• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Inovasi dan Pola Kolaborasi THM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi Inovasi dan Pola Kolaborasi THM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Ekonomi Inovasi dan Pola Kolaborasi THM :Strategi Menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015

Isnu Rahadi Wiratama, Hendro Dwiyatno, Chabibah Nur Afida, Dian Bastiyan K, Imam

Garaudy, Andre Wijaya MP, Muhammad Arifin

Kelas 7A Program DIV Akuntansi Reguler, STAN, Tangerang Selatan Kelas7areguler@gmail.com

Abstrak –

Akhir 2015 Indonesia akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community. Dimana keberhasilan Indonesia memanfaatkan pembukaan pasar yang luas dalam masyarakat ASEAN akan banyak tergantung kepada kualitas pembangunan ekonomi kita dan peningkatan daya saing. Kualitas pembangunan ekonomi

yang tinggi yang didukung oleh daya sainginternasional yang tinggi, kualitas manusia yang unggul,logistik yang efisien, serta kelembagaan yang baik akan membuat Indonesia siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Untuk

itu kita berharap agar pemerintah baru serta otoritas ekonomi lainnya mengubah pengelolaan ekonominya, peningkatan daya saing negara melalui THM, perbaikan nerca perdagangan intra-extra ASEAN. Sehingga kita siap

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Kata Kunci: innovation driven economic, neraca perdagangan, neraca pembayaran.

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepuluh negara-negara anggota ASEAN (Assosiation of South East Asian Nation) akan segera memasuki tahapan baru dalam perekonomian kawasan yang dikenal sebagai ASEAN Economic Community 2015 (AEC 2015), dimanapada tahapan perekonomian ini menjadi tonggak resmi terjadinya pembebasan arus faktor produksi tenaga kerja terampil dan investasi padaruang lingkup kawasan Asia Tenggara. Namun dalam menyongsong situasi perekonomian tersebut, masih terdapat banyak indikator perekonomian yang masih belum menunjukkan tanda-tanda positif yang menjanjikan bagi perekonomian kawasan dalam memasuki era awal implementasi AEC 2015. Belum disepakatinya harmonisasi tarif eksternal untuk perdangan non-anggota, sementara akan terjadi aliran bebas faktor produksi tenaga kerja terampil dan modal, akan menyisakan pertanyaan besar terkait masalah-masalah yang mungkin muncul.

Laporan terakhir Sekretariat ASEAN pada “ASEAN Economic Community Scorecard” pada tahun 2012 serta studi Pillai (2013) dinyatakan bahwa implementasi AEC 2015 pada Tahapan 1 (2008-2009), Tahapan 2(2010-2011) dan Tahapan 3 (2012-2013) telah mencapai total pemenuhan terhadap 73,0% dari total target. Hal ini menunjukkan bahwa hingga batas akhir 31 Desember 2015 para pemimpin negara ASEAN harus bekerja keras dalam memastikan bahwa 27,0% target tersisa mampu dicapai di tengah berbagai tantangan yang ada.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menambah pemahaman penulis terkait topik Sektor Internasional khususnya tentang Asean Economic Community.

2. Untuk menganalisis secara empiris kesiapan Indonesia menghadapi Asean Economic Community melalui indikator neraca perdagangan ekstra-ASEAN, neraca perdagangan intra-ASEAN dan Global Competitiveness Index. 3. Untuk menganalisis pendekatan ekonomi inovasi

dan Triple Helix Model sebagai Strategi Menghadapai Asean Economic Community. 1.3 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam paper ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi Asean Economic Community melalui indikator neraca perdagangan ekstra-ASEAN?

2. Bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi Asean Economic Community melalui indikator neraca perdagangan intra-ASEAN?

3. Bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi Asean Economic Community melalui indikator Global Competitiveness Index?

4. Bagaimana ekonomi inovasi dan Triple Helix Model digunakan sebagai sebagai Strategi Menghadapai Asean Economic Community?

2 LANDASAN TEORI

2.1 Neraca Pembayaran (Balance of Payment)

(2)

disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang/jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun.Neraca pembayaran adalah suatu catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan oleh penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lainnya (non residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono, 2002). Dengan kata lain neraca pembayaran mencatat nilai barang dan jasa serta volume modal netto yang masuk dan keluar dari suatu negara untuk suatu periode tertentu, biasanya dua belas bulan (Jackson, 2009).Secara garis besar neraca pembayaran meliputi:

1. Current Account

Meliputi transaksi yang berkaitan dengan ekspor dan impor terhadap barang dan jasa. Melalui pos transaksi ini akan terlihat jelas apakah neraca perdagangan suatu negara surplus atau bahkan defisit.

2. Capital Account

Mencakup arus modal masuk sebagai inflow dan arus modal keluar (outflow). Adapun inflow dapat meliputi modal resmi maupun bentuk modal lainnya.

3. Errors and Omissions

Errors and Ommissions sebagai kesalahan yang belum diperhitungkan atau kesalahan yang diabaikan. Pada model perhitungan IMF (International Monetary Fund) merupakan neraca penyeimbang yang memberi makna defisit atau surplus neraca pembayaran pada tahunpencatatan.

4. Reserve

Bahwa pada cara yang disajikan oleh IMF merupakan perkembangan cadangan devisa dari tahun sebelum pencatatan sampai pada saat pencatatan atau yang lazim dinyatakan sebagai monetary movement.

2.2 Asean Economic Community (AEC)

MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).

Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision

2020).

Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020.

Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.

Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.

2.2.1 Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.

(3)

kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN,

Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos,

8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat

ke depan,

karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):

1. Pasar dan basis produksi tunggal, 2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,

3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata 4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.

Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.

2.3 Innovation-Driven Economic (Ekonomi inovasi) Ekonomi Inovasi oleh Dan Robles didefinisikan sebagai Innovation economics is an economic doctrine that reformulates the traditional model of economic growth so that knowledge, technology, entrepreneurship, and innovation are positioned at the center of the model rather than seen as independent forces that are largely unaffected by policy.

Teori ini diperkenalkan oleh Schumpeter pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa Jerman pada tahun 1911, lalu pada tahun 1934 diterbitkan dengan berbahasa Inggris yang berjudul The Theory of Economic Defelopment. Kemudian Joseph Alois Schumpeter menggambarkan teorinya yang lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam

bukunya yang berjudul Business Cycles pada tahun 1939.

Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalah landasan teori pembangunannya yaitu keyakinannya bahwa system kapitalisme merupakan system yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun demikian, Schumpeter meramalkan secara pesimis bahwa dalam jangka panjang system kapitalisme akan mengalami kemandegan (stagnasi). Pendapat ini sama dengan kaum klasik.

Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat.

Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun keduanya merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan out put yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi yang lama.

(4)

terdorong oleh adanya harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut.

Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu : 1. Diperkenalkannya teknologi baru

2. Menimbulkan keuntungan yang lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal

3. Inovasi akan di ikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut

Proses peniruan (imitasi) pada akhirnya akan di ikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator) tersebut. Proses peniruan ini mempunyai pengaruh berupa : 1. Menurunnya keuntungan monopolistis yang

dinikmati oleh para innovator

2. Penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, berarti teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli pencetusnya.

Kesemua proses yang dijelaskan di atas meningkatkan out put masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Dan menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah pembangunan ekonomi tersebut.

Faktor-faktor Penunjang Inovasi :

Menurut Schumpeter ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi yaitu : 1. Di perkenalkannya produk baru yang sebelumnya

tidak ada

2. Di perkenalkannya cara berproduksi baru 3. Pembukaan daerah-daerah pasar baru

4. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru 5. Perubahan organisasi industry sehingga efisiensi

industry

Menurut Schumpeter hanya mereka yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang bisa disebut entrepreneur sedangakan pengusaha yang secara hanya mengelola secara rutin perusahaannya bukan entrepreneur melainkan hanyalah seorang manajer. Kunci dalam proses inovasi adalah terdapatnya lingkungan yang menunjang inovasi tersebut. Menurut Schumpeter, system kapitalis dan bebas berusaha yang didukung oleh lembaga-lembaga social politik yang sesuai merupakan lingkungan yang paling subur bagi timbulnya innovator dan inovasi. Hanya dalam system inilah menurutnya semangat berinovasi paling tinggi.

Selain itu ada 2 faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi yaitu :

1. Tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai. 2. Adanya system perkreditan yang bisa menyediakan

dana bagi para entrepreneur merealisir ide-ide tersebut jadi kenyataan.

3 PEMBAHASAN

3.1 Kesiapan Menghadapi MEA : Analisis Neraca Perdagangan Indonesia vs negara-negara ASEAN

Isu daya saing produk Indonesia di tataran ASEAN masihperlu menjadi perhatian serius dimana nerara perdagangan Indonesia masih mencatatkan nilai negatif terhadap negara-negara utama di kawasan seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Bahkan apabila dicermati secara lebih lanjut maka sesungguhnya neraca perdagangan Indonesia terhadap negara ASEAN secara umum hingga kondisi per-Oktober 2014 mencatatkan nilai yang negatif sebesar -8164,71 Juta USD.

Hal ini menunjukkan bahwaIndonesia walaupun secara kumulatif sudah mulai mencatatkan nilai neraca perdagangan yang positif, namun pada tataran ASEAN, Indonesia masih mengalami masalah serius dalam kinerja perdagangan dan daya saing produk. Hal ini harus menjadi perhatian serius sehingga AEC 2015 tidak menjadikan Indonesia hanya menjadi “penonton pinggir” dari aktivitas perekonomian yang semakin terbuka dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan secara optimal dari keleluasaan arus perdagangan barang, jasa dan investasi.

Tabel 1. Neraca Perdagangan Indonesia dengan ASEAN 2009-2014 (Juta USD)

3.2 Kesiapan Menghadapi MEA : Analisis Neraca Perdagangan Negara-Negara ASEAN

(5)

dibandingkan dengan perdagangan intra kerjasama kawasan ekonomi yang ada lainnya di internasional, ternyata secara nilai tambah dan keseimbangan perdagangan intra-ASEAN belum cukup menjanjikan sebagai arus perdagangan yangmenguntungkan bagi negara-negara ASEAN. Negara-negara ASEAN lebih berpotensi mencatatkan neraca perdagangan yang positif pada perdagangan ekstra-ASEAN dibandingkan perdagangan intra-ASEAN, kecuali Malaysia sebagai satu-satunya negara yang konsisten pada periode 2009 hingga 2013.

Walaupun secara kumulatif, terutama pada rentang waktu 2012 dan 2013 ekspor netto ekstra-ASEAN justru mencatatkan nilai rekapitulasi yang negatif namun sesungguhnya nilai ekspor netto yang positif dalam intra-ASEAN didominasi oleh segelintir perekonomian saja yaitu Singapura dan Thailand. Untuk itu, para pengambil kebijakan di ASEAN perlu kembali merumuskan kebijakan agar ASEAN tetap mampu menjadi sumber pendorong kesejahteraan bagi negara anggota dan kawasannya terutamadalam aspek perdagangan internasional karena sesungguhnya itulah yang menjadi esensi awal semangat yang mendorong negara-negara ASEAN sepakat untuk membangun kerjasama perekonomian di kawasan.

Tabel 2. Neraca Perdagangan Negara-Negara ASEAN; 2009-2013 (Miliar USD)

3.3 Kesiapan Menghadapi MEA : Analisis Daya Saing Indonesia versi World Economy Forum

Daya saing (competitiveness) menjadi elemen yang penting dalam dinamika persaingan terutama di era globalisasi atau maupun sekedar di tahapan regionalisasi sebagaimana yang dituju oleh AEC 2015 saat ini. Menurut World Bank (2014), negara-negara di kawasan ASEAN perlu memberikan perhatian yang lebih pada upaya pembangunan daya saing melalui upaya-upaya untuk membangun tingkat produktifitas yang lebih tinggi disertai dengan investasi yang cukup pada pendidikan dan pelatihan generasi muda. Namun ternyata arah pembangunan daya saing berbagai negara di kawasan ini ternyata masih hanya berfokus pada pembangunan yang

bersifat operasional dan belum menyentuh pembangunan yang lebihbersifat fundamental, misalkan pembangunan sumber daya manusia.

Data Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa 50% negara anggota ASEAN masih berada pada tahapan pembangunan sumber daya manusia berkualitas sedang bahkan khusus untuk Myanmar masih dikategorikan sebagai negara dengan pembangunan sumber daya manusia berkualitas rendah. Namun pada dasarnya terdapat berbagai perubahan-perubahan teknis yang dilakukan oleh negara-negara di kawasan dalam meningkatkan daya saingnya, seperti yang dialami oleh Brunei Darussalam, Indonesia, Singapura, Thailand dan Vietnam yang mulai menerapkan penggunaan teknolog informasi dalam berbagai aktivitas perizinan bisnis dan perpajakan. Bahkan Laos dan Myanmar juga melakukan perbaikan sistem dengan membenahi sistem perpajakan nasional agar menjadi lebih mudah dan efisien. Namun ternyata segala perbaikan yang dilakukan ini belum mampu mendongkrak peringkat dari negara-negara kawasan ASEAN padaberbagai indikator global, dikarenakan perubahan sistematis yang dilakukan masih terbatas pada

aspek-aspek operasional dan

mengenyampingkan halhal yang lebih bersifat fundamental seperti pembangunan sumber daya manusia sehingga perubahan tersebut belum dapat dikatakan sebagai perbaikan daya saing yang optimal.

Tabel.3. Perbandingan Indikator Daya Saing Negara Anggota ASEAN:

GCI, EDB dan HDI

3.4 Triple Helix Model (THM) Bertema Knowledge-Based Innovation (KBI) di China

(6)

Pengembangan ilmu pengetahun dan teknologi yang berorientasi pembangunan sistem inovasi nasional untuk pembangunan ekonomi sudah ditekankan dalam National Technology and Innovation Conference sejak 1999. Pemerintah China berkomitmen memperkuat gagasan abru tentang memberdayakan potensi bangsa. Pemerintah China menyerukan rakyatknya untuk menjadi innovation-oriented society pada 2020, dan menjadi pemimpin global di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rencana tersebut berdampak meningkatkanya secara tajam total biaya untuk kegiatan penelitian dan pengembangan selama 15 tahun ke depan, yaitu semula 1,23% dari GDP pada 2004 menjadi 2,5% dan meningkat lebih besar lagi pada 2020. Pemerintah China berharap negaranya kelak menjadi saah satu dari lima besar negara di dunia sebagai negara terbanyak jumlah (paten) penemuan yang dihasilkan para ilmuwan/warganya. Bahkan karya-karya ilmiah dari para ilmuwan China diharapkan pula yang paling banyak dikutip di dunia (Cao, et al.,2006). Semua itu bermuara dari keinginan China untuk menjadi negara inovatif yang berbasis pengetahuna atau dikenal sebagai Knowledge-Based-Innovation (KBI). Penerapan ilmu pengetahun dan strategi inovasi teknologi membutuhkan interaksi yang erat dan berkesinambungan di antara berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi, industri, dan instansi pemerintah.

Dalam konteks ini, implementasi model THM idak sepeti THM yang menempatkan universitas sebagai sumber utama imu penegtahuan, menjadikan dua elemen;universitas dan lembaga penelitian negara. Universitas dianggap lembaga pengajaran dan pemberian ilmu pengetahuan bukan pemain ekonomi.Adapun lembaga-lembaga penelitian negara tidak hanya memainkan pean penting dalam proyek penelitian nasional di bidang teknologi melalui National Key Laboratories dan memberikan panduan kebijakan kepada pemerintah pusat dan daerah, tetapi juga memprakarsai dan melaksanakan program KBI baru di berbagai perusahaan, litbang pusat, dan zona-zona pembangunan berteknologi tinggi dan baru untuk teknologi komunikasi.

Selain itu, model THM yang semula berfokus pada interaksi tiga elemen (universitas-pemerintah-industri), penelitian akademis/inovasi THM di China didominasi oleh interaksi antara Industri Chan, Universitas Xue, dan Lembaga Penelitian Yan yang berda di bawah kebijaka pemerintah. Peran pemerintah ketika mempromosikan KBI jarang disebutkan dan dianalisis dalam literatur yang ada meskipun Li dan Tan (2006) menjelaskan, pemerintah harus mempromsikan, mengkoordinasikan,

mengawasi, dan mengevaluasi kolaborasi antara universitas dan industri.

Ada dua jenis inovasi yang muncul dari kolaborasi atara pemerintah, universitas/lembaga penelitian dan industri. Pertama, inovasi yang difukuskan pada ilmu pengetahun berbasis inovasi dan transfer teknologi,yakni dari universitas/lembaga penelitian untuk industri. Kedua, inovasi teknologi yang difokuskan pada pengembangan kapasitas inovasi perusahaan melalui kolaborasi antara universitas, industri, dan lembaga peneitian.

Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah juga penting dalam mendukung pengembangan inovasi THM. Misalnya, perjanjian kerja sama antara Departmen Pendidikan dan Provinsi Guandong dalam memprosikan THM yang bertumpu pada KBI. Kerja sama yang ditandatangani pada awal 2007 dengan anggaran khusus dialokasikan untuk memastikan kolaborasi universitas, industri, lembaga penelitaian dan pengembangan (litbang).

Peran pemerintah dalam penerapan ilu pengetahua dan teknologi inovasi di China adaah sebagai pemegang keputusan. Pemerintah cenderung bertindak sebagai pemimpin atas lemga akedemis dan industri, ketimbang sebagai mira kolaborator dalam jaringan inovasi THM.

Gambar 1. THM Model In China

3.5 Konsep Double Helix Model (DHM) Ghana : Pengungkit Daya Saing Ekspor

(7)

langsung mendukung sektor ekspor di Ghana melaui proyek Ghana Community Network Service Limited (GCNet).

Kolaborasi antara pemerintah dan pengusaha inimenghasilkan suatu sistem yang dinamakan TradeNet. TradeNet adalah komunitas jaringan perdagangan yang terintegrasi. Sistem TradeNet mempersingkat waktu perizinan, menaikkan pendapatan cukai, mengurangi kesalahan karena entri data, menjamin transparansi, serta meningkatkan konsistensi dalam setiap proses yang dilakukan.

TradeNet mendorong peningkatan yang signifikan terhadap daya saing ekspor di Ghana, terutama bagi perusahaan skala kecil dan menungah. Hal ii, antara lain disebabkan oleh cepatnya penerbitan ijin elektronik, serifikasi, dan pengiriman ke otoritas tujuan ekspor.

Secara umum, ada lima hal utama yang mendorong keberhasilan pproyek kerjasama pemerintah dan swasta, yaitu :

1. Pemerintah mendukung keberlangsungan proyek yang disertai pemberian investasi langsung. Hal ini menggambarkan komitmen yang kuat dari pemerintah demi kesuksesan seluruh proyek.

2. Teknologi yang digunakan terbukti sukses seperti diimplemetasikan di Singapura. Ini membuktikan inovasi membawa hasil dan memberikan gambaran serta kepercayaan stakeholders dan minta kerjasama, terkait performa dan inovasi yang dapat dilakukan. 3. Seluruh mitra kerja potensial diundang untu

bergabung, terutama yang dianggap kredibel. Bahkan beberapa di antaranya memiliki bisnis di level internasional, serta signidikan dengan pengalaman di proyek-proyek IT yang komprehensif. Mereka bukan operator tanpa pengalaman, melainkan entitas bereputasi dan berpotensi menjalankan proyek dengan baik.

4. Model bisnis GCNet akan memastikn bahwa sistem ini efektif untuk kepetingan bersama dari semua pemangku kepentingan. Hal ini berarti, sistem dirancang untuk berkelanjutan dan memilki pembiayaan tersendiri.

5. Kersajama pemerntah-swasta dikelola secara baik oleh tim profesioanal yang lagsung bertanggung jawab ke dewan direksi. GCNet mematuji prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta menerapkan kode etik yang tinggi.

3.6 Dampak Realisasi Double Helix Model (DHM) di Thailand: Pemimpin Sektor Otomotif di Asia Tenggara

Publikasi International Trade Center (2011) pernah mengupas kesuksesan Thailand dalam membangun inovasi pengembangan jaraingan otomotif skala regional dan gloobal. Gambar di bawah ini menunjukkan akselerasi

ekspor mobil yang dilakukan negara tersebut dalam kurun waktu 1990 hingga 2009.

Selam dua dekade terakhir, Thailand telah muncul sebagai pusat produksi otomotif di pasar regional dan global yang terus berkembang. Ekspansi yang cepat di industri otomotif berdampak terbentukya jarringan peneydia suku cadang dan kompeonen otomotif di Thailand meningkat signifikan. Thailand pun kemudian disebut sebagai Detroit of the East, yang sebagian besar pemain utamanya berasal dari industri otomotif internasional dengan menggunakan negara sebegai motor penggerak.

Pola kolaborasi diawali dengan kebijakan pemerintah yang mengundang berbagai produsen otomotif untuk mendirikan pabrik perakitan di dalam negeri. Pemerintah memberikan kemudahan dan insentif menguntungkan bagi produsen otomotif tersebut.Secar tidak langsung melalui kebijakan ini, Thailand juga memperoleh keuntungan melalui penjualan bahan baku dari dalam negeri. Selain itu, keadaan ini bisa berpengaruh positif bagi pertumbuhan industri otomotif lokal meskipun belum dilakukan dalam skala besar. Ini merupakan proses persiapan Thailand untuk masuk ke industri otomotif secara utuh.

Kebijakan proaktif di sektor industri di Thailand, telah dianggap membawa kesuksesan besar dari program yang dikelola pihak swasta dengan strategi yang berorientasi pasar. Selama dua dekade terakhir, Thailand telah menjadi pusat produksi kendaraan untuk pasar regional dan global.Ekspansi yang tebilang cepat di Industri otomotif telah meahirkan kemampuan untuk memproduksi suku cadang dan komponen dalam negeri, yang akhirnya meningkatkan kualtas komponen lokal untuk mobil-mobil pproduksi Thailand.

Kunci dari penerapan DHM di Thailand, yaiyu menjadikan UKM mereka sebagai rantai pasok produk otomotif untuk skal global.Thailand paham bagaimana memaksimalkan kapasitas UKM mereka agar memilki daya saing internasional pada sektor ini.

(8)

Gambar 2. Akseletasi ekspor mobil Thailand

3.7 Studi Kasus: Analisis Dampak Liberalisasi Perdagangan terhadap Indonesia: Perdagangan Bebas Indonesia-Jepang

Hubungan kerjasama di bidang ekonomi antara Jepang dan Indonesia telah terjalin lebih dari setengah abad. Selama itu pula, Jepang telah turut berperan dalam mendorong pembangunan ekonomi Indonesia. Peran Jepang dalam perekonomian Indonesia dapat ditinjau dari tiga aspek, meliputi sektor perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi. Di bidang perdagangan internasional (ekspor-impor), Jepang adalah mitra dagang terbesar Indonesia. Begitu pula halnya dengan bidang investasi, investor-investor Jepang memainkan peran terbesar dalam penanaman modal langsung (foreign direct investment). Kemudian, Jepang juga memberikan bantuan dalam jumlah yang besar dalam skema kerjasama ekonomi sebagai upaya mendukung pembangunan di Indonesia. Dalam perdagangan internasional, Jepang merupakan negara mitra dagang terbesar dalam hal ekspor-impor Indonesia. Pada periode 2006-2010, ekspor Indonesia memiliki tren yang meningkat, sementara impor Indonesia dari Jepang.juga meningkat di tingkat yang lebih tinggi. Neraca perdagangan IndonesiaJepang juga terus mengalami surplus walaupun trennya cenderung menurun akibat peningkatan impor lebih besar dari peningkatan ekspor. Komoditas yang diperdagangkan antara kedua negara juga beragam, sesuai dengan keunggulan komparatif dan daya saing kedua negara. Jepang mengimpor komoditas, seperti minyak bumi, gas alam cair, batubara, hasil tambang, udang, tekstil dan produk tekstil, mesin, perlengkapan listrik, dan lain-lain. Sedangkan, Indonesia sendiri mengimpor mesin-mesin dan suku cadang (spare parts), produk plastik dan kimia, baja, perlengkapan listrik, suku cadang elektronik, mesin alat transportasi, dan suku cadang mobil (kementrian perdagangan:2014). Indonesia dan Jepang merupakan dua negara yang satu sama lain saling membutuhkan.

Kerjasama ekonomi Indonesia dan Jepangsudah terjadi sangat lama sekali sekitar 55 tahun, Walau sejarah mencatat kisah suram penjajahan Jepang di Indonesia, saat ini kedua negara telah membina hubungan persahabatan yang sangat erat yang berlandaskan hubungan kerjasama dan pertukaran di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Hubungan persahabatan seperti ini, bukanlah sesuatu yang dapat dibangun dalam sehari saja. Di Indonesia ada sekitar 11.000 orang Jepang, sebaliknya di Jepang terdapat lebih 24.000 orang Indonesia. Perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia berjumlah lebih dari 1000 perusahaan, di mana bekerja 300.000 orang Indonesia. Sementara itu, di Indonesia terdapat lebih dari 85.000 orang yang belajar Bahasa Jepang, jumlah ini terbesar di Asia Tenggara dan menempati kedudukan ke-6 di 86 dunia.Kerjasama Indonesia dan Jepang sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak karena antara dua negara ini saling membutuhkan dibidang ekonomi(Rusmiyati, Heni. 2014. Interview of “ IJEPA” Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta Pusat).

Melalui Framework Agreement telah menyepakati dua macam skema penurunan tarif bea masuk dalam rangka IJEPA, antara lain: (1) skema tarif prefensi umum, skema ini telah menyepakati sekitar 35 persen pos tarif bea masuk Indonesia akan diturunkan menjadi 0% (nol persen), sedangkan Jepang menurunkan sekitar 80 persen pos tarifnya. (2) Skema Tarif User Spesific Duty Freee Scheme (USDFS). USDFS adalah skema pemberian penetapan tarif bea masuk 0% (nol persen) atas impor bahan baku dari Jepang yang digunakan dalam kegiatan proses produksi oleh industri-industri tertentu yang telah disepakati termasuk yang bergerak di bidang kendaraan angkut bermotor dan komponenkomponennya.

(9)

kepala negara Indonesia dan Jepang pada tanggal 20 Agustus 2007 di Jakarta.

IJEPA sebagai salah satu bentuk FTA khusus telah berlangsung efektif hampir mencapai empat tahun, dan karenanya menarik untuk dikaji dampaknya sejauh ini bagi perekonomian Indonesia dan Jepang. Adapun tujuan dari penilaian dampak suatu FTA adalah untuk mengetahui apakah tujuan suatu FTA dapat dipenuhi (Plummer 2010). Salah satu bidang perjanjian yang penting untuk dievaluasi dampaknya atau perlu dilakukan penilaian dampak adalah bidang atau sektor perdagangan barang IJEPA

Dampak positif tersebut akan signifikan bila IJEPA dapat mendorong kesetaraan perlakuan di kawasan ataupun secara multilateral. Namun manfaat dari IJEPA akan tergerus manakala Indonesia dan Jepang membuat banyak kesepakatan FTA baru dengan negara-negara lain yang menciptakan kesenjangan perlakuan dengan negara mitra FTA sebelumnya. Secara ideal, kesepakatan FTA menyeluruh tanpa diskriminasi di kawasan atau secara multilateral akan memberikan manfaat peningkatan kesejahteraan yang signifikan bagi negara-negara anggotanya

Dalam level mikro, pembukaan akses pasar yang lebih luas sebagai salah satu tujuan dari pembentukan IJEPA akan menciptakan iklim kompetisi antara pelaku usaha Indonesia dan Jepang. Iklim serupa terjadi pula dalam level makro. Melalui FTA akan terjadi persaingan antara kedua negara dalam menciptakan kesejahteraan yang akan meningkatkan daya saing keduanya. Sebagaimana dinyatakan Aiginger (2006), peningkatan daya saing suatu negara dapat berjalan seiring sejalan dengan peningkatan daya saing negara lainnya.

sumber : Aiginger, Karl. 2006. “Competitiveness: From a Dangerous Obsession to a Welfare Creating Ability with Positive Externalities”. Journal of Industry, Competition, and Trade 6: 161–177

Grafik 1 : Perkembangan Ekspor Impor Migas dan Non Migas Indonesia-Jepang

3.8 Pola Kolaborasi Triple Helix Model (THM) sebagai Strategi Hegemoni Pasar ASEAN

Dari pembahasan di atas, dapat dikemukakan kembali yang memulai pola THM di negara maju seperti Amerika Serikat justru para akademisi dari suatu universitas. Adapun pola THM di China terjadi berkat dorongan pemerintah kepada para akademisi, baik yang tergabung dalam institusi universitas maupun lembaga penelitian. Para akademisi/ peneiti itulah yang menghasilkan hak paten di China, kemudian ha paten ini akan dieksekusi oleh pengusaha dan menjadikannya sebagai produk-produk komersial yang berskala global.

Di Amerika Serikat dan China, akademisi terlibat secara aktif dalam pola THM. Adapun di negara-negara berkembang seperti Thailand, India, Ghana, pemerintah yang menjadi penggerak utama dan hanya pada pola DHM. Peran akademisi belum begitu optimal di negara-negara itu.

Dengan merujuk kepada kajian dan perbandingan tersebut, maka pola THM yang dilakukan di China dengan mengkombinasikan pola DHM di India, memungkinkan untuk diimpementasikan di Indonesia. Pola THM seperti di Amerika Serikat, nampaknya belum bisa diterapkan di Indonesia mengingat masih lemahnya peran akademisi untuk terlibat setara dengan pemeritah dan pengusaha.

(10)

MP3EI yang dicanagkan pemerintah Indonesia bisa dikatakan membentuk pola DHM. MP3EI mengoptimalkan hasil sumber daya alami sebagai keunggulan komparatif yang bernilai tambah. Pemerintah aktif memetakan keberadaan daya unggul komoditas Indonesia da membaginya menjadi enam koridor utama. Masing-masing koridor memiliki daya tarik yang unik. Hal ini hampir serupa tetapi tidak sama dengan pola DHM Integrated Textile Park yang ada di beberapa negara bagian India seperti Punjab dan Bungalore.

Terkait pola DHM ini, pemerintah cenderung terfokus pada penyediaan, perencanaan, dan investasi yang melibatkan skema pemerintah-pengusaha. Jika skema pemerintah-pengusaha nilai proyeknya terlalu besar, maka sulit melibatkan pengusaha muda yang umumnya berkecimpung dalam UKM. Isu ini harus direspon dan ditindaklanjuti oleh MP3EI, dengan memfasilitasi pengusaha muda yang berpotensi tinggi. Pengusaha muda semestinya didorong berperan sebagai pelaksana, praktisi, sekaligus pelaku utama penggerak perekonomian bangsa. Apalagi, dalam upaya mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan, peran pengusaha terbukti sangat signifikan.

Pemerintah dapat mengoptimalkan potensi mereka, termasuk memberinya

pengeahuan dan membantunya

mengimplementasikan pengetahuan (dari kalangan akademisi) yang beroreientasi pada terciptanya produk dan jasa yang inovatif dan kompetitif guna merebut pasar ASEAN. Di antara para pengusaha mudanya pun harus saling membantu dan berbagi wawasan agar terwujud kesadaran bersama dan kesiapan menghadapi MEA 2015.

Isu penting lain yang perlu ditanggapi segara adalah mentransfomasikan pola MP3EI yang cenderung DHM menjadi THM. Pemerintah perlu melengkapi MP3EI dengan melibatkan penuh peran akademisi. Apabila di China, pemereintahannya mendorong akademisi sebagai pusat produksi paten, maka di Indonesia, pemerintah pun dapat mendorong akademis memajukan pengusaha[, baik melalui manajemen, teknologi, inovasi, dan kreativitas.

Setiap koridor yang ada pada perencanaan MP3EI mesti melibatkan peran akademisi setempat, yakni universitas lokal, dan lembaga penelitian dan pengembangan lokal. Pemerintah berperan sebagai penyedia dana berkelanajutan untuk menghidupkan peran akademisi tersebut.

Pemerintah dapat mengoptimalkan peran akademisi agar melakukan pengkajian dan pengembangan bisnis bagi kemajuan bisnis para pengusaha muda Indonesia. Hal ini penting karena mayoritas pengusaha muda Indonesia berskala UKM. Modal yang mereka miliki tidak memadai untuk mengembangkan bisnisnya menjadi industri berdaya saing internasional.

Akademisi juga dapat berperan sebagai pelaku sosialisasi atas segla bentuk informasi dari pemerintah dan pengusaha muda dengan cara mengedukasi dan diseminasi. Akademisi bisa dikerahkan untuk menjadi konsultan bagi emerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan usaha Indonesia merebut pasar ASEAN. Bentuk peran akademisi sebagai konsultan yaitu menghimpun segala kumpulan data, informasi, hasil analisis bahkan prediksi kondisi ekonomi, politik, sosial atau mengenai kecenderungan pasar, bahkan perubahan dalam isu regional dan global.

Komite khusus yang direncanakan dibentuk untuk agenda MEA diharapkan bisa menjembatani kelemahan terkait peran akademisi dan kendala yang dihadapi pengusaha muda, khususnya UKM. Komiter khusus usulan pemerintah sebaiknya segera ditindaklanjuti secara progresif. Apabila inisiatif awalnya Komite ini diketuai oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Sebaiknya distrukturkan secara formal seperti pola THM China.

Di Komite khusus ini ditunjuk ketua pelaksana yang sebaiknya dari pemerintah selevel wakil menteri. Anggota-anggotanya merupakan para ahli dari pengusaha dan akademisi untuk melanjutkan pelaksanaan MP3EI yang masih butuh penambahan kepentingan MEA.

Perwakilan pemerintah berasal dari pejabat kunci Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, Kementerian Peridusrian, Kementerian Keuangan, Bappenas, dan BKPM yaang memahami dinamika ASEAN. Perwakilan pengusaha diutamakan dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI),karena mereka yang paling banyak berkecimpung di area kewirausahaan dan tersebar diberbagai daerah. Inovasi dan kreativitas juga dimilki oleh mereka. Perwakilan akademisi berasal dai LIPI, universitas yang ada di enalm koridor dan lembaga litbang.

(11)

sektor otomotif, tekstil serta pakaian, dan elektronik, posisi Indonesia tidak terlalu menonol. Sektor-sektor tersebut telah ditetapkan sebagai sebagai sektor pionir yang akan diintegrasikan pada pasar bebas ASEAN 2015.

Apabila sektor-sektor di atas dipadukan dengan sektor-sektor acuan MP3EI seperti minyak, gas, batu bara, kelapa sawit, perkapalan, telematika, baja, makanan, tembaga, bauksit, aluminium, nikel dan pariwisata, maka diharapkan, Indonesia dapat menjadi pemimpin pasar MEA.

Gagasan pola THM ini harus didukung dengan nilai-nilai konstruktif dari unsur pemerinta, pengusaha musa, dan akademisi. Tujuannya untuk memperkuat peran utama yang dipapakan.

Nilai-nilai konstruktif yang harus dilakukan pemerintah untuk menyukseskan Indonesia sebagai pemimpin pasar MEA :

 Menjaga stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.  Pemerintah bertanggung jawab menciptakan iklim

yang kondusif.

 Mengalokasikan annggaran yang memadai dalam mempersiapkan Indonesia di Kancah MEA 2015.  Memberikan payung hukum bagi pengusaha muda

untuk megelola dan melindungi bisnisanya.

 Menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan oleh sektor Industri dan akademisi.

 Memberikan kredit mikro unuk para pelaku usaha terutama di daearah agar dapat berkembang

 Tegas dalam pemberantasan korupsi

 Memberikan perlindungan dan pelayanan sosial kepada masyarakat.

Nilai-nilai konstruktif yang harus diterapkan oleh pengusaha muda dalam mendukung pola THM dan merebut pasar ASEAN :

 Menjaga stabilitas politik dan ekonomi Indonesia  Menghasilkan prosduk dan jasa yang inovatif,

kompetitif, dan berdaya saing tinggi.

 Mengambl langkah-langkah inovatif untuk mengembangakan teknologi dan metode produksi demi memeangkan persaingan regional.

 Menjadi inisiator, fasilitator, dan pelatih di kalangan pengusaha muda untuk mendorong kesiapan menghadapi pasar ASEAN 2015.

 Mengadakan berbagai forum diskusi dan bertukar pikiran.

 Turut mengintegrasikan ekonomi Indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain di Asia Tenggara.

 Membangun usaha yang tangguh dan berkometisi secara maksimal sebagai kunci utama kemajuan bangsa.

Nilai-nilai konstruktif yang harus diterapkan oleh akademisi dalam mendukung pola THM dan merebut pasar ASEAN :

 Menjaga stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.  Sebagai sumber pengetahuan, riset, dan

pengembangan yang mendukung industri untuk bisa bersaing di pasar regional.

 Mentransfer laboratory know-how ke pihak industri.  Menjadi pusat inkubator bisnis untuk mendukung

sektor industri lokal.

 Sebagai fasilitator yang melayani jasa riset, konsutan, edukasi, pelatihan untuk meningkatkan awareness seluruh masayarakat Indonesia.

 Diseminasi hasil kegiatan ilmiah, forum, dan analsisi kepada masyarakat luas dalam bentuk buku atau edukasi umum.

Sumber : Darwis, Yuliandre. 2014. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Prospek Pengusaha Muda Indonesia Berjaya di Pasar ASEAN. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group. Cetakan Pertama hal 55-63

4 PENUTUP

Akhir 2015 Indonesia akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEANEconomic Community. Dimana keberhasilan Indonesia memanfaatkan pembukaan pasar yang luas dalam masyarakat ASEAN akan banyak tergantung kepada kualitas

pembangunan ekonomi kita.

Kualitaspembangunan ekonomi yang tinggi yang didukung oleh daya sainginternasional yang tinggi, kualitas manusia yang unggul,logistik yang efisien, serta kelembagaan yang baik akan membuat Indonesia siap menghadapi MEA. Untuk itu kita berharap agar pemerintah baru serta otoritas ekonomi lainnya mengubah pengelolaan ekonominya, agar tren penurunan pertumbuhan ekonomi dapat dibalik peningkatan daya saing negara melalui THM, perbaikan nerca perdagangan intra-extra ASEAN. Sehingga kita siap menghadapi MEA.

5 REFERENSI

Aiginger, Karl. 2006. “Competitiveness: From a Dangerous Obsession to a Welfare Creating Ability with Positive Externalities”. Journal of Industry, Competition, and Trade 6: 161–177

(12)

Tulus Tambunan.2012. Perekonomian Indoneia: Kajian Teoritis dan Empiris. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Zuhal. 2013. Gelombang Ekonomi Inovasi. Jakarta: Gramedia.

http://www.weforum.org/reports/ http://www.doingbusiness.org/rankings http://hdr.undp.org/en/2014-report

http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile http://www.asean.org/resources/publications/asean- publications/item/asean-economic-community-handbook-for-business-2012

http://www.asean.org/images/resources/2014/May/A ECKeyMessagesBooklet_FINAL30Apr2014.pdf http://www.asean.org/archive/5187-10.pdf http://www.asean.org/resources/fact-sheets http://www.asean.org/news/item/external-trade-statistics-3

http://www.setneg.go.id/index.php? option=com_content&task=view&id=7911

Gambar

Tabel 1. Neraca Perdagangan Indonesia dengan ASEAN 2009-2014 (Juta USD)
Tabel 2. Neraca Perdagangan Negara-Negara ASEAN;
Gambar 1. THM Model In China
Gambar 2. Akseletasi  ekspor  mobil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil identifikasi risiko berdasarkan karakteristik sistem yang dibuat, teridentifikasi ada 11 risiko dan karena ada beberapa risiko menjadi agen risiko yang lain, maka

Tabel 28 Hasil Tabulasi Silang Rasio Student Enrollment Tertiary dengan Tipe Opini Audit 43 Tabel 29 Hasil Uji Pengaruh Budaya terhadap Praktik Akuntansi Perusahaan Multinasional

Support such as necessary expressions relevant to the specific context, authentic examples of a particular business writing type, teacher’s and peer’s feedback to students having

Untuk pengujian koreksi kontinuitas Cochran-Armitage digunakan nilai selisih pada data AKA tahun ini dengan tahun sebelumnya, dengan nilai koreksi kontinuitas sebesar

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.. Universitas Pendidikan

Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini terbukti tidak memuaskan masyarakat, bahkan berdampak terhadap timbulnya berbagai pelanggaran hak asasi manusia, untuk itu

Proses bimbingan sekolah untuk praktikan secara langsung maupun tidak langung dilakukan oleh guru pamong, koordinator guru pamong, kepala sekolah, dosen pembimbing, dan

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tentang kemampuan membaca pemahaman teks sastra mahasiswa semester III