• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI TATA KELOLA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG DI KABAENA UTARA KABUPATEN BOMBANA. Diusun dan diusulkan Oleh : ARIFUDDIN Nomor Stambuk:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI TATA KELOLA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG DI KABAENA UTARA KABUPATEN BOMBANA. Diusun dan diusulkan Oleh : ARIFUDDIN Nomor Stambuk:"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

UTARA KABUPATEN BOMBANA

Diusun dan diusulkan Oleh :

ARIFUDDIN

Nomor Stambuk: 105640209615

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(2)

ii

HALAMAN PENGAJUAN

TATA KELOLA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG DI KABAENA UTARA KABUPATEN BOMBANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diajukan oleh ARIFUDDIN

Nomor Stambuk: 105640209615

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

بِي بِ للَّهِلٱ بِ مَٰ سۡ للَّهِلٱ بِ للَّهِٱ بِي سۡ بِ

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia. Tak lupa pula shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW kepada sahabat, kerabat, saudara, istri dan para pengikutnya yang telah memberi tauladan bagi kita semua.

Dalam penyelesaian akhir, penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Rudi Hardi, S.Sos, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Ahmad Harakan, S.IP, M.H.I selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tulus, ikhlas meluangkan waktu, tenaga, pikiran, memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(7)

vii

1. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua, saudara, dan keluarga tercinta, yang telah dengan sabar, ikhlas, tulus, memberikan doa, semangat dan motivasi untuk keberhasilan penulis dalam meraih tujuan hidup.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor Universitas Muhamammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang berhubungan Administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.

5. Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.HI selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan sekaligus sebagai Penasehat Akademik (PA) yang selama ini memberikan dorongan dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan seluruh staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu penulis.

(8)
(9)

ix ABSTRAK

Arifuddin. 2019, Tata Kelola Lingkungan Pasca Tambang Di Kabaena Utara Kabupaten Bombana. ( Abd Kadir Adys, dan A. Luhur Prianto)

Tujuan penelitian untuk mengetahui Tata Kelola Lingkungan Pasca Tambang Di Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 5 Responden. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif kualitatif.Serta teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teori yang digunakan berlandaskan dengan Tata Kelola Lingkungan Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya Alam.Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup, Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup, Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tata Kelola Lingkungan Pasca Tambang Di Kecamatan Kabaena Utara belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan dari pemaparan informan yang menyatakan bahwa masih kurang Oktimalnya pengawasan dan pemantauan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam pengelolaan lingkungan dibidang pertambangan, belum adanya kerja sama dan peran antara Pemerintah, Perusahan Tambang dan Masyarakat mengenai Tata Kelola lingkungan pasca tambang yang berdampak kerusakan lingkungan di Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara.

Kata kunci : Tata Kelola Lingkunga, Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana,Pasca Tambang

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Penerimaan Tim penguji ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah... v

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... viii

DAFTAR ISI ... ix

Daftar Tebel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu... 7

B. Konsep Tata Kelola Lingkungan ... 8

C. Prinsip Good Environmental Governance ... 12

D. Kebijakan dan Pendekatan Pengelolaan Lingkungan ... 15

E. Rehabiltasi Lahan ... 18

F. Skenario Penggunaan Lahan ... 19

G. Konsep Teori Tambang ... 20

H. Izin Usaha Tambang ... 20

I. Dampak Aktivitas Tambang ... 23

J. Pengelolaan Tambang ... 24

K. Kerangka pikir... 26

L. Fokus Penelitian ... 28

(11)

xi BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Tipe dan Jenis Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Informan Penelitian ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

G. Pengabsaan Data... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

B. Profil perusahan Tambang ... 39

C. Tata kelola Lingkungan Pasca Tambang Di Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bomban ... 45

1. Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ... 45

2. Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya Alam ... 50

3. Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup ... 55

4. Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup ... 60

5. Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup ... 65

D. Wujud perbaikan Lingkungan Oleh Pihak Pertambangan Di Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana ... 71

1. Program Reklamasi ... 71

2. Penanaman (Revegitasi) ... 76

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan ... 78

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN ...

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tebel 1. Informan Penelitian ... 35 Tabel 2. Pelanggaran perusahan tambang PT. Surya Saga Utama... 64 Tabel 3. Rencana Reklamasi dan Rencana Program Reklamasi

PT. Surya Saga Utama (SSU) Tahun 2011-2015 ... 75 Tabel 4. Biaya Revegetasi dan Total luas wilayah Revegetasi ... 77

(13)

xiii

DAFTAR GAMABAR

Gambar 1. Lokasi aktivitas pertambangan nikel PT. Surya

Saga Utama (SSU)... 44 Gambar 2. Lokasi perusahaan serta pencemaran dan

kerusakan lingkungan di area tambang ... 59 Gambar 3 Batu bata yang di olah dari limbah ore nikel ... 80

(14)
(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai potensi sumber daya alam. Kekayaan alam tersebut menjadikan negara Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pertambangan begitu besar dan luas. Lahan pertambangan tersebar diberbagai pulau di Indonesia, yang dimana kekayaan sumber alam tersebut dieksplorasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. sehingga Berbagai masalah dikarenakan akibat kegiatan pertambangan mulai dari munculnya berbagai penyakit akibat limbah pertambangan tidak terkendali, terjadinya pencemaran yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan punahnya beberapa flora fauna.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang PemerintahanDaerah, memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya alam khususnya pertambangan kepada masing-masing Daerah. Kewenangan untuk pengelolaanpertambangan dari tingkat Pusat hingga Kabupaten/Kota telah diatur dalam UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Denganadanya dua Peraturan tersebut sehingga semakin memperkuat posisi Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Tingkat Kabupaten/Kota. Namun, sangat disayangkan Pemerintah Kabupaten/Kota belum memaksimalkan kekuatan hukum ini dalampenegakan upaya pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan (Wulan, dalam Syahrir, 2017).

(16)

Pertambangan merupakan salah satu aktivitas yang memanfaatkan sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam ini dilakukan dengan pencairan, penggalian, bahkan peledakan guna memperoleh hasil tambang yang diharapkan. Kegiatan pertambangan banyak dilakukan pada kawasan hutan yang memiliki potensi, bahkan sejumlah kawasan pertambangan telah mengubah fungsi hutan menjadi kawasan kematian meskipun terdapat upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup namun tidak seimbang. Pertambangan secara hukum ada dua jenis yaitu pertambangan resmi dan pertambangan tidak resmi. Pertambangan resmi adalah pertambangan yang memiliki izin dari Pemerintah dan memiliki tempat pertambangan yang khusus serta memperdulikan dampaknya terhadap Masyarakat, sedangkan pertambangan yang tidak resmi adalah pertambangan yang tidak memiliki.

Sehingga munculnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah berlaku Oktober 2016. Dengan demikian Pemerintah Provinsi mengambilalih Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari tangan Pemerintah Kabupatendengan mensyaratkan batas waktu pelimpahan administrasi dari Kabupaten ke Provinsi dua tahun sejak diundangkan atau tanggal 2 Oktober 2016.Ketentuan tersebut mengacu pada Pasal 404 yang menyebutkan serah terima personel, pendanaan, sarana dan prasarana, serta dokumen sebagai akibat pembagian urusan Pemerintah Daerah antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dilakukan paling lama 2 tahun.

(

(17)

Pulau Kabaena atau Tokotua adalah salah satu Pulau di Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (SULTRA). Pulau dengan luas daratan sekitar 873km² terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Kabaena, Kabena Barat, Kabaena Timur, Kabaena Selatan, Kabaena Utara, dan Kabaena Tengah. Pulau ini identik dengan panorama alam pegunungan dan perbukitan dengan puncak gunung tertinggi yaitu Gunung Sambampolulo ( BPS Kabupaten Bombana, 2016). Pulau kabaena memiliki potensi pertambangan seluas ± 35.606 hektar Nikel dan ± 2400 hektar Batu Kromit. Salah satu faktor penyebab perubahan kondisi fisika-kimia di Kawasan Perairan Pulau Kabaena adalah aktifitas pertambangan (Wardi, dkk, 2017).

Perusahan tambang nikel dan batubara yakni PT. Surya Saga Utama (SSU) telah melakukan eksploitasi sejak terbitnya 20 Izin Usaha Pertambangan (IUP) baik Pemerintah Bombana (Kabupaten) maupun Pemerintah Sulawesi Tenggara (Provinsi) salah satu izin di pegang PT. Surya Saga Utama (SSU). Perusahan nikel ini menguasai sebagaian tanah Pulau Kabaena untuk mendirikan pabrik smelter atau pemurnian nikel. Perusahan ini mengantongi IUP seluas 1.500 hektar (Ha) lebih berlokasi di Kabaena Utara, Perusahan ini akan membangun pabrik smelter dengan kapasitas besar.Sejak beroperasinya perusahan itu, banyak masyarakat pesisir di Desa Mapila yang telah kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani rumput laut dan nelayan, sebagai akibat pencemaran air yang berasal dari rembesan tanah galian, proses pencucian penampungan Batubara dan saat pencucian kapal tongkang yang petugasnya menyemprotkan air dengan kapasitas besar kearah Nikel atau Batubara dibesi kapal sehingga Nikel

(18)

dan Batubara jatuh kelaut hingga menjadi berwarna hitam. Dinas Lingkungan Hidup Sulawesi Tenggara tidak mengetahui telah ada pembuangan nikel atau Batubara dipesisir Mapila.Kegiatan yang dilakukan PT. Surya Saga Utama (SSU) sangat melanggar dan mengacam biota laut juga lingkungan Masyarakat sekitarnya. (https://www.mongabay.co.id/2018/02/07di akses tanggal 3 mei 2019).

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya dalampermasalahan kerusakanlingkungan yang dilakukan oleh aktivitas tambang sulit untuk diantisipasi oleh Pemerintah.Buruknya tata kelola di sektor pertambangan dapat mengakibatkan Kerugian Aset Negara, tetapi juga kerugian di sektor lingkungan yang dapat menghambat pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu sudah saatnya semua stakeholder yang terkait upaya pengelolaan kerusakanlingkungan (Pemerintah Pusat maupunDaerah, Swasta, Masyarakat, Dll) bersama-sama terlibat secara aktif dalam pelaksanaannya. Dari segi Lingkungan, Sosial, danEkonomi. Maka penelitian ini akan membahas kajian mengenai Tata Kelola dalam mengatasi dampak kerusakan lingkungan, dengan mengangkat judul: “Tata Kelola LingkunganPasca Tambang di Desa Mapila di Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana”.

(19)

B. Rumusan Masalah

Uraian latar belakang yang telah dikemukakan mendasari peneliti untuk menetapkan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana Tata kelola lingkungan pasca tambang di Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana. ?

2. Bagaimana wujud perbaikan lingkungan oleh pihak pertambangan di Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana. ? C. Tujuan penelitian

Rumusan masalah yang telah diajukan menjadi dasar bahwa tujuanpenelitian ini, adalah untuk :

1. Mengetahui Tata kelola lingkungan pasca tambang di Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana.

2. Mengetahui wujud perbaikan lingkungan oleh pihak pertambangan di Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabaupaten Bombana. D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Bermanfaat guna menghasilkan konsep dalam pengembangan ilmu Tata Kelola Lingkungan Pasca Tambangdi Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana.

(20)

2. Manfaat praktis

a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintahan Kabupaten Bombana dalam Tata Kelola Lingkungan Pasca Tambang khususnya di Pulau Kabaena secara efektif.

b. Hasil penelitian ini diharapkan memberi nilai tambah yang selanjutnyadi kombinasikan dengan penelitian-penelitian lainnya,khususnya yang mengkaji tentang dampak Kerusakan Lingkungan Pasca Tambang di Kabupaten Bombana.

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Sebelum peneliti melakukan penelitian, ada bebrapa peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang Tata Kelola Lingkungan yaitu:

1. Syahrir, 2017, Dampak Aktivitas Pertambangan Nikel DalamKehidupan Masyarakat Desa Baliara Selatan Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana adalah kondisi masyarakat di Desa Baliara Selatan sebelum aktivitas pertambangan dihentikan sangat terlihat dari perubahan sosial ekonomi Masyarakat Baliara Selatan mulai terlihat dari pengikisan budaya gotong royong, peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan lapangan pekerjaan, dan penerapan tenaga kerja

2. Aco, 2017, Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Dampak Pencemaran Lingkungan Pada Pertambangan Emas Rakyat (Studi Kasus di Daerah Kabupaten Buru). Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakankan tentang pertambangan emas rakyat di Kabupaten Buru berjalan dengan baik dan berhasil.

3. Ambo Upe, 2014, Masyarakat Dalam Resiko Eksploitasi Pertambangan Emas Dan Relasi CSR Di Kabupaten Bombana. Eksploitasi pertambangan dimanapun, tidak terkecuali pertambangan emas di Kabupaten Bombana pada dasarnya selalu

(22)

menampilkan dua hal yang dilematis. Disisi diharapkan berkontribusi positif dan meningkatkan Kesejahteran Rakyat, dan disisi lain menimbulkan Resiko bagi Masyarakat.

4. Asti Amelia Novita, 2018, Collaborative Governance Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dikawasan Pertambangan. Paper ini mengkaji tentang peran Collaborative Governance dalam meningkatkan Tata Kelola lingkungan dalam menjamin environmental security, Khususnya dikawasan pertambangan. 5. Nopyandri, 2014. Penarapan Good Environmental Governance

Dalam Rangka Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan hidup. Penyelenggaraan Pemerintah berdasarkan prisip Good Environmental Governance memberikan makna bahwa pengelolaan urusan pemeruntah dibidang sumber daya alam dan lingkungan diselenggarakan sedemikian rupa dengan dilandasi visi perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan.

B. Konsep Tata Kelola Lingkungan (Environmental Governance)

Environmental Governance dapat juga disebut sebagai tata kelola lingkungan (hidup) merupakan suatu intraksi multilevel antara lokal, nasional, internasional/global, namun terbatas pada intraksi antara tiga Aktor utama yaitu Goverment, Private, dan Civil Society. Kegiatan intraksi tersebut dilakukan, baik secara formal maupun informal, dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan untuk merespon tuntutan dan masukan dari

(23)

Masyarakat terkait lingkungan yang bertujan untuk mencpai pembangunan berkelanjutan (Ngindana, dkk, 2017). Selain itu, Budiati (2012:16) berpendapat bahwa Environmental Governance sebagai Framework pengelolaanNegara melalui intraksinya dengan rakyat dalam rangka pengelolaan hidup.

Tata Kelola yang baik memperhintungkan peran semua aktor yang keterlibatannya berdampak pada lingkungan. Aktor tersebut meliputi Pemerintah, LSM, Pihak Swasta, dan Masyarakat Sipil yang bekerja sama untuk mencapai Pemerintahan yang efektif menuju masa depan yang berkelanjutan. (Nafi’ah, 2015). Good Environmental Governance merupakan sebuah kegiatan penting untuk menyukseskan penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan melindungi kualitas lingkungan. Kegiatan ini membutuhkan transparansi system pada institusi lingkungan, Kebijakan-kebijakan. Penyelenggaraan Pemerintah berdasarkan prinsip Good Environmental Governance memberikan makna bahwa prinsip-prinsip penyelengaraan Negara yang baik dalam mengelola lingkungan sesuai prinsip sumber-sumber daya alam dan lingkungan (NHT Siahaan, 2009:143).

Menurut Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan Nasional yang berkelanjutan, sektor Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup perlu memperhatikan penjabaran lebih lanjut, mandat yang terkandung dari Program Pembangunan Nasional, yaitu pada dasarnya merupakan upaya untuk mendayagunakan sumberdaya alam yang dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan

(24)

memperhatikan kelestarian, fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang.Dalam hal ini konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Suryawan, 2012).

Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada menyatakan bahwa program itu mencakup (Suryawan, 2012) :

1. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah.

2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya Alam.Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral.

(25)

Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif.

3. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya Alam Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya Alam Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakanatau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup

(26)

yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta terlaksananya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.

5. Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersedianya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.

C. Prinsip Good Environmental Governance

Dasar pelaksanaan prinsip-prinsip Good Environmental Governance ini adalah Pasal63 UU PPLH yang mana pasal tersebut diatur mengenai kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengelola lingkungan hidup. hubungan erat antara penyelengara Pemerintah yang baik dengan pengelola lingkungan hidup yang baik, dan pengelola lingkungan hidup yang baik mencerminkan tingkat penyelenggaraan Pemerintah yang baik, tanpa penyelenggaraan Pemerintah yang baik sulit mengharapkan akan adanya

(27)

pengelolaan lingkungan hidup yang baik (Nopyandri, dalam Candrakirana, 2015).

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Good Environmental Governance dimaknai sebagai pengelolaan Pemerintah yang baik (Good Governance) yang memperdulikan terhadap kelangsungan dan kelestarian lingkungan hidup. Pentingnya Pemerintahan yang baik, oleh karena penyelenggaran Pemerintahan yang baik akan menentukan sejauh mana tujuan penyelenggara Pemerintah itu tercapai (Keraf, dalam Nopyandri, 2014).

Beberapa hal dari buruknya tata kelola pemerintahan bagi tata kelola lingkungan hidup sebagai berikut (Keraf, 2010) :

1. Adanya pelanggaran hukum yang dilakukan Pemerintah, bahkan aturan yang telah dibuat dan akhirnya dilanggar sendiri. Salah satu contoh yang kerap terjadi adalah pelanggaran terhadap peraturan daerah (Perda) tentang tata ruang. Pelanggaran tersebut banyak dilakukan dengan dalih dilakukan guna mensejahterakan ekonomi masyarakat ataupun keuntungan pribadi dari pejabat terkait.

2. Rusaknya lingkungan hidup juga terkait dengan berbagai pelanggaran berbagai peraturan perundang-undangan serta praktek Kolusi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sehingga hal tersebut menjadi salah satu contoh buruknya Tata Kelola Pemerintahan. 3. Lambannya pelayanan publik dan besarnya biaya yang ditujukan

untuk pengurusan izin dan urusan prosedural formal lainnya membuat banyak pengusaha cenderung mengabaikan prosedur

(28)

pengelolaan lingkungan. salah satu hal yang menjadi cermin buruknya Tata Kelola Pemerintahan yang ada.

4. Lemahnya kontrol lingkungan secara formal pada ranah pemegang kekuasaan maupun secara non formal melalui masyarakat sipil. Adanya lembaga Masyarakat yang gigih dalam mengontrol Pemerintahan serta kurangnya koordinasi dengan Pemerintah sehingga kontrol yang efektif kurang berjalan baik. Harus diakui bahwa tentunya Masyarakat sipil mempunyai peran positif yang dominan untuk mengontrol berbagai kebijakan dan langkah Pemerintah yang merugikan lingkungan.

5. Kurangnya keterbukaan dan pasrtipasi publik dalam hal ini peran serta masyarakat dalam menentukan kebijakan publik, termasuk dalam kegiatan perumusan peratutan perundang-undangan yang masih berlangsung pada tataran formal sehingga belum banyak hasil positif yang di dapatkan untuk kepentingan lingkungan. 6. Tumpang tindih dalam berbagai sektor pengelolaan lingkungan

(egosentral) dimana kurangnya koordinasi berbagai pihak, serta agenda yang berjalan sendiri-sendiri berdampak negatif pada lingkungan. hal tersebut banyak dijumpai pada penyusunan tata ruang.

7. Lemahnya komitmen pemimpin Nasional maupun Daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dalam berbagi kasus terdapat

(29)

adanya kontradiksi antara apa yang disanggupi oleh Pemerintah serta apa yang nyata dilakukan oleh Pemerintah.

Prinsip pengelolaan lingkungan suatu wilayah dapat dilakukan dengan menggunakan empat indikator yang disebut POAC terdiri dari Planning,Organizing, Actuating dan Controlling.Pengertian POAC menurut Asdak dalam Purnaweni(2014) adalah:

1. Planning (Perencanaan) adalah kegiatan perencanaan disusun dalam rangka pengelolaan lingkungan secara terpadu terhadap suatu wilayah.

2. Organizing (pengorganisasian) yaitu pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan suatu wilayah secara efektif dan efisien, dalam arti masing-masing pihak yang terlibat dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab.

3. Actuating (pelaksanaan) yaitu program-program yang di rancang harus menunjukkan adanya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, dorongan pelaksanaan konservasi sumberdaya alam dalam penambangan, meningkatkan peran stakeholder dan kelembagaan Masyarakat.

4. Controlling (pengawasan) yaitu proses pengawasan, penentuan standar yang akan diwujudkan, menilai kinerja pelaksanaan, dan jika diperlukan mengambil tindakan kolektif, sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan.

(30)

D. Kebijakan dan Pendekatan Pengelolaan Lingkungan 1. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan berprikemanusiaan. Dalam upayamengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat pembangunan maka, perlu dilakukan perencanaan pembangunan yang dilandasi prinsip pembangunan berkelanjutan.Prinsip pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memadukan kemampuan lingkungan, sumber daya alam dan teknologi ke dalam proses pembangunan untuk menjamin generasi masa ini dan generasi masa mendatang(Syahputra, 2005).

Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan meliputi :

1. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati.

3. Penjaminanterhadapstabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahanbekastambang,dan struktur buatan lainnya.

4. Pemanfaatan lahanbekas tambang sesuaidengan peruntukannya. 5. Memperhatikan nilai-nilai sosial danbudaya setempat.

(31)

6. Perlindunganterhadapkuantitas airtanah sesuaidengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

2. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Menurut Undang-Undang 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaranatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. pengelolaan lingkungan dalam kegiatan yang berdampak besar terhadap lingkungan seharusnya dilakukan dengan cara yang sesuai kaidah. Tujuan dari pengelolaan lingkungan sendiri yaitu dapat melakukan inventarisasi dampak negatif maupun positif agar adanya dampak negatif dapat ditekan seminimal mungkin.

Pendekatan pengelolaan lingkungandibagi menjadi 3 aspek yaitu(Manik, dalam Putra, 2018):

1. Pendekatan sosial guna menjelaskan aspek sosial dan ekonomi. Contohnya dalam kegiatan pra konstruksi. Kegiatan pembebasan tanah berpotensi menimbulkan dampak penting berupa keresahan masyarakat. dalam hal ini pendekatan yang bisa dilakukan oleh pemrakarsa yaitu melakukan musyawarah dengan menggandeng institusi terkait guna menjelaskanbesaran ganti untung tanah masyarakat serta

(32)

memprioritaskan masyarakat yang terkena dampak langsung untuk dijadikan tenaga kerja apa bila belum memiliki mata pencaharian. 2. Pendekatan Institusi atau dalam hal ini kerja sama dengan institusi yang

terkait. Tujuannya adalah untuk melakukan penyuluhan mengenai usaha yang akan dilakukan. demikian juga dalam pendataan lahan, tanaman tumbuhan dan bangunan yang akan dibebaskan melalui musyawarah agar mendapatkan mufakat sesuai dengan ketentuan yang ada tanpa adanya intimidasi.

3. Pendekatan Teknologi. Pendekatan teknologi dalam pengeolaan lingkungan dilakukan pada tahap konstruksi. pada intinya pendekatan teknologi adalah sautu cara yang dilakukan melalui teknologi yang ada untuk meminimalkan dampak negatif yang ada dalam kedua tahap tersebut.

E. Rehabilitasi Lahan

Reklamasi Lahan Pasca Penambangan adalah suatu upaya pemanfaatanlahanpasca penambangan melalui rona perbaikan lingkungan fisik terutama padabentang lahan yang telah dirusak. Upaya ini dilakukan untuk mengembalikansecara ekologis atau difungsikan menurut rencana peruntukannya dengan melihat konsep tata ruang dan kewilayahan secara ekologis. Kewajiban reklamasi lahanbisa dilakukan oleh pengusaha secara langsung mereklamasi lahan ataumemberikan sejumlah uang sebagai jaminan akan melakukan reklamasi (Yudhistira,2008).

(33)

Kewajiban pasca tambang yang bersifat fisik mempunyai dimensi ekonomi dan sosial yang sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan konflik pada masyarakat dengan pemerintah dan juga usaha pertambangan. Oleh karena itu pengelolaan pasca tambang bukan merupakan masalah fisik, tetapi merupakan political will pemerintah untuk meregulasi secara benar dengan memperhatikan kaidah lingkungan. Kemudian mengimplementasikannya dengan mengedepankan kepentingan masyarakat lokal dan mengacu kepada falfasah ekonomi dan sosial serta akuntabilitas yang dapat dipercaya(Almaida, 2008).

F. Skenario Perencanaan Penggunaan Lahan

Perencanaan penggunaan lahan pertambangan adalah sebuah konsep baru, yang diusulkan berdasarkan rencana pemanfaatan lahan.Skenario yang ditawarkan dari hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut. (Lizhong, dalam Iskandar2013)

1. Skenario Pertama : Memanfaatkan lahan pascatambang sebagai tanaman pangan.

2. Skenario Kedua : Menjadikan lahan pascatambang sebagai lahan perkebunan rakyat.

3. Skenario Ketiga : Memanfaatkan lahan pascatambang nikel sebagai hutan tanaman rakyat (HTR).

4. Skenario Keempat : Mengembalikan status lahan menjadi hutan, apabila lahan tersebut berada pada status hutan lindung.

(34)

G. Konsep dan Teori Tambang

Pengertian pertambangan menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara adalah sebagian atau suatu tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolan, dan pengusahaan mineral atau meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,studi kelayakan, kontruksi penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengankutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.Pertambangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengaggalian kedalam tanah (bumi) untuk untuk mendapatkan sesuatu yang berupa hasil tambang (mineral, minyak, gas bumi, dan batubara) (Suparmono, dalam Wisanti, 2018).

Usaha pertambangan pada dasarnya merupakan usaha yang memanfaatkan sumber daya alam yang didalamnya mencangkup upaya pencarian (eksplorasi), penggalian ( eksploitasi) dan pengolahan. Tambang hanya dapat dibuka ditempat yang terdapat cadangan bahan galian, umur, ukuran serta menambang harus disesuaikan dengan jumlah, letak, dan bentuk, begitu pula dengan cara pengolahannya juga tergantung pada sifat dan bahan galiannya. Oleh karena itu dalam mengusahakan usaha pertambangan selalu dihadapkan dengan sesuatu yang terbatas, baik lokasi, jenis bahan galian, kuantitas, dan kualiatas mineral.

(35)

H. Izin Usaha Pertambangan

1. Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Definisi IUP tersebut adalah izin untuk mengelola usaha pertambangan. Usaha tersebut tercantum dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 menjelaskan bahwa usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengakutan dan penjualan, serta pasca tambang. Dengan demikian, pemberian izin itu adalah kewenangan Pemerintah atau Penguasa dalam rangka melindungi kepentingan warga negara dalam rangka menuju tindakan konkrit walaupun menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang dilarang.

Izin Usaha Pertambangan wajib dimiliki oleh setiap pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan pertambangan Indonesia. Izin Usaha Pertambangan mencangkup:

a. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi, meliputi kegiatan penyelidikan umum, Eksplorasi, dan studi kelayakan.

b. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi, meliputi kegiatan kontruksi, penambangan, pengelolaan, dan permurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

2. Izin Usaha Pertambang Khusus (IUPK)

Wilayah izin usaha usaha pertambangan khusus adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK). Izin

(36)

usaha pertambangan khusus berdasarkan objeknya dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

a. IUPK mineral logam, merupakan izin yang diberikan kepada pemohon untuk melakukan kegiatan penambangan mineral logam di wilayah usaha pertambangan khusus (WIUPK).

b. IUPK batubara, merupakan izin yang diberikan kepada pemohon untuk melakukan usaha pertambangan yang berupa batubara atau endapan senyawa organik karonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.

Izin usaha pertambangan khusus (IUPK) terdiri dari dua tahap, yaitu sebagai berikut :

a. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Eksplorasi

IUPK tahap eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan kegiatan tahapan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

b. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi

Izin usaha pertambangan khusus (IUPK) Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan

Penghentian sementara kegiatan izin usaha pertambangan menuntut Pasal 113 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara ialah :

(37)

b. Keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau keseluruhan kegiatan usaha pertambangan.

c. Apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya Mineral atau Batubara yang dilakukan di wilayahnya.

Berakhirnya Izin Usaha Pertambangan diatur dalam Pasal 117 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara karena:

a. Dikembalikan. b. Dicabut

c. Habis masa berlakunya. 3. Izin Pertambangan Rakyat (IPR)

Izin yang diberikan dalam pertambangan rakyat menurut Undang-undang no 4 tahun 2009 sendiri meliputi pertambangan mineral logam, pertambangan mineral bukan logam. pertambangan batuan, dan pertambangan batubara, Berikut kriteria pertambangan rakyat dalam Dyahwati (2007) yaitu :

a. Usaha pertambangan

b. b. Bahan galian meliputi bahan galian strategis, vital dan galian c c. Dilakukan oleh rakyat.

d. Dimisili di area tambang rakyat. e. Untuk penghidupan sehari-hari. f. Diusahakan dengan cara sederhana.

(38)

I. Dampak Aktivitas Pertambangan

Dampak aktivitas tambang adalah dampakkegiatan pembangunan di bidang pertambangan yang menimbulkan dampak positif maupun negatif. Walaupun batubara mempunyai kegunaan yang sangat strategis, namunkeberadaan industri pertambangan Batubara menimbulkan dampak, baik positif dan negatif. Dampak positif merupakan pengaruh dari adanya pertambangan batu bara terhadap hal-hal yang bersifat praktis (nyata) dan konstruktif (membangun).

Dampak positif dari pertambangan batubara di Indonesia adalah:

a. Membuka Daerah terisolasi dengandibangunnyajalan pertambangandan pelabuhan.

b. Sumber devisa negara.

c. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

d. Sumber energi alternatif, untuk Masyarakat lokal. e. Menampung tenaga kerja.

Pertambangan Batubara juga memberikan dampak negatif, seperti :

a. Sebagian perusahaan pertambangan yang dituding tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

b. Penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan.

c. Limbah kegiatan pertambangan yang mencemari lingkungan. d. Areal bekas pertambangan yang dibiarkan menganga.

(39)

J. Pengelolaan Pertambangan

Cap atau kesan buruk bahwa pertambangan merupakan kegiatan usaha yang bersifat zero value sebagai akibat dari kenyataan berkembangnya kegiatan penambangan yang tidak memenuhi kriteria dan kaidah-kaidah teknis yang baik dan benar. Caranya adalah melakukan penataan konsep pengelolaan usaha pertambangan yang baik dan benar.Menyadari bahwa industri pertambangan adalah industri yang akan terus berlangsung sejalan dengan semakin meningkatnya peradaban manusia, maka yang harus menjadi perhatian semua pihak adalah bagaimana mendorong industri pertambangan sebagai industri yang dapat memaksimalkan dampak positif dan menekan dampak negatif seminimal mungkin melalui konsep pengelolaan usaha pertambangan berwawasan jangka panjang (Sudrajat 2010).

Munculnya sejumlah persoalan yang mengiringi kegiatan usahapertambangan di lapangan diantaranya :

1. Terkorbankannya pemilik lahan.

Kegiatan usaha pertambangan adalah kegiatan yang cenderung mengorbankan kepentingan pemegang hak atas lahan. Hal ini sering terjadi lantaran selain kurang bagusnya administrasi pertanahan di tingkat bawah, juga karena faktor budaya dan adat setempat. Kebiasaan Masyarakat adat di beberapa tempat dalam hal penguasaan hak atas tanah biasanya cukup dengan adanya pengaturan internal mereka, yaitu saling mengetahui dan menghormati antara batas-batas tanah. Keadaan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok orang dengan cara membuat surat tanah dari desa setempat.

(40)

2. Kerusakan lingkungan.

Kegiatan usaha pertambangan merupakan kegiatan yang sudah pasti akan menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah fakta yang tidak dapat dibantah. Untuk mengambil bahan galian tertentu, dilakukan dengan melaksanakan penggalian. Artinya akan terjadi perombakan atau perubahan permukaan bumi.

3. Ketimpangan sosial.

Kebanyakan kegiatan usaha pertambangan di daerah terpencil dimana keberadaan masyarakatnya masih hidup dengan sangat sederhana, tingkat pendidikan umumnya hanya tamatan SD, dan kondisi sosial ekonomi umumnya masih berada di bawah garis kemiskinan. Di lain pihak, kegiatan usaha pertambangan membawa pendatang dengan tingkat pendidikan cukup, menerapkan teknologi menengah sampai tinggi, dengan budaya dan kebiasaan yang terkadang bertolak belakang dengan Masyarakat setempat.

K. Kerangka Pikir

Berdasarkan urian diatas, peneliti akan melihat gambaran mengenai Tata Kelola Lingkungan dalam hal mengatasi kerusakan lingkungan. Tata Kelola Lingkunganyang digunakan menurut Ngindana, dkk, (2017)Environmental Governance atau dapat juga disebut sebagai tata kelola lingkungan merupakan suatu intraksi multilevel antara lokal, Nasional, internasional/global, namun terbatas pada intraksi antara tiga Aktor utama yaitu State,Private, dan Civil Society.Prinsip pengelolaan lingkungan suatu wilayah dapat dilakukan dengan menggunakan empat indikator yang disebut

(41)

POAC terdiri dari Planning,Organizing, Actuating dan Controlling(Purnaweni, 2014). Serta menggunakan beberapa pendekatan dan skanario perencanaan penggunaan lahan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan pasca tambang.

Bagan Kerangka Pikir

Tata Kelola Lingkungan Pasca Tambang Kabaena Utara Kabupaten Bombana

 Program Pengembangan dan

Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

 Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya Alam.

 Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup.

 Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

 Program Peningkatan Peranan

Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.

Wujud Perbaikan Lingkungan

 Program Reklamasi

 Penanaman (Revegetasi)

 Pemeliharaan

Efektivitas Tata Kelola Lingkungan Di Kabupaten Bombana

(42)

L. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini menjadi fokus penelitian adalah wujud Pemerintah Bombana dalam Tata kelola Linkungan (Environmental Governance) Pasca Tambang di Kabaena Utara Desa Mapila.

Fokus ini meliputi :

1. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya Alam.

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

5. Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.

6. Program Reklamasi 7. Penanaman (Revegetasi) 8. Pemeliharaan

9. Efektivitas Tata Kelola Lingkungan Di Kabupaten Bombana M. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian ini yaitu Prinsip-prinsip Tata Kelola Lingkungan (Environmental Governance)dengan menggunakan empat indikator sebagai berikut :

(43)

1. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup adalah Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi mengenai sumber daya alam.

2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi serta Rehabilitasi Sumber Daya Alam adalah Tujuan dari program ini menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral serta termanfaatkannya, sumber daya alam serta terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif.

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakanatau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup adalah untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum

(44)

untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan.

5. Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

6. Program Reklamsi

Yaitu rencana mengembalikan daya guna lahan yang telah hilang, atau membuat lahan yang tidakk berguna menjadi berdaya guna.Reklamasi lahan pasca tambang perlu dirancang sebagai bagian yang tidak terpisakan dengan aktivitas pertambangan. Reklamasi diharapkan akan dapat menghasilkan tata kelola lingkungan yang baik dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan lingkungan sebelumnya. 7. Penanaman (Revegetasi)

Kegiatan penanaman (Revegetasi) sangat penting peranannya di dalam kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca aktivitas tambang, dikarena pada tahapan ini diharapkan terciptanya keseimbangan antara kehidupan manusia dengan ekosistem lingkungan yang merancang. Jika keseluruhan proses penanaman (Revegetasi) dilakukan dengan tepat, maka tahapan-tahapan

(45)

kegiatan ini akan memulihkan kembali kondisi lingkungan akibat aktivitas pertambangan.

8. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pemupukan, penyulaman, pengendalian gulma, penyiangan, serta pemberantasan hama. Dalam proses ini melibatkan pihak perusahan tambang dan peran serta partisipasiMasyarakat dalam melaksanakan kegiatan bagian dari proses reklamasi dan tata kelola lingkungan yang baik.

9. Efektivitas Tata Kelola Lingkungan Di Kabupaten Bombana adalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Upaya pengelolaan lingkungan adalah mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup akibat kegiatan pertambangan yang melibatkan tiga pihak, yaitu: pemerintah, Swasta, dan Masyarakat.

(46)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah seminar proposal, dan selama 2 bulan. Penelitian ini di laksanakan pada bulan 12 Juni sampai 15 Juli 2019 berlokasi di Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Pemilihan lokasi ini dikarenakan Desa Mapila merupakan salah satu wilayah yang mengalami dampak kerusakan lingkungan paling besar diwilayah Kepulauan Kabaena di Kabupaten Bombana. Adapun penelitian ini melihat dan mengetahui bagaimana Tata Kelola LingkunganPasca Tambang

B. Tipe dan Jenis Penelitian 1. Tipe Penelitian

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk menggambarkan subjek penelitian dengan cara yang akurat. Lebih sederhananya, penelitian deskriptif adalah semua tentang deskripsi subjek yangditeliti dalam studi tersebut.penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial atau alam secara sistemalis, factual, dan akurat.

Ada tiga cara yang umum dilakukan peneliti dalam melakukan sebuah proyek penelitian deskriptif, yaitu:

a. Observasi, penelitian dilakukan dengan metode pengamatan dan membuat rekaman subjek yang diteliti.

(47)

b. Studi kasus, penelitian dilakukan dengan studi mendalam tentang individu atau sekelompok individu yang diteliti.

c. Survei, penelitian dilakukan dengan wawancara singkat atau diskusi dengan individu yang diteliti tentang topik tertentu.

2. JenisPenelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data.

(48)

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang. Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti.Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian ini menguggunakan teknik purPosive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel).

Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan Purposive sampling, artinya penentuan sumber data mempertinmbangankan terlebih dahulu, bukan diacak. Artinya menentukan informan sesuai denga kriteria terpilih secara relavan dengan masalah penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian tersebut adalah

(49)

Tabel 3. 1

No Nama Inisial Jabatan Keterangan

1 Muh.

RomanPratama, S.T

(MRP) Staf Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Mineral DINAS ESDM 2 Makmur S.Pi. MH M Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DINAS LINGKUNGAN HIDUP

3 Sudirman S. Kep SM Kepala Desa PEMERINTAH DESA

4 Simon Batenam SB Divisi Humas (Mantan Karyawan PT. Surya Saga Utama (SSU)

KORPORASI

5 Mirdawati MW Ibu Kepala Dusun Malandai

TOKOH

MASYARAKAT E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang memungkinkan diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama.Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Teknik Wawancaramerupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam hal ini mengenai dampak dari aktifitas pertambanganterhadap kehidupan Masyarakat di Desa Malandai Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana. Pertemuan dua orang untuk bertukar

(50)

informasi dan ide dilakukan dengan bertatap muka (face toface) antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, denganmenggunakan pedoman(guide) wawancara dan dalam wawancara penulismenggunakan alat perekam.

2. Teknik Pengamatan/Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

3. Teknik Dokumentasimerupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa masa lampau dan hasil penelitian observasi dan wawancara akan lebih kridibel (dapat dipercaya) jika didukung oleh dokumentasi.

4. Triangulasi, dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

F. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data dilakukan dengan menggunakan tekhnik analisis data kualitatif, dengan melakukan analisis secara intensif terhadap data yang telah diperoleh dilapangan berupa kata-kata. Adapun langkah yang peneliti gunakan dalam menganalisis data sesuai dengan pendapat yang dikembangkan oleh.

(51)

1. Pengumpulan data.

Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak dari lapangan/ranah empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses pengumpulan data ini diawali dengan memasuki lokasi penelitian. Dalam hal ini peneliti mendatangi tempat penelitian, yaitu Kantor Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM)(PEMPROV), KantorDinas Lingkungan HidupPemerintah Kabupaten (PEMKAB) Kantor Pemerintah Desa Mapila (PEMDES), Perusahan Tambang (Korporasi), dan Masyarakat yang berada dilokasi kerusakan lingkungan dengan membawa izin formal penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan menemui Orang-orang yang ditarget sebagai informan penelitian. Pada proses selanjutnya baru dilakukan pengumpulan data dengan tekhnik wawancara dan studi dokumentasi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan lengkap diperoleh dilapangan.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian kepada data-data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama dan juga data yang sifatnya hanya pelengkap saja. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.

(52)

3. Klasifikasi data

Data yang telah terkumpul selama penelitian kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian, mana yang masuk Tata Kelola Lingkungan di Desa Mapila Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana

4. Penyajian data

Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh permasalahan penelitian dipilah anatara mana yang dibutuhkan dengan yang tidak, lalu dikelompokkan, kemudian diberikan batasan masalah.

5. Penarikan kesimpulan

Setelah melakukan penyajian data maka kesimpulan awal dapat dilakukan. Penarikan kesimpulan ini juga dilakukan selama penelitian berlangsung. Sejak awal kelapangan serta dalam proses pengumpulan data peneliti berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang telah terkumpulkan.

G. Pengabsahan Data

peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Pengumpulan data triangulasi (triangulation) melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi.

(53)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi penelitian

Faktor geografi merupakan faktor yang sangat penting dan mempengaruhi keadaan kehidupan mahluk hidup, khususnya manusia, termasuk masyarakat yang ada di Kabaena Utara Kabupaten Bombana.Secara astronomis, Kecamatan Kabaena Utara terletak antara 5˚03’ 21,4” - 5˚14’ 34,3”Lintang Selatan, serta antara 121˚49’27,1”– 121˚56’’Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Kabaena Utara memiliki batas-batas yaitu: di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Kabaena, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabaena, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabaena Tengah, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kabaena Barat.

B. Profil Perusahan Tambang

Perusahan tambang ini bernama PT. Surya Saga Utama (SSU) yang beralamat di Jl. Balang Baru No. 8 RT. 003 RW. 002 Kel. Balang Baru, Kec. Tamalate, Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Direksi utama atas nama Ir. Suryati Makbul dan Komisari utama atas nama Makbul As’ad. Pada tahun 2015 , awal perintisan pabrik smelter yang bergerak pada sector produksi feronikel yang dipimpin oleh Alex yang berwarga Rusia. Kemudian, ditahun 2016 menjelang tahun 2017 Alex diganti oleh Andre, hanya durasi beberapa bulan Andre digantikan oleh Hari Sutarta. Hari Sutarta lalu digantikan oleh pimpinan baru PT. Surya Saga Utama (SSU) oleh Kasra Jaru Munara hingga

(54)

saat ini. Status perizinan kegiatan pertambangan PT. Surya Saga Utama (SSU) dilaksanakan setelah mendapatkan izin pertambangan berupa Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Berdasarkan Keputusan Bupati Bombana No. 291 Tahun 2011 dengan luas lahan 1.299 Ha. Hingga sampai saat ini lokasi pertambangan dari tahun 2016 sampai saat ini wilayah Produktif 500 Ha dari 1.563 Ha jumlah Izin Usaha Pertambangan (IUP). Mitra dari perusahaan PT. Surya Saga Utama (SSU) adalah Blackspace Group yang berasal dari Negara Rusia yang membantu dalam pemasaran keluar negeri. Lokasi kegiatan pertambangan nikel PT. Surya Saga Utama berserta infrastruktur terletak dalam bats koordinat Astronomi 121 53’ 19.1 - 121 56’ 7,5” Bujur Timur dan 5 6’ 8.8” – 5 8’ 41.3” Lintang Selatan. Dan Wilayah izin usaha pengolahan dan pemurnian bijih nikel ini berlokasi di Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana, seluas 218,2 Ha.

1. Iklim

Keadaan iklim di kecamatan Kabaena Utara yaitu musim hujan, musim kemarau. Dimana musim hujan biasanya terjadi pada bulan November hingga sampai bulan April tahun berikutnya, sedangkan musim kemarau dimulai dari bulan Mei hingga sampai bulan Oktober. Iklim tersebut secara langsung memengaruhi pola tanam serta mata pencaharian masyarakat.

2. Tingkat Pendidikan

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang cukup dan

(55)

berkualitas, ketersediaan fasilitas pendidikan yang sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kecamatan kabaena utara dari segi fasilitas pendidikan memiliki 6 gedung sekolah Taman Kanak-kanak (TK), 8 gedung Sekolah Sekolah Dasar (SD), 2 tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan 1 sekolah Madrasah Tsanawiah Swasta (MTS).

3. Mata Pencaharian

Kecamatan kabaena utara merupakan Kecamatan yang terletak di wilayah perkebunan, pertanian dan perikanan maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian nelayan, petani, peternak, pedagang, pertukangan. Berkebun, bertani dan nelayan merupakan mata pencaharian pokok Masyarakat pada umumnya.

4. Pola Penggunaan Tanah

Penggunaan lahan diklasifikasikan kedalam 12 kategori yaitu; sawah, tanah pekarangan, tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tanah kebun, tanah ladang, tanah padang rumput, tanah rawa yang tidak dapat ditanami, tanah tambak, kolam dan empang, tanah lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan tanaman kayu-kayuan, tanah hutan negara, tanah perkebunan dan tanah lain -lain. Konversi lahan menunjukkan adanya dinamika pemanfaatan tanah, dimana telah terjadi peningkatan pemanfaatan lahan ladang tambak, kolam, dan empang.

(56)

5. Sarana Dan Prasarana

Kemajuan suatu daerah dilihat dari infrastruktur bangunan dan adapun sarana dan prasarana Kabaena Utara yaitu, Kantor Kecamatan 1 unit Kantor desa 6 unit, Puskesmas 1 unit, posyandu 10 unit, puskesdes 3 unit, perusahaan air bersih 2 unit dari gotong royong masyarakat dan 4 unit bantuan dari pemerintah, masjid 7 unit, Musholah 4 unit, Pura 2 unit, Jembatan tani 1 unit, Pasar 1 unit, Lapangan Futsal 1 unit.

6. Agama

Penduduk Kecamata Kabaena Utara Kabupaten Bombana adalah pemeluk Agama Islam berjumlah 4.375 dan pemeluk agama hindu berjumlah 102penduduk sehingga jumlah sarana peribadatan yang ada sebanyak 11 unit yaitu 11 unit masjid atau musholah dan 2 unit pura.

7. Pembagian Wilayah

Kecamatan ini merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Kabaena yang telah mekar menjadi enam kecamatan pemekaran, diantaranya adalah Kecamatan Kabaena, Kecamatan Kabaena Barat, Kecamatan Kabaena Tengah, Kabaena Timur, Kabaena Selatan, dan Kecamatan Kabaena Utara itu sendiri.Kecamatan Kabaena Utara terdiri dari 6 desa. Sebelumnya, ada 1 UPT yang sekarang telah bergabung dengan Desa Tedubara. Dapat dilihat bahwa, Desa Tedubara memiliki wilayah terluas yakni 61,13 km²,

(57)

sedangkan Desa Sangia Makmur memiliki wilayah terkecil yang hanya seluas 3,83 km². Secara administratif, Ibukota Kecamatan Kabaena Utara adalah Desa Tedubara. Desa Larolanu merupakan desa yang paling jauh dari ibukota kecamatan yaitu mencapai 22 kilometer, sedang yang paling dekat adalah Desa Sangia Makmur yang berjarak 1.5 kilometer ke ibukota kecamatan.

8. Masalah Yang Dihadapi Kecamatan

Adapun masalah atau permasalahan yang dihadapi Kecamatan Kabaena Utara saat ini masih banyak, diantaranya adalah belum optimalnya pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Kecamatan Kabaena Utara , baik potensi sumber daya alam yang ada di darat, maupun sumber daya alam yang ada di laut. Disisi lain kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat mengelolah Sumber Daya Alam (SDA) yang ada juga merupakan masalah tersendiri.

Secara administratif Blok IUP Operasi Produksi PT. Surya Saga Utama (SSU) terletak pada Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan luas Blok IUP Operasi produksi 1.299 Ha. Untuk saat ini kelokasi dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat dari Makassar ke KotaKendari ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan jalur darat menuju ke pelabuhan rakyat menggunakan kapal laut menuju Pulau Kabaena tepatnya pada Kelurahan Sikeli yang merupakan pelabuhan rakyat Pulau Kabaena, dari Desa tersebut akan

(58)

dilanjutkan menggunakan jalur darat menuju ke wilayah IUP Operasi Produksi PT. Surya Saga Utama (SSU) di Kecamatan Kabaena Utara. PT. Surya Saga Utama (SSU) adalah salah satu perusahan tambang di Pulau kabaena yang telah membangun smelter, smelter adalah sebuah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, emas dan perak hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir.

(59)

C. Tata Kelola Lingkungan PascaTambanng Di Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana

1. Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi mengenai potensi sumber daya alam di Kabaena Utara Kabupaten Bombana . Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup di area aktivitas pertambangan, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh Masyarakat luas di setiap daerah Kabupaten Bombana.Tugas Pemerintah memberikan data transpransi dan akutabiltas menuju good environmental governance dalam pengelolaan lingkungan dibidang tambang sangatlah penting agar kiranya bagaimana Pemerintah mewujudkan Pemerintah yang memberikan informasi dan bertanggung jawab dalam tata kelola lingkungan yang baik kepada publik dan Masyarakat.

Hasil wawancara dengan Staf Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Mineral (MRP) diDinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pengembangan dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup di Kecamatan Kabaena Utara Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1.  Lokasi  aktivitas  pertambangan  nikel  PT.  Surya
Gambar 4.1. Lokasi aktivitas pertambangan nikel PT.  Surya Saga Utama.
Gambar  4.2  lokasi  perusahan  serta  pencemaaran  dan  kerusakan  lingkungan di area pertambangan
Tabel 4.2 Rencana Reklamsi danProgram RencanaReklamasi PT. Surya Saga  Utama (SSU)Tahun 2011-2015
+4

Referensi

Dokumen terkait