• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT M"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT MELALUI TEKNIK SKIMMING/SCANNING SISWA KELAS V SD SWASTA BUNDA

KOTA BATAM TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Proposal Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

MUHAMMAD SAINI NIM. 17043656

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN (STKIP)

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa mempunyai empat aspek, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keterampilan membaca dapat dipelajari dengan bermacam cara. Adapun cara yang akan ditempuh harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang – lambang yang tertulis semata. Bermacam – macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang-lambang-lambang yang bermakna baginya.

(3)

keterampilan membaca efektif secara cepat dan memiliki pemahaman yang kuat dapat dilakukan dengan pembelajaran membaca cepat.

Membaca cepat adalah sebuah keterampilan yang harus dilatih. Keberhasilan dalam menguasai dan mempraktikkan membaca cepat tergantung pada sikap, tingkah keseriusan, dan kesiapan untuk berlatih. Terkadang guru jarang meminta siswa untuk membaca teks bacaan. Menyebabkan siswa kurang dilatih untuk membaca teks sehingga siswa kurang menguasai kemampuan membaca teks secara cepat.

Kecepatan membaca memiliki hubungan erat dengan pemahaman. Seseorang dapat menyelesaikan bacaannya dalam waktu yang cepat. Adapun seorang mempunyai kemampuan membaca yang sangat lambat, dan memiliki pemahaman yang rendah, mungkin saja orang tersebut dapat terganggu ingatannya, sehingga harus berjuang keras untuk mengigat paragraf, kalimat , dan kata – kata yang telah dibacanya. Oleh karena itu, guru diharuskan sekreatif mungkin untuk bisa menggunakan sebuah teknik pembelajaran agar siswa dapat memahami suatu wacana yang sedang diajarkan. Adapun teknik yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan, agar pembelajaran dan penggunaan teknik tersebut berjalan sesuai tujuan pembelajaran.

Skimming/scanning merupakan teknik membaca yang khusus diperlukan dalam membaca cepat dan efektif. Teknik membaca

Skimming/scanning merupakan kegiatan membaca yang lebih menyeluruh dan memerlukan kompetensi yang khusus. Manfaat dari penggunaan teknik

(4)

yang mereka cari di dalam daftar isi kemudian melihat sub bab lalu membacanya dengan cepat dengan menggunakan teknik skimming/scanning

setelah menentukan topic yang siswa cari siswa dapat menormalkan kembali bacaan agar dapat memahami isi topik tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ibu Fauziah sebagai narasumber selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas V, diketahui bahwa siswa kelas V SDS Bunda kota Batam dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki keterampilan membaca yang rendah dikarenakan dalam melakasanakan proses pembelajaran guru menggunakan teknik pembelajaran yang kurang efektif, sehingga dalam proses pembelajaran terlihat monoton ini terjadi akibat kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan teknik pembelajaran membaca. Kemudian terlihat rendahnya keterampilan siswa dalam membaca cepat karena siswa jarang berlatih untuk membaca sehingga masih banyak siswa yang membacanya kurang lancar.

(5)

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan – permasalahan yang timbul berkaitan dengan rendahnya kemampuan membaca cepat yang dapat diidentifikasi berikut ini:

1. Keterampilan belajar bahasa Indonesia yang dimiliki siswa SDS Bunda kota Batam sangat rendah.

2. Keterampilan siswa SDS Bunda kota Batam dalam membaca cepat masih rendah.

3. Media pembelajaran yang digunakan guru dalam membaca cepat masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tentang membaca

cepat dan penggunaan teknik skimming/scanning.

2. Penguasaan dan implikasinya terhadap kemampuan dalam membaca cepat. 3. Sesuai dengan pelajaran bahasa Indonesia kelas V materi membaca cepat yang terdapat di Standar Kompetensi yaitu memahami teks dengan membaca cepat, membaca memindai dan membaca sekilas. Kompetensi Dasar : Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas, menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus ( buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll.)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca cepat pada siswa kelas V SDS Bunda kota Batam Tahun Pelajaran 2017/2018

2. Bagaimana pengaruh teknik pembelajaran skimming/scanning pada siswa kelas V SDS Bunda Tahun Pelajaran 2017/2018

(6)

pengaruh teknik pembelajaran skimming/scanning pada siswa kelas V SDS Bunda Tahun Pelajaran 2017/2018

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca cepat pada siswa

kelas V SDS Bunda Tahun Pelajaran 2017/2018

2. Untuk mengetahui pengaruh teknik pembelajaran skimming/scanning

pada siswa kelas V SDS Bunda Tahun Pelajaran 2017/2018

3. Untuk mengetahui hubungan peningkatan kemampuan membaca cepat dan pengaruh teknik pembelajaran skimming/scanning pada siswa kelas V SDS BundaTahun Pelajaran 2017/2018.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dari penelitian yang dilakukan, yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis. 1. Kegunaan secara Teoritis

Setelah dilakukannya latihan membaca cepat dengan pembelajaran siklus dapat menambah pengetahuan membaca cepat. Kemudian itu dapat mengembangkan teori pembelajaran membaca cepat dengan teknik

skimming/scanning.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi peneliti

(7)

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi guru dan calon guru khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia dalam pemilihan teknik yang relevan dengan materi pelajaran.

c. Bagi siswa

Penelitian ini memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang bermakna dengan pembelajaran membaca cepat dengan teknik skimming/scanning.

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Keterampilan Membaca a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan adalah suatu ilmu yang diberikan kepada manusia, kemampuan manusia dalam mengembangkan keterampilan yang dipunyai memang tidak mudah, perlu mempelajari, perlu menggali agar lebih terampil. Menurut KBBI, keterampilan adalah kecakapan orang untuk memahami bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara.1

Menurut Dunnette pengertian keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pe ngembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat.

(9)

Selanjutnya menurut Robbins keterampilan ( skill ) adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktlitas.2

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah cara seseorang untuk dapat memahami apa yang ia ingin ketahui dari proses menulis, membaca, menyimak atau berbicara.

b.Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca memiliki fungsi penting yaitu dapat melatih siswa agar menjadi siswa yang lebih terampil. Membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat kompleks. Aktivitas ini membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi. Membaca bukan dilakukan hanya dengan asal menyebutkan abjad dan mengeja huruf saja, melainkan harus dipahami dan diresapi makna apa yang tersirat ( tersembunyi ) di dalam sebuah teks / wacana. Membaca adalah salah satu cara agar melatih siswa untuk menjadi individu yang lebih kreatif. Membaca juga merupakan kegiatan atau aktifitas yang kompleks dan disengaja, dalam hal ini berupa proses berpikir yang didalamnya tersendiri dan berbagai aksi pikiran yang bekerja secara terpadu mengarah pada satu tujuan yaitu memahami makna paparan tertulis secara keseluruhan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Prof. DR. Henry Guntur Taringan, bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata – kata/bahasa tulis. Selain itu Prof. DR. Henry Guntur Taringan, menambahkan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan

(10)

terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata – kata secara individual akan dapat diketahui.3 Lain halnya dengan Soedarso, yang

mendefinisikan membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah – pisah, meliputi : orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat – ingat, kita dapat meembaca tanpa mengerakkan mata atau tanpa menggunakan pikiran kita.4 Sedangkan menurut Lado, membaca

adalah memahami pola – pola bahasa dari gambaran tertulisnya.5

Sedangkan menurut Finochiaro dan Bonomo, membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa.6

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses keterampilan yang sering dilakukan untuk berinteraksi atau memperoleh pesan yang hendak dicapai dengan menggunakan suatu wacana atau menggunakan bacaan – bacaan lainnya

2. Tujuan membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencangkup isi, memahami bacaan. Makna arti (

meaning ) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini, kita kemukakan beberapa yang penting: a) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan – penemuan

yang telah dilakukan oleh tokoh; apa – apa yang telah dibuat oleh

3Hendry Guntur Taringan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, ( Bandung:Angkasa, 2015) hlmn.7.

4Soedarso, Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: Gramedia, 2010) hlmn.4. 5 Hendry Guntur Taringan, Loc.Cit, hlmn.9.

(11)

tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah – masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian – perincian atau fakta – fakta (reading for details or facts).

b) Membaca untuk mengetahui mengapa hal ini merupakan topic yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa – apa yang dipelajari atau yang di alami tokoh, dan merangkumkan hal – hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide – ide utama (

reading for main ideas ).

c) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula – mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya – setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan – adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita ( reading for sequence or organization).

d) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas – kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi ( reading for inference).

(12)

membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan ( reading to classify ).

f) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran – ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau kerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi ( reading to evaluate ).

g) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan ( reading to compare or contrast).7

Jadi dapat simpulkan secara garis besar tujuan membaca adalah untuk mengetahui, membandingkan, menilai, mengelompokkan, menyimpulkan, memperoleh fakta dari isi atau cerita di setiap wacana sehingga pembaca dapat menyimpulkan cerita tersebut.

3. Manfaat Membaca

Anggapan bahwa membaca merupakan kebutuhan, bukan beban dapat pembaca rasakan jika pembaca menyadari bahwa membaca memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai berikut:

a) Meningkatkan kadar intelektualitas.

b) Memperoleh berbagai pengetahuan umum.

c) Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. d) Mendapatkan banyak pengalaman hidup.

e) Memiliki cara pandang dan pola pikir yang luas. f) Memperkaya perbendaharaan kata.

g) Mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia.

(13)

h) Meningkatkan keimanan. i) Mendapatkan hiburan.8

4. Faktor – faktor membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, faktor-faktor yang mempengaruhi membaca menurut Rahim Farida, ada tiga yaitu :

a) Faktor fisiologis

Mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis ( misalnya berbagai cacat otak ) dan kekurangan matang secara fisik merupakan salah satu factor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca mereka.

b) Faktor Intelektual

Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata – rata peningkatan remedial membaca. Tingkatan intelegensi membaca itu sendiri pada hakikatnya proses berfikir dan memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya.

c) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ikut mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca murid. Faktor lingkungan tersebut adalah latar belakang dan pengalaman anak di rumah.9

(14)

5. Tahap Perkembangan Membaca Tahap I

Para pelajar disuruh membaca bahan yang telah mereka pelajari, mengucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkin telah mereka ingat. Bahan – bahan tersebut mungkin berupa percakapan, suatu nyanyian, serangkaian kalimat tindakan, suatu cerita sederhana, mengenai hal – hal yang telah dialami oleh anggota kelas dan telah mereka diskusikan, kalimat – kalimat model yang mengandung beberapa struktur yang telah diajarkan tersebut.

Dalam tahao ini, para pelajar haruslah dibimbing untuk mengembangkan atau meningkatkan responsi – responsi visual yang otomatis terhadap gambaran – gambaran huruf yang akan mereka lihat pada halaman cetakan. Mereka haruslah disadarkan benar – benar serta memahami bahwa kata – kata tertulis itu mewakili atau menggambarkan bunyi – bunyi.

Guru menyuruh para pelajar mengucapkan / menceritakan bahan yang telah dikenal/diketahui itu tanpa melihatnya. Kemudian, guru membaca bahan itu dengan suara nyaring pada saat para pelajar melihat bahan bacaan itu. Setelah itu, mereka dapat membacanya bersama – sama mengikuti guru. Lalu, kelompok atau perorangan dapat disuruh membacanya berganti – ganti. ( Pada tahap – tahap permulaan, kata – kata atau kelompok kata – kata dari bacaan dapat ditempatkan pada kartu kartu demi penggunaan yang lebih praktis/efisien).

Tahap II

(15)

diketahui tersebut menjadi bahan dialog atau paragrap yang beraneka ragam, para pelajar dibimbing serta dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang mengandung unsur – unsur yang sudah biasa bagi mereka.

Tahap III

Para pelajar mulai membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa bagi mereka. Suatu komite guru – guru dapat menulis/menyediakan bahan yang dimaksud, atau menyusun teks – teks dengan kosa kata dan struktur yang bertaraf rendah tetapi berdaya tarik yang bertaraf tinggi selaras dengan usia para pelajar. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa para pelajar mengalami sedikit bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali menghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga puluh kata biasa. Acapkali teks – teks tata bahasa berisi paragraf – paragraf atau pilihan – pilihan yang sesuai buat bacaan pada tahap ini.

Tahap IV

(16)

belum begitu mampu membaca buku – buku aslinya dan yang tidak akan pernah mampu mencapai taraf itu.

Tahap V

Bahan bacaan tidak dibatasi. Seluruh dunia buku terbuka bagi para pelajar. Yang sering dipertanyakan adalah: Bilakah gerangan para pelajar mencapai keterampilan – keterampilan yang dituntut oleh tahap V ini? Sudahkah barang tentu ada beberapa orang yang tidak akan pernah mencapainya kalau bukan di dalam bahasa ibunya sendiri. Beberapa diantaranya mungkin mencapai keterampilan – keterampilan tersebut sudah melewati program 6 tahun disekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas, bahkan ada pula yang mencapainya sesudah mendapat latihan dan bimbingan selama satu atau dua tahun di perguruan tinggi. Berbicara mengenai “penguasaan ” keterampilan ini, harus pula dipertimbangkan segala faktor belajar lainnya.10

c. Keterampilan membaca

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencangkup atau melibatkan serangkaian keterampilan – keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu :

a.) Pengenalan terhadap aksara serta tanda – tanda baca;

b.) Korelasi aksara beserta tanda – tanda baca dengan unsur – unsur linguistic yang formal:

(17)

c.)Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning ( Broughton ( et al) 1978 : 90 ).

Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk – bentuk yang disesuaikan dengan metode yang berupa gambar, gambar diatas suatu lembaran, lengkungan – lengkungan, garis – garis, dan titik – titik dalam hubungan – hubungan berpola yang teratur rapi.

Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda – tanda hitam di atas kertas – yaitu gambar – gambar berpola tersebut – dengan bahasa. Adalah tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahami bahasa. Hubungan – hubungan itu jelas sekali terlihat terjadi antara unsur – unsur dari pola – pola tersebut di atas kertas dan unsur – unsur bahasa yang formal. Sesuai dengan hakikat unsur – unsur linguistik yang formal tersebut, pada hakikatnya sifat keterampilan itu akan selalu mengalami perubahan – perubahan pula. Unsur – unsur itu dapat merupakan kelompok bunyi kompleks yang dapat disebut sebagai kata, frase, kalimat, paragraf, bab, atau buku. Unsur itu dapat pula berupa unsur yang paling dasar, yaitu bunyi – bunyi tunggal yang disebut fonem.

(18)

yang dilambangkan oleh kata – kata tersebut. ( Broughton ) (et al ) 1978 : 90).11

2. Hakikat Membaca Cepat 1. Pengertian membaca cepat

Membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan membaca tanpa harus meninggalkan pemahaman terhadap isi bacaan. Sedangkan menurut para ahli pengertian membaca cepat adalah : a) Hernowo (2005 ) membaca cepat adalah kegiatan merespon lambang

lambang cetak atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dan cepat.

b) Colin Rose ( 2002 ) membaca cepat adalah keterampilan yang sangat bermanfaat untuk keperluan membaca sekilas dan pemahaman secara cepat serta biasanya mencegah kita bosan.

c) Praptanti, membaca cepat adalah suatu aktivitas membaca yang bertujuan agar dalam waktu yang relative singkat bisa mendapatkan hasil yang banyak.12

2. Jenis – Jenis Teknik Membaca Cepat a. Teknik skimming

Skimming adalah tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal. Karena itu, skimming bacaan berarti mencari hal – hal yang penting dari bacaan itu, yaitu ide pokok dan detail yang penting yang dalam hal ini tidak selalu di permukaan ( awal ) tetapi terkadang di tengahatau di dasar ( bagian akhir ).

Banyak yang mengartikan skimming sebagai sekedar menyapu halaman, sedangkan pengertian yang sebenarnya adalah suatu keterampilan membaca yang di atur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan, seperti hal berikut :

a) Untuk mengenali topic bacaan.

11 Ibid.h.11-12.

(19)

b) Untuk mengetahui pendapat orang ( opini ).

c) Untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya.

d) Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan itu.

e) Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan ceramah.13

b. Teknik Scanning

Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain – lain; jadi, langsung ke masalah yang di cari yaitu :

a) fakta khusus b) informasi tertentu.

Usaha untuk menemukan yang dicari itu, harus cepat dilakukan dan akurat (100 benar ). Dalam sehari – hari scanning digunakan, antara lain untuk :

a) Mencari nomor telepon, b) Mencari kata pada kamus, c) Mencari entri pada indeks, d) Mencari angka – angka statistik, e) Melihat acara siaran TV, dan f) Melihat daftar perjalanan.14

3. Tujuan dan Manfaat Membaca Cepat a. Tujuan Membaca Cepat

Menurut Albert dalam Harras ( 1997 ), tujuan utama membaca cepat meliputi :

a) Memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat: b) Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;

c) Menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. b. Manfaat Membaca Cepat

a) Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan efektif;

13 Soedarso, Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif(Jakarta: Gramedia, 2010),h.88-89.

(20)

b) Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau bacaan;

c) Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau membaca bagian yang tidak diperlukan.15

3. Keterampilan Membaca Cepat

Untuk meningkatkan keterampilan membaca cepat, kita perlu memahami manfaatnya. Selain itu, juga perlu menghilangkan kebiasaan membaca yang salah. Langkah berikutnya adalah senantiasa berlatih untuk meningkatkan konsentrasi membaca. Kesadaran dan konsistensi perlu dijaga serta perlu menghilangkan kebosanan situasi. Dengan begitu, keterampilan kita semakin bertambah.

Untuk membiasakan membaca cepat, banyak kebiasaan yang menghambat dan harus dihilangkan agar memperoleh hasil optimal antara lain : vokalisasi atau membaca dengan mengeluarkan suara, membaca dengan gerakan bibir, menunjuk bacaan yang dibaca dengan jari, dan melakukan gerakan kepala. Ada kalanya kita mengulang apa yang dibaca karena sebelumnya hanya membaca sepintas. Selain itu, hambatan kecepatan membaca akan terjadi jika kita melakukan subvokalisasi atau melafalkan di dalam batin. Akibatnya, kecepatan membaca berkurang.

Beberapa cara mengatasi kebiasaan membaca yang salah dapat di paparkan sebagai berikut:

Kebiasaan

1) Membaca dengan bersuara ( vokalisasi ) atau menggerakan bibir( komat kamit)

2) Membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan. 3) Membaca sambil menunjuk dengan jari.

4) Membaca ulang apa yang telah dibaca.

(21)

5) Membaca sambil melafalkan dalam batin ( subvokalisasi ).

1) Pandangan tegak lurus dengan bacaan; 2) Menggerakan bola mata, bukan kepala. Langkah ketiga:

1) Memegang bahan bacaan dengan kedua tangan, atau 2) Memasukkan tangan ke dalam saku selama membaca. Langkah keempat:

1) Konsentrasi pada bacaan dan menyelesaikan setiap kalimat; 2) Jangan terpaku pada detail, teruskan membaca sampai akhir. Kunci keberhasilan membaca

Persiapan:

1) Persiapkan diri untuk konsentrasi membaca. 2) Minimalkan gangguan.

3) Duduk dengan sikap tegak. Sikap

1) Taati instruksi.

2) Disiplin dalam berlatih.

3) Jujur dalam menghitung waktu membaca dan menilai pemahaman. 4) Berkeinginan meningkatkan kecepatan membaca.

5) Yakin bahwa kita pasti berhasil.

6) Ragut ( browsing ), membaca sekilas bacaan sebelum mulai membaca. Setelah meninggalkan kebiasaan membaca yang salah, kita harus selalu meningkatkan keterampilan membaca dengan berlatih secara kesinambungan. Siswa dapat dikatakan berkemampuan membaca cepat lanjutan apabila mempunyai kecepatan membaca mencapai 230 – 250 permenit.

Untuk meningkatkan keterampilan membaca cepat dapat digunakan teknik skimming yang meliputi langkah – langkah berikut: a) Siapkan wacana/buku yang hendak dibaca;

b) Siapkan 2 kertas kosong, satu untuk mencatat ide pokok, satu untuk mencatat apabila hal – hal yang menggagu konsentrasi, seperti ada janji atau kegiatan yang lain;

(22)

d) Menggurutkan catatan pada kertas pertama dan menyisihkan catatan pada kertas kedua;

e) Mulailah menyimpulkan ; dan

f) Lakukan berulang – ulang sampai mendapatkan hasil maksimal.

Selanjutnya, jika kita ingin membaca cepat dengan menggunakan teknik scanning kita dapat melakukan langkah – langkah berikut:

a) Siapkan wacaana/buku yang hendak dibaca;

b) Siapkan kebutuhan/pokok informasi yang diinginkan dari buku/wacana yang dibaca;

c) Carilah informasi yang dibutuhkan saja;

d) Catat informasi yang dibutuhkan dalam selembar kertas kosong; e) Mengecek kembali catatan yang telah kita buat;

f) Tampilkan kembali informasi yng telah ditulis dengan bahasamu; g) Lakukan terus menerus untuk mendapatkan hasil optimal.

Kecepatan membaca seseorang tentu saja berbeda dengan orang lain. Ada orang memliki kemampuan membaca cepat, ada pula yang kemampuan membacanya lambat. Untuk mengetahui kemampuan membaca seseorang, dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Kpm = q / t x 60

Keterangan rumus membaca cepat:

Q : Menunjukkan jumlah kata yang dapat dibaca oleh setiap orang

T : Menunjukkan lama waktu yang dibutuhkan untuk membaca ( satuan dalam detik )

60 Satuan detik dalam 1 menit Langkah – langkahnya :

a) Bacalah sebuah teks pendek;

b) Hitunglah waktu yang kita butuhkan untuk membaca tulisan tersebut; c) Hitunglah jumlah kata dalam tulisan pendek tersebut;

d) Bagilah jumlah kata dengan waktu yang kita butuhkan, lalu kalikan dengan 60 ( jumlah waktu dalam satu menit ); dan

e) Hasilnya merupakan kemampuan membaca kita dalam satu menit. 16

Tabel kecepatan membaca cepat adalah sebagai berikut:

Range

Jumlah kata Per Menit

Predikat

(23)

0 – 150 wpm poor

150 – 300 wpm averange

300 – 500 wpm good

500 – 750 wpm excellent

750 – 1.000 wpm unbelievable

Dari penjelasan menurut para ahli di atas tentang keterampilan dan membaca cepat, penulis dapat menyimpulkan keterampilan membaca cepat adalah suatu cara seseorang untuk dapat memahami apa yang ia ingin ketahui dari proses memahami bacaan, membaca bacaan dengan mengambil intisarinya saja tanpa harus membaca teks tersebut secara keseluruhan atau membaca teks semuanya.

B. Penelitian Relevan

Rahmat Hidayat daalm penelitiannya yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat Wacana Deskripsi Dengan Media Teks Bergerak Bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Prelet” memberikan kesimpulan bahwa penelitian ini di latar belakangi oleh kurang efektifnya pembelajaran membaca cepat yang disebabkan oleh rendahnya minat baca siswa, kecepatan baca siswa masih dibawah standar kurikulum, pemahaman membaca siswa yang rendah, dan kurang bervariasinya media. Hal tersebut dapat dilihat dari KEM rata yang rendah yaitu 79,22. Media pembelajaran teks bergerak dapat dijadikan media alternative yang mampu meningkatkan konsentrasi siswa dalam membaca cepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca cepat wacana deskripsi kelas VIII SMP Negeri 2 Pleret.

Istiana dalam penelitiannya yang berjudul “ Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat Teks Bacaan Dengan Metode Skimming

(24)

2009/2010’’ memberikan kesimpulan bahwa hasil belajar siswa dalam membaca cepat dengan pendekatan metode skimming yang dipresentasikan pada pencapaian nilai rata – rata siswa menunjukkan peningkatan. Nilai rata – rata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 6,5; nilai rata – rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cepat dengan pendekatan metode skimming siklus pertama ialah 67,66; nilai rata – rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cepat dengan pendekatan metode skimming siklus kedua ialah 74,36; nilai rata – rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cepat dengan pendekatan metode skimming siklus ketiga adalah 78,2. Jadi hasil respon siswa dan guru mitra pembelajaran membaca cepat dengan pendekatan metode skimming dari kondisi awal kepelaksanaan siklus pembelajaran yang dipresentasikan pada persentase ketercapaian nilai respons siswa menunjukkan peningkatan. Peningkatan presentasi ketercapaian nilai respons siswa dan guru mitra ialah perwujudan adanya respons positif. C. Kerangka Konseptual

(25)

mereka yang diterapkan dalam materi pelajaran sehingga pelajaran akan bermakna bagi siswa. Teknik skimming adalah tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal. Karena itu skimming bacaan berarti mencari hal – hal yang penting dari bacaan itu, yaitu ide pokok dan detail yang penting yang dalam hal ini tidak selalu di permukaan ( awal ) tetapi terkadang di tengah atau di dasar ( bagian akhir ).17

Dalam meningkatkan keterampilan membaca cepat, dilakukan dengan menggunakan Teknik skimming/scanning yang pelaksanaanya terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dengan demikian keterampilan membaca cepat pada siswa kelas V SDS Bunda kota Batam akan meningkat. Hubungan variable teknik skimming/scanning dengan keterampilan membaca cepat dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

(26)

Gambar 1 : Alur Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas,

Hipotesis penelitian ini adalah jika teknik skimming/scanning dilakukan maka akan dapat meningkatkan keterampilan membaca cepat pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SDS Bunda kecamatan Batam kota, kota Batam.

Siklus II KD : Menemukan

informasi secara cepat dari berbagai teks khusus yang dilakukan dengan

membaca

memindai/membaca cepat.

Melalui teknik

skimming/scanning

keterampilan membaca cepat siswa meningkat , dan nilai anak telah memenuhi SKM

Siklus II

KD : melakukan perkalian yang hasilnya bilangan dua angka dan pembagian bilangan dua angka dengan pengembangan soal cerita yang dekat dengan dunia nyata siswa sehingga lebi

Tindakan

Melalui teknik skimming/scanning keterampilan membaca cepat siswa meningkat.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Swasta Bunda Jalan Nahar RT 01 RW 02 Kelurahan Belian Kecamatan Batam Kota, kota Batam.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 03 Januari 2018 - 03 April 2018 dari tahap prasurvei hingga dilaksanakan tindakan. Penelian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah subjek yang diambil untuk penelitian. Sugiyono ( 2008:115 ) berpendapat populasi adalah wilayah gnralisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.18 Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas

V SDS Bunda kota Batam Tahun Pelajaran 2017/2018. Adapun populasi yang menjadi objek penelitian in berjumlah 20 siswa.

2. Sampel penelitian

(28)

Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Sugiyono ( 2008:116 ) berpendapat “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.19

C. Jenis & Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dapat di artikan sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan rasional dari tindakan – tindakan mereka dalam melaksanakan tugas memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilaksanakan. Di mana dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti merencanakan pelaksanaan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Adapun rancangan dari setiap aspek yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

a) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang diteliti.

b) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi PTK.

c) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan.

d) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternative tindakan

(29)

pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru. e) Menentukan cara untuk mengkaji hipotesis tindakan dengan

menjabarkan indikator – indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indicator keberhasilan itu.

f) Membuat secara rinci rancangan tindakan. 2. Tindakan

Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya “ dilatihkan” kepada si pelaksana tindakan ( guru ) untu dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.

Pada PTK yang dilakukan oleh guru, Pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan dari mata pelajaran tertentu.

3. Pengamatan atau Observasi

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

(30)

Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain – lain.

Instrumen yang umumnya dipakai adalah (a) soal tes, kuis, (b) rubrik, (c ) lembar observasi , dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk – petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

d. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi ( Hopkins, 1993).20

D. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel ( yang diungkap dalam definisi konsep ) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup objek penelitian/objek yang

(31)

diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas

Berdasarkan pendapat Sugiyono variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Jadi, variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi hasil penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik skimming/scanning.

2. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono variabel terikat merupakan variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variable bebas.21 Variabel ini adalah keterampilan membaca cepat siswa

kelas V SDS Bunda kota Batam

Definisi operasional variabel penelitian merupaakan penjelasan dari masing – masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator – indicator yang membentuknya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini menggunakan 4 cara, yaitu : 1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan kepada siswa, guru, dan informan lain untuk menggali data tentang proses pembelajaran keterampilan membaca cepat dan metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca cepat.

2. Angket

(32)

Angket adalah teknik pemgumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis. Angket biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa.

3. Observasi

Observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis. Teknik ini digunakan untuk mengamati, mengamati pristiwa secara cermat, mendalam, dan fokus terhadap subjek penelitian, baik dalam suasana formal maupun santai tentang sabjek penelitian.

Peneliti berperan serta dalam kegiatan-kegiatan subjek, kegiatan observasi peran serta dalam penelitian ini dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh data yang dibutuhkan. Pengamatan ini dilakukan secara langsung. Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung menggunakan lembar observasi aktifitas belajar siswa untuk mengukur dan memperoleh hasil belajar siswa . Adapun yang diobservasi adalah 20 orang siswa kelas V SDS Bunda kota Batam.

4. Tes

(33)

daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Tes tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam daftar pertanyaan yang cukup terperinci ( lampiran ).

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan pendekatan penelitian kuantitatif dengan strategi penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan penelitian untuk belajar mengajar yang terjadi pada suatu kelas. Berangkat dari permasalahan nyata di lapangan, kemudian dianalisis seluk-beluk permasalahannya. Selain itu dicoba sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkannya pada kegiatan belajar mengajar di kelas.

PTK menggunakan strategi tindakan yang berangkat dari identifikasimasalah yang dirasakan oleh guru, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan berurutan mulai dari rencana tindakan sampai dengan refleksi disebut satu tindakan penelitian. Guru dapat melangkah pada tindakan berikutnya, jika pada setiap refleksi ditemukan permasalahan yang lama maupun baru yang mengganggu tercapainya tujuan PTK.

(34)

mengetahui permasalahan apa yang terdapat pada kelas dan mencari solusi tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut Mc Taggart dalam Suryawati Penelitan tindakan kelas terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) Penyusunan Rencana

Rencana merupakan tahap awal yang harus di lakukan sebelum melakukan PTK, dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong praktisi untuk bertindak dengan lebih efektif.

2) Tindakan

Merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran yang tertentu yang bertujuan memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan.

3) Observasi

Observasi berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang di akibatkan oleh tindakan didalam kelas. Hasil observasi merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya.

4) Refleksi

Refleksi disini meliputi kegiatan analisis, sintetis, penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah di adakannya refisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang digunakan untuk memperbaiki kinerja pada pertemuan selanjutnya. Desain Penelitian

(35)

atau tahapan yaitu, plan (perencanaan), action (tindakan), observation

(observasi) dan refleksi digambarkan seperti gambar 1 dan gambar 2 berikut:

Prosedur Penelitian ini berkaitan dengan penggunaan teknik

skimming/scanning dalam membaca cepat, adapun langkah-langkah penggunaan metode membaca dalam membaca cepat dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Tahap Pengenalan Masalah

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu:

a. mengidentifikasi masalah pembelajaran membaca pada kompetensi memahami ragam wacana tulis di SMP Yos Anugrah Kelas VII. Pada tahap inipeneliti melakukan wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia SMPYos Anugrah Kelas VII. Berdasarkan wawancara tersebut peneliti melakukanpengamatan terhadap pembelajaran membaca pemahaman dan wawancara lagiterhadap

Perencanaan

Refleksi Siklus 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Siklus 2

Pengamatan Refleksi

(36)

beberapa siswa kelas VII yang mengalami permasalahan untukmengecek kebenaran informasi sebelum tindakan dilakukan;

b. menganalisis masalah secara mendalam terkait dengan permasalahanpembelajaran membaca pemhaman dengan mengacu pada teori-teori yangrelevan;

c. menyusun bentuk tindakan berupa penerapan metode SQ3R

untukmeningkatkan kemampuan membaca pemahaman;

d. menyusun lembar pengamatan guru-siswa, angket, dan pretes membacapemahaman sebelum tindakan.

2. Tahap Persiapan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi: a. penyusunan jadwal penelitian tindakan I (siklus I);

b. penyusunan rencana pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakanmetode SQ3R;

c. penyusunan evaluasi berupa instrumen angket minat membaca siswa dan teskemampuan membaca pemahaman;

3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan

Rencana tindakan disusun dalam 3 siklus, yaitu siklus I, siklus II, dansiklus III. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan,pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi.

4. Tahap Implementasi Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan yakni untukmeningkatkan minat membaca dan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Yos Anugrah Batam dengan menggunakan metode SQ3R. Tindakandilaksanakan sebanyak 3 siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Hipotesistindakan ini dimaksudkan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yangtelah direncanakan.

a. Siklus I

(37)

kegiatan awal, meliputi:

(a) sebelumproses pembelajaran berlangsung, guru melakukan apersepsi awal untukmengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu tentang kegiatanmembaca dengan memberikan contoh di sekitar anak, (b) siswa mengerjakanangket minat membaca untuk mengetahui gambaran awal sikap siswaterhadap kegiatan membaca, (c) guru menyampaikan secara sekilas tujuanyang hendak dicapai dari pembelajaran ini.

Kegiatan inti, meliputi:

(a) guru membagikan artikel kepada siswa, (b) siswa membaca secara cepat untukmengetahui gambaran isi artikel secara umum (survey), (c) siswamengerjakan soal untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari hasilmensurvei artikel (survey), (d) Siswa membuat atau mengembangkanpertanyaan yang telah ada sebagai pemandu pada saat membaca artikel(question), (e) siswa membaca artikel tersebut dengan teliti (read), (f) siswamengendapkan apa yang telah dibaca dengan menjawab kembali pertanyaan yang telah dibuat (recite), (g) siswa melihat ulang bagian yang belumdipahami untuk membuat rangkuman (review), (h) siswa mengerjakan teslatihan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan, (i)siswa dan guru bersama-sama membahas latihan pemahaman isi yang telahdikerjakan siswa dan menyamakan persepsi.

Kegiatan akhir, meliputi:

(a) siswa dan guru melakukan refleksidengan mereview apa yang telah dipelajari, (b) guru memberikan penguatantentang membaca pemahaman dengan metode

SQ3R, (c) guru melakukanrefleksi pada siswa bahwa membaca dengan metode

SQ3R membuat siswalebih mudah memahami bacaan, (d) guru menugasi siswa di rumah untuk

(38)

yang telah dilakukan3) Melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca

pemahaman pada siklus I. Pada tahap ini, guru dan peneliti melakukan pengamatan terhadappelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakanmetode SQ3R sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dirancang.Pengamatan ini tertuju baik pada aktivitas siswa selama pembelajaran,aktivitas guru sendiri, serta skenario pembelajaran yang diaplikasikan untuk mendapatkan data mengenai kekurangan dan kelebihan skenario yang sudahdiaplikasikan.4) Membuat refleksi pada siklus I. Pada tahap ini dilakukan analisis dan refleksi serta intepretasi olehpeneliti dan guru dari hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan.Apabila terdapat kekurangan maka dilakukan perbaikan dan apabila terdapattujuan yang sudah tercapai maka dilakukan peningkatan.

b. Siklus II dan III

Pada siklus II dilakukan dengan tahapan-tahapan seperti siklus I tetapididahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh padasiklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi padasiklus II. Demikian halnya pada siklus III dan seterusnya, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yangmengacu pada tindakan sebelumnya

1. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaantindakan pada siklus I, II, dan III. Peneliti mengamati perilaku guru saat mengajardengan metode SQ3R dan perilaku siswa. Perilaku siswa yang dijadikan subjekpengamatan ini berupa minat dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaranmembaca pemahaman.

(39)

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telahdilakukan selama penelitian

G. Tehnik Analisis Data

Proses analisis data terdiri dari hasil data saat pelaksanaan kegiatan. Sugiyono mengatakan, analisis data proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan – bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain ( Bogdan dalam Sugiyono, 2013: 244).22 Data yang terkumpul dari

hasil penelitian adalah data yang terdiri dari observasi aktivitas siswa, hasil observasi gurudan hasil belajar yang berupa nilai tes setiap akhir siklus. Adapun langkah – langkah pengolahan kata data yang terkumpul setiap siklus adalah :

a. Menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap siklus dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang hanya menggunakan paparan sederhana.

b. Menentukan rata – rata dari seluruh siswa yang mengikuti tes. Tingkat keberhasilan siswa berdasarkan skor tes yang diperoleh ditetapkan dalam nilai dengan menggunakan rumus :

Nilai = skor siswa

skor maksimal x100

Berdasarkan perolehan nilai, tingkat keberhasilan belajar siswa ditetapkan seperti tabel berikut :

(40)

Tabel 3.1

Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Kategori Prestasi Belajar Nilai Siswa

Sangat baik 80 - 100

Baik 60 - 80

Cukup 40 - 60

Kurang 20 - 40

Sangat kurang 0 - 20

Gambar

Gambar 1 : Alur Kerangka Konseptual
Tabel 3.1Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pemeliharaan tansformator daya khususnya pada minyak isolasi dilakukan pengujian untuk mengetahui keadaan ataupun kemampuan minyak isolasi sebagai penghantar dan

Pada perhitungan nilai tingkat kepentingan teknis House Of Quality pada gambar 4.8, parameter teknis kualitas pelayanan dan kualias produk memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar

a) mengambil maklum bahawa cadangan pindaan dokumen (CPD) dikemukakan untuk kelulusan mesyuarat merupakan susulan daripada penemuan Audit Dalam UPM pada 13-30 Jun 2011

Berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka tersebut, Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa, hakim dalam memeriksa dan memutus perkara, bebas dari

Ada beberapa hal yang belum diteliti yaitu pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup Kerang Mabe, pengaruh periode bulan terhadap

Hukum Administrasi Negara f 8 13:30 Syahwidad Syahrudin Fahmi Marbun,Dr.,S.H., M.Hum... Hukum Hak Asasi Manusia Internasional

Keberadaan emas letakan dalam sedimen dasar laut maupun pantai Perairan Bayah terdistribusi dalam berbagai jenis sedimen yaitu pasir, pasir sedikit kerikilan, pasir kerikilan,

Jenis pelanggaran yang paling banyak dilanggar pada Jalan Veteran saat hari libur dan hari kerja adalah pelanggaran lampu utama yang tidak menyala, selain itu saat hari