjuk yang menunjukkan dan menerangkan proses, prosedur dan biaya pelayanan. Dalam kenyataan di lapangan kita sering kali mendapati para pegawai yang menyalahgunakan wewenang dan jabatan sampai menerima suap dan praktek nepotisme. Pada penyalahguaan

(12)

yang bertindak sesukanya dalam hal memberikan pelayanan. Terkait dengan menerima suap / sogok, teman saya dalam mengurus Akta Kelahiran, hanya melakukan 1 (satu) kali panggilan saja, ia sudah dapat Akta Kelahiran tanpa harus mendatangi Kantor untuk melakukan pengurusan, ia hanya memberikan sejumlah uang kepada seorang pegawai di Dinas terkait agar dapat mempermudahnya dalam mendapatkan yang ia inginkan. Sedangkan dalam hal praktek nepotisme sendiri di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene, saya pernah mendengar sendiri pada saat saya mengurus penggantian e-KTP di Kantor tersebut, seseorang yang memiliki kenalan di Kantor tersebut sangatlah mudah dalam melakukan pengurusan karena ada yang bisa membantu agar sesuatu yang diurusnya dapat terselesaikan dengancepat

Persoalan yang timbul saat ini adalah realitas pelaksanaan fungsi pelayanan administrasi kependudukan seperti adanya penyalahgunaan wewenang. Berdasar dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Patologi Birokrasi Dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene”.

B. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membahas bentuk dan upaya mengatasi penyakit (patologi) birokrasi publik yang ada di dalam sistem pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(13)

kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene ?

2. Bagaimana upaya mengatasi patologi birokrasi dalam pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang terjadinya patologi birokrasi dalam pelayanan public (pelayanan administrasi) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene, sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk patologi birokrasi dalam pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene.

2. Untuk mengetahui upaya mengatasi patologi birokrasi dalam pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene.

D. Manfaat Penelitian

Berdasar dari pemikiran tersebut, maka penelitian ini diharapkan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan public, khususnya dalam hal pelayanan administrasi kependudukan di Dinas

(14)

diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi akademisi, diharapkan dapat memberikan khasanah bacaan di lingkungan almamater dan menambah wawasan penulis serta bahan kajian lebih lanjut yang berkenaan birokrasi dalam pelayanan administrasi kependudukan.

2. Bagi pemerintah di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene sekiranya dalam memberikan pelayanan sebaiknya mengambil langkah yang tepat dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

3. Bagi masyarakat secara praktis diharapkan dapat memberi masukan yang baik bagi pihak yang berkepentingan (pemerintah setempat) khususnya para aparatur pelaksana dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat.

(15)

7

A. Konsep, Devenisi dan Teori 1. Pengetian Patologi Birokrasi

Patologi Birokrasi (Beereaupathology) adalah himpunan dari perilaku-perilaku yang kadang-kadang disibukkan oleh para birokrat. Patologi birokrasi dalam arti kata lain adalah penyakit, perilaku negatif, atau penyimpangan yang dilakukan pejabat atau lembaga birokrasi dalam rangka melayani publik, melaksanakan tugas, dan menjalankan program pembangunan. Menurut Sondang P. Siagian (1984 : 35-81). Secara umum. Patologi birokrasi adalah penyakit dalam birokrasi Negara yang muncul akibat perilaku para birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan untuk itu, baik yang menyangkut politis, ekonomis, sosial kultural dan teknologikal.

Dalam abad ke-19, terdapat beberapa penulis dan pemikir yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan teori birokrasi, antara lain yaitu Gaetano Mosca dan Max Weber. Mosca dalam bukunya membagi semua pemerintahan menjadi dua tipe yaitu feudal dan birokratis berdasarkan kepada kelas yang memerintah. Dalam sistem pemerintahan feudal, kelas yang memerintah adalah kelas yang sederhana yang memonopoli fungsi-fungsi ekonomi, militer atau administrasi. Setelah masyarakat berkembang menjadi lebih kompleks dan mempunyai fungsi terpisah satu sama lain, maka pemerintahan dijalankan oleh birokrasi, yaitu sekelompok pejabat yang digaji (Albrow, 1996:22).

(16)

Ilmuan yang sangat berjasa dalam memperkenalkan model organisasi birokratis adalah Max Weber. Dapat dikatakan bahwa konsep birokrasi yang diajukan oleh Weber masih menjadi acuan sampai sekarang ini, walaupun mendapat kritik dari ilmuan-ilmuan lain. Weber membahas peran organisasi dalam suatu masyarakat, dan mempertanyakan bentuk organisasi yang sesuai bagi sebuah masyarakat industri yang dijumpai di Eropa pada akhir abad ke-19. Ia mencoba melukiskan sebuah organisasi yang ideal, organisasi yang secara murni rasional dan yang akan memberikan efisiensi operasi yang maksimum (Robbins, 1994:337).

Diantara makna tersebut, karakteristik umum yang melekat pada birokrasi adalah keberadaannya sebagai suatu lembaga pemerintah. Makna birokrasi sebagai lembaga pemerintah muncul karena lembaga pemerintah pada umumnya selalu berbentuk birokrasi. Skala organisasi pemerintah yang besar dan luas cakupannya mendorong mereka untuk memilih birokrasi yang memiliki karakteristik sebagai birokrasi Weberian.

Weber sebenarnya memperhitungkan tiga elemen pokok dalam konsep birokrasinya, yaitu : (1) birokrasi dipandang sebagai instrumen teknis. (2) birokrasi dipandang sebagai kekuatan independen. (3) birokrasi dipandang mampu keluar dari fungsinya yang sebenarnya karena anggotanya cenderung berasal dari kelas sosial yang particular (Thoha, 2005:19). Konsep birokrasi Weberian berasumsi bahwa birokrasi dibentuk independen dari kekuatan politik. Ia berada di luar atau di atas aktor-aktor politik yang saling berkompetisi satu sama lain. Birokrasi pemerintah diposisikan sebagai kekuatan yang netral, lebih

(17)

mengutamakan kepentingan Negara dan Rakyat secara keseluruhan, sehingga siapapun kekuatan politik yang memerintah birokrat dan birokrasinya memberikan pelayanan terbaik kepadanya.

Pemikir lain yang juga penting untuk ditampilkan dalam pembahasan birokrasi adalah Karl Marx (Thoha, 2008:23). Pemikiran Marx tentang birokrasi merupakan suatu gejala yang bisa dipergunakan secara terbatas dalam hubungannnya dengan administrasi negara. Pandangannya terhadap birokrasi hanya bisa difahami dalam kerangka umum teorinya tentang perjuangan kelas, krisis kapitalisme, dan pengembangan komunisme.

Birokrasi memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah fungsi pengaturan. Fungsi ini mutlak terselenggara dengan efektif, karena suatu pemerintahan negara diberi wewenang untuk melaksanakan berbagai peraturan perundang-undangan yang ditentukan oleh lembaga legislatif melalui berbagai ketentuan pelaksanaan dan kebijaksanaannya. Persoalan yang sering muncul dalam praktik, acapkali terjadi kekakuan dalam implementasi aturan. Kekakuan ini dapat terlihat pada interpretasi secara harfiah, padahal yang lebih diperlukan adalah menegakkan hukum dan peraturan itu dilihat dari semangat dan jiwanya, artinya bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan situasional (Siagian, 2000: 147).

Solusi untuk mengatasi patologi birokrasi adalah dengan melakukan perubahan. Menurut Widaningrum (2009:368), sistem administrasi dan manajemen dalam birokrasi publik memang tidak didisain untuk sering berubah. Namun demikian, kenyataannya menunjukkan bahwa stabilitas seringkali bersifat sebaliknya (counter-productive). Dalam era yang penuh dengan perubahan seperti

(18)

sekarang ini, sistem yang tidak dapat berubah justru akan menemui banyak kegagalan.

Secara teoritik, disadari bahwa konsep birokrasi yang dirumuskan oleh Weber dengan berbagai karakteristiknya diyakini bahwa proses administrasi dalam kegiatan pemerintahan itu hanya dapat menjadi efisien, rutin dan nonpartisan apabila cara kerja organbisasi pemerintah itu dirancang sedemikian rupa sehingga menyerupai cara kerja sebuah mesin (Morgan, 1986). Persoalannya adalah mengapa ketika model ini diterapkan di beberapa negara, termasuk Indonesia justru menimbulkan berbagai fenomena yang menunjukkan adanya perilaku birokrasi yang bersifat patologis, bahkan dapat dianggap sebagai pengingkaran terhadap jiwa birokrasi itu sendiri.

Salah satu aspek birokrasi yang paling banyak disoroti adalah struktur birokrasi. Struktur birokrasi Weberian memiliki berbagai masalah internal yang pada tingkat tertentu berpotensi menyebabkan birokrasi mengalami disfungsi (Caiden, 1991). Setiap aspek dan struktur birokrasi , selain memiliki manfaat dan kontribusi terhadap efisiensi dan kinerja birokrasi, juga memiliki potensi untuk menciptakan penyakit birokrasi. Suatu variabel struktur birokrasi dapat menghasilkan penyakit birokrasi jika intensitas dari variabel itu sudah menjadi berlebihan.

2. Pengertian Birokrasi

Birokrasi merupakan wujud terbaik organisasi karena menyediakan konsistensi, kesinambungan, kemungkinan meramalkan, stabilitas, sifat kewaspadaan, kinerja efisien dari tugas-tugas, hak keadilan, rasionalisme, dan

(19)

profesionalisme. Ikhtisar singkat dari keuntungan-keuntungan birokrasi pemerintah adalah : efisien, ideal dan cocok untuk memperkecil pengaruh dari politik dan pribadi di dalam keputusan-keputusan organisatoris serta wujud terbaik organisasi karena membiarkan memilih pejabat-pejabat untuk mengidentifikasi dan mengendalikan yang bertanggung jawab untuk siapa atas apa yang dilakukan karena orientasi lebih pada melayani pemerintah, tidak lagi menjadi alat rakyat tetapi telah menjadi instrumen politis dengan sifat sangat otoritatif dan represif.

Berkenaan dengan upaya pelayanan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat, birokrasi memberikan andil yang relatif besar dan merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang kehadirannya tak mungkin terelakkan. Birokrasi masih belum efisien, ditandai dengan adanya tumpang tindih kegiatan antar instansi masih tidak jelas, tetapi masih ditangani pemerintah. Karena itu negara harus terlibat langsung dalam memproduksi barang dan jasa politik yang diperlukan oleh rakyatnya. Negara secara aktif terlibat dalam kehidupan sosial rakyatnya, bahkan jika perlu Negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu Negara membangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi.

Agus Dwiyanto (2003 : 1), dan A.T Sulistiyani (2004 : 10) Birokrasi menurut model Weber ini sangat ideal. Karena itu cenderung tidak sesuai dengan praktek disebagian besar birokrasi di dunia, terlebih di Indonesia. Terminologi birokrasi dalam literatur ilmu administrasi publikdan ilmu politik, sering digunakan dalam beberapa pengertian. Dari berbagai macam pengertian yang

(20)

sering muncul dalam teori birokrasi, dapat di sistematisasikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

1. Birokrasi dalam pengertian yang baik atau rasional 2. Birokrasi sebagai suatu penyakit

3. Birokrasi dalam pengertian yang netral, artinya tidak terkait dengan pengertian buruk.

Secara teori, suatu birokrasi mempunyai berbagai sifat yang dapat dibedakan dan ketentuan lain dari suatu organisasi. Beberapa sifat yang amat penting sebagaimana dikemukakan Thoha (1993) adalah sebagai berikut :

a. Adanya spesialisasi atau pembagian kerja b. Adanya hirarki yang berkembang

c. Adanya suatu sistem dari suatu prosedur dan aturan-aturan

d. Adanya hubungan-hubungan kelompok yang bersifat inpersonalitas Dalam kenyataan, birokrasi dalam pemahaman Kristiadi (1994) dimaksudkan untuk melaksanakan penyelenggaraan bernegara, penyelenggaraan pemerintah termasuk didalam penyelenggaraan pelayanan umum dan pembangunan. Karena birokrasi pemerintah merupakan suatu kekuasaan yang besar dimana kegiatannya hampir menyentuh setiap kegiatan manusia, sehingga banyak kesan yang dilontarkan kepada birokrasi dalam terminologi yang baik. Birokrasi pemerintah terkesan kurang baik, dan sering menyulitkan orang, bahkan Kristiadi (1994) menjelaskan birokrasi seolah-olah memiliki kesan adanya suatu proses panjang yang berbelit-belit, apabila masyarakat akan menyelesaikan suatu urusan dengan aparatur pemerintah.

(21)

Meskipun secara umum sudah ada penjelasan atau definisi tentang birokrasi, tetapi dalam khasanah ilmu pengetahuan, perbedaan pendapat dan pandangan sangat dihargai. Demikian juga dengan perbedaan pandangan tentang birokrasi. Ada beberapa tokoh atau ahli yang memandang birokrasi secara positif, ada juga secara negatif, tetapi ada juga yang melihatnya secara netral (value Free).

a. Makna Positif

Birokrasi yang bermakna positif diartikan sebagai birokrasi legal rasional yang bekerja secara efisien dan efektif. Birokrasi tercipta karena kebutuhan akan adanya penghubung antara negara dan masyarakat, untuk mengejawantahkan kebijakan-kebijakan negara. Artinya, birokrasi dibutuhkan baik oleh negara maupun oleh rakyat. Tokoh pendukungnya adalah : Max Weber dan Hegel.

b. Makna Negatif

Birokrasi yang bermakna negatif diartikan sebagai birokrasi yang penuh dengan patologi (penyakit), organisasi tambun, boros, tidak efisien dan tidak efektif, korupsi, dan sebagainya. Birokrasi adalah alat penindas (penghisap) bagi kaum yang lemah (miskin) dan hanya membela kepentingan orang kaya. Artinya, birokrasi hanya menguntungkan kelompok orang kaya saja. Tokoh pendukungnya adalah : Karl Max dan Harold Lask.

c. Makna Netral (value free)

Sedangkan birokrasi yang bermakna netral diartikan sebagai setiap organisasi yang berskala besar.

(22)

3. Gejala Patologi

Berbagai keluhan dan kritikan mengenai kinerja birokrasi memang bukan hal baru lagi, karena sudah ada sejak zaman dulu. Birokrasi lebih menunjukkan kondisi empirik yang sangat buruk, negatif atau sebagai suatu penyakit (bureau patology), seperti parkinsonian (big bureaucracy), Orwellian (peraturan yang menggurita sebagai perpanjangan tangan negara untuk mengontrol masyarakat) atau Jacksonian (bureaucratic polity), ketimbang citra yang baik atau rasional (bureau Rationality), seperti yang dikandung misalnya, dalam birokrasi Hegelian dan Weberian.

Citra buruk tersebut semakin diperparah dengan isu yang sering muncul ke permukaan, yang berhubungan dengan kedudukan dan kewenangan pejabat publik, yakni korupsi dengan beranekaragam bentuknya, serta lambatnya pelayanan, dan diikuti dengan prosedur yang berbelit-belit atau yang lebih dikenal dengan efek pita merah (red-tape). Keseluruhan kondisi empirik yang terjadi secara akumulatif telah meruntuhkan konsep birokrasi Hegelian dan Weberian yang memfungsikan birokasi untuk mengkoordinasikan unsur-unsur dalam proses pemerintahan. Birokrasi, dalam keadaan demikian, hanya berfungsi sebagai pengendali, penegak disiplin, dan penyelenggara pemerintahan dengan kekuasaan yang sangat besar, tetapi sangat mengabaikan fungsi pelayanan masyarakat.

Buruk serta tidak transparannya kinerja birokrasi bisa mendorong masyarakat untuk mencari ”jalan pintas” dengan suap atau berkolusi dengan para pejabat dalam rekrutmen pegawai atau untuk memperoleh pelayanan yang cepat. Situasi seperti ini pada gilirannya seringkali mendorong para pejabat untuk

(23)

mencari ”kesempatan” dalam ”kesempitan” agar mereka dapat menciptakan rente dari pelayanan berikutnya. Apabila ditelusuri lebih jauh, gejala patologi dalam birokrasi, menurut Sondang P. Siagian, (1994 : 35 – 36), bersumber pada empat masalah pokok yaitu :

a.Pertama, persepsi gaya manajerial para pejabat di lingkungan birokrasi yang menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi. Hal ini mengakibatkan bentuk patologi seperti : penyalahgunaan wewenang dan jabatan menerima sogok, dan nepotisme.

b.Kedua, rendahnya pengetahuan dan keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional, mengakibatkan produktivitas dan mutu pelayanan yang rendah, serta pegawai sering berbuat kesalahan.

c.Ketiga, tindakan pejabat yang melanggar hukum, dengan “penggemukan” pembiayaan, menerima sogok, korupsi dan sebagainya

d.Keempat, akibat situasi internal berbagai instansi pemerintahan yang berakibat negatif terhadap birokrasi, seperti : imbalan dan kondisi kerja yang kurang memadai, ketiadaan deskripsi dan indikator kerja, dan sistem pilih kasih.

4. Pelayanan Publik

Pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan publik. Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai pelayanan publik, maka peneliti akan menguraikan terlebih dahulu pengertian pelayanan publik.

(24)

Pengertian pelayanan publik telah didefinisikan oleh banyak pakar. Salah satunya yang dikemukan oleh Agus Dwiyanto (2006: 136) mendefisinikan pelayanan publik adalah :

“Serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Pengguna yang dimaksudkan disini adalah warga negara yang membutuhkan pelatanan publik, seperti pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), akta kelahiran, akta nikah, akta kematian, sertifikat tanah, izin usaha, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), izin gangguan (HO), izin mengambil air tanah, berlangganan air minum, listrik dan sebagainya.”

Berdasarkan Undang undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik yaitu :

“Segala bentuk kegiatan dalam rangka pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kepada masyarakat sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku”.

Menurut Litjan Poltak Sinambela, dkk (2011: 5) pelayanan publik diartikan “pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tertentu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetepkan.”

Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial. Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan oleh orang yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial

(25)

melaksanakan kegiatan dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang bersifat non- komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.

5. Asas Pelayanan Publik

Pelayanan publik harus selalu berubah mengikuti perkembangan masyarakat, karena masyarakat itu bersifat dinamis. Dalam hal ini pemerintah harus melakukan negosiasi dan mengkolaborasi berbagai kepentingan masyarakat. Sehingga pelayanan publik memiliki kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang profesional, kemudian Poltak Sinambela, dkk (2011: 6) mengemukakan asas-asas dalam pelayanan publik tercermin dari :

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(26)

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memerhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik juga diatur dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik yang dikutip oleh Eny Kusdarini (2011 : 190) yakni yang terdiri dari 12 asas :

a. Asas kepentingan umum, b. Asas kepastian hukum, c. Asas kesamaan hak,

d. Keseimbangan hak dan kewajiban, e. Asas keprofesionalan,

f. Asas partisipasif,

g. Asas persamaan perlakuan / tidak diskriminatif, h. Asas keterbukaan,

i. Asas akuntabilitas,

(27)

k. Asas ketepatan waktu,

l. Asas kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka pelayanan publik akan berkualitas apabila memenuhi asas-asas diantaranya : transparansi, akuntabilitas, partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, fasilitas, ketetapan waktu dan kemudahan.

6. Standar Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan pada masyarakat merupakan salah satu masalah yang mendapatkan perhatian serius oleh aparatur pemerintah. Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya Standar Pelayanan Publik Menurut UU No. 25 tahun 2009, adapun komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :

a. Dasar hukum

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar. b. Persyaratan

Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan baik persyaratan teknis maupn administratif

c. Sistem, mekanisme dan prosedur

Tata cara pelayanan yang dibekukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan

d. Jangka waktu penyelesaian

Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan

(28)

e. Biaya/tarif

Biaya yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/aatau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat f. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

g. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas

Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan

h. Kompetensi pelaksanaan

Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan keahlian, keterampilan dan pengalaman

i. Pengawasan internal

Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana

j. Penanganan pengaduan, sarana dan masukan

Tata cara pelaksanaan pengamanan pengaduan dan tindak lanjut k. Jumlah pelaksana

Tersedianya pelaksanaan sesuai dengan beban kerjanya

l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-raguan, dan

(29)

n. Evaluasi kinerja pelaksana

Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan.

7. Jenis-jenis Pelayanan

Membicarakan tentang pelayanan tidak dapat dilepaskan dengan manusia, karena pelayanan mempunyai kaitan erat dengan kebutuhan hidup manusia, baik itu sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Keanekaragaman dan perbedaan kebutuhan hidup manusia menyebabkan adanya bermacam-macam jenis pelayanan pula, dalam upaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia tersebut.

Timbulnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam- macam bentuknya sehingga pelayanan publik yang dilakukan juga ada beberapa macam. Berdasarkan keputusan MENPAN No.63/KEP/MENPAN/7/2003 dalam Ratminto & Atik Septi Winarsih (2006: 20) kegiatan pelayanan umum atau publik antara lain :

a. Pelayanan administratif

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran, Akte kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijjin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan tanah dan sebagainya.

(30)

b. Pelayanan barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.

c. Pelayanan jasa

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

Dari berbagai pendapat tentang pembagian jenis-jenis pelayanan umum yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terlihat bahwa pelayanan umum mencakup lingkup kegiatan dan jenis-jenis yang sangat luas. Dengan kata lain, persoalan pelayanan umum dalam satu pemerintahan merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan karena itu membutuhkan perhatian dari semua kalangan, baik dari pemerintah sebagai pihak pemberi layanan maupun dari masyarakat sebagai pihak yang menerima pelayanan.

(31)

B. Kerangka Pikir

Berdasar dari teori-teori tentang patologi birokrasi dituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur konseptual tentang pelayanan publik. Adapun gambar dari bagan kerangka pikir, sebagai berikut :

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir PATOLOGI BIROKRASI

Bentuk – bentuk Patologi Birokrasi :

1. Penyalahgunaan wewenang dan jabatan

2. Nepotisme

Terhindarnya Pelayanan Publik Dari Patologi

Birokrasi

Upaya Mengatasi Patologi Birokrasi 1. Diskriminasi dalam pelayanan 2. Rendahnya daya tanggap 3. Pelayanan yang berbelit-belit 4. Mal administrasi

(32)

C. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini jelas dan terarah, maka peneliti memberikan batasan terhadap apa yang diteliti, yaitu bentuk dan upaya mengatasi patologi birokrasi publik yang ada dalam sistem pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene.

D. Deskripsi Fokus

1. Bentuk-bentuk Patogi Birokrasi

Pada Bentuk patologi Birokrasi, peneliti membatasi dengan dua (2) poin, yaitu :

a.Penyalahgunaan wewenang dan Jabatan dimana yang dimaksud yaitu bagaimana para aparat pemerintah yang betindak tidak sesuka hati seperti tidak disiplin dengan contoh datang terlambat dan cepat pulang, menggunakan fasilitas kantor untuk urusan pribadi, dan lain sebagainya.

b.Nepotisme adalah dimana mereka lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya.

2. Upaya Mengatasi Patologi Birokrasi

Berikut alternatif pemecahan masalah patologi di tubuh birokrasi di Indonesia dalam membangun pelayanan publik yang efisien, responsif, akuntabel dan transparan perlu ditetapkan kebijakan yang menjadi pedoman perilaku aparat birokrasi pemerintah sebagai berikut :

a.Dalam hubungan dengan berpola patron-klien tidak memiliki standar pelayanan yang jelas/pasti, tidak kreatif. Perlu membuat peraturan Undang – undang pelayanan publik yang memihak pada rakyat.

(33)

b.Dalam hubungan dengan struktur yang gemuk, kinerja berbelit – belit, perlu dilakukan restrukturisasi birokrasi pelayanan publik.

c.Untuk mengatasi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme selain hal di atas diharapkan pemerintah menetapkan perundang – undangan di bidang Informatika (IT) sebagai bagian pengembanagn dan pemanfaatan e Government agar penyelenggaraan pelayanan publik terdapat transparansi dan saling kontrol.

d.Setiap daerah provinsi dan kabupaten dituntut membuat Perda yang jelas mengatur secara seimbang hak dan kewajiban dari penyelenggara dan pengguna pelayanan publik.

e.Setiap daerah diperlukan lembaga Ombudsman. Lembaga ini bisa berfungsi ingin mendudukkan warga pada pelayanan yang prima. Ombudsman harus diberikan kewenangan yang memadai untuk melakukan investigasi dan mencari penyelesaian yang adil terhadap perselisihan antara pengguna jasa dan penyelenggara dalam proses pelayanan publik.

(34)

26 A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Majene provinsi Sulawesi Barat. Adapun perkiraan waktu pelaksanaan penelitian ini, dilakukan selama kurang lebih 2 (dua) bulan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan taylor (dalam Moeloeng, 2011 : 4) penelitian kualitatif berarti sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, kemudian diolah menjadi kata – kata yang mudah dimengerti.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah fenomenologi yaitu dengan tata cara mendapatkan data secara mendasar, lapangan atau lokasi penelitian. “menggali” data untuk menemukan makna dari hal-hal mendasar dan esensial dari fenomena, realitas atau kenyataan, pengalaman yang di alami pada penelitian. C. Informan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, maka informan pada penelitian ini merupakan orang – orang yang terlibat langsung

(35)

dalam pelaksnaan pelayanan publik itu sendiri. Adapun informan yang terkait yaitu :

NO Nama Inisial Jabatan Informan Jumlah

1. Hj. Hasnawati, S.Sos., MM HH Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene 1 Orang

2. Limril, S.Sos LR Kepala Bidang PIAK dan

Pemanfaatan Data 1 Orang 3. Indah Fitriani IF Pengadministrasian

Kependudukan 1 Orang

4. Nurdin NN Bagian Kepegawaian 1 Orang

5. Baharuddin BN Mahasiswa 1 Orang

6. Idris IS Ketua RT 1 Orang

7. Risman Asis RA Masyarakat 1 Orang

8. Zulkarnain ZN Masyarakat 1 Orang

9. Haris Jaelani HJ Masyarakat 1 Orang

10. Muh. Ridwan MR Masyarakat 1 Orang

11. Januaris JR Masyarakat 1 Orang

12. Suryani Mansyur SM Masyarakat 1 Orang

13. Marlina MI Masyarakat 1 Orang

D. Sumber Data

1. Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari narasumber penelitian. Dalam hal ini sumber datanya adalah orang – orang yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data atau informan yang dapat memberikan sejumlah informasi yang dibutuhkan sebagai data – data penelitian untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

(36)

Dalam memperoleh data primer, penulis sengaja menentukan orang – orang yang memberikan informasi dan dengan pertimbangan narasumber yang dipilih tersebut berkualitas dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Data primer juga bisa sebagai bahan pertimbangan data sekunder.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku - buku, data dari dokumen, informasi lain, serta laporan yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan lengkap, penelitian ini menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data. Adapun teknik - teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung yaitu pengumpulan data dengan melihat atau mengamati secara langsung proses pelayanan publik bidang administrasi kependudukan di Subbagian Pelayanan umum di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene. Dalam observasi langsung, pengumpulan data pencatatan yang dilakukan peneliti terhadap objek dilakukan di tempat berlangsungnya peristiwa sehingga peneliti berada bersama objek yang sedang diteliti atau diamati.

2. Wawancara

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara dimana telah

(37)

ditetapkan terlebih dahulu masalah dan pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak yang diwawancarai. Tujuan diadakannya wawancara dalam penelitian ini adalah untuk melengkapi dan mengecek ulang data dari hasil observasi di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan mendatangi langsung informan penelitian dan menanyakan kepada mereka beberapa hal yang berhubungan dengan pokok permasalahan terkait dengan pelaksanaan pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten majene.

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan dengan mengambil data yang sudah ada dan tersedia dalam catatan dokumen.

Dokumentasi ini diambil untuk memperoleh data-data, foto, serta catatan lapangan seperti peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kualitas pelayanan publik (administrasi kependudukan) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Majene.

F. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif Administasi Kependudukan. Melalui teknik tersebut, akan digambarkan seluruh fakta yang diperoleh dari lapangan dengan menerapkan prosedur sebagai berikut: analisis deskriptif kualitatif dengan mengembangkan kategori-kategori yang relevan dengan tujuan penelitian. Penafsiran terhadap hasil

(38)

analisis deskriptif kualitatif dengan berpedoman kepada teori-teori yang sesuai. Menurut Miles dan Huberman (1992:16), secara umum analisis data kualitatif terdiri dari 3 (tiga) alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan masing-masing adalah :

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang memanajemen, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengoordinasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan - kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis data adalah penyajian data dalam bentuk sekumpulan informasi yang tersusun secara lebih sistematis yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian data tersebut. Data dapat disajikan dalam bentuk matriks, jaringan grafik, bagan dan sebagainya yang mempermudah peneliti memahami pola umum dari data atau informasi yang diperoleh.

(39)

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Pengambilan kesimpulan pada hakekatnya adalah memberi pemaknaan dari data yang diperoleh. Untuk itu sejak pengumpulan data awal, peneliti berusaha memaknai data yang diperoleh dengan cara mencari pola, model, tema, hubungan persamaan, alur sebabakibat dan hal lain yang sering muncul. Pada awalnya kesimpulan itu masih kabur tetapi semakin lama kesimpulan akan semakin jelas setelah dalam proses selanjutnya didukung oleh data yang semakin banyak. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Singkatnya makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga akan diperoleh satu keyakinan mengenai kebenarannya.

(40)

32 A. Keadaan Penduduk Kabupaten Majene

Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal, yakni Desa dan kota.

Secara geografis, penduduk Kabupaten Majene tersebar di 8 (delapan) Kecamatan. Pola persebaran penduduk antar daerah berbeda dan sangat tergantung pada potensi masing-masing Kecamatan menyebabkan penyebaran penduduk tidak seimbang atau ketidakmerataan jumlah penduduk, faktor lainnya adalah lingkungan hidup yang ditempatinya secara fisik, sosial dan budaya. Penyebaran penduduk yang tidak merata akan berakibat adanya tekanan-tekanan pada wilayah yang mengalami penumpukan penduduk diantaranya adalah penekanan terhadap sumber daya alam yang ada dan kebutuhan lapangan kerja serta sarana dan prasarana kehidupan lainnya. Jika daerah tersebut tidak dapat mengakses setiap tekanan tersebut maka akan berakibat menurunnya kualitas hidup dan lingkungan. Masalah penyebaran penduduk yang tidak merata sebenarnya bersifat universal dan hampir seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Majene Tahun 2017, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(41)

Tabel 4.1 Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kecamatan, Kabupaten Majene Tahun 2017

NO Kecamatan

Laki-laki Perempuan L+P

n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %

1. Banggae 20.626 12,24 20.788 12,33 41.414 24,57 2. Pamboang 11.679 6,93 11.778 6,99 23.457 13,92 3. Sendana 11.643 6,91 11.732 6,96 23.375 13,87 4. Malunda 9.126 5,41 9.106 5,40 18.232 10,82 5. Ulumanda 4.587 2,72 4.493 2,67 9.080 5,39 6. Tammerodo Sendana 6.204 3,68 6.088 3,61 12.292 7,29 7. Tubo Sendana 4.521 2,68 4.490 2,66 9.011 5,35 8. Banggae Timur 15.612 9,26 16.096 9,55 31.708 18,81 Jumlah 83.998 49,83 84.571 50,17 168.569 100,00

Sumber: Data Konsolidasi Bersih (BKD) PDAK Pusat Tahun 2017, diolah

Pada Tabel 4.I di atas terlihat jumlah penyebaran penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Banggae dengan jumlah penduduk sebanyak 41.414 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 20.626 jiwa dan perempuan sebanyak 20.788 jiwa atau sebesar 24,57 persen dari total jumlah penduduk. Selanjutnya Kecamatan terbesar kedua adalah Kecamatan Banggae Timur dengan jumlah penduduk sebanyak 31.708 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 16.612 jiwa dan perempuan sebanyak 16.096 jiwa. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil berada pada kecamatan Tubo Sendana yaitu sebanyak 9.011 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 4.521 jiwa dan perempuan sebanyak 4.490 jiwa atau hanya sebesar

(42)

5,35 persen dari total jumlah penduduk, kemudian Kecamatan Ulumanda sebanyak 9.080 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 4.587 jiwa dan perempuan sebanyak 4.493 jiwa atau sebesar 5,39 persen.

Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk diwilayah perkotaan jauh lebih besar dibanding jumlah penduduk jauh dari pusat perkotaan. Dimana Kecamatan Banggae dan Banggae Timur merupakan wilayah yang berada pada wilayah perkotaan sedangkan Kecamatan Tubo Sendana dan Ulumanda merupakan wilayah yang jauh dari pusat perkotaan. Faktor yang mempengaruhi besarnya pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan antara lain adalah perpindahan penduduk dari wilayah pedesaan ke perkotaan karena lebih banyaknya fasilitas yang dapat dijumpai di wilayah perkotaan seperti fasilitas pendidikan, perumahan, kesehatan serta fasilitas lainnya.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Status pekerjaan Kepala Keluarga ikut berperan dalam menentukan status ekonomi keluarga dan tingkat kesejahteraan kepala keluarga dan anggota keluarganya. Indikator kepala keluarga berdasarkan status pekerjaan bermanfaat untuk memberikan informasi dalam perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk.

Distribusi kepala keluarga menurut status pekerjaan dan jenis kelamin secara umum dapat dilihat pada tabel berikut.

(43)

Tabel 4.2 Distribusi Kepala Keluarga Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Majene Tahun 2017

Status Pekerjaan

Laki-laki Perempuan Jumlah

n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Belum/Tidak Bekerja 780 1,82 634 1,48 1.414 3,30 Bekerja 32.573 76,01 2.324 5,42 34.897 81,44 Mengurus Rumah Tangga 0 0,00 5.147 12,01 5.147 12,01 Pelajar/Mahasiswa 227 0,53 124 0,29 351 0,82 Pensiunan 739 1,72 304 0,71 1.043 2,43 Jumlah 34.319 80,09 8.533 19,91 42.852 100,00

Sumber: Data Konsolidasi Bersih (DKB) PDAK Pusat Tahun 2017, diolah

Dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah kepala keluarga yang bekerja sebesar 34.897 orang atau sebesar 81,44% lebih besar daripada kepala keluarga dengan satus pekerjaan yang lainnya. Kepala keluarga laki-laki yang bekerja lebih banyak yaitu 76,01% jika dibandingkan dengan kepala keluarga perempuan hanya 5,42%, ini menunjukkan bahwa akses pekerjaan untuk perempuan terbatas dibanding laki-laki. Sedangkan kepala keluarga yang belum memiliki pekerjaan hanya sebesar 3,30%, walaupun angka ini terbilang kecil, tetapi tetap harus menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Majene dalam rangka perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk. Sementara Kepala keluarga yang berstatus

(44)

pelajar/Mahasiswa sebesar 0,82%, yaitu mereka yang berimigrasi dengan tujuan pendidikan dan hidup sendiri (kost).

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Negara menjamin semua penduduk untuk bebas memeluk Agamanya masing-masing sebagaimana tercantum pada pasal 29 Undang-undang Dasar tahun 1945 bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Indonesia dikenal sebagai Negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di Dunia, dengan sekitar 87% yang menganut agama Islam, dari total populasi penduduk Indonesia. Agama-agama yang ada di Negara Republik Indonesia yaitu Agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, Konghucu, dan Aliran Kepercayaan. Dari data yang ada, di Kabupaten Majene Agama Islam sendiri merupakan agama yang paling banyak penganutnya.

Adapun data penduduk menurut agama dan Kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah berikut :

(45)

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Agama dan Kecamatan Kabupaten Majene Kecamatan Agama Jumlah Islam Kri sten Khat olik Hin du Bu dha Khon g Hu Chu Kepe rcaya an N N N N N n n % Banggae 41.299 66 30 1 16 2 0 41.414 24,57 Pamboang 23.448 6 3 0 0 0 0 23.457 13,92 Sendana 23.373 1 1 0 0 0 0 23.375 13,87 Malunda 18.225 3 4 0 0 0 0 18.232 10,82 Ulumanda 9.080 0 0 0 0 0 0 9.080 5,39 Tamerodo Sendana 12.288 4 0 0 0 0 0 12.292 7,29 Tubo Sendana 9.009 2 0 0 0 0 0 9.011 5,35 Banggae Timur 31.593 74 35 0 3 2 1 31.708 18,81 Jumlah 168.315 156 73 1 19 4 1 168.569 100,00 Sumber: Data Konsolidasi Bersih (BDK) PDAK Pusat Tahun 2017, diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa agama Islam adalah agama yang paling dominan disemua Kecamatan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 168.315 jiwa, terbesar selanjutnya adalah agama Kristen sebanyak 156 jiwa dan terbanyak berada di Kecamatan Banggae Timur dan Kecamatan Banggae. Demikian pula dengan agama Khatolik, Budha, Hindu dan Khong Hu Chu hanya tersebar di Kecamatan Banggae Timur dan di Kecamatan Banggae, dapat dipastikan bahwa

(46)

sebagian besar penduduk yang beragama diluar agama Islam adalah bukan penduduk lokal atau pendatang.

B. Keadaan Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene merupakan salah satu Instansi yang melakukan interaksi langsung dengan masyarakat, dimana Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene ini melakukan pelayanan kepada masyarakat terkait dengan pelayanan administrasi Kependudukan mulai dari pembuatan Akta Kelahiran, Akta Kematian, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Pencatatan Pindah Datang Penduduk dan lain sebagainya.

Dalam melaksanakan tugas daripada Dinas tersebut, Instansi Pemerintah ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas serta dibantu oleh beberapa jajaran yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya.

Adapun keadaan pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene, peneliti membagi ke dalam 3 (tiga) jenis yang dapat dilihat berdasarkan Jenis kelamin, Kepangkatan dan golongan, serta berdasarkan Eselon, seperti yang ada dalam table di bawah ini.

(47)

Tabel 4.5 Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelami Jumlah %

1. Laki-laki 12 42,85

2. Perempuan 16 57,15

Jumlah 28 100

Sumber: Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene, terdapat 28 orang Aparatu Sipil Negara (ASN) yang bekerja di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten majene dengan laki-laki berjumlah 12 orang serta perempuan berjumlah 16 orang.

(48)

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari bagian Kepegawaian Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kabupaten Majene, terdapat 28 Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terdiri dari seorang yang menduduki jabatan Kepala Dinas dengan golongan IV/c, seorang yang menduduki jabatan Sekretaris Dinas dengan golongan IV/a, tiga (3) orang yang menduduki jabatan sebagai kepala bidang dengan dua (2) diantaranya golongan IV/a serta satu (1) dengan golongan III/d. Kemudian yang menduduki jabatan sebagai kepala seksi terdapat Sembilan (9) orang dengan masing-masing golongan III/d sebanyak wmpat (4) orang, golongan III/c sebanyak empat (4) orang dan golongan III/c satu (1) orang. Terdapat dua (2) orang yang menduduki jabatan sebagai kepala sub bagian dengan golongan III/d dan golongan III/c. Selanjutnya terdapat empat (4) orang yang menduduki jabatan sebagai pengadministrasi kependudukan dengan masing masing golongan III/c satu (1) orang, golongan III/a satu (1) orang dan golongan II/c dua (2) orang, sedangkan jabatan sebagai pengadministrasi umum di terdapat satu (1) orang dengan golongan III/a. Begitu pula dengan jabatan Bendaharawan yang juga ditempati oleh satu (1) orang dengan golongan III/a. Kemudian jabatan sebagai pengadministrasi keuangan terdapat tiga (3) orang dengan masing-masing golongan II/d dua (2) orang dan II/c satu (1) orang, serta yang terakhir dengan jabatan operator ADB terdapat dua (2) orang dengan masing-masing golongan III/a satu (1) orang serta golongan II/d satu (1) orang.

(49)

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari bagian kepegawaian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene, terdapat seorang dengan tingkat jabatan Eselon II, empat (4) orang dengan tingkat jabatan Eselon III, kemudian terdapat tujuh belas (17) orang dengan tingkat jabatan Eselon IV, serta terdapat enam (6) orang yang masih belum mencapai tingkat Eselon.

C. Pemerintahan dan Lembaga/Organisasi Tingkat Kabupaten

Kegiatan pemerintahan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene dilaksanakan oleh sejumlah aparat/pegawai baik yang Sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil maupun yang masih termasuk dalam kategori Honorer. Di dalam Kelembagaannya terdapat 28 orang yang masuk dalam Pegawai Negeri Sipil dengan golongan – golongan tertentu yang memegang jabatan – jabatan tertentu pula. Kemudian pegawai yang dalam kategori honorer di tempatkan untuk membantu dalam hal pelayanan serta membantu di bidang – bidang yang lainnya.

Dengan desentralisasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, khususnya di bidang pelayanan publik, sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pemerintah daerah akan dapat menciptakan momentum untuk melakukan penguatan politik lokal yang berdampak kepada perbaikan pelayanan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah kepada rakyat. Guna melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan UU no 25 Tahun 2009 untuk mencapai tujuan dengan maksimal, maka ditetapkan visi dan misi Dinas Kependudukan dan

(50)

Pencatatan Sipil Kabupaten Majene sebagai acuan pelaksanaan tugas sebagai berikut :

VISI

“Tertib Administrasi Kependudukan Dengan Mengembangkan Pelayanan Prima Menuju Penduduk Berkualitas”

MISI

1) Mengembangkan Kebijakan dan Sistem untuk menghimpun data kependudukan serta menertibkan identitas dan dokumen kependudukan. 2) Mengelola sistem dan pelayanan administrasi sesuai dengan prinsip – prinsip

pemerintah yang baik

3) Prioritas dalam melaksanakan konsep sistem administrasi kependudukan (SAK) yang terdiri atas 3 (tiga) pilar kegiatan yaitu :

a. PendaftaranPenduduk b. Pencatatan Sipil

(51)

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

KABUPATEN MAJENE

SEKRETARIS Hj. HASNAWATI, S.Sos,. MM

NIP. 19660607 198803 2 015

SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN WIPAYANI PAWELLOI, SE

NIP. 19811108 201001 2 028 SUB BAGIAN PERENCANAAN

DAN KEUANGAN Hj. ST. ARPAH, S.Sos NIP. 19661231 198611 2 001 PENGELOLAAN INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PEMANFAATAN DATA LIMRIL, S.Sos NIP. 19641202 189703 1 009 SEKSI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN SYARIFA MUSYRIFA, SE NIP. 19710421 200701 2 029 SEKSI PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

KEPENDUDUKAN JUMIATI, SE NIP. 19751116 200701 2 011

SEKSI KERJA SAMA DAN INOVASI PELAYANAN HUSAIN, S.Pt NIP. 19810424 201001 1 016 BIDANG PELAYANAN PENCATATAN SIPIL KUSMIRAN, S.Sos,.M.Adm.Pemb NIP. 19700809 199003 1 004 SEKSI KELAHIRAN SUPRIADI, S.Sos NIP. 19681209 198908 1 002 KEPALA SEKSI PERKAWINAN DAN PERCERAIAN ANDI MANTASIAH, S.Sos NIP. 19720525 199203 2 007 SEKSI PERUBAHAN STATUS ANAK PEWARGANEGARAAN DAN KEMATIAN FITRIANY, S.Sos NIP. 19760105 200502 2 005 BIDANG PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK BASHIRAN, S.Sos NIP. 19610521 198101 2 003 SEKSI IDENTITAS PENDUDUK BAHARUDDIN, S.Sos NIP. 19641231 198602 1 146

SEKSI PINDAH DATANG PENDUDUK NUR ASIAH, S.Sos NIP. 19781012 200604 2 015 SEKSI PENDATAAN PENDUDUK SUMARNI. SE NIP. 19830101 200902 2 007 KEPALA DINAS DRS. MATTALUNRU, MM NIP. 19671231 198603 1 031

(52)

Adapun tugas-tugas pada struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah sebagai berikut:

1. Tugas pokok dan fungsi a. Kepala Dinas

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dipimpin oleh seorang Kepala Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil.

Dalam melaksanakan tugas, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai fungsi, meliputi :

a) Perumusan Kebijakan Dinas

b) Penyusunan rencana strategik Dinas

c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan, program dan kegiatan Dinas

d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan Dinas 2. Tugas pokok dan fungsi

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris, mempunyai tugas pokok membantu kepala Dinas dalam menyelenggarakan pelayanan administrasi; merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi aset, program/kegiatan dan pengembangan dibidang kependudukan dan pencatatan sipil serta pembinaan organisasi.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, sekretaris mempunyai fungsi membantu mengkoordinir dan/atau memfasilitasi unsur manajemen satuan kerja

(53)

perangkat daerah bidang kependudukan dan catatan sipil khususnya urusan dalam, meliputi:

a) Penyusunan kebijakan teknis administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, perencanaan pelaporan dan urusan rumah tangga.

b) Penyelenggaraan kebijakan administrasi umum

c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan sub bagian

d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan sub bagian

Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan;

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

Sub Bagian masing-masing dipimpin oleh seorang kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris.

3. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan

Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam melaksanakan perencanaan, pengendalian data, pembinaan, evaluasi program/kegiatan dan kegiatan anggaran berbasis kinerja serta pertanggungjawaban administrasi keuangan Dinas.

Dalam melaksanakan Tugas Pokok, kepala Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai fungsi, meliputi :

a. Pelaksanaan kebijakan teknis sub bagian perencanaan keuangan;

(54)

c. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup sub bagian perencanaan dan keuangan;

d. Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup sub bagian perencanaan dan keungan.

4. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam menyelenggarakan ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan serta pengelolaan administrasi kepegawaian Dinas.

Dalam melaksanakan tugas, Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi, meliputi :

a. Pelaksanaan kebijakan teknis sub bagian; b. Peaksanaan program dan kegiatan sub bagian;

c. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup Sub bagian;

d. Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup sub Bagian.

5. Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk

Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kegiatan di bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk mempunyai fungsi, meliputi:

(55)

a. Penyusunan kebijakan teknis bidang;

b. Penyelenggaraan program dan kegiatan bidang;

c. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat non struktural dalam lingkup bidang; d. Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat

non struktural dalam lingkup bidang.

Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk, terdiri dari ; a. Seksi Identitas Penduduk;

b. Seksi Pindah Datang Penduduk; c. Seksi pendataan Penduduk.

Seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dan bertanggungjawab kepada Kepala bidang.

a). Seksi Identitas Penduduk

Kepala Seksi Identitas Penduduk mempunyai tugas Pokok membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan pendaftaran dan pencatatan identitas penduduk.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Kepala Seksi Identitas Penduduk mempunyai fungsi, meliputi;

1. Penyusunan program dan kegiatan seksi identitas penduduk; 2. Pelaksanaan program dan kegiatan seksi identitas penduduk;

3. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup seksi identitas penduduk; 4. Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural dalam

(56)

b). Seksi Pindah Datang Penduduk

Kepala Seksi Pindah Datang Penduduk mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan kegiatan pindah datang penduduk.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Kepala Seksi Pindah Datang Penduduk mempunyai fungsi, meliputi;

1. Penyusunan program dan kegiatan seksi pindah datang penduduk; 2. Pelaksanaan program dan kegiatan seksi pindah datang penduduk;

3. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup seksi pindah datang penduduk;

4. Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup seksi pindah datang penduduk.

c). Seksi Pendataan Penduduk

Kepala seksi pendataan penduduk, mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan kegiatan pindah datang penduduk.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Kepala Pendataan Penduduk mempunyai fungsi, meliputi;

1. Penyusunan program dan kegiatan seksi pendataan penduduk; 2. Pelaksanaan program dan kegiatan seksi pendataan penduduk;

3. Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup seksi pendataan penduduk; 4. Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural dalam

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin  per Kecamatan, Kabupaten Majene Tahun 2017
Tabel 4.2 Distribusi Kepala Keluarga Menurut Status Pekerjaan dan  Jenis Kelamin, Kabupaten Majene Tahun 2017
Tabel  4.3  Distribusi  Penduduk  Menurut  Agama  dan  Kecamatan  Kabupaten Majene   Kecamatan  Agama  Jumlah Islam Kri sten  Khatolik  Hindu  Bu dha  Khon g Hu  Chu  Kepe rcayaan  N  N  N  N  N  n  n  %  Banggae  41.299  66  30  1  16  2  0  41.414  24,57
Tabel 4.5 Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhirnya, sistem yang dibangun dengan metode TOPSIS mampu menghasilkan data prestasi akademik siswa SMK 17 Agustus 1945 Cluring dengan menggunakan kriteria

Adapun penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif dimana penulis memaparkan tentang Peranan pengadilan Perikanan Medan dalam

Ranwal Rencana Kerja (Renja) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Magetan merupakan dokumen perencanaan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana yang tersedia dalam pelayanan kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sambas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Sintang secara khusus Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai instansi yang memberikan

Penaksir yang dibahas merupakan kombinasi penaksir rasio dan penaksir regresi pada sampling acak sederhana menggunakan median dan koefisien skewness, yang merupakan review

Untuk balok atau plat satu arah dengan tebal karena nilai yang tertera dalam daftar lendutannya harus dihitung dan ukuran tersebut dapat digunakn apabila.. lendutan memenuhi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lumajang merupakan suatu instansi yang memberikan pelayanan di bidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dengan hal