• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB 1 KOMPOSTER SKALA RUMAH TANGGA ... 1

1.1 Pengenalan Komposter Skala Rumah Tangga ... 3

1.2 Pembuatan Kompos dengan Keranjang Takakura ... 5

1.3 Pembuatan Kompos dengan Bak/Tong Plastik ... 6

1.4 Komposter Rumah Tangga (Ditanam) ... 9

BAB 2 MODUL WASADES TERCAMPUR ... 13

2.1 Pengenalan Wasades ... 13

2.2 Tahap Perencanaan Modul Wasades ... 14

2.3 Konstruksi Modul Wasades ... 16

2.3.1 Pembuatan Galian Modul Wasades Individual ... 16

2.3.3 Pembuatan Lapisan Dasar Wasades ... 16

2.4 Pengoperasian Wasades ... 17

(2)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis-Jenis Sampah yang Dapat Dikomposkan. ... 4

Tabel 1.2 Proses Pembuatan Keranjang Takakura. ... 6

Tabel 1. 3 Contoh Pemasangan Komposter (ditanam). ... 12

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Metode Pengomposan Skala Kawasan dengan Menggunakan Keranjang Takakura. ... 5

Gambar 1. 2 Hasil Akhir Berupa Kompos yang Diaplikasi Pada Tanaman. ... 7

Gambar 1. 3 Metoda Pengisian Sampah pada Tong Komposter. ... 8

Gambar 1. 4 Diagram Proses Pengomposan Rumah Tangga. ... 9

Gambar 1. 5 Komposter Rumah tangga (Ditanam). ... 10

Gambar 2.1 Modul Wasades Sebagai Media untuk Membuang Sampah Masyarakat di Kawasan Perdesaan. ... 13

Gambar 2.2 Spesifikasi Teknis Modul Wasades. ... 15

Gambar 2.3 Pagar disekeliling Modul Wasades untuk Keamanan. ... 17

(3)

BAB 1

KOMPOSTER SKALA RUMAH TANGGA

1.1 Pengenalan Komposter Skala Rumah Tangga

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat padat. Berdasarkan komposisi kimia, sampah dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Hasil penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% diantaranya merupakan sampah organik dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali. Oleh karena itu, diperlukan suatu penanganan khusus untuk mengolah sampah organik yang melimpah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pada dasarnya, sampah organik seperti sisa-sisa makanan atau sampah dapur akan mengalami pembusukan atau degradasi secara alami oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam. Hasil dari pembusukan atau degradasi tersebut berupa bahan seperti humus atau yang lebih dikenal sebagai kompos. Oleh karena itu, pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan sampah organik (hayati) yang mudah membusuk.

Pengomposan adalah penguraian bahan organik secara biologis, khususnya oleh mikroorganisme yang memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai sumber energi. Prinsip dasar dalam membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alamiah agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengatur aerasi dan penambahan aktivator pengomposan. Fungsi utama kompos adalah :

Sifat fisik kompos antara lain dapat menggemburkan tanah, penggunaan kompos pada tanah akan meningkatkan jumlah rongga sehingga tanah menjadi gembur.

Sifat kimia tanah yang mampu dibenahi dengan menggunakan kompos adalah meningkatkan Kapasitas tukar Kation pada tanah dan dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.

(4)

Tabel 1.1 Jenis-Jenis Sampah yang Dapat Dikomposkan.

Sampah organik yang BISA dikomposkan

Sampah sayur-sayuran, sampah dapur daun, kulit telur, limbah buah-buahan, serbuk katu atau abu kayu, kotoran ternak (sapi, kambing,unggas)

Sampah organik yang

sebaiknya TIDAK

dikomposkan

Produk susu, keju, yogurt, daging, ikan dan tulangkulit durian, kulit kelengkeng, klobot jagung, kulit kelapa, kotoran (hewan dan manusia), kain dan kertas

Sampah Non organik yang TIDAK BISA dikomposkan

Plastik, kaca, logam dan sampah B3

Pengomposan aerob adalah proses dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses penguraian sampah organik. Proses pengomposan terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terurai akan segera dimanfaatkan oleh bakteri mesofilik.

Berikut gambaran umum proses pengomposan aerob :

 Proses pembusukan sampah dimulai oleh bakteri mesofilik pada suhu lingkungan(30oC)

 Dari proses ini dioksidasi menjadi CO2 yang menghasilkan panas

 Dalam periode dua hari kemudian, suhu di dalam tumpukan sampah akan mencapai 45oC yang merupakan batas suhu bakteri mesophilik dapat hidup

 Kegiatan pembusukan digantikan oleh jenis bakteri thermophilik selama lebih kurang dua minggu mendatang

 Suhu tumpukan sampah terus naik sampai mencapi 65o-70oC, kegiatan mikroorganisme akan turun akibat panas yang tinggi kemudian turun kembali ke suhu normal

 Proses pembusukan sampah secara aerob sangat tergantung dari kondisi lingkungan yang baik untuk kehidupan bakteri. Diperlukan udara dan kelembaban yang sesuai sebagai tambahan dari bahan makanan yang sudah tersedia di dalam sampah.

 Pengomposan aerob banyak diterapkan karena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat, temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing. Oleh karena itu, kompos yang dihasilkan lebih higienis.

 Pengomposan menurut skala pembuatannya dibagi dua, yaitu :  Pengomposan skala rumah tangga

 Yaitu pengomposan yang material organiknya berasal dari satu kepala keluarga. Pengomposan skala rumah tangga tidak membutuhkan tempat yang besar dan sulit karena dapat menggunakan keranjang, tong, drum, dll.

(5)

 Yaitu pengomposan yang material organiknya berasal dari beberapa kepala keluarga, sehingga lahan yang digunakan dan produk kompos yang dihasilkan lebih besar.  Pengomposan skala rumah tangga dapat dilakukan di kawasan perdesaan, sebagai

suatu alternatif pengolahan sampah. Sedangkan, pengomposan skala kawasan dapat diaplikasikan sebagai pilihan metode pengolahan sampah organik di TPS 3R kawasan perbatasan dan pulau kecil.

1.2 Pembuatan Kompos dengan Keranjang Takakura

Pengomposan aerob skala rumah yang sangat terkenal dikalangan masyarakat adalah pengomposan dengan keranjang takakura (Gambar 2.1). Keranjang ini disebut masyarakat sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik dengan baik Pengompsan ini sangat cocok untuk kondisi :

 rumah tangga yang beranggotakan 4-7 orang karena keranjang yang digunakan umumnya berukuran sekitar 40 cm x 25 cm x 70 cm.

 sampah rumah tangga yang diolah pada keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari.

Gambar 1.1 Metode Pengomposan Skala Kawasan dengan Menggunakan Keranjang Takakura.

(6)

Tabel 1.2 Proses Pembuatan Keranjang Takakura.

Gambar Keterangan

 Siapkan semua bahan yang dibutuhkan

 Siapkan keranjang plastik dan masukkan kerdus untuk  melapisi keranjang. Atur posisi kerdus agar lebih rapih  Fungsi kerdus adalah untuk menghindari masuknya serangga, mengatur kelembaban media, tekstur yang berpori sehingga menyerap dan membuang udara serta air

 Letakan satu set bantal sekam ke dalam keranjang  Fungsi bantal sekam antara lain sebagai media mikroba

yang akan mempercepat pembusukan sampah organik, memiliki rongga yang besar sehingga dapat menyerap air dan bau sampah, sifar sekam yang kering memudahkan pengontrolan kelemabban sampah yang akan menjadi kompos

 Media kompos dimasukkan ke dalam keranjang sebanyak ¾ bagian kemudian masukan sampah organik yang telah dipotong berukuran kecil

 Media kompos berfungsi sebagai aktivator bagi sampah organik yang akan dimasukkan

 Kemudian tutup dengan bantal sekam kedua berikutnya tutup keranjang dengan kain sebelum ditutup dengan plastik

1.3 Pembuatan Kompos dengan Bak/Tong Plastik

(7)

menjaga proses pembuangan sampah tetap berjalan secara berkelanjutan. Proses pembuatan kompos menggunakan komposter adalah sebagai berikut :

 Menyiapkan tong komposter yang diberi lubang untuk sirkulasi udara

 Kompos matang dimasukkan pada dasar tong dengan ketebalan sekitar 5 cm. Kompos matang ini berfungsi untuk membantu penyerapan air yang masih terbawa sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah anorganik  Sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah

anorganik

 Sisa sayur mayur dikumpulkan dan dicacah hingga berukuran lebih dari 4 cm kemudian dimasukkan ke dalam tong komposter

 Untuk mengurangi bau yang mungkin timbul selama masa penguraian, setiap memasukkan sampah baru dapat dimasukkan juga kompos matang dengan perbandingan 1:1 (gambar 2.2). Demikian seterusnya secara kontinyu sampai tong komposter penuh

 Kompos yang sudah matang dan berbau humus dapat segera diaplikasikan pada tanaman (gambar 2.3)

(8)

Gambar 1. 3 Metoda Pengisian Sampah pada Tong Komposter.

(9)

Gambar 1. 4 Diagram Proses Pengomposan Rumah Tangga. 1.4 Komposter Rumah Tangga (Ditanam)

(10)

Gambar 1. 5 Komposter Rumah tangga (Ditanam). Spesifikasi Komposter Rumah Tangga (Tertanam) adalah :

 Mengolah sampah dapur (45 % s/d 53%) dari sampah rumah tangga.

 Mengalami proses pembusukan dengan bantuan mikroorganisme dari sampah dan yang berada di dalam tanah.

 Kapasitas: 60 – 100 Lt (200 kg sampah) dan dapat dioperasikan untuk penampunghan sampah antara 7 – 12 bulan per KK (5 – 6) org.

 Lama proses pengomposan (4 – 6) bulan setelah terisi penuh.  Menghasilkan kompos (30% – c/n = 16 – 20, N=1, 79, Ca = 23, 27).

Lahan yang dibutuhkan untuk pemasangan komposter sebagai berikut :  Lahan untuk komposter 2 m2

 Diameter galian bawah 800 mm  Diameter galian atas 1.400 mm  Kedalaman galian 900 mm

 Dasar komposter diletakkan minimum 30 cm di atas muka air tanah dan tutup  Komposter di atas muka tanah setinggi 5 cm

Bahan yang digunakan dalam pembuatan komposter harus tahan korosi dan tahan terhadap sinar matahari. Bahan tersebut terdiri dari :

 Tong plastik berukuran 50 cm x 80 cm x 110 cm, berfungsi untuk menampung dan mengolah sampah dapur

 Pipa gas berfungsi menyalurkan gas hasil proses penguraian zat organik sehingga aman bagi pemakai

 Dop pipa

 Kasa sebagai penghalang serangga agar tidak bersarang dalam kompos  Tutup tong sebagai penutup agar proses pengomposan berjalan sempurna  Kerikil sebagai media pengering

 Cara Pengoperasian Komposter :  Penyiapan sampah dapur

 Simpan kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujungnya di dalam ember, tiriskan air yang terkandung pada sampah

 Pemasukan sampah

 Masukkan sampah yang sudah ditiriskan ke dalam komposter pertama (tanpa kantong plastik) dan ratakan.

 Lakukan pemasukkan sampah secara rutin setiap hari sampai komposter penuh  Hentikan pemasukkan sampah dapur pada komposter pertama yang telah penuh,

(11)

 Biarkan sampah selama 4-6 bulan agar terjadi proses pengomposan setelah komposter pertama terisi penuh oleh sampah

 Bila sampah telah berubah menjadi kompos yang ditandai dengan perubahan warna menjadi hitam seperti tanah, keluarkan kompos tersebut dengan menggunakan garu, sisakan kompos setebal 2 cm yang akan berfungsi sebagai starter untuk mempercepat pengomposan selanjutnya

 Kompos dianginkan selama 1 minggu untuk pendinginan di lokasi yang terhindar dari curah hujan. Kompos tersebut dapat digunakan sebagai penggembur tanah

 Selanjutnya komposter pertama dapat menampung kembali sampah dapur  Gambaran pemasangan komposter

 Tanam dua buah komposter pada lokasi yang memungkinkan, hindari dari curahan air hujan secara langsung masuk ke dalam komposter

 Simpan kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujung bagian bawah

 Sampah dapur harian termasuk sisa hasil cucian piring ditampung pada ember yang telah dilapisi plastik berlubang bagian bawahnya untuk mengalirkan air

 Setelah sampah 1 hari tertampung, buang hasil tampungan ke komposter, air yang tertampung tidak dimasukkan ke dalam komposter, lakukan secara rutin setiap hari hingga komposter penuh

 Biarkan komposter pertama yang telah penuh ditutup dan biarkan terjadi proses pengomposan selama 4 – 6 bulan, operasional sampah pindah pada komposter ke 2  Keluarkan isi komposter jika telah berumur 4 - 6 bulan (kompos berwarna hitam &

gembur)

 Kompos yang dihasilkan dianjurkan untuk kemudian dibuat pupuk

(12)

Berikut adalah cara pemasangan komposter :

Tabel 1. 3 Contoh Pemasangan Komposter (ditanam). Penggalian tanah

Tanah digali dengan diameter bawah 30 cm dan diameter atas 140 cm

Pemasangan kompsoter

Komposter diletakkan di tengah galian. Di dasar galian, dipinggir dan di dalam komposter diisi dengan kerikil setinggi 10 cm

Penimbun tanah

(13)

BAB 2

MODUL WASADES TERCAMPUR

2.1 Pengenalan Wasades

Modul Wadah Sampah Perdesaan atau modul WASADES adalah galian tanah dengan ukuran tertentu yang diperuntukan sebagai media pemrosesan sampah hasil kegiatan masyarakat di kawasan perdesaan (Gambar 1.1). Wasades didesain untuk mengganti kebiasaan sebagian masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan dan membakar sampah di lahan terbuka. Modul wasades didesain dengan sederhana agar mudah diselenggarakan di kawasan perdesaan khususnya yang belum terjangkau pelayanan pengelolaan sampah, namun tetap mempertimbangkan aspek-aspek kesehatan dan lingkungan.

Gambar 2.1 Modul Wasades Sebagai Media untuk Membuang Sampah Masyarakat di Kawasan Perdesaan.

Sampah yang akan diproses dengan wasades tidak perlu dipilah terlebih dahulu. Satu unit wasades dapat menampung sampah satu KK selama 6 bulan. Pada saat sampah sudah penuh (setelah 6 bulan), wasades ditutup dengan tanah, kemudian dibuat galian wasades yang baru. Beberapa kawasan perdesaan yang belum terjangkau pelayanan persampahan memiliki kondisi alam yang masih alami, sehingga alam masih memiliki kemampuan untuk memproses sampah secara alamiah.

Modul wasades yang akan diselenggarakan di kawasan perdesaan memiliki dua tipe tergantung kepadatan penduduk pada suatu daerah, yaitu tipe individual dan tipe komunal/kawasan. Tipe individual memiliki kapasitas untuk 1 KK atau 5 anggota keluarga, sedangkan tipe komunal memiliki kapasitas untuk 10 KK atau 50 jiwa.

Kriteria modul wasades yang akan diselenggarakan di kawasan perdesaan adalah :  Dibuat dengan sangat sederhana, yaitu berupa galian lubang.

 Mampu menampung sampah tercampur (organik dan non organik) selama 6 bulan.  Diusahakan memiliki jarak dengan sumber air bersih minimal 10 m.

 Jarak dengan muka air tanah 1 m.

(14)

2.2 Tahap Perencanaan Modul Wasades

Tahapan dalam perencanaan sarana wadah sampah perdesaan terdiri atas : Tahap 1 : Tentukan sumber sampah yang akan diolah.

Tahap 2 : Tentukan jenis wasades (individual atau komunal) berdasarkan jumlah kepadatan penduduk.

Tahap 3 : Hitung Kebutuhan lahan modul wasades dan spesifikasi teknis. Tahap 4 : Siapkan gambar teknik/gambar pendukung.

Tahap 5 : Hitung estimasi biaya pembangunan wasades.

Tahap 6 : Siapkan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mencangkup Operasional-Pemeliharaan-Perawatan.

Tahap 7 : Hitunglah kebutuhan biaya investasi dan biaya pengoperasian pemeliharaan-perawatan

Tahap 1 : Tentukan sumber sampah yang akan diolah.

Jenis sampah yang akan diproses dengan menggunakan modul wasades adalah sampah organik dan non organik yang berasal dari sisa dapur, makanan, kegiatan sehari-hari, dan sampah pekarangan.

Tahap 2 : Tentukan jenis wasades (individual atau komunal) berdasarkan jumlah kepadatan penduduk.

Tipe wasades harus ditentukan berdasarkan jumlah kepadatan penduduk masyarakat yang ada di kawasan perdesaan. Kriterianya antara lain:

Jika kepadatan penduduk tiap desa < 20 jiwa per hektar, maka jenis wadah sampah perdesaan yang akan diselenggarakan adalah modul wasades individual, yaitu per KK.

Jika kepadata pe duduk tiap desa ≥ 20 jiwa per hektar, aka je is wadah sa pah perdesaa

yang akan diselenggarakan adalah modul wasades komunal, yaitu per Dasawisma (terdiri dari 10 KK).

Tahap 3 : Hitung Kebutuhan Lahan Wasades dan Spesifikasi Teknis.

Modul Wasades didesain untuk menampung sampah selama 6 bulan. Wasades individual memiliki kapasitas untuk satu KK, sedangkan wasades komunal memiliki kapasitas untuk 1 dasawisma (10 KK). Spesifikasi teknis modul wasades adalah sebagai berikut (Gambar 1.2):

 Kebutuhan Luas lahan Modul wasades individual : 2 m2  Galian berbentuk persegi panjang dengan rincian

Panjang : 2 m Lebar : 1 m Tinggi : 1 m Lapisan dasar terdiri dari

(15)

 batu kerikil dengan ketebalan 5 cm

 batu kapur dengan ketebalan 5 cm(bila tidak ada dapat diganti dengan pasir)

Gambar 2.2 Spesifikasi Teknis Modul Wasades. Spesifikasi teknis modul wasades komunal adalah sebagai berikut :

Kebutuhan luas lahan modul wasades : 20 m2  Galian berbentuk balok dengan rincian

Panjang : 10 m Lebar : 2 m Tinggi : 1 m Atau alternatif lain yaitu

Panjang : 5 m Lebar : 4 m Tinggi : 1 m Lapisan dasar terdiri dari

 pasir pasang dengan ketebalan 5 cm.  batu kerikil dengan ketebalan 5 cm.  batu kapur dengan ketebalan 5 cm.

Tahap 4 : Siapkan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mencangkup Operasional-Pemeliharaan-Perawatan.

(16)

2.3 Konstruksi Modul Wasades

2.3.1 Pembuatan Galian Modul Wasades Individual

Cara membuat galian modul wasades Individual adalah sebagai berikut :

1. Tentukan lahan yang akan digunakan untuk difungsikan sebagai wasades.

2. Jarak lahan dengan sumber air bersih yaitu diusahakan 10 m, dengan jarak dengan muka air tanah 1 m.

3. Siapkan lahan dengan ukuran 2 m2.

4. Kemudian buatlah galian dengan menggunakan sekop dengan ukuran :

Panjang : 10 m Lebar : 2 m Ketinggian : 1 m

2.3.2 Pembuatan Galian Modul Wasades Komunal

Cara membuat galian modul wasades Individual adalah sebagai berikut :

 Tentukan lahan yang akan digunakan untuk difungsikan sebagai wasades. Lahan yang digunakan harus dapat terjangkau oleh 10 KK.

 Jarak lahan dengan sumber air bersih yaitu diusahakan 10 m, dengan jarak dengan muka air tanah 1 m.

 Siapkan lahan dengan ukuran 20 m2.  Galian berbentuk balok dengan rincian

Panjang : 10 m Lebar : 2 m Tinggi : 1 m

Atau alternatif lain yaitu Panjang : 5 m

Lebar : 4 m Tinggi : 1 m

2.3.3 Pembuatan Lapisan Dasar Wasades

(17)

1. lapisan pertama adalah, masukkan pasir pasang ke dalam galian wasades dengan ketebalan 5 cm, selanjutnya diratakan.

2. Lapisan kedua adalah, masukan batu kerikil dengan ketebalan 5 cm, selanjutnya kerikil. Sehingga perbandingan lapisan menjadi 1:2 (5 cm pasir pasang dan 10 cm batu kerikil), atau sebaliknya. Tebal lapisan tetap yaitu 10 cm.

5. Modul wasades selanjutnya dapat dipasang karung berisi tanah/pasir disekeliling modul wasades untuk mencegah air masuk. Kemudian dipasang pagar yang terbuat dari bambu atau kayu disekeliling modul wasades untuk menghindari anak-anak maupun hewan peliharaan masuk ke dalam modul wasades (Gambar 2.1).

Gambar 2.3 Pagar disekeliling Modul Wasades untuk Keamanan. 2.4 Pengoperasian Wasades

Operasional teknis kegiatan pengolahan sampah dengan wasades sangat sederhana tidak memerlukan keterampilan khusus. Kegiatan pembuangan sampah rumah tangga organik dan non organik dengan wadah sampah perdesaan dapat dilakukan 7 hari seminggu, selama 24 jam. Ketentuan :

1. Sampah yang diproses dengan wadah sampah perdesaan adalah sampah rumah tangga yang tidak perlu dipilah. Masyarakat juga dapat berpartisipasi untuk mengurangi jumlah sampahnya dengan cara :

2. memberikan sampah dapur organik ke hewan peliharaan (nasi, sayur sisa, kulit buah, dll).

3. menggunakan kembali wadah plastik untuk kebutuhan sehari-hari (bekas botol air mineral untuk tempat sabun cuci piring, kaleng biskuit untuk wadah makanan ringan). 4. Peralatan yang digunakan dan jumlah petugas

5. wadah sampah pilah (plastik) 6. Prosedur Pengoperasian

(18)

8. sampah dipindahkan ke wadah sampah perdesaan.

9. permukaan sampah dapat dipadatkan secara manual, yaitu dengan cara diinjak-injak. 10. wasades ditutup dengan terpal/triplek/papan/dll jika hujan.

Gambar 2.4 Ilustrasi Sampah di Kawasan Perdesaan yang Diproses dengan Menggunakan Modul Wasades.

2.5 Pemeliharaan dan Perawatan Modul Wasades

Pemeliharaan dan perawatan wadah sampah perdesaan sangat penting dilakukan agar unit dapat dioperasikan dengan hasil optimal dan berkelanjutan. Wadah sampah perdesaan di desain dengan sederhana mungkin, hal ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat di kawasan perdesaan untuk mengolah sampahnya. Tata cara pemeliharaan dan perawatan unit tersebut yaitu:

1. Jika ada hujan turum, unit sebaiknya ditutup dengan triplek/terpal/dll.

2. Setelah modul wasades penuh, yaitu 6 bulan kemudian, modul wasades ditutup dengan tanah.

Gambar

Gambar 1.1 Metode Pengomposan Skala Kawasan dengan Menggunakan Keranjang  Takakura.
Gambar Keterangan
Gambar 1. 2 Hasil Akhir Berupa Kompos yang Diaplikasi Pada Tanaman.
Gambar 1. 3 Metoda Pengisian Sampah pada Tong Komposter.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari segi teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien, karena memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan bobot harian,

Sistem pendukung keputusan manajemen dalam pemuatan kapal semen curah dengan metode Weighted Product (WP) dapat digunakan sebagai alat bantu bagi manajer dalam

Bahwa dengan adanya peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan pengelolaannya pada Mahkamah Agung

1) Mampu meningkatkan motivasi peserta didik terhadap pelajaran kimia dengan diterapkanya modul kimia berbasis kearifan lokal mengenai pencegahan korosi dan

Dari hasil uji statistik untuk mengidentifikasi hubungan lateralisasi dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium didapatkan hasil p =0.455 ( p &gt;0,05) dapat

(2) Sistem Pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pelayanan Pengangkutan Sampah Rumah Tangga, sampah sejenis sampah Rumah Tangga, dan sampah B-3 Rumah Tangga

Mahsiswa dapat memahami dan mengerti tentang pandangan hidup, cita-cita, kebajikan, keyakinan, usaha atau perjuangan, langkah- langkah pandangan hidup serta kaitannya dengan

Dari 47 tanaman Nipponbare mutan penanda aktivasi yang diuji, sembilan tanaman menunjukkan respons yang sama dengan tanaman Nipponbare non transforman, yaitu tidak