• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa Ram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa Ram"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa Ramadlan

Sebagai Pelengkap Artikel Artikel Sebelumnya Yang Membahas Puasa Dan Bulan Puasa Ramadlan,Saya Lanjutkan Dengan Postingan Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa Ramadlan.

Hadits Hadits/Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Ramadlan Ini Menjadi Pelengkap Dari Artikel Artikel sebelumnya.

Langsung saja pada pokok persoalan,yaitu mengenai Hadits hadits bulan ramadlan.

1. Berpuasa karena melihat hilal, berhari raya juga karena melihat hilal, jika tertutup awan maka genapkan hingga tiga puluh hari

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

َنيِث َلَث َناَبْعَش َةَدِع اوُلِمْكَأَف ْمُكْيَلَع َيِبُغ ْنِإَف ِهِتَيْؤُرِل اوُرِطْفَأَو ِهِتَيْؤُرِل اوُموُص

Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya’ban sampai tiga puluh hari. (HR. Bukhari No. 1909)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

َنيِث َلَث ُهَل اوُرِدْقاَف ْمُكْيَلَع َيِمْغُأ ْنِإَف ِهِتَيْؤُرِل اوُرِطْفَأَو ِهِتَيْؤُرِل اوُموُصَف

Maka berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, lalu jika kalian terhalang maka ditakarlahlah sampai tiga puluh hari. (HR. Muslim No. 1080, 4)

َمُغ ْنِإَف ُهْوَرَت ىَتَح اوُرِطْفُت َلَو ُهْوَرَت ىَتَح اوُموُصَت َلَف َنوُرْشِعَو ٌعْسِت ُرْهَشلا اَمَنِإ

ُهَل اوُرِدْقاَف ْمُكْيَلَع

Sesungguhnya sebulan itu 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihatnya (hilal), dan janganlah kalian berhari raya sampai kalian melihatnya, jika kalian terhalang maka takarkan/perkirakan/hitungkanlah dia. (HR. Muslim No. 1080, 3)

2. Berpuasa Ramadhan menghilangkan dosa-dosa yang lalu

(2)

هبنذ نم مدقت ام هل رفغ اباستحاو اناميإ ناضمر ماص نمو

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 38, 1910, 1802)

Makna ‘diampuninya dosa-dosa yang lalu’ adalah dosa-dosa kecil, sebab dosa-dosa besar – seperti membunuh, berzina, mabuk, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, dan lainnya- hanya bias dihilangkan dengan tobat nasuha, yakni dengan menyesali perbuatan itu, membencinya, dan tidak mengulanginya sama sekali. Hal ini juga ditegaskan oleh hadits berikut ini.

3. Diampuni dosa di antara Ramadhan ke Ramadhan

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

َنُهَنْيَب اَمِل ٌٌتاَراَفَك ِةَعْمُجْلا ىَلِإ ُةَعْمُجْلاَو ُسْمَخْلا ُتاَوَلَصلا

“Shalat yang lima waktu, dari jumat ke jumat, dan ramadhan ke Ramadhan, merupakan penghapus dosa di antara mereka, jika dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim No. 233)

4. Shalat pada malam Lailatul Qadar menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

هبنذ نم مدقت ام هل رفغ ،اباستحاو اناميإ ردقلا ةليل ماق نم

“Barang siapa yang shalat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan ihtisab

(mendekatkan diri kepada Allah) , maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 35, 38, 1802)

5. Shalat malam (tarawih) Pada Bulan Ramadhan menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِهِبْنَذ ْنِم َمَدَقَت اَم ُهَل َرِفُغ ،اًباَسِت ْحاَو اًناَميِإ َناَضَمَر َماَق ْنَم.

“Barang siapa yang shalat malam pada Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari No. 37 1904, 1905)

6. Dibuka Pintu Surga, Dibuka pinta Rahmat, Ditutup Pintu Neraka, dan Syetan dibelenggu

(3)

نيِطاَيَشلا ْتَدِفُصَو ِراَنلا ُباَوْبَأ ْتَقِلُغَو ِةَنَجْلا ُباَوْبَأ ْتَحِتُف ناَضَمَر َءاَج اَذِإ

“Jika datang Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dibelenggu.” (HR. Muslim No. 1079)

Dalam hadits lain:

نيطايشلا تلسلسو ،منهج باوبأ تقلغو ،ةمحرلا باوبأ تحتف ناضمر ناك اذإ

“Jika bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dirantai.” (HR. Muslim No. 1079)

7. Allah Ta’ala Langsung Membalas Pahala Puasa

Firman Allah Ta’ala dalam hadist Qudsi :

ِهِب يِزْجَأ اَنَأَو ،يِل َوُهَف ،َماَيِصلا َلِإ ،ُهَل َمَدآ ِنْبا ِلَمَع ُلُك

“Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari No. 1795, Muslim No. 1151, Ibnu Majah No. 1638, 3823, Ahmad No. 7494, Ibnu Khuzaimah No. 1897, Ibnu Hibban No. 3416)

8. Disediakan Pintu Ar Rayyan bagi orang yang puasa

Haditsnya:

ٌدَحَأ ُهْنِم ُلُخْدَي َل ِةَماَيِقْلا َمْوَي َنوُمِئاَصلا ُهْنِم ُلُخْدَي ُناَيَرلا ُهَل ُلاَقُي اًباَب ِةَنَجْلا يِف َنِإ

ْمَلَف َقِلْغُأ اوُلَخَد اَذِإَف ْمُهُرْيَغ ٌدَحَأ ُهْنِم ُلُخْدَي َل َنوُموُقَيَف َنوُمِئاَصلا َنْيَأ ُلاَقُي ْمُهُرْيَغ

ٌدَحَأ ُهْنِم ْلُخْدَي

“Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, dan tidak ada yang memasuki melaluinya kecuali mereka. Dikatakan: “Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak ada yang memasukinya seorang pun kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melaluinya.” (HR. Bukhari No. 1797, 3084, Muslim No. 1152, At Tirmidzi No. 762, Ibnu Majah No. 1640)

9. Bau mulut orang puasa lebih Allah Ta’ala cinta di banding kesturi

(4)

ِكْسِمْلا ِحيِر ْنِم ِةَماَيِقْلا َمْوَي ِ َا َدْنِع ُبَيْطَأ ِمِئاَصلا ِمَف ُفوُلُخَل ِهِدَيِب ٍدَمَحُم ُسْفَن يِذَلاَو

… Demi Yang Jiwa Muhammad ada di tanganNya, bau mulut orang yang berpuasa lebih Allah cintai u dibanding bau misk (kesturi) …” (HR. Bukhari No. 1904 dan Muslim No. 1151)

10. Dua kebahagiaan bagi orang berpuasa

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

هموصب حرف هبر يقل اذإو ،حرف رطفأ اذإ :امهحرفي ناتحرف مئاصلل

“Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabbnya bahagia karena puasanya.” (HR. Bukhari No. 1805, 7054. Muslim no. 1151. At Tirmidzi No. 766. An Nasa’i No. 2211, 2212, 2213, 2215, 2216. Ibnu Majah No. 1638. Ad Darimi No. 1769. Ibnu Hibban No. 3423. Al Baihaqi dalam As Sunan No. 7898. Ibnu

Khuzaimah No. 1896. Abu Ya’la No. 1005. Ahmad No. 4256, dari Ibnu Mas’ud. Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 10077. Abdurrazzaq No. 7898)

11. Anjuran bersahur

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ًةَكَرَب ِروُحَسلا يِف َنِإَف اوُرَحَسَت

“Bersahurlah kalian, karena pada santap sahur itu ada keberkahan.” (HR. Bukhari No. 1923, Muslim No. 1095)

12. Keutamaan bersahur

Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

َزَع َا َنِإَف ،ٍءاَم ْنِم ًةَعْرُج ْمُكُدَحَأ َعَرْجَي ْنَأ ْوَلَو ،ُهوُعَدَت َلَف ،ٌةَكَرَب ُهُلْكَأ ُروُحَسلا

َنيِرِحَسَتُمْلا ىَلَع َنوُلَصُي ُهَتَكِئ َلَمَو َلَجَو

Makan sahur adalah berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya, walau kalian hanya meminum seteguk air, karena Allah ‘Azza wa Jalla dan para malaikat mendoakan orang yang makan sahur. (HR. Ahmad No. 11086, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: sanadnya shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 11086)

(5)

bersabda:

روُحُسلا ُةَلْكَأ ِباَتِكْلا ِلْهَأ ِماَيِصَو اَنِماَيِص َنْيَب اَم ُلْصَف

“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah pada makan sahur.” (HR. Muslim No. 1096)

13. Disunnahkan menta’khirkan sahur:

Dari ‘Amru bin Maimun Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

اروحس مهأطبأو اراطفإ سانلا لجعأ ملس و هيلع ا ىلص دمحم باحصأ ناك

Para sahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling bersegera dalam berbuka puasa, dan paling akhir dalam sahurnya. (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 7916. Al Faryabi dalam Ash Shiyam No. 52. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 9025)

Imam An Nawawi mengatakan: “sanadnya shahih.” (Lihat Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 6/362), begitu pula dishahihkan oleh Imam Ibnu Abdil Bar, bahkan menurutnya keshahihan hadits tentang bersegera buka puasa dan mengakhirkan sahur adalah mutawatir. (Lihat Imam Al ‘Aini, ‘Umdatul Qari, 17/9. Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 4/199)

14. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertadarus Al Quran bersama Malaikat Jibril

Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma menceritakan:

َنآ ْرُقْلا ُهُسِراَدُيَف َناَضَمَر ْنِم ٍةَلْيَل ِلُك يِف ُهاَقْلَي ُليِرْبِج َناَكَو

Jibril menemuinya (nabi) pada tiap malam malam bulan Ramadhan, dan dia (Jibril) bertadarus Al Quran bersamanya. (HR. Bukhari No. 3220)

15. Kedermawanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selama bulan Ramadhan melebihi hembusan angin

Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, menceritakan:

ُهاَقْلَي َنيِح َناَضَمَر يِف ُنوُكَي اَم ُدَوْجَأَو ِساَنلا َدَوْجَأ َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ُيِبَنلا َناَك

َنآ ْرُقْلا ُهُسِراَدُيَف َناَضَمَر ْنِم ٍةَلْيَل ِلُك يِف ُهاَقْلَي م َلَسلا ِهْيَلَع ُليِرْبِج َناَكَو ُليِرْبِج

ِةَلَس ْرُمْلا ِحيِرلا ْنِم ِرْيَخْلاِب ُدَوْجَأ َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ِ َا ُلوُسَرَلَف

(6)

kedermawanannya semakin menjadi-jadi saat Ramadhan apalagi ketika Jibril menemuinya. Dan, Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan dia bertadarus Al Quran bersamanya. Maka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar sangat dermawan dengan kebaikan melebihi angin yang berhembus. (HR. Bukhari No. 3220)

16. Memberikan makanan buat orang yang berbuka puasa

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اًئْيَش ِمِئاَصلا ِرْجَأ ْنِم ُصُقْنَي َل ُهَنَأ َرْيَغ ِهِرْجَأ ُلْثِم ُهَل َناَك اًمِئاَص َرَطَف ْنَم

Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang itu. (HR. At Tirmidzi No. 807, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21676, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 3332. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3952. Dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 6415. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan lighairih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 21676, Al Bazzar dalam Musnadnya No. 3775)

17. Memperbanyak doa

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

موُلْظَمْلا ُةَوْعَدَو ُلِداَعْلا ُماَمِ ْلاَو َرِطْفُي ىَتَح ُمِئاَصلا ْمُهُتَوْعَد ُدَرُت َل ٌةَث َلَث

Ada tiga manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: 1. Doa orang yang berpuasa sampai dia berbuka, 2. Pemimpin yang adil, 3. Doa orang teraniaya. (HR. At Tirmidzi No. 2526, 3598, katanya: hasan. Ibnu Hibban No. 7387, Imam Ibnul Mulqin mengatakan: “hadits ini shahih.” Lihat Badrul Munir, 5/152. Dishahihkan oleh Imam Al Baihaqi. Lihat Shahih Kunuz As sunnah An Nabawiyah, 1/85. Sementara Syaikh Al Albani mendhaifkannya. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 2526)

18. Doa ketika berbuka puasa

Berdoa diwaktu berbuka puasa juga diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Berikut ini adalah doanya:

َتَبَثَو ُقوُرُعْلا ْتَلَتْباَو ُأَمَظلا َبَهَذ َلاَق َرَطْفَأ اَذِإ َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ِ َا ُلوُسَر َناَك

ُ َا َءاَش ْنِإ ُر ْجَ ْلا

(7)

“isnadnya hasan.” An Nasa’i dalam As sunan Al Kubra No. 3329, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1536, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari- Muslim”. Al Bazzar No. 4395. Dihasankan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 4678)

19. I’tikaf di-‘asyrul awakhir (10 hari tertakhir) Ramadhan

Dari ‘Aisyah Radiallahu ‘Anha:

ُ َا ُهاَفَوَت ىَتَح َناَضَمَر ْنِم َرِخاَوَ ْلا َرْشَعْلا ُفِكَتْعَي َناَك َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص َيِبَنلا َنَأ

ِهِدْعَب ْنِم ُهُجاَو ْزَأ َفَكَتْعا َمُث

Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan

Ramadhan sampai beliau diwafatka Allah, kemudian istri-istrinya pun I’tikaf setelah itu.(HR. Bukhari No. 2026, Muslim No. 1171, Abu Daud No. 2462. Ahmad No. 24613, dan lainnya)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

يِذَلا ُماَعْلا َناَك اَمَلَف ٍماَيَأ َةَرْشَع ٍناَضَمَر ِلُك يِف ُفِكَتْعَي َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ُيِبَنلا َناَك

اًم ْوَي َنيِرْشِع َفَكَتْعا ِهيِف َضِبُق

Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam I’tikaf di setiap Ramadhan 10 hari, tatkala pada tahun beliau wafat, beliau I’tikaf 20 hari. (HR. Bukhari No. 694, Ahmad No. 8662, Ibnu Hibban No. 2228, Al Baghawi No. 839, Abu Ya’la No. 5843, Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan, 2/53)

20. Tarawihnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat di masjid, lalu manusia mengikutinya, keesokannya shalat lagi dan manusia semakin banyak, lalu pada malam ketiga atau keempat mereka berkumpul namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak keluar bersama mereka, ketika pagi hari beliau bersabda:

ْمُكْيَلَع َضَرْفُت ْنَأ ُتيِشَخ يِنَأ َلِإ ْمُكْيَلِإ ِجوُرُخْلا ْنِم يِنْعَنْمَي ْمَلَف ْمُتْعَنَص يِذَلا ُتْيَأَر ْدَق

َناَضَمَر يِف َكِلَذَو

“Aku melihat apa yang kalian lakukan, dan tidak ada yang mencegahku keluar menuju kalian melainkan aku khawatir hal itu kalian anggap kewajiban.” Itu terjadi pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari No. 1129, Muslim No. 761)

21. Terawih pada masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: 8 rakaat dan witir 3 rakaat

(8)

ةَعْكَر َةَرْشَع ىَد ْحِإ ىَلَع ِهِرْيَغ يِف َلَو َناَضَمَر يِف ُديِزَي َناَك اَم

“Bahwa Rasulullah tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat shalat malam, baik pada bulan Ramadhan atau selainnya.” (HR. Bukhari No. 2013, 3569, Muslim No. 738)

Dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:

ناك نإ ، ا لوسر اي : لاقف ملسو هيلع ا ىلص ا لوسر ىلإ بعك نب يبأ ءاج

يف ةوسن : لاق ، » ؟ يبأ اي كاذ امو « : لاق ، ناضمر يف ينعي ءيش ةليللا ينم

، تاعكر نامث نهب تيلصف : لاق ، كتلصب يلصنف نآرقلا أرقن ل انإ : نلق ، يراد

ائيش لقي ملو ٌاضرلا هبش ناكف : لاق ، ترتوأ مث

Ubay bin Ka’ab datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, semalam ada peristiwa pada diri saya (yaitu pada bulan Ramadhan).” Rasulullah bertanya: “Kejadian apa itu Ubay?”, Ubay menjawab: “Ada beberapa wanita di rumahku, mereka berkata: “Kami tidak membaca Al Quran, maka kami akan shalat bersamamu.” Lalu Ubay berkata: “Lalu aku shalat bersama mereka sebanyak delapan rakaat, lalu aku witir,” lalu Ubay berkata: “Nampaknya nabi ridha dan dia tidak mengatakan apa-apa.” (HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya No. 1801. Ibnu Hibban No. 2550, Imam Al Haitsami mengatakan: sanadnya hasan. Lihat Majma’ az Zawaid, Juz. 2, Hal. 74)

22. Terawih pada masa Sahabat: 20 rakaat dan witir 3 rakaat serta terawih 36 rakaat dan witir 3 rakaat

Pada masa sahabat, khususnya sejak masa khalifah Umar bin Al Khathab Radhilallahu ‘Anhu dan seterusnya, manusia saat itu melaksanakan shalat tarawih dua puluh rakaat.

وهو ،ةعكر نيرشع يلعو نامثعو رمع دهع ىلع نولصي اوناك سانلا نأ حصو

ىلع ملعلا لهأ رثكأو :يذمرتلا لاق ،دوادو ةلبانحلاو ةيفنحلا نم ٌءاهقفلا روهمج يأر

نيرشع ملسو هيلع ا ىلص يبنلا باحصأ نم امهريغو يلعو رمع نع يور ام

ةكمب سانلا تكردأ اذكه :لاقو ،يعفاشلاو كرابملا نباو يروثلا لوق وهو ،ةعكر

ةعكر نيرشع نولصي

(9)

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah menyebutkan:

” َنيِرْشِعَو ٍث َلَثِب رَمُع ِناَمَز يِف َنوُموُقَي ساَنلا َناَك ” َلاَق َناَموُر نْب ديِزَي ْنَعَو

َنيِرْشِع َنوُلَصُي ناَضَمَر يِف ْمهتْكَرْدَأ ” َلاَق ءاَطَع قيِرَط ْنِم رْصَن نْب دَمَحُم ىَوَرَو

رْتِوْلا ِتاَعَكَر َث َلَثَو ةَعْكَر ”

“Dari Yazid bin Ruman, dia berkata: “Dahulu manusia pada zaman Umar melakukan 23 rakaat.” Dan Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari Atha’, dia berkata: “Aku berjumpa dengan

mereka pada bulan Ramadhan, mereka shalat 20 rakaat dan tiga rakaat witir.” (Fathul Bari, 4/253)

Beliau melanjutkan:

َناَبَأ ةَراَمِإ يِف ساَنلا تْكَرْدَأ ” َلاَق سْيَق نْب َدُواَد قيِرَط ْنِم رْصَن نْبِا دَمَحُم ىَوَرَو

ًةَعْكَر َنيِث َلَثَو ٍتِسِب َنوُموُقَي – ِةَنيِدَمْلاِب يِنْعَي – زيِزَعْلا دْبَع نْب رْمُعَو ناَمْثُع نْب

” ِيِعِفاَشلا ْنَع ِيِناَرَفْعَزلا ْنَعَو . اَنَدْنِع ُميِدَقْلا ُرْمَ ْلا َوُه كِلاَم َلاَقَو ” ٍث َلَثِب َنوُرِتوُيَو

ء ْيَش يِف َسْيَلَو ، َنيِرْشِعَو ٍث َلَثِب ةَكَمِبَو َنيِث َلَثَو ٍعْسِتِب ِةَنيِدَمْلاِب َنوُموُقَي ساَنلا تْيَأَر

ٌقيِض َكِلَذ ْنِم ”

Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari jalur Daud bin Qais, dia berkata: “Aku menjumpai manusia pada masa pemerintahan Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz –yakni di Madinah- mereka shalat 39 rakaat dan ditambah witir tiga rakaat.” Imam Malik

berkata,”Menurut saya itu adalah perkara yang sudah lama.” Dari Az Za’farani, dari Asy Syafi’i: “Aku melihat manusia shalat di Madinah 39 rakaat, dan 23 di Mekkah, dan ini adalah masalah yang lapang.” (Ibid)

23. Orang yang sia-sia puasanya

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ُعوُجْلا َلِإ ِهِماَيِص ْنِم ُهَل َسْيَل ٍمِئاَص ْنِم ْمَك

Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar saja. (HR. Ahmad No. 9685, Ibnu Majah No. 1690, Ad Darimi No. 2720)

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. (Ta’liq Musnad Ahmad No. 9685), Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: hadits ini shahih. (Sunan Ad Darimi No. 2720. Cet. 1, 1407H. Darul Kitab Al ‘Arabi, Beirut)

(10)

Diriwayatkan dari Umar Radhilallahu ‘Anhu:

َيِبَنلا ُتْيَتَأَف ٌمِئاَص اَنَأَو ُتْلَبَقَف اًمْوَي ُتْشَشَه َلاَق ُهْنَع ُ َا َيِضَر ٌِباَطَخْلا ِنْب َرَمُع ْنع

ِ َا ُلوُسَر َلاَقَف ٌمِئاَص اَنَأَو ُتْلَبَقَف اًميِظَع اًرْمَأ َمْوَيْلا ُتْعَنَص ُتْلُقَف َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص

َلاَقَف َكِلَذِب َسْأَب َل ُتْلُق ٌمِئاَص َتْنَأَو ٍءاَمِب َتْضَمْضَمَت ْوَل َتْيَأَرَأ َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص

َميِفَف َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ِ َا ُلوُسَر

Suatu hari bangkitlah syahwat saya, lalu saya mencium isteri, saat itu saya sedang puasa. Maka saya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, saya berkata: “Hari ini, Aku telah melakukan hal yang besar, aku mencium isteri padahal sedang puasa.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apa pendapatmu jika kamu bekumur-kumur dengan air dan kamu sedang berpuasa?”, Saya (Umar) menjawab: “Tidak mengapa.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Lalu, kenapa masih ditanya?” (HR. Ahmad, No. 138, 372. Al Hakim, Al Mustadrak No. 1572, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 7808, 8044. Ibnu Khuzaimah No. 1999)

Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al Hakim. (Al Mustadrak ‘Alash Shahihain No. 1572). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: isnadnya shahih sesuai syarat Imam Muslim. (Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 138). Syaikh Al A’zhami (Tahqiq Shahih Ibnu Khuzaimah No. 1999)

Hadits di atas menerangkan bahwa mencium isteri dan berkumur-kumur hukumnya sama yakni boleh, kecuali berlebihan hingga bersyahwat, apalagi mengeluarkan air mani.

Dari Abu Salamah, bahwa ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:

يف :ةشئاعل تلق .مئاص وهو هئاسن ضعب لبقي ملسو هيلع ا ىلص ا لوسر ناك

عوطتلاو ةضيرفلا يف ،كلذ لك يف :ةشئاع ٌتلاق ؟عوطتلاو ةضيرفلا

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencium sebagian isterinya dan dia sedang puasa.” dan aku juga berpuasa.” Aku (Abu Salamah) berkata kepada ‘Aisyah: “Apakah pada puasa wajib atau sunah?” Beliau menjawab: “Pada semuanya, baik puasa wajib dan sunah.” (HR. Ibnu Hibban No. 3545)

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Hadits ini shahih.” (Shahih Ibnu Hibban bitartib Ibni Balban, No. 3545)

25. Berpuasa ketika safar; diberikan pilihan antara tetap berpuasa atau berbuka, tergantung kekuatan orangnya

(11)

ا لوسر لاقف ،؟ حانج يلع لهف .رفسلا يف مايصلا ىلع ةوق يب دجأ :ا لوسر اي

موصي نأ بحأ نمو .نسحف اهب ذخأ نمف ا نم ةصخر يه“ :ملسو هيلع ا ىلص

هيلع حانج لف”.

“Wahai Rasulullah, saya punya kekuatan untuk berpuasa dalam safar, apakah salah saya melakukannya?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Itu adalah rukhshah (keringanan) dari Allah, barang siapa yang mau mengambilnya (yakni tidak puasa) maka itu baik, dan barang siapa yang mau berpuasa maka tidak ada salahnya.” (HR. Muslim No. 1121. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, no. 7947. Ibnu Khuzaimah No. 2026)

Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

ىتح ماصف ناضمر يف حتفلا ماع ةكم ىلإ جرخ ملسو هيلع ا ىلص ا لوسر نأ

مايصلا مهيلع قش دق سانلا نإ ا لوسر اي هل ليقف هعم سانلا ماصف ميمغلا عارك غلب

ماصو سانلا ضعب رطفأف نورظني سانلاو برشف رصعلا دعب ءام نم حدقب اعدف

ةاصعلا كئلوأ لاقف اوماص اسان نأ هغلبف ضعب

“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar pada tahun Fath (penaklukan) menuju Mekkah pada saat Ramadhan. Dia berpuasa hingga sampai pinggiran daerah Ghanim. Manusia juga berpuasa bersamanya. Dikatakan kepadanya: “Wahai Rasulullah, nampaknya manusia kepayahan berpuasa.” Kemudian Beliau meminta segelas air setelah asar, lalu beliau minum, dan manusia melihatnya. Maka sebagian manusia berbuka, dan sebagian lain tetap berpuasa. Lalu, disampaikan kepadanya bahwa ada orang yang masih puasa.” Maka Beliau bersabda: “Mereka durhaka.” (HR. Muslim No. 1114. Ibnu Hibban No. 2706, An Nasa’i No. 2263. At Tirmidzi No. 710. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No.7935)

Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengkritik orang yang berpuasa dalam keadaan safar dan dia kesusahan karenanya.

دقو .هيلع سانلا عمتجا دق لجر ىأرف .هرفس يف ملسو هيلع ا ىلص ا لوسر ناك

نم سيل“ :ملسو هيلع ا لوسر لاقف .مئاص لجر :اولاق ”؟ هلام“ :لاقف .هيلع للض

رفسلا يف اوموصت نأ ربلا”.

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah dalam perjalanannya. Dia melihat seseorang yang dikerubungi oleh manusia. Dia nampak kehausan dan kepanasan. Rasulullah bertanya: “Kenapa dia?” Meeka menjawab: “Seseorang yang puasa.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada kebaikan kalian berpuasa dalam keadaan safar.” (HR. Muslim No. 1115)

(12)

safar. Contoh: Imam At Tirmidzi membuat Bab Maa Ja’a fi Karahiyati Ash Shaum fi As Safar (Hadits Tentang makruhnya puasa dalam perjalanan), bahkan Imam Ibnu Khuzaimah menuliskan dalam Shahihnya:

ةاصع رفسلا يف موصلا ةيمست يف ملسو هيلع ا ىلص يبنلا نع يور ربخ ركذ باب

رفسلا يف موصلا نأ ءاملعلا ضعب مهوت مسلا اذهب مهامسأ يتلا ةلعلا ركذ ريغ نم

ربخلا اذهل زئاج ريغ

“Bab tentang khabar dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang penamaan berpuasa saat safar adalah DURHAKA tanpa menyebut alasan penamaan mereka dengan nama ini. Sebagian ulama menyangka bahwa berpuasa ketika safar adalah TIDAK BOLEH karena hadits ini.”

Tetapi, jika orang tersebut kuat dan mampu berpuasa, maka boleh saja dia berpuasa sebab berbagai riwayat menyebutkan hal itu, seperti riwayat Hamzah bin Amru Al Aslami Radhiallahu ‘Anhu di atas.

Ini juga dikuatkan oleh riwayat lainnya, dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

يف ،ملسو هيلع ا ىلص ا لوسر ماص دق .رطفأ نم لو ماص نم ىلع بعت ل

رطفأو ،رفسلا.

“Tidak ada kesulitan bagi orang yang berpuasa, dan tidak ada kesulitan bagi yang berbuka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berpuasa dalam safar dan juga berbuka.” (HR. Muslim No. 1113)

Dari Ibnu Abbas juga:

اعد مث .نافسع غلب ىتح ماصف .ناضمر يف ملسو هيلع ا ىلص ا لوسر رفاس

سابع نبا لاق. ةكم لخد ىتح .رطفأ مث .سانلا هاريل .اراهن هبرشف .بارش هيف ءنإب

نمو ،ماص ءاش نمف .رطفأو ملسو هيلع ا ىلص ا لوسر ماصف :امهنع ا يضر

رطفأ ءاش.

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengadakan perjalanan pada Ramadhan, dia berpuasa singga sampai ‘Asfan. Kemudian dia meminta sewadah air dan meminumnya siang-siang. Manusia melihatnya, lalu dia berbuka hingga masuk Mekkah.” Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma berkata: “Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa dan berbuka. Barang siapa yang mau maka dia puasa, dan bagi yang mau buka maka dia berbuka.” (Ibid)

(13)

26. Umrah ketika Ramadhan adalah sebanding pahalanya seperti haji bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada seorang wanita Anshar bernama Ummu Sinan:

يِعَم ًةَجَح ْوَأ ًةَجَح يِضْقَت َناَضَمَر يِف ًةَرْمُع َنِإَف

“Sesungguhnya Umrah ketika bulan Ramadhan sama dengan memunaikan haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari No. 1863, Muslim No. 1256)

27. Tentang Lailatul Qadar

Secara spesifik, Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir atau tujuh malam terakhir. Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِرِخاَوَ ْلا ِرْشَعْلا ْنِم اَهَرَحَتَيْلَف اَهيِرَحَتُم َناَك ْنَمَف

“Maka, barangsiapa yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka carilah pada sepuluh malam terakhir.” (HR. Bukhari No. 1105)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِعْبَسلا يِف ِماَنَمْلا يِف ِرْدَقْلا َةَلْيَل اوُرُأ َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ِيِبَنلا ِباَحْصَأ ْنِم ًلاَجِر َنَأ

ِعْبَسلا يِف ْتَأَطاَوَت ْدَق ْمُكاَيْؤُر ىَرَأ َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ِ َا ُلوُسَر َلاَقَف ِرِخاَوَ ْلا

ِرِخاَوَ ْلا ِعْبَسلا يِف اَهَرَحَتَيْلَف اَهيِرَحَتُم َناَك ْنَمَف ِرِخاَوَ ْلا

“Sesungguhnya seorang laki-laki dari sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat Lailatul Qadr pada mimpinya pada tujuh hari terakhir. Maka bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Saya melihat mimpi kalian telah bertepatan pada tujuh malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka carilah pada tujuh malam terakhir.” (HR. Bukhari No. 1911, 6590, Muslim No.1165 Ibnu Hibban No. 3675, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8327, Ibnu Khuzaimah No. 2182, Malik dalam Al Muwaththa’ No. 697

Bagaimanakah maksud tujuh malam terakhir? Tertulis penjelasannya dalam Shahih Ibnu Khuzaimah, sebagai berikut:

(14)

ا ىلص يبنلا نوكي نأ يناثلا ىنعملاو رخاولا عبسلا يف اهيرحتب ةنسلا كلت مهرمأ

نع اوزجعو اوفعض اذإ رخاولا عبسلا يف اهبلطو اهيرحتب مهرمأ امنإ ملسو هيلع

هلك رشعلا يف اهبلط

Berkata Abu Bakar: Khabar ini memiliki dua makna. Pertama, pada malam ke tujuh terakhir karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala mengetahui adaya kesesuaian dengan mimpi sahabat bahwa Lailatul Qadr terjadi pada tujuh malam terakhir pada tahun itu, maka beliau memerintahkan mereka pada tahun itu untuk mencarinya pada tujuh malam terakhir. Kedua, perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada para sahabat untuk mencari pada tujuh malam terakhir dikaitkan jika mereka lemah dan tidak kuat mencarinya pada sepuluh hari semuanya. (Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah No. 2182)

Makna ini diperkuat lagi oleh hadits yang menunjukkan alasan kenapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan mengintai tujuh hari terakhir.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma:

ْنِإَف ِرْدَقْلا َةَلْيَل يِنْعَي ِرِخاَوَ ْلا ِرْشَعْلا يِف اَهوُسِمَتْلا َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ِ َا ُلوُسَر َلاَق

يِقاَوَبْلا ِعْبَسلا ىَلَع َنَبَلْغُي َلَف َزَجَع ْوَأ ْمُكُدَحَأ َفُعَض

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Carilah dia pada sepuluh malam terakhir (maksudnya Lailatul Qadar) jika kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka jangan sampai dikalahkan oleh tujuh hari sisanya.” (HR. Muslim No. 1165, 209)

- Kemungkinan besar adalah pada malam ganjilnya

Kemungkinan lebih besar adalah Lailatul Qadr itu datangnya pada malam ganjil sebagaimana hadits berikut:

Dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ٍرْتِو يِف ِرِخاَوَ ْلا ِرْشَعْلا يِف اَهَنِإَو اَهُتيِسُن يِنِإَو ِرْدَقْلا َةَلْيَل ُتيِرُأ يِنِإَف

“Seseungguhnya Aku diperlihatkan Lailatul Qadar, dan aku telah dilupakannya, dan saat itu pada sepuluh malam terakhir, pada malam ganjil.” (HR. Bukhari No. 638, 1912, 1923)

Dalam riwayat lain:

ِرْدَقْلا َةَلْيَل اْوَرَحَت َلاَق َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ِ َا َلوُسَر َنَأ اَهْنَع ُ َا َيِضَر َةَشِئاَع ْنَع

َناَضَمَر ْنِم ِرِخاَوَ ْلا ِرْشَعْلا ْنِم ِرْتِوْلا يِف

(15)

“Carilah oleh kalian Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadhan.” (HR. Bukhari No. 1913)

Ada dua pelajaran dari dua hadits yang mulia ini. Pertama, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri tidak tahu persis kapan datangnya Lailatu Qadar karena dia lupa. Kedua, datangnya Lailatul Qadar adalah pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir.

- Malam ke 24, 25, 27 dan 29?

Imam Bukhari meriwayatkan, dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

نيرشعو عبرأ يف اوسمتلا

“Carilah pada malam ke 24.” (Atsar sahabat dalam Shahih Bukhari No. 1918)

Imam Bukhari juga meriwayatkan, dari ‘Ubadah bin Ash Shamit Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِةَسِماَخْلاَو ِةَعِباَسلاَو ِةَعِساَتلا يِف اَهوُسِمَتْلاَف

“Maka carilah Lailatul Qadar pada malam ke sembilan, tujuh, dan lima (pada sepuluh malam terakhir, pen).” (HR. Bukhari No. 49, 1919)

Berkata seorang sahabat mulia, Ubay bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu:

َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ِ َا ُلوُسَر اَهِب اَنَرَمَأ يِتَلا ُةَلْيَللا َيِه َيِه ٍةَلْيَل ُيَأ ُمَلْعَ َل يِنِإ ِ َاَو

اَهِم ْوَي ِةَحيِبَص يِف ُسْمَشلا َعُلْطَت ْنَأ اَهُتَراَمَأَو َنيِرْشِعَو ٍعْبَس ِةَحيِبَص ُةَلْيَل َيِه اَهِماَيِقِب

اَهَل َعاَعُش َل َءاَضْيَب

“Demi Allah, seseungguhnya aku benar-benar mengetahui malam yang manakah itu, itu adalah malam yang pada saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk shalat malam, yaitu malam yang sangat cerah pada malam ke 27, saat itu tanda-tandanya hingga terbitnya matahari, pada pagi harinya putih terang benderang, tidak ada panas.” (HR. Muslim No. 762)

Bukan hanya Ubay bin Ka’ab, tapi juga sahabat yang lain. Salim meriwayatkan dari ayahnya Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

ىَرَأ َمَلَسَو ِهْيَلَع ُ َا ىَلَص ُيِبَنلا َلاَقَف َنيِرْشِعَو ٍعْبَس ُةَلْيَل ِرْدَقْلا َةَلْيَل َنَأ ٌلُجَر ىَأَر

اَهْنِم ِرْتِوْلا يِف اَهوُبُلْطاَف ِرِخاَوَ ْلا ِرْشَعْلا يِف ْمُكاَيْؤُر

(16)

Inilah riwayat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama, bahwa kemungkinan besar Lailatul Qadr adalah pada malam ke 27. Namun, perselisihan tentang kepastiannya sangat banyak, sehingga bisa dikatakan bahwa jawaban terbaik dalam Kapan Pastinya Lailatul Qadr adalah wallahu a’lam.

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah:

رَثْكَأ َكِلَذ يِف ْمهبِهاَذَم ْنِم اَنَل َلَصَحَتَو . اًريِثَك اًف َلِتْخِا رْدَقْلا ةَلْيَل يِف ءاَمَلُعْلا َفَلَتْخِا ْدَقَو

ًل ْوَق َنيِعَبْرَأ ْنِم

“Para ulama berbeda pendapat tentang Lailatul Qadr dengan perbedaan yang banyak. Kami menyimpulkan bahwa di antara pendapat-pendapat mereka ada lebih 40 pendapat.” (Fathul Bari, 4/262. Darul Fikr)

28. Doa ketika Lailatul Qadar

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan doa khusus untuk kita baca ketika Lailatul Qadar.

اَهيِف ُلوُقَأ اَم ِرْدَقْلا ُةَلْيَل ٍةَلْيَل ُيَأ ُتْمِلَع ْنِإ َتْيَأَرَأ ِ َا َلوُسَر اَي ُتْلُق ْتَلاَق َةَشِئاَع ْنَع

يِنَع ُفْعاَف َوْفَعْلا ُبِحُت ٌميِرَك ٌوُفُع َكَنِإ َمُهَللا يِلوُق َلاَق

Dari ‘Aisyah dia berkata “Aku berkata: Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui bahwa pada suatu malam adalah Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau menjawab: “Ucapkanlah, ‘Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni.” (HR. At Tirmidzi No. 3513, At Tirmidzi berkata: hasan shahih. Ibnu Majah No. 3850. Syaikh Al Albani

menshahihkannya. Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 3337, Shahihul Jami’ No. 4423, dan lainnya)

29. Orang yang tidak berpuasa tanpa alasan

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, secara marfu’:

ْنِإَو ِرْهَدلا ُماَيِص ِهِضْقَي ْمَل ٍضَرَم َلَو ٍرْذُع ِرْيَغ ْنِم َناَضَمَر ْنِم اًمْوَي َرَطْفَأ ْنَم

ُهَماَص

Barang siapa yang tidak berpuasa pada Ramadhan tanpa adanya uzur, tidak pula sakit, maka tidaklah dia bisa menggantikannya dengan puasa sepanjang tahun, jika dia melakukannya. (HR. Bukhari No. 1934)

(17)

وهف ،نهنم ةدحاو كرت نم ،ملسلا سسأ نهيلع ،ةثلث نيدلا دعاوقو ،ملسلا ىرع

ناضمر موصو ،ةبوتكملا ةلصلاو ،ا لإ هلإ ل نأ ةداهش :مدلا للح رفاك اهب

Tali Islam dan kaidah-kaidah agama ada tiga, di atasnyalah agama Islam difondasikan, dan barangsiapa yang meninggalkannya satu saja, maka dia kafir dan darahnya halal ( untuk dibunuh), (yakni): Syahadat Laa Ilaaha Illallah, shalat wajib, dan puasa Ramadhan.” (HR. Abu Ya’ala No. 2349, Alauddin Al muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 23, juga Ad Dailami dan dishahihkan oleh Imam Adz Dzahabi. Berkata Hammad bin Zaid: aku tidak mengetahui melainkan hadits ini telah dimarfu’kan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al Haitsami mengatakan sanadnya hasan, Majma’ Az Zawaid, 1/48. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah. Tetapi

didhaifkan oleh Syaikh Al Albani Rahimahullah)

Berkata Imam Adz Dzahabi Rahimahullah:

،ينازلا نم رش هنأ ،ضرم لب ناضمر موص كرت نم نأ :ررقم نينمؤملا دنعو

للحنلاو ،ةقدنزلا هب نونظيو ،هملسإ يف نوكشي لب ،رمخلا نمدمو.

“Bagi kaum mukminin telah menjadi ketetapan bahwa meninggalkan puasa Ramadhan padahal tidak sakit adalah lebih buruk dari pezina dan pemabuk, bahkan mereka meragukan

keislamannya dan mencurigainya sebagai zindiq dan tanggal agamanya.” (Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/434. Lihat juga Imam Al Munawi, Faidhul Qadir, 4/410. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Artikel Kumpulan Hadits Mengenai Bulan Puasa Ramadlan ini dikirim oleh abdul karim yang bersumber dari website ini

Referensi

Dokumen terkait

Solusi Kegiatan nyata untuk mengatasi hal tersebut dilakukan dengan membuka pusat- pusat layanan rehabilitasi korban, memberikan pelatihan khusus kepada pencari kerja tentang

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah dan carilah

Dalam penelitian ini produk yang dikembangkan berupa bahan ajar yaitu (LKPD) berorientasi pembelajaran terpadu tipe jaring laba-laba yang diharapkan dapat meningkatkan

Ketua Tim Pengendali DAK sub bidang KB Provinsi (Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi) dan Ketua Tim Pengendali DAK SKPD KB Provinsi secara berkala melakukan

Persoalan yang menjadi objek penelitian penulis adalah meneliti apakah terjadi politisasi dalam konflik antar warga Desa Balinuraga dengan Desa Agom dan akhirnya meluas

Kondisi ruang kelas yang nyaman akan membantu siswa untuk lebih mudah dalam berkonsentrasi, memeperoleh hasil belajar yang maksimal dan dapat menikmati

(2017) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, karena apabila perusahaan memiliki nilai DER yang

Beberapa penelitian yang membahas mengenai pengeluaran per kapita adalah Fausi (2011) meneliti tentang Small Area Estimation terhadap pengeluaran per kapita di Kabupaten