• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian Hukum Nafkah Terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metode Penelitian Hukum Nafkah Terhadap"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

HASIL PENELITIAN

A. Proses Perceraian

Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa proses perceraian di masyarakat Sasak lebih dominan melakukan perceraian di bawah tangan. Sehingga dalam menentukan hak asuh anak, pihak yang lebih superiorlah yang bisa mengambil alih hak asuh secara sepihak tanpa adanya campur tangan pemerintah. Biasanya yang selalu dominan mendapatkan hak asuh dalam hal ini adalah pihak laki-laki. Walaupun si laki-laki mendapatkan hak asuh, tetapi dalam pelaksanaannya, orang tua si laki-laki (kakek si anak) mempunyai peran yang sangat dominan dalam hal mengasuh anak.

Berdasarkan kasus perceraian yang terjadi di masyarakat Sasak Praya Lombok Tengah, merupakan fenomena yang sudah biasa pada masyarakat Sasak sebagiamana perceraian pada masyarakat secara umum atau pada suku dan etnis di Negara Indonesia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan maraknya perceraian di komunitas masyarakat Sasak Lombok, hal ini disebabkan oleh mentradisinya perkawinan masyarakat yang terlalu dini atau perkawinan di bawah umur sebagai akibat dari budaya merari’ (kawin lari).

Perkawinan seperti ini tentu akan memberikan dampak yang cukup signifikan karena berdasarkan dari beberapa kasus perkawinan dini tidak serta merta memberikan dampak yang positif apalagi perkawinan yang dilakukan oleh para Bajang (cowok) dan Dedare (cewek/gadis) yang sejatinya masih harus mempersiapkan beberapa hal paling mendasar yakni dari segi psikologis (batin) dan ekonomi (lahir). Sehingga tidak heran jika kebanyakan di masyarakat Sasak Lombok banyak terjadi perceraian berdasarkan faktor tersebut yakni kurangnya kesiapan mental dan minimnya ekonomi sebagai penopang kelangsungan kehidupan mereka sehari-hari.1

1

(2)

Sehubungan dengan ini, peneliti melihat dampak perceraian terhadap anak berdasarkan pada beberapa kasus yang terjadi di komunitas masyarakat Sasak Praya Lombok Tengah yaitu banyaknya anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua mereka pasca perceraian tersebut.

Sebagaimana fenomena yang terjadi dari beberapa keterangan oleh para peneliti sebelumnya bahwa anak-anak biasanya setelah kedua orang tua mereka bercerai, pengasuhan sang anak biasanya diserahkan kepada kakek atau nenek mereka baik dari pihak pria maupun wanita. Sang anak dibesarkan dan diasuh oleh sang nenek atau kakek mereka dengan tanggungan atau nafkahnya terkadang ditanggung oleh sang nenek atau kakek pula. Tapi adakalanya pengasuhan diberikan kepada sang kakek atau nenek tapi masalah biaya atau perihal pendidikan dan segala yang berkaitan dengan materi terkadang ditanggung oleh orang tua sang anak. Tapi adakalanya mungkin secara ekstrem bahwa kepedulian kepada sang anak sudah tidak ada lagi atau dengan kata lain orang tua anak cenderung mengurus kepentingan mereka masing-masing.2

Hal ini cukup banyak ditemukan dalam komunitas masyarakat Sasak pasca perceraian sehingga anak menjadi objek yang senyata sangat miris jika dilihat dari sudut pandang Islam. Karena biar bagaimanapun pemenuhan dan kebutuhan seyogyanya merupakan beban dari kedua orang tua akan tetapi semua terlimpahkan kepada sang nenek atau kakek yang dalam hal ini mengurus diri mereka sendiri saja susah apalagi mengurus sang cucu. Namun kasus seperti ini masih bersifat kasuistik dalam komunitas masyarakat Sasak Lombok Praya Lombok Tengah.

B. Faktor-Faktor Penyebab Perceraian

1. Faktor Psikologis (Batin)

Istri yang yang menggugat cerai biasanya tidak puas dengan keadaan kejiwaan suami, seperti impoten atau lemah syahwat. Berkaitan dengan

2 Wawancara dengan H. Awaludin selaku Kepala Desa Stute Praya Lombok Tengah,

(3)

itu, istri tidak puas dengan hubungan yang terjadi dalam rumah tangga, sehingga si istri menggugat cerai suaminya dengan alasan tidak adanya kepuasan batin yangt diberikan oleh suami untuk dirinya.

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi biasanya paling dominan yang menyebabkan perceraian, tidak sedikit perempuan yang menggugat cerai suaminya hanya gara-gara uang belanja dapur yang kurang. Sementara pihak suami jarang bahkan tidak ada pendapatan pasti dan tidak pekerjaan menetap. Sehingga daam beberapa kasus hal ini juga yang menyebabkan si istri mencari pria idaman lain dengan maksud memperoleh suami yang lebih mapan secara ekonomi daripada suami sebelumnya.

Dari dua faktor di atas, dominasi faktor ekonomi sangat mempengaruhi perceraian yang ada di masyarakat Sasak Praya Lombok Tengah. Fenomena ini tidak lepas dari kondisi ekonomi dan lapangan kerja yang minim, sehingga untuk meminimalisir hal tersebut, para suami mencari pekerjaan sampai ke luar negeri dengan menjadi TKI di Malaysia, Arab Saudi dan Negara lain. Namun, dengan merantaunya suami ke luar negeri, menjadi salah satu celah terjadinya perselingkuhan dari dua belah pihak. Sehingga kasus ini menjadi paradoks antara faktor psikologis dan faktor ekonomi, yang disebabkan pencarian nafkah ke luar negeri. Dengan demikian, salah satu solusi alternatif adalah meningkatkan SDM dan lapangan kerja yang harusnya disediakan dan difasilitasi oleh pemerintah, di samping adanya keterlibatan dua pihak (suami dan istri) dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.3

C. Dampak Perceraian Terhadap Anak

Berdasarkan dari hasil penelitian beberapa penulis yang berkaitan dengan perceraian yang tejadi dalam komunitas masyarakat Sasak Lombok, ada beberapa fenomena yang terjadi ketika sebuah keluarga mengalami perceraian (broken home). Terkait dengan hal itu, penulis dalam kasus ini bahwa dampak yang diakibatkan oleh perceraian ini adalah sebagai berikut:

3 Wawancara dengan Muhsin selaku kepala Dusun Liwung Praya Lombok Tengah, pada

(4)

1. Anak kurang mendapat perhatian atau kasih sayang dari kedua orang tua. 2. Sangat berpengaruh terhadap psikologis anak semenjak dia kecil bahkan

hingga dewasa. Ini tercermin dari tingkah laku mereka yang cendrung bengel (nakal). Kurangnya peran orang tua dalam mendidik anak menjadi salah satu penyebab kenakalan.4

Selain dampak negatif di atas, terdapat dampak positif yaitu anak broken home yang diasuh oleh kakek nenek dari jalur ibu dengan pola asuh dan pola didik dari kakek nenek tersebut, biasanya anak tersebut menjadi anak yang mandiri dan memiliki mental yang bagus dibanding anak-anak yang lain. Setidaknya fenomena tersebut peneliti temukan di desa tempat tinggal peneliti sendiri, di mana banyak anak yang diasuh oleh kakek nenek mereka yang menjadi anak yang mandiri dan tahan banting dalam menghadapi hidup.

D. Pola Pengasuhan Anak Perspektif Hukum Islam

Melihat manfaat dan mudaratnya, pola pengasuhan yang terjadi dalam masyarakat suku Sasak Praya Lombok Tengah, peneliti berpendapat bahwa fenomena pola pengasuhan yang ada dalam suku Sasak Praya Lombok Tengah, kurang sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarakan dalam Islam. Islam menegaskan bahwa yang wajib menafkahi anak dalam masa perceraian adalah pihak orang tua bukan kakek atau nenek si anak. Menurut survei sementara lapangan, tidak jarang kakek atau nenek yang mengasuh si anak, keadaan ekonominya sangat memprihatinkan. Di samping itu, kondisi fisik mereka rata-rata sudah lemah yang seharusnya mereka menikmati masa tuanya, tetapi realita menyatakan sebaliknya bahwa mereka mengasuh cucunya. Walaupun yang demikian ini diterima secara sukarela, tetapi lambat laun akan merugikan pihak sang kakek baik itu secara materiil maupun secara psikologis.

Dengan demikian, pola asuh yang terjadi di masyarakat Sasak pada dasarnya menegasikan hukum asalnya yaitu hak dari orang tua sang anak bukan hak kakek atau nenek. Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam

4

(5)

beberapa literatur fikih klasik dan dalam hukum perdata di mana hak asuh diserahkan kepada salah satu dari orang tua berdasarkan putusan hakim. Namun bila dicermati dari aspek sosiologis, kebiasaan anak broken home tersebut, diasuh oleh kakek dan nenek dari pihak ibu. Hal itu disebabkan karena beberapa hal, di antaranya sebagai berikut;

1. Mental suami atau istri yang kurang siap dalam menghadapi perceraian;

2. Permintaan dari pihak kakek atau nenek itu sendiri;

3. Psikologis istri yang tertekan kaena putusnya nafkah dari mantan suami sehingga pengasuhan diambil alih kakek atau nenek.

Referensi

Dokumen terkait

Persediaan minimum di dalam gudang yang harus dimiliki oleh perusahaan sebesar 7,04 ton kemudian perusahaan harus melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan di dalam

Jika pada permasalahan muncul kurangnya SDM maka sebaiknya pihak Bank atau bahkan pihak Pemerintah lebihaktif lagi untuk menggali kompetensi – kompetensi yang dimiliki

Setelah Peneliti melakukan analisa kegiatan pembelajaran Pengantar Teknologi Informasi pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bandar Lampung, maka didapatkan

Laporan Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk Keluarga terkhusus kedua orangtua saya Hamler Hasibuan dan Rosni Daulay yang senantiasa selalu memberikan motivasi, dukungan,

Hal tersebut perlu diperjelas, sebelum orang dapat menentukan tentang bilamana seseorang dapat dikatakan telah omkopen orang lain agar tidak menjalankan haknya

Bila pasien patuh menjalankan aktivitas self-care, maka pengendalian kadar glukosa darah yang menjadi tujuan utama penatalaksanaan DM akan berada dalam batas

Dalam rangka menghasilkan suatu pelayanan yang berkualitas suatu perusahaan diharapkan dapat mengidentifikasi variabel-variabel kualitas pelayanan yang akan diberikan pada

Penyebab gagal sinkronnya genset 1 dengan genset 2 ialah dari terjadinya RPM dan Frequensi yang tidak stabil yang menyebabkan relay pada genset 1 dan auto charger baterai