• Tidak ada hasil yang ditemukan

LKTI dengan Tema Musyawarah untuk Mufaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LKTI dengan Tema Musyawarah untuk Mufaka"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT ASAS DEMOKRASI

DI INDONESIA YANG TEPAT

Oleh :

Handy Indra Nugroho NIM. 1431140022

(2)

ABSTRAK

Setiap negara memiliki ciri khas dan budaya masing – masing, tidak terkecuali dengan negara Indonesia yang memiliki ciri khas kebiasaan bermusyawarah untuk menentukan dan mencapai kata mufakat dan tertuang dalam dasar negara yaitu pancasila sila keempat. Namun akhir – akhir ini budaya tersebut mulai luntur akibat berbagai faktor yang mempengaruhi bangsa Indonesia yang membuat mayoritas penduduknya cenderung bersifat individualisme terutama masyarakat perkotaan. Hal tersebut menyebabkan terkikisnya kebiasaan bermusyawarah untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan mencapai kata mufakat.

Sebagai generasi muda dan penerus bangsa, hendaknya mulai membangun kembali kebiasaan gotong royong dalam musyawarah tersebut dalam kehidupan sehari – hari. Dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga lalu dilanjutkan dengan lingkup sekolah dan masyarakat, hingga dalam lingkup pemerintahan ataupun kenegaraan. Meski demikian, dalam proses membangun dan mengembalikan kebiasaan serta ciri khas budaya Indonesia tersebut tentu selalu terdapat hambatan maupun rintangan yang dihadapi. Tetapi halangan yang dapat dilalui dengan menerapkan unsur – unsur dari musyawarah itu sendiri atau dengan tindakan preventif guna mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Dengan menjunjung tinggi toleransi, melakukan mekanisme gotong royong, saling menghargai pendapat sesama, lebih mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan menerima hasil keputusan musyawarah serta menjalankannya dengan baik tentu akan membawa terciptanya rasa kekeluargaan yang kental antar peserta musyawarah. Inti dari musyawarah itu sendiri adalah

(3)

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan dengan menerapkan prinsip musyawarah untuk mufakat dalam asas demokrasi di Indonesia merupakan hal yang tepat. Sebab selain memiliki kelebihan dibanding prinsip yang lain seperti voting yang sebenarnya adalah budaya barat meski voting memiliki hal positif yaitu lebih cepat dalam hal pengambilan keputusan namun musyawarah lebih menerapkan mekanisme gotong royong dan kekeluargaan dalam pengambilan keputusannya. Dimana hal tersebut memperkecil pertikaian karena untuk mengambil keputusan dibutuhkan kata mufakat, selain itu musyawarah merupakan identitas budaya Indonesia sejak zaman dahulu yang patut dijaga dan dilestarikan agar penerus bangsa Indonesia kelak tidak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

(4)

A.

PENDAHULUAN

Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai

– nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah. Dan salah satu yang akan dibahas disini adalah butir – butir pancasila yang terkandung pada sila keempat

yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan”. Sila ini mengungkapkan bahwa bangsa ini

adalah bangsa yang mengutamakan musyawarah dan perwakilan untuk mengambil suatu keputusan atau rencana.

Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata ‘syawara’ yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal – hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.

Karena kata musyawarah adalah bentuk mashdar dari kata kerja syawara

yang dari segi jenisnya termasuk kata kerja mufa’alah (perbuatan yang dilakukan

(5)

keamanan, ketentraman, kebahagiaan dan kesuksesan bagi rakyatnya, tetap memegang prinsip musyawarah ini.

Di Indonesia musyawarah juga sangat dianjurkan terlihat dari demokrasi

pancasila yang dianut Indonesia adalah jenis demokrasi yang memiliki ciri pokok yaitu

musyawarah mufakat. Musyawarah untuk mufakat disebut sebagai ciri pokok karena

prinsip musyawarah mufakat pada hakikatnya adalah prinsip utama yang hanya dapat

ditemukan dalam demokrasi pancasila. Dengan perkataan ini, musyawarah mufakat

adalah prinsip dasar yang membedakan demokrasi pancasila dengan demokrasi liberal

yang menganut prinsip voting (pemungutan suara) dan demokrasi rakyat yang

menganut prinsip pemusatan kekuasaan (otoriter).

Pengertian musyawarah untuk mufakat dapat dirumuskan sebagai proses

upaya bersama untuk mencari jalan keluar atau pemecahan suatu masalah yang

menyangkut kepentingan bersama pula. Di dalam praktik pelaksanaan demokrasi

pancasila kita menemukan beberapa ciri operasional yang secara material memiliki

hubungan organik dan fungsional dengan prinsip musyawarah untuk mufakat. Atas

dasar itulah, didalam karya ini disebut dengan ciri ciri pancaran musyawarah untuk

mufakat. Ciri ciri pancaran musyawarah mufakat adalah sebagai berikut:

 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat

 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama

 Musyawarah untuk mencapai mufakat yang diliputi oleh semangat kekeluargaan

 mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama

 Musyawarah untuk mencapai mufakat yang diliputi oleh semangat kekeluargaan

 Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

keputusan musyawarah

 Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur

 Dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

mengunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai kebenaran dan

(6)

Demokrasi pancasila adalah suatu demokrasi yang diintegrasikan oleh sila –

sila pancasila. Identitas demokrasi pancasila adalah sila kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan. Dalam demokrasi pancasila

terkandung dua asas pokok, yakni asas kerakyataan dan asas musyawarah mufakat.

Pedoman operasional demokrasi pancasila adalah ketetapan ketetapan MPRS/MPR.

Unsur unsur yang terkandung adalah demokrasi Pancasila antara lain :

 Kesadaran beragama dan menolak ateisme

 Berpangkal pada kebenaran dan kecintaan kepada tanah air dan bangsa

 Berlandaskan budi pekerti yang luhur dan berkepribadian Indonesia

 Keseimbangan antara individu dan masyarakat, manusia dan lingkungan, serta

manusia dengan Tuhannya.

 Berlandaskan tinjauan lahir batin.

Namun akhir – akhir ini di Indonesia asas msyawarah untuk mufakat dalam

prinsip demokrasi yang berakar dari pandangan pandangan hidup masyarakat

Indonesia mulai menghilang. Kendati demokrasi tersebut dibangun atas aturan formal

– prosedural yang meminggirkan partisipasi di dalam ruang publik. Dewasa ini prinsip

demokrasi di Indonesia lebih cenderung berjalan ke arah sistem politik demokrasi

liberal yang melahirkan kelompok elit yang mengkooptasi ruang publik sehingga

produk hukum yang dihasilkan tidak berpihak pada kepentingan umum. Sistem politik

yang dijalankan berdasarkan demkrasi liberal telah membentuk kultur elit politik yang

berkelindan dengan politik kartel[1]. Maka dibutuhkan demokrasi yang diangkat dari

nilai – nilai filosofis bangsa Indonesia dan pandangan hidup bangsa Indonesia yakni

demokrasi permusyawaratan. Konsep musyawarah mufakat berangkat dari

penjabaran konsep yang lebih abstrak, yang terdapat di dalam Pancasila sila keempat.

Musyawah mufakat juga berakar dari asas – asas hukum adat dan dilembagakan di

dalam demokrasi desa. Musyawarah dalam pandangan Habermas, merupakan bentuk

diskursus praktis yang mengandaikan prosedur komunikasi dan ruang publik.

[1] persekongkolan elit politik yang bekerja sama dengan kelompok kuat lain dalam satu

oligarki semu untuk menetapkan haluan politik tertentu yang sifatnya tertutup dan

untuk membatasi kompetisi,

(7)

Musyawarah adalah ciri khas dari pengambilan keputusan berdasarkan

gagasan kerakyatan yang berpegang kepada hikmah kebijaksanaan. Masalah yang

diperbincangkan adalah masalah yang hidup di dalam masyarakat yang menghendaki

suatu pemecahan masalah dalam konteks ini yang dibahas adalah masalah nasional.

Dengan hikmah kebijaksanaan dimaksudkan untuk menggunakan ‘pikiran sehat’ yang

mempertimbangkan kesejahteraan umum. Pertimbangan tersebut harus diolah

menuju kebulatan pikiran dari semua peserta. Semua peserta musyawarah termasuk

yang memberi amanah harus menjalankan keputusan itu dengan itikad baik dan rasa

tanggung jawab.

Sedangkan pandangan Habermas[2] atas demokrasi deliberative, yaitu

demokrasi deliberative merupakan demokrasi yang menitikberatkan pada partisipasi

warga di dalam ruang publik untuk melakukan pengujian terhadap suatu keputusan

yang memastikan dengan cara manakah opini – opini mayoritas itu dibentuk

sedemikian rupa sehingga seluruh warganya dapat mematuhi opini – opini itu.

Demokrasi ini mengacu pada formasi opini dan aspirasi opini dan aspirasi politis warga

Negara dan ini dari demokrasi ini adalah arena diskursif warga negara dimana setiap

keputusan publik yang dibuat dilakukan pengujian yang terbuka terhadap kritik dan

revisi.

Musyawarah mufakat yang merupakan ruang publik dari kedaulatan rakyat

dalam hal ini masyawarah mufakat mencoba memberikan bentuk partisipasi dan

emansipasi warga Negara di dalam arena diskursif. Menurut Habermas ruang publik

adalah wahana atau tempat warga Negara dapat menyatakan opini ataupun

pendapatnya dan kebutuhan mereka secara diskursif. Musyawarah sebagai ruang

public adalah sarana dimana warga negara berpartisipasi secara bebas, terbuka, serta

setara dalam menyatakan argumentasi. Maka demi terciptanya ruang publik yang

bebas dari kooptasi birokrasi dan uang (modal), maka setiap warga negara wajib

mengaktifkan kembali ruang publik dan merawat ruang publik agar tetap menjadi

pengeras suara bagi pemerintahan yang berjalan demi kepentingan umum dan

(8)

[2] Teori sosiologi yang benar benar mencapai puncak di bawah tangan Jurgen Habermas,

http://rennynataliaa.blogspot.com/2013/01/teori-kritis-habermas.html (diakses pada 19

Juni 2015)

Musyawarah untuk mufakat itu sendiri dalam demokrasi Indonesia dibangun

atas tradisi Republikanisme Indonesia (emansipasi dan partisipasi publik). Republik

Indonesia bersendikan musyawarah mufakat yang berasal dari demokrasi desa, yang

bertujuan mencapai kesepakatan di dalam perbedaan pandangan. Namun menurut

pendapat Soediman Kartohadiprojo, menginisiasi demokrasi terpimpin sebagai dasar

dari susunan ketatanegaraan Negara Republik Indonesia. Demokrasi terpimpin,

bersumber dari pandangan hidup masyarakat Indonesia yakni Pancasila dimana

gotong royong atau solidaritas serta kekeluargaan menjadi inti dari demokrasi

terpimpin. Pancasila sebagai sumber demokrasi terimpin mengandung pengakuan dan

perlindungan terhadap martabat manusia. Dengan kata lain demokrasi terpimpin

diartikan sebagai demokrasi yang dipandu berdasarkan Pancasila sebagai pandangan

hidup masyarakat Indonesia dan juga sebagai pembeda dari demokrasi liberal yang

berdasarkan paham individualisme dan liberalisme.

Menurut pendapat Moh. Hatta, beliau telah mengidentifikasikan prinsip –

prinsip yang membentuk Demokrasi Indonesia, menjadi tiga prinsip utama yaitu,

prinsip musyawarah, prinsip diskursif, prinsip solidaritas. Ketiga prinsip ini merupakan

prinsip yang berkembang dari praktek demokrasi yang ada di dalam demokrasi desa.

Ketiga prinsip ini hendaknya menggantikan prinsip demokrasi liberal yang berkembang

di masa sekarang ini yaitu, individualisme. Melalui musyawaarah, Hatta mencoba

mengembalikan kedaulatan rakyat sebagai inti dari Negara Republik Indonesia. Hatta

juga menegaskan bahwa musyawarah mufakat ini penting untuk mencegah dominasi

perseorangan atau golongan tertentu dalam pengambilan keputusan. Musyawaarah

mufakat juga penting untuk menjamn agar keputusan politik senantiasa berorientasi

pada keadilan sosial dan kepentingan umum.

Cita – cita Demokrasi Indonesia yang sebenarnya adalah membumikan asa

kerakyatan di dalam sistem ketatanegaraan dan sistem politik Indonesia. Melalui asas

ini kedaulatan ada ditangan rakyat dan segala peraturan perundang – undangan yang

(9)

di dalam keyakinan rakyat. Demokrasi Indonesia dijiwai dan bersendikan musyawarah

untuk mufakat sehingga Demokrasi Indonesia disebut dengan demokrasi

permusyawaratan. Dengan merawat dan mengaktifkan kembali ruang publik, warga

negara harus mengisi ruang publik tersebut dengan partisipasi dan gerakan

emansipasi. Hal ini perlu dilakukan agar ruang publik tidak dikooptasi oleh tirani

kekuasaan birokraasi dan dominasi pemilik modal. Sistem politik Indonesia yang

berdasarkan musyawarah mufakat akan menghasilkan hokum yang mencerminkan

cita – cita hukum yang mencerminkan tujuan bernegara dan pandangan hidup rakyat

Indonesia yakni Pancasila. Maka kedudukan musyawarah mufakat adalah sebagai

kompas penunjuk arah bagi sistem politik Indonesia yang berdasarkan demokrasi

permusyawaratan.

B.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bentuk implementasi dari nilai musyawarah mufakat didalam masyarakat adat?

2. Bagaimana efektifitas dari nilai musyawarah mufakat jika dibandingkan nilai individualisme melalui sistem voting?

3. Bagaimana penerapan musyawarah di dalam kehidupan sehari – hari yang sebenarnya?

4. Bagaimana cara membiasakan warga negara Indonesia untuk menerapkan asa musyawarah mufakat dalam kehidupannya?

5. Hambatan apa saja jika menggunakan musyawarah mufakat sebagai asas demokrasi di Indonesia? Bagaimana cara mengatasinya?

6. Apa kelebihan musyawarah dibanding dengan asas lainnya sehingga mampu menjadi asas yang tepat bagi Indonesia?

7. Apakah inti dari asas musyawarah untuk mencapai mufakat?

C.

PEMBAHASAN

(10)

Dalam sudut pandang dari pembentukan undang – undang, Hukum Adat dapat dikonsepsikan sebagai salah satu sumber hukum, hukum adat mencerminkan nilai – nilai filosofis dari bangsa Indonesia dan sebagai manifestasi dari kultur hukum dari bangsa Indonesia. Dalam kerangka pembinaan Hukum Nasional tidak hanya berarti menciptakan hukum baru yang memenuhi tuntutan nauri kebangsaan sesuai dengan Pancasila.

Masyarakat Indonesia identik dengan masyarakat yang majemuk. Kemajemukan itu antara lain tidak hanya ditandai oleh adanya agama yang berbeda, tetapi juga sukubangsa yang satu dengan lainnya mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Ini artinya dalam masyarakat majemuk di dalamnya terdapat kebudayaan yang majemuk, yaitu kebudayaan daerah (lokal), umum lokal, dan nasional yang penggunaannya bergantung pada suasana – suananya. Dalam suasana keluarga atau adat misalnya, acuan yang digunakan adalah budaya daerah. Kemudian, dalam suasana umum (tempat

– tempat umum) acuan yang digunakan adalah budaya umum lokal. Dan, dalam suasana – suasana resmi acuan yang digunakan adalah kebudayaan nasional. Mengingat fungsi kebudayaan adalah sebagai acuan dalam bersikap dan bertingkah laku, maka setiap sukubangsa pasti akan mengembangkan nilai – nilai yang kemudian dijadikan sebagai acuan berintekraksi dengan sesamanya. Nilai yang dikembangkan oleh suatu masyarakat bisa saja tidak sesuai dengan masyarakat lainnya. Misalnya, “meminta” pada masyarakat

(11)

Didalam sistem masyarakat adat, Menurut Ferdinan Tonnies masyarakat yang menjujung nilai gotong royong dan musyawarah mufakat adalah sebagai masyarakat Gemeenschaf bukan Gesellchaf. Sedangkan menurut Djojodiguno disebut masyarakat paguyuban, lawannya adalah masyarakat patembayan. Masyarakat Gemenschafartinya adalah pola masyarakat yang ditandai dengan hubungan anggota – anggotanya bersifat pribadi, sehingga menimbulkan ikatan yang sangat mendalam dan batiniah, misalnya pola kehidupan masyarakat pertanian umumnya bersifat komunal yang ditandai dengan ciri – ciri masyarakat yang homogen, hubungan sosialnya bersifat personal, saling mengenal, serta adanya kedekatan hubungan yang lebih intim. Sehingga dalam masyarakat paguyuban sisetem gotong royong selalu menjadi hal yang utama dalam melakukan setiap kegiatan bersama, perlu dipahami bahwa gotong royong merupakan suatu sumbangsih berdasarkan kemampuannya masing – masing untuk menutupi kebutuhan dan kekurangan bersama.

Sedangkan lawan kata dari gemeinschaft adalah Gesselschaft atau patembayan yaitu masyarakat yang kehidupan anggotanya lebih mengutamakan kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan, serta memperhitungkan untung rugi. Berbeda dengan masyarakat paguyuban, masyarakat patembayan cenderung hidup secara individu, sehingga nilai gotong royong didalam kelompok masyarakat ini tidak semenonjol dari masyarakat paguyuban.

Pendektaan secara historis menunjukkan bahwa “Gotong Royong” adalah suatu faham yang dinamis, lebih dinamis dari faham “Kekeluargaan”.

(12)

hadir diantara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia.

Orang Minangkabau terkenal dengan adatnya yang kuat. Adat sangat penting dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu dalam petatah Minangkabau diungkapkan, hiduik di kanduang adat. Maka, ada empat tingkatan adat di Minangkabau.

1. Adat Nan Sabana Adat

Adat nan sabana adat adalah kenyataan yang berlaku tetap di alam, tidak pernah berubah oleh keadaan tempat dan waktu. Kenyataan itu mengandung nilai-nilai, norma, dan hukum. Adat nan sabana adat menempati kedudukan tertinggi dari empat jenis adat di Minangkabau, sebagai landasan utama dari norma, hukum, dan aturan-aturan masyarakat Minangkabau. Semua hukum adat, ketentuan adat, norma kemasyarakatan, dan peraturan-peraturan yang berlaku di Minangkabau bersumber dari adat nan sabana adat.

2. Adat Nan Diadatkan

Adat nan diadatkan adalah adat buatan yang dirancang, dan disusun oleh nenek moyang orang Minangkabau untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aturan yang berupa adat nan diadatkan disampaikan dalam petatah dan petitih, mamangan, pantun, dan ungkapan bahasa yang berkias hikmah.

(13)

itu dilihat dari tingkat adat yang ada dimasyarakat Minangkabau ialah Adat Nan Sabatang, inti dari adat nan diadatkan yang dirancang Datuak Parpatiah Nan Sabatang ialah demokrasi, berdaulat kepada rakyat, dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Sebuah sistem yang dirancang oleh Datuak Parpatiah Nan Sabatang tentang demokrasi, berdaulat kepada rakyat, dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat adalah salah satu gambaran dari sebuah rancangan yang menunjukkan nilai – nilai gotong royong dan musyawarah mufakat sebagaimana yang terkandung didalam Pancasila sebagai pondasi negara dan bangsa Indonesia. Sedangkan adat yang disusun Datuak Katumangguangan intinya melaksanakan pemerintahan yang berdaulat ke atas, otokrasi namun tidak sewenang – wenang. Sepintas, kedua konsep adat itu berlawanan. Namun dalam pelaksanaannya kedua konsep itu bertemu, membaur, dan saling mengisi. Gabungan keduanya melahirkan demokrasi yang khas di Minangkabau.

3. Adat Nan Taradat.

Adat nan taradat adalah ketentuan adat yang disusun untuk melaksanakan adat nan sabana adat dan adat nan diadatkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan nagarinya. Adat ini disusun oleh para tokoh dan pemuka masyarakat nagari melalui musyawarah dan mufakat. Dari pengertian itu lahirlah istilah adat salingka nagari.

Adat nan taradat disebut juga adat babuhua sentak, artinya dapat diperbaiki, diubah, dan diganti. Fungsi utamanya sebagai peraturan pelaksanaan dari adat Minangkabau. Contoh penerapannya antara lain dalam upacara batagak pangulu, turun mandi, sunat rasul, dan perkawinan, yang selalu dipagari oleh ketentuan agama, di mana syarak mangato adaik mamakaikan.

4. Adat Istiadat.

(14)

mufakat. Adat istiadat umumnya tampak dalam bentuk kesenangan masyarakat setempat seperti kesenian, langga, tarian dan olahraga

2. Efektifitas dari Nilai Nilai Musyawarah Mufakat jika Dibandingkan Nilai Individualisme Melalui Sistem Voting

1. Gotong royong dan Musyawarah Mufakat

Demi efektifitas dalam menentukan dan mengambil suatu kebijakan, sistem musyawarah mufakat sebagaimana yang diterapkan didalam masyarakat adat melalui masyarakat paguyuban bahwa suatu kebijakan memanglah tidak dapat ditentukan secara sepihak, harus adanya suatu musyawarah supaya kebijakan yang diambil nantinya merupakan hasil kesepakatan bersama sehingga dapat dipertanggung jawabkan bersama. Sistem voting yang ditularkan oleh ajaran barat secara tidak langsung merusak dari tatanan kebiasaan masyarakat adat yang lebih menjujung tinggi musyawarah mufakat, sungguh sangat disayangkan sebenarnya bahwa sistem voting yang dilaksanakan sekarang mulai merubah jati diri bangsa, karena didalam sistem voting tersebut tidaklah mencerminkan dari asas hukum adat itu sendiri yaitu asas perwakilan, dimana didalam asas perwakilan ini mengutamakan permusyawaratan didalam sistem pemerintahan yang mengedepankan musyawarah mufakat dalam penentuan dan pengambilan suatu kebijakan. Selain itu mengingat dari tujuan hukum yang sebenarnya adalah kembalinya atau pulihnya keadaan masyarakat yang terganggung dan terjadi lagi tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

(15)

semangat kebersamaan ini sesungguhnya merupakan pandangan dari cita-cita masyarakat desa yaitu demokrasi, partisipasi, transparansi, beradat dan saling menghormati perbedaan (keberagaman). Inilah yang merupakan salah satu sebuah bentuk dari implementasi dari nilai Pancasila didalam masyarakat adat melalui sebuah asas gotong royong dan musyawarah mufakat.

Ada beberapa nilai luhur yang perlu dilestarikan dalam musyawarah, nilai-nilai tersebut diantaranya :

a. Setiap orang diberikan kesempatan untuk mengikuti musyawarah dengan mengemukakan pendapat.

b. Setiap orang berkesempatan untuk mendengarkan pendapat orang lain yang menjadi peserta musyawarah.

c. Musyawarah dapat memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara. d. Musyawarah dapat menimbulkan kewajiban yang mengikat, yakni

kewajiban untuk melaksanakan semua keputusan musyawarah. e. Musyawarah dapapt menimbulkan semangat kekeluargaan dan

kegotongroyongan.

f. Musyawarah dapat menghilangkan permusuhan, dan lain – lain. Dari beberapa nilai – nilai musyawarah tersebut dapat kita pahami bahwa terdapat suatu sifat gotong – royong dimana setiap orang mendapat kesempatan untuk memberikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain. Musyawarah mufakat tersebut merupakan suatu kebiasaan asli bangsa Indonesia yang terdapat dalam masyarakat adat.

(16)

moral dan akhlak yang baik adalah pondasi dasar kita semua. Semua berdasar kepada apa yang diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bukan diatur oleh hanya sekedar olah pikir manusia saja. Sopan santun harus dijaga. Sejatinya nilai yang tersirat didalam Pancasila menggambarkan bangsa ini adalah bangsa yang sangat sadar bahwa kita semua sama sebagai ciptaan Tuhan, etika sesama makhluk Tuhan harus dijaga. Saling menghargai satu dengan yang lain. Keadilan untuk semua dan semua sama dimuka hukum. Selain itu nilai yang mencerminkan jati diri bangsa kita sebagai bangsa yang mengangkat hukum dan budaya adat adalah mengutamakan sebuah tujuan bersama untuk mencapai musyawarah dan mufakat.

Penerapan demokrasi yang berlebihan menempatkan voting dalam berbagi kehidupan kita didalam masyarakat, yang pada hakikatnya budaya voting yang merupakan budaya copy – paste dari ajaran liberal semakin menjauhkan dari musyawarah mufakat dan gotong royong sebagai jati diri bangsa Indonesia.

2. Voting

Sebagaimana yang kita tahu, voting (in current time) adalah metode pengambilan keputusan yang 'memenangkan' opsi yang didukung suara terbanyak berdasar dari orang-orang yang memiliki hak suara. Dahulu voting hanyalah penarikkan opini masyarakat sebelum raja memutuskan sesuatu seperti yang terjadi di Sparta sebelum abad 4 Masehi (Encyclopedia Britanica 1911). Untuk selanjutnya istilah voting yang kita bicarakan adalah voting dalam defenisi kekinian (current time).

(17)

voting yang terkenal pernah dilakukan oleh kerajaan romawi yaitu 'voting konsili nicea pada tahun 329' yang menuhankan Isa A.S dan menyetel ulang keyakinan keagamaan Nasrani yang dikenal sebagai Kredo Nicea. Ini adalah voting yang terburuk yang pernah dilakukan dalam sejarah manusia yang kita tahu.

Sedang Negara berpenduduk muslim namun tidak menempatkan Islam sebagai dasar negara seperti Indonesia, Voting digunakan hampir disemua lini untuk menghasilkan keputusan dan pengangkatan. Ini dikarenkan voting ditafsirkan identik dengan ideologi Demokrasi yang menjadi jiwa sebagian besar negara berbentuk republik di dunia ini. Permasalahan yang timbul di Indonesia, penggunaan "Voting" digunakan untuk menelurkan keputusan perundangan-undangan, dimana undang – undang adalah hukum tertulis yang bersifat memaksa, sehingga secara tidak langsung memaksa masyarakat untuk mengikuti keputusan tersebut, dan tidak jarang peraturan yang dicetuskan bertentangan dengan hukum kebiasaan yang berlaku dimasyarakat, sebagai contoh undang – undang penanaman modal yang menjadi investor sebagai pemilik tanah meskipun diatas namakan masyarakat setempat, sehingga masyarakat dipaksa untuk keluar dari tanah miliknya, yang padahal sejatinya hal tersebut diatur didalam konstitusi dasar kita bahwa tanah dan kekayaan alam kita harus dikuasai oleh negara sebagai pengemban amanah dari rakyat.

(18)

voting dalam penentuan sebuah kebijakan memang lebih efektif dan efisien untuk mengurangi waktu, namun apabila voting diterapkan maka kita akan bicara tentang pihak yang kalah dan pihak yang menang, sehingga dari voting tidak tercipta tujuan hukum yaitu keadilan, karena bagi pihak yang kalah dalam pemungutan suara harus dipaksa untuk menerima keputusan yang sebenernya tidak menunjukkan kebenaran yang hakiki. Meski efisiensi waktu terasa dalam siste waktu, namun kuptusan yang diambil dapat menimbulkan suatu perpecahan, berbeda dengan musyawarah yang pada hal ini lebih menjunjung dialog, mengajukan setiap pendapatnya, dan mengambil jalan keluar secara bersama sehingga berbagai pihak yang terlibat mampu menerimanya dengan lapang dada dan mampu mempertanggung jawabkannya secara bersama karena hasil dari musyawah ini adalah hasil kesepatakan bersama yang secara tidak langsung pihak yang menyepakati atau mufakat yang diperoleh haruslah dijalan dan dipertanggung jawabkan secara bersama. 3. Efektifitas dari Musyawarah Mufakat dan Voting

Berdasarkan dari uraian yang telah disebutkan diatas maka sebenarnya jelas dapat dikatakan bahwa budaya asli bangsa Indonesia adalah musyawarah mufakat, meskipun waktu yang diperlukan relative lama karena dialektika yang muncul dari musyawarah tersebut namun pencapaian sebuah kesepakatan yang menghasilkan sebuah keputusan yang menjadi tanggung jawab bersama karena dijalan secara bersama melalui mekanisme gotong royong. Inilah sebuah jati diri bangsa Indonesia, nilai yang digali dari kebiasaa, adat, dan budaya bangsa kita sendiri.

(19)

mengedapankan jalan praktis, selain itu meski waktu yang dibutuhkan relative lebih cepat dibangdingkan dengan musyawarah, namun hasil yang digunakan dalam sistem ini tidaklah semaksimal jika dibandingkan dengan hasil musyawarah mufakat. Karena dalam hal ini adalah kembali kita pahami bahwa dalam realita kehidupan saat ini, sistem pemilihan yang dilakukan melalui sistem voting sering kali membuat pihak yang kalah dalam jumlah suara merasa tidak “legowo”, artinya sistem ini sering kali memaksakan keadilan terhadap sesuatu yang sebenarnya hal tersebut tidak mencerminkan suatu nilai keadilan, keadilan yang sejatinya adalah hal yang tidak perlu dipaksakan.

Sehingga dalam hal ini apabila muncul sebuah pertanyaan manakah yang lebih efektif dalam penentuan suatu kebijakan, apakah musyawarah – mufakat atau voting?

Untuk efektifitas waktu, sistem voting memang memiliki kecepatan dalam hal ini karena dalam mekanisme seperti ini lebih mengedepankan budaya praktis, namun secara kepastian dan kemanfaatan, budaya musyawarah mufakat yang merupakan budaya asli dari bangsa Indonesia, maka musyawarah mufakat merupakan mekanisme yang paling tepat untuk diterapkan, karena mekanisme voting yang berasal dari budaya barat tidaklah sesuai dengan kebudayaan dan adat istiadat dari bangsa Indonesia, selain itu itu sistem voting lebih mencerminkan dari sifat individualistic dari masyarakat barat, yang dalam hal ini berbeda jauh dengan masyarakat kita yang lebih menjunjung tinggi kebersamaann, musyawarah, dan gotong royong.

(20)

Musyawarah adalah penting dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi dalam menghadapi masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Dengan musyawarah maka akan mudah mendapatkan solusi yang terbaik untuk kepentingan bersama dan tercapai kesepakatan yang memuaskan banyak pihak. Solusi ini dapat memberikan dampak yang positif bagi kepentingan bersama, baik pimpinan maupun anggotanya. Perbedaan pendapat tidak akan menjadi masalah asalkan pelaksanaan musyawarah tetap mengacu pada prinsip musyawarah.

Musyawarah mufakat sudah banyak dikenal dan sering dilakukan pada saat tertentu dan digunakan untuk mencari solusi atas suatu masalah tertentu. Cara ini dilakukan untuk memudahkan penemuan solusi pada masalah yang umum terjadi pada kehidupan seharian kita. Salah satu contohnya penerapan musyawarah dalam kehidupan sehari – hari adalah sebagai berikut :

1. Musyawarah mufakat pada dunia pendidikan biasanya terjadi pada saat pemilihan ketua kelas, pemilihan ketua OSIS dan juga rapat Komite Sekolah yang menentukan arah, tujuan dan juga besaran anggaran dari sekolah dalam satu tahun ajaran.

2. Pada lingkungan keluarga, seringkali dapat terjadi diskusi mengenai pemilihan jenis makanan yang akan dimasak oleh ibu atau ketika makan diluar bersama keluarga. Selain itu juga termasuk pemilihan tempat liburan yang diinginkan semua anggota keluarga.

3. Pada lingkungan masyarakat adalah pemilihan RT, rapat kegiatan untuk desa dan lain sebagainya yang semua bertujuan untuk kepentingan lingkungan tersebut.

(21)

musyawarah menggunakan asas kekeluargaan, maka akan mudah dicapai suatu mufakat untuk menentukan solusi dari masalah yang dihadapi.

Pelaksanaan musyawarah sangat penting dalam kehidupan sehari – hari, salah satunya adalah untuk menghindari adanya perselisihan dan pertikaian. Hal ini sering timbul dikarenakan masing – masing pihak tidak menjadikan asas kekeluargaan sebagai dasar berpikir ketika bertindak dalam segala hal. Cara penyelesaian masalah dengan musyawarah juga membantu masyarakat yang terdiri dari berbagai macam karakteristik yan berbeda – beda untuk dapat hidup rukun, aman dan tenteram. Kehidupan seperti inilah yang tentu diharapkan setiap orang di muka bumi ini yang menjadi bagian dari masyarakat secara luas.

Seharusnya musyawarah mufakat menjadi solusi utama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsa kita, dimulai dari lingkungan sekitar dengan asas kekeluargaan. Pemungutan suara bukanlah hal yang harus diutamakan dalam musyawarah karena hanya akan membuat masyarakat tersegmentasi menjadi mayoritas dan minoritas. Hal yang baik dan harus dicapai adalah mufakat atau kesepakatan bersama, dimana harus diliputi asas kekeluargaan sehingga solusi atas masalah yang dihadapi juga didukung semua elemen yang terlibat dalam musyawarah tersebut.

4. Cara Membiasakan Warga Negara Indonesia untuk Menerapkan Asas Musyawarah Mufakat Dalam Kehidupannya

Kemauan untuk menggunakan musyawarah dalam menyelesaikan masalah harus menjadi kebiasaan setiap warga negara Indonesia di berbagai lingkungan kehidupan, antara lain warga negara Indonesia dapat menerapkan musyawarah dengan membiasakannya dalam kehidupan setiap harinya meski dimulai dari hal – hal yang kecil seperti pada contoh sebagai berikut :

a. Musywarah di lingkungan keluarga, misalnya: 1) Menentukan tempat rekreasi keluarga.

(22)

b. Musyawarah di lingkungan sekolah, misalnya: 1) Memilih pengurus OSIS.

2) Menentukan program kegiatan OSIS. 3) Pemilihan ketua kelas.

4) Menentukan tempat tujuan wisata, dan sebagainya. c. Musyawarah di lingkungan masyarakat, misalnya:

1) Pelaksanaan acara 17 Agustus–an. 2) Membangun jalan.

3) Pembagian jadwal ronda / siskamling. 4) Memilih pengurus / LPMD, dan sebagainya. d. Musyawarah di lingkngan kenegaraan, misalnya:

1) Rapat – rapat DPR / komisi.

2) Membuat suatu undang – undang, dan sebagainya

5. Hambatan jika Menggunakan Musyawarah Mufakat Sebagai Asas Demokrasi di Indonesia dan Cara Mengatasinya

Seperti halnya usaha atau kegiatan lainnya, upaya mematuhi keputusan bersama pun memilikithambatan atau kendala. Hambatan dalam upaya mematuhi keputusan bersama datang dari dalam dan luar :

a. Hambatan dari dalam, yaitu hambatan yang berasal dari peserta musyawarah itu sendiri, seperti:

1) Tidak tertampungnya keinginan atau pendapat peserta. 2) Peserta musyawarah merasa ingin menang sendiri.

3) Peserta musyawarah mementingkan kepentingan kelompoknya tanpa menghiraukan kepentingan bersama.

4) Peserta musyawarah bersikap tidak mau tahu dalam setiap pernbahasan masalah.

5) Peserta musyawarah yang tidak mau menerima kritik dan saran dari orang lain.

(23)

1) Menghasut dan memengaruhi hasil keputusan yang telah diambil. 2) Meniru dan mencontoh hasil keputusan kelompok lain tanpa izin. 3) Memengaruhi pihak – pihak lain dalam pengambilan keputusan.

Setiap pengambilan dan pelaksanaan keputusan bersama selalu diwarnai oleh pihak yang setuju atau tidak setuju. Pihak yang tidak setuju dalam upaya mematuhi keputusan bersama menimbulkan beberapa akibat, antara lain:

a. merasa bersalah,

b. dikucilkan dari kelompok, c. tidak percaya orang lain,

d. sanksi atau teguran dari kelompok lainnya, e. pemecatan dari keanggotaan kelompok tertentu,

f. dipidana penjara atau harus mengganti kerugian, dan sebagainya.

Pada pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mufakat, kemungkinan terjadinya pertikaian dan perpecahan akan lebih kecil. Karena keputusan baru diambil jika telah dicapai kesepakatan dari semua peserta musyawarah (dicapai mufakat). Namun cara seperti ini akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan voting. Akan butuh waktu yang panjang untuk mencari jalan tengah yang dapat diterima semua pihak, apalagi jika peserta musyawarah jumlahnya banyak. Akan sangat sulit dicapai mufakat, karena semakin banyakorang pasti akan semakin banyak pendapat dan kepentingan. Namun, selain itu musyawarah untuk mufakat harus dilandasi dengan semangat kekeluargaan. Musyawarah untuk mufakat merupakan pengamalan

Pancasila, yaitu sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.” Dengan musyawarah suatu persoalan akan mudah terpecahkan, sehingga dicapai suatu keputusan atau kata sepakat. Manfaat yang diperoleh jika menyelesaikan masalah secara musyawarah yaitu :

a. Masalah dapat cepat terpecahkan.

(24)

d. Dapat menyatukan pendapat yang saling berbeda. e. Adanya kebersamaan, dan sebagainya.

Cara mencegah terjadinya hal yang diinginkan ketika musyawarah dapat melakukan hal ini. Ketika keputusan bersama dapat dicapai setelah masalah dan hambatan yang dimusyawarahkan dapat dicapai mufakat. Hal yang dapat dilakukan untuk menangani hambatan yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu dengan cara :

1. Menerima Hasil Keputusan Bersama

Dalam musyawarah semua pihak harus mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi dan golongan. Bila musyawarah telah mencapai mufakat, maka hasil pemufakatan menjadi keputusan bersama. Semua pihak harus menerima keputusan bersama dengan ikhlas, penuh tanggung jawab, dan lapang dada. Berikut ini adalah beberapa cara menerima hasil keputusan bersama, yaitu:

a. Semua pihak mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan.

b. Semua pihak memahami dengan baik masalah yang dimusyawarahkan. c. Semua pihak menghormati dan menghargai perbedaan pendapat. d. Semua pihak harus menerima dan terbuka setiap kritik, usul, dan saran. e. Semua pihak harus meyadari bahwa keputusan yang dihasilkan adalah

keputusan yang terbaik demi kepentingan bersama.

f. Semua pihak harus mampu menahan diri agar tidak memaksakan kehendak, bila pendapatnya tidak diterima.

2. Melaksanakan Hasil Keputusan Bersama

(25)

Hasil keputusan bersama mengikat semua pihak untuk mematuhinya. Hasil keputusan bersama dilaksanakan dengan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Melaksanakan keputusan dengan ikhlas berarti melaksanakan keputusan dengan hati yang bersih dan jujur. Dalam melaksanakan hasil keputusan bersama tidak boleh dengan rasa benci atau dendam. Karena keputusan tersebut adalah untuk kepentingan bersama. Jadi, dalam melaksanakan hasil keputusan bersama, hal – hal yang harus diperhatikan oleh semua pihak yaitu :

a. Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

b. Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. c. Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dengan memerhatikan

nilai – nilai kebenaran dan keadilan.

Masalah – masalah yang ada dalam masyarakat sangat kompleks, oleh karena itu perlu dikembangkan kesadaran dalam hal – hal seperti :

a. Menciptakan suasana yang akrab penuh rasa kekeluargaan untuk secara terbuka saling mengingatkan apabila ada kelalaian dalam pelaksanaan keputusan bersama.

b. Melaksanakan keputusan bersama dengan ikhlas penuh rasa tanggung jawab.

c. Selalu membina kerjasama, rasa setia kawan, dan disiplin agar keputusan musyawarah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.

d. Setiap warga menerima hasil musyawarah sebagai keputusan bersama yang harus dilaksanakan untuk kesejahteraan bersama.

e. Membina kerjasama sehingga tercipta suasana saling membantu, untuk mewujudkan tujuan musyawarah.

(26)

6. Kelebihan Musyawarah dibanding dengan Asas Lainnya Sehingga Mampu Menjadi Asas yang Tepat Bagi Indonesia

 Aspirasi semua peserta rapat dapat disalurkan. Dimana seberapa banyak pun peserta musyawarah, dapat menyalurkan suaranya.

 Sesama peserta rapat saling memahami dan toleransi. Tidak saling melecehkan maupun menghina antara satu peserta dengan peserta yang lain karena musyawarah sangat menjunjung tinggi toleransi yang merupakan identitas bangsa Indonesia.

 Masalah yang dibahas jelas. Ketika masyawarah berlangsung biasanya telah ditentukan terlebih dahulu pokok bahasan yang akan dimusyawarahkan sehingga dapat berjalan sesuai sasaran.

 Tercapainya kata mufakat yang menghasilkan keputusan bulat. Hal tersebut terjadi karena tidak akan ada kata mufakat jika seluruh peserta masih ada yang belum menyetujui keputusan.

 Kental dengan suasana kekeluargaan. Dengan adanya musyawarah dapat menambah rasa kekeluarkan antar peserta sebab peserta dapat berbagi pengalaman, mengajukan sanggahan maupun pertanyaan, menyalurkan suaranya namun masih saling menghargai satu sama lain dan lebih megutamakan kepentingan golongan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya permusuhan.

(27)

hanya mementingkan diri sendiri dan lebih memilih voting daripada musyawarah dimana hasil bisa saja dimanipulasi oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

7. Inti dari Asas Musyawarah untuk Mencapai Mufakat

a. Mengutamakan Musyawarah Dalam Mengambil Keputusan.

Keputusan adalah segala putusan yang telah ditetapkan atau disetujui. Keputusan juga berarti kesimpulan akhir. Jadi, keputusan bersama adalah segala sesuatu yang telah disepakati bersama untuk dijalankan bersama. Hasil keputusan bersama menjadi tanggung jawab bersama juga. Oleh karena itu siapapun yang terikat dan terkait dengan hasil keputusan harus menaatinya. Jika tidak ditaati, akan mendapatkan sanksi yang sudah disahkan bersama.

Suatu keputusan bersama dapat dihasilkan jika dilakukan dalam musyawarah yang sungguh sungguh. Keputusan bersama harus diterima dengan sikap terbuka dan ditaati. Keputusan bersama yang diambil harus ditaati dan dilaksanakan walaupun keputusan itu mengandung kekurangan. Keputusan bersama haruslah diterima dan dilaksanakan dengan kesungguhan hati, keikhlasan, dan kejujuran.

(28)

merugikan bagi pihak yang lain, oleh karena itu gotong royong dalam sebuah musyawarah adalah sebuah keharusan dalam mencapai sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan.

c. Menghormati Keputusan Musyawarah

Keputusan bersama dalam musyawarah adalah sesuatu yang sangat penting dan disahkan bersama.Suatu keputusan bersama dapat dihasilkan jika dilakukan dalam musyawarah yang sungguh sungguh. Keputusan bersama harus diterima dengan sikap terbuka dan ditaati. Keputusan bersama yang diambil harus ditaati dan dilaksanakan walaupun keputusan itu mengandung kekurangan. Keputusan bersama haruslah diterima dan dilaksanakan dengan kesungguhan hati, keikhlasan, dan kejujuran sebagai wujud penghormatan terhadap keputusan itu.

Contoh menghormati keputusan musyawarah, misalnya seorang kepala keluarga membuat aturan dari hasil kesepakatan bersama antara anggota keluarganya, maka seluruh anggota keluarga harus mentaati aturan tersebut sebagai wujud penghormatan terhadap hasil musyawarah yang telah mereka sepakati seperti semua anggota keluarga harus bangun tepat waktu, semua anak brangkat dan pulang sekolah tepat waktu, meminta izin jika ada keperluan lain dan sebagainya.

d. Dengan Iktikad Baik dan Rasa Tanggung Jawab Menerima dan Melaksanakan Hasil Keputusan Musyawarah

Dengan itikad baik hasil keputusan musyawarah yang telah di sepakati harus dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang ada dengan penuh rasa tanggung jawab.

(29)

baik serta penuh rasa tanggung jawab untuk melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

e. Di Dalam Musyawarah Diutamakan Kepentingan Bersama Diatas Kepentingan Pribadi dan Golongan

Musyawarah adalah memecahkan persoalan secara berama. Dalam hal pengambilan Keputusan dilakukan dengan mencari jalan tengahnya yang disetujui secara bersama untuk dilaksanakan bersama serta tidak mementingkan kepentingan pribadi maupun golongan. Dengan musyawarah, maka kepentingan umum terjamin.Musyawarah dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, seperti rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kelurahan/ desa, maupun di kantor-kantor swasta dan pemerintah.

Contoh musyawarah mengutamakan kepentingan bersama misalnya dalam pemilihan kepala desa kita harus memilih kepala desa berdasarkan keputusan bersama, tanpa menguntungkan satu pihak atau golongan tertentu saja melainkan harus mengutamakan kepentingan masyarakat.

f. Musyawarah Dilakukan dengan Akal Sehat dan Sesuai dengan Hati Nurani yang Luhur

(30)

Contohnya dalam pengambilan keputusan kita harus menggunakan hati nurani yang luhur dan pikiran yang jernih serta tidak menggunakan nafsu dan emosional dalam memutuskan sesuatu.

g. Keputusan yang Diambil Harus Dapat Dipertanggungjawabkan Secara Moral Kepada Tuhan YME, Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia, Nilai – Nilai Kebenaran dan Keadilan

Setiap warga negara Indonesia, harus bersungguh – sungguh, bersatu dan terpadu demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila. Negara Republik Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia itu sendiri harus menerima dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Pemerintah sebagai pengayom dan pengambil keputusan menjadikan tenaga pendidik sebagai pelopor gerakan moral bagi bangsa dan Negara untuk melahirkan insan – insan yang cerdas, berharkat bermartabat dan bermoral dengan tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta dapat menjadikan bangsa dan negara tumbuh sejajar dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan dating

(31)

dengan nilai – nilai kebenaran dan keadilan dengan penuh tanggung jawab kepada Negara dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

h. Memberikan Kepercayaan Kepada Wakil – Wakil yang Dipercayai untuk Melaksanakan Pemusyawaratan

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang di percaya dalam hal ini dilakukan oleh ketua kepada wakilnya dapat dilakukan dengan tetap mematuhi aturan dan melaksanakan dengan rasa tanggung jawab serta mengutamakan kepentingan seluruh pihak.

Contohnya seorang kepala desa memberikan wewenang atau mengutus wakilnya untuk memimpin jalannya kerja bakti mingguan yang telah menjadi aturan bersama dan telah disepakati seluruh pihak.

D.

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bagaimana pengimplementasian dari nilai musyawarah mufakat didalam masyarakat adat. Selain itu juga dijelaskan efektifitas dari nilai musyawarah mufakat jika dibandingkan nilai individualisme melalui sistem voting yang merupakan budaya barat meski memiliki kelebihan lebih cepat dalam sistempengabilan keputusan tetapi secara perlahan dapat merubah budaya dari masyarakat Indonesia yang identik dengan kekeluargaan dimana lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi menjadi masyarakat individualisme.

(32)

dalam keluarga lalu dilanjutkan dengan dalam bermasyarakat ataupun lingkup dunia kerja dan yang paling besar melakukan musyawarah dalam lingkup pemerintahann atau ketatanegaraan. Dalam pelaksanaan dan penerapannya musyawarah, juga terdapat hambatan yang merintang baik hambatan dari luar maupun hambatan dari dalam namun untuk menangani hambatan tersebut dapat dicegah dengan menerima dan melaksanakan keputusan musyawarah. Musyawarah juga memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan asas lainnya sehingga mampu menjadi asas yang tepat bagi Indonesia. Inti dari asas musyawarah itu sendiri adalah mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, gotong royong dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat,

menghormati keputusan musyawarah, dengan i’tikad baik dan rasa tanggung

jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah, di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan, musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur, keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai kebenaran dan keadilan. Inti dari asas musyawarah yang terakhir yakni memberikan kepercayaan kepada wakil – wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

(33)

Keputusan – keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil – wakil yang dipercayanya. Dengan melihat hasil penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa musyawarah untuk mufakat merupakan prinsip yang tepat

bagi asas demokrasi di Indonesia, yang ada baiknya untuk selalu melakukan

musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan yang bersifat

kelompok, menghormati hasil dari musyawarah mufakat tersebut dan

cenderung mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi

yang menggunakan mekanisme kekeluargaan. Selain itu musyawarah

merupakan identitas budaya Indonesia yang harus selalu dijaga dan

dilestarikan oleh masyarakat Indonesia agar penerus bangsa kelak tidak

(34)

DAFTAR PUSTAKA

http://myblog-azazi.blogspot.com/2009/02/materi-ppkn-kelas-2.html http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

http://habahate.blogspot.com/2008/11/apakah-sila-ke-4-pancasila-masih.html

id.shuoong.com/social-sciences/political-science/2196530-pengertian-musyawarah-mufakat/

http://hasnaputrira.blogspot.com/2013/04/pkn-musyawarah-dalam-mufakat.html

Referensi

Dokumen terkait

Kesalahan penggunaan frasa dalam pengumuman-pengumuman untuk mahasiswa yang ditempel pada papan pengumuman di lingkungan STKIP Santu Paulus Ruteng berjumlah empat

Jaminan Pensiun (JP), merupakan program yang disiapkan berdasarkan sistem asuransi untuk menjamin kebutuhan hidup layak ketika menjalani pensiun dan diberikan kepada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Fair-Share Amount dapat digunakan pada data citra gray level sembarang karena dengan waktu eksekusi yang relatif singkat hasil yang

Adapun kesulitan siswa dalam materi tersebut, yaitu: tidak memahami definisi jarak antara titik dengan titik lainnya, tidak memahami definisi jarak antara titik dengan garis,

Saringan berfungsi untuk menyaring kotoran dalam sistem agar tidak masuk kedalam pipa kapiler dan kompressor. Kotoran tersebut terdiri dari: logam yang hancur, potongan logam, sisa

Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki daerah sebagai amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 diatas, Pemerintah Daerah mengajukan Retribusi Jasa Umum dengan 8

There are 18 procedures based on Peter Newmark’s book entitled A Textbook of Translation (1988) and 10 of them are found as procedures applied in the novel, they are;

Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis I Neurologi FK UNUD/RSUP Sanglah atas kesempatan, bimbingan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk