UJI LINEARITAS WILAYAH RAWAN KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK
Ahmad Sahid Megantara_163060006
Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, amegantara98@gmail.com
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota – Universitas Pasundan Bandung
Jl. Dr. Setiabudi No.193, Kota Bandung 1. Pendahuluan
Seiring berjalannya waktu di Indonesia semakin banyaknya permukiman yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Tentunya akan muncul berbagai masalah sosial. Yang tidak dapat dihindari, seperti adanya ancaman bahaya kebakaran. Semakin tinggi jumlah penduduk di suatu daerah dan semakin beragam aktivitas penduduknya, maka potensi terjadinya kebakaranpun tinggi.
Kebakaran bukan hanya menghilangkan harta, benda dan tempat tinggal tetapi yang lebih parah dapat menghilangkan nyawa. Menurut statistik kebakaran, di Indonesia daerah yang menempati angka tertinggi dalam hal frekuensi kebakaran di bandingkan kota-kota lain yang ada di Indonesia ialah DKI Jakarta.
2. Teori
Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). pengertian permukiman padat adalah kawasan permukiman yang dihuni terlalu banyak penduduk dan terjadi ketidakseimbangan antara lahan dengan bangunan yang ada. Permukiman padat menjadikan kawasan permukiman tersebut cenderung terlihat kurang tertata pola perkembangannya.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (UU No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana)
Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian. (UU No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana)
3. Metodelogi
Metode yang digunakan adalah pengujian pada SPSS dengan menggunakan uji linearitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Karena data yang baik seharusnya memiliki hubungan yang linier antara variabel predictor (X) dengan variabel kriterium (Y). Sedangkan pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka kesimpulannya adalah terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel predictor (X) dan variabel kriterium (Y). Begitupun sebaliknya. Dan juga jika nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Maka kesimpulannya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel predictor (X) dan variabel kriterium (Y). Begitupun sebaliknya.
4. Hasil dan Pembahsan 4.1 Tahap Pengerjaan
Aplikasi pada SPSS :
1. Buka SPSS
2. Klik Variabel View, kemudian pada bagian Name tulis saja pertumbuhan penduduk, kemudian di baris selanjutnya perubahan guna lahan, pada kolom Type ubah menjadi Numeric. 3. Kemudian pindahkan ke bagian Data View dan lengkapi data seperti gambar di bawah ini.
4. Klik menu Analyze, kemudian pilih Compare Means, dan klik Means
6. Selanjutnya, klik Options, pada Statistics for First Layer, pilih Test of Linearity, kemudian klik Continue.
4.2 Pembahasan
Dalam pengambilan keputusan, dapat dilihat dari nilai siginifikansi dan nilai Fhitung pada Tabel Anova. Maka dapat dilihat 2 pertimbangan :
a. Berdasarkan Nilai Siginifikansi
Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,188 yang lebih besar dari 0,05 yang terdapat hubungan linier secara signifikan antara variabel kawasan padat penduduk dengan variabel daerah rawan kebakaran.
b. Melihat Nilai F
Dari output diatas diperoleh nilai Fhitung= 3,133. Lalu lihat nilai Ftabel = 9,01. Karena nilai Fhitung< nilai Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear secara signifikan antara variabel wilayah rawan kebakaran dan variabel permukiman padat penduduk.
5. Daftar Pustaka
Saraswati, Ratna. 2008.
(https://www.academia.edu/2484479/Asesmen_wilayah_rawan_kebakaran_pada_permukiman_p adat_penduduk_di_Jakarta_Barat_Tahun_2008). Di akses 8 Maret 2018.
Naufal, Muhammad. 2015. (https://www.kompasiana.com/naufal11/kepadatan-penduduk-dan-permukiman-kumuh_56641070579373ca06b3fb3b). Di akses 8 Maret 2018