• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning in Sciense (CLIS) pada Siswa Kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning in Sciense (CLIS) pada Siswa Kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 0"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pendapat yang berbeda. Pembahasan teori ini berisi tentang model pembelajaran Children Learning In Science dan hasil belajar IPA.

2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Folwer (Trianto, 2014:136) “IPA adalah pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”, “IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati” (Kardi dan Nur, 1994:1.3) Adapun Wahyana (2014:136) mengatakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”.

Hakikat IPA di SD yang terdapat dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) Tahun 2006 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pegetah uan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

(2)

bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai umtuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap siswa seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses pembelajaran IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi yang edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

2.1.1.1. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam juga mempunyai karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson dan Bergman dalam Ahmad Susanto (2013:170), meliputi :

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori; b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati

fenomena alam, termasuk juga penerapannya;

c. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi rahasia alam;

d. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja;

e. Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

(3)

2.1.1.2. Tujuan dan Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam

Berdasarkan karakteristik IPA yang ditelah diuraikan,maka tujuan mata pelajaran IPA secara umum yaitu menciptakan ketaqwaan terhadap Tuhan sebagai pencipta alam semesta, memahami bebagai macam gajala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu mengenal pengaruh IPA dengan lingkungan, meningkatkan kesadaran dalam menjaga lingkungan alam. Menurut BSNP (2006) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan;

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MI.

(4)

2.1.1.3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut BSNP kurikulum 2006 (KTSP) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas; 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sedrhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Dilihat dari ruang lingkup IPA tersebut maka dapat diambil kompentensi yang akan dicapai. “ Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian” (KTSP, 2006). Pada penelitian ini diambil Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas 5 semester II yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompeten Dasar IPA kelas 5 Sekolah Dasar Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Kurikulum KTSP

Menurut Trianto (2014:143) “pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan” karena pada dasarnya IPA merupakan sekumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori. Dilihat dari karakteristiknya maka pembelajaran IPA

Standar

Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

Kompetensi

Dasar

7.1Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

(5)

dilakukan melalui proses ilmiah berupa fisik dan mental dan mencermati fenomaena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta adanya sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi rahasia alam. 2.1.2. Hasil Belajar

Dunia pendidikan selalu berkaitan dengan belajar dan hasil belajar. Menurut Rusman (2012:123) “hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang dipeloreh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hal tersebut senada dengan pendapat Omar Hamalik (2002:45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan perilaku”. Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum Jamil, 2014:37) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner performance)”. Reigeluth (Suprihatiningrum Jamil, 2014:38) berpendapat bahwa

hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda.ia juga mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan yang telah diperoleh).

Nawawi (2007 : 39 ) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.

(6)

(2014:139) “yang dimaksud bentuk tes adalah tes yang berupa pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, melengkapi isian, jawaban singkat, dan uraian. Menurut Widoyoko (2014:51) “tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Di antara objek tes adalah kemampuan siswa”. Pada penelitian ini diharapakan siswa dapat menyerap konsep-konsep, hukum dan teori. Melalui proses ilmiah berupa fisik dan mental dan mencermati fenomaena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menerima dan mengembangkan konsep-konsep dasar IPA yang belum terstrukur dapat menjadi pengetahuan IPA yang ilmiah serta perubahan skor tes yang semakin meningkat.

2.1.3. Model Pembelajaran CLIS

. Children Learning In Science berarti anak belajar dalam sains. Science dalam bahasa indonesia ditulis sains atau IPA, didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sitematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Model pembelajaran CLIS dikembangkan oleh kelompok Children Learning In Science yang dipimpin oleh Driver dan diberi nama general structure of a costruktivist teaching sequance. “Model pembelajaran CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan” (Widiyarti, dkk., 2012).

2.1.3.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran CLIS

(7)

Gambar 2.1

Bagan Struktur Umum Model CLIS

Tahap-tahap model pembelajaran Children Learning In Science ( CLIS) Model terdiri atas 5 tahap menurut Widiyarti, dkk., (2012), yaitu :

1. Tahap orientasi ( orientation )

(8)

2. Tahap pemunculan gagasan ( elicitation of ideas)

“Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran”.

3. Tahap penyusunan ulang gagasan ( restructuring of ideas)

Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan pertukaran gagasan ( clarification and exchange), pembukaan pada situasi konflik ( eksposure to conflict situation), serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi ( construction of new ideas and evaluation). Pengungkapan dan pertukaran gagasan merupakan upaya untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas.

4. Tahap penerapan gagasan (application of ideas)

Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru. Gagasan baru yang sudah direkonstruksi dalam aplikasinya dapat digunakan untuk menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan. Misalnya dengan cara siswa mencari dan mencatat benda yang mereka temukan di sekitar sekolah yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran sebanyak mungkin sesuai waktu yang diberikan.

5. Tahap pemantapan gagasan(review change in ideas)

Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah akan dengan sadar mengubahnya menjadi konsep ilmiah.

2.1.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran CLIS

(9)

1. Membiasakan siswa untuk belajar secara mandiri dalam mengatasi suatu permaslahan.

2. Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar, sehingga terciptanya suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif.

3. Terjalinnya kerja sama antar siswa di dalam kelompoknya pada saat melakukan kegiatan.

4. Suasana belajar lebih bermakna, karena siswa menemukan sendiri hasil pengamatan dari percobaanya.

5. Guru mengajar akan lebih mudah hanya mengarahkan setiap konsep yang diajarkan kearah yang lebih benar dan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif.

6. Guru hanya menyiapkan berbagai masalah yang ada hubungannya dengan konsep yang diajarkan.

7. Siswa menjawab sendiri pertanyaan yang terdapat di LKS secara mandiri maupun kelompok.

8. Guru dapat menemukan alat-alat atau media pengajaran yang mudah didapat di dalam kehidupan sehari-hari.

9. Kelebihan yang menonjol dalam model pembelajaran ini adalah sederatan tahapan untuk setiap tahapan kegiatan yang dilakukan siswa.

Selain manfaat yang dirasakan oleh siswa maupun guru, model pembelajaran CLIS juga mempunyai kelemahan sebagai berikut :

1. Pada tahap pembukaan situasi konflik siswa masih bingung untuk mencari perbedaan antara konsep awal dan konsep ilmiah pada saat melakukan pengamatan dan percobaan yang terdapat dalam bahan ajar atau buku paket hal tersebut sebelumnya sudah diberitahu dan dibimbing. 2. Siswa yang belum belajar mandiri dan belajar kelompok akan mengalami

kesulitan untuk dapat menguasai konsep dengan baik.

3. Guru dituntut menyiapkan model pembelajaran ini untuk setiap sub-konsep dan mempunyai tahapan terlalu banyak, sehingga waktu yang dipergunakan kuran atau tidak cukup.

2.1.3.3. Solusi Kelemahan Model Pembelajaran CLIS

(10)

secara heterogen agar siswa yang pandai dapat membantu siswa yang lain dalam memahami konsep, (3) semakin meningkatnya aktifitas siswa maka diperlukan waktu lebih maka meminta waktu tambahan dengan memotong jam mata pelajaran sebelum dan sesudahnya.

2.1.3.4. Karakteristik Model Pembelajaran CLIS

Menurut Handayani, dkk.,(2002:60) model pembelajaran CLIS mempunyai karakteristik, antara lain:

a. Dilandasi pandangan konstruktivisme memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa

b. Pembelajaran berpusat pada siswa dimana siswa sendiri yang aktif secara mental membangun pengetahuannya.

c. Melakukan aktifitas hands-on/minds-on siswa diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan dan melatih berfikirnya.

d. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar agar siswa lebih mencintai lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran CLIS merupakan pembelajaran yang mengutamakan kreatifitas anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang dimilikinya secara menyeluruh, dan dapat mengembangkan gagasannya melalui pengamatan dan praktikum sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing.

2.2. Penerapan Model CLIS Dalam Pembelajaran IPA

(11)

a. Orientasi

Siswa diberikan orientasi berupa fenomena batuan dan tanah yang ada di lingkungan sekitar dengan memperlihatkan macam-macam batuan dan berbagai jenis tanah.

b. Tahap pemunculan gagasan.

Guru memberikan permasalahan yaitu tentang apa saja jenis-jenis batuan, bagaimana terbentuknya tanah serta apa saja jenis-jenis tanah kemudian meminta siswa menyusun gagasannya berdasarkan pengalaman belajarnya masing-masing dalam bentuk tulisan setelah itu melakukan tanya jawab untuk menggali gagasan siswa.

c. Tahap penyusunan ulang gagasan.

Siswa bertukar gagasan yang dimiliki dengan gagasan siswa lain dengan membagi siswa kedalam kelompok untuk berdiskusi dengan topik batuan dan tanah hingga diperoleh gagasan baru kemudian meminta perwakilan kelompok mengungkapkan gagasan hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari pengertian ilmiah dari buku teks berdasarkan gagasan barunya kemudian meminta siswa membandingkan konsep awal yang dimiliki dengan konsep ilmiah tersebut untuk mencocokan gagasan dengan fenomena yang akan dipelajari yang bertujuan untuk merekontruksi gagasan baru. Siswa diberikan kesempatan melakukan observasi atau percobaan dan mendiskusikannya untuk menyusun ulang gagasannya kemudian melaporkannya.

d. Tahap penerapan gagasan

Siswa yang terbagi dalam kelomok menerapkan gagasan baru yang dikembangkan dengan melakukan pengamatan atau percobaan dengan bimbingan guru ke dalam situasi baru. Gagasan baru yang telah rekonstruksi dalam aplikasinya digunakan untuk menganalisis isu-isu atau fenomena lingkungan sekitar berupa mencatat kegiatan atau benda yang berhubungan dengan topik batuan dan tanah. e. Tahap pemantapan gagasan.

(12)

2.3. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil – hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisiskan penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian diantaranya :

Pengaruh Children Learning in Science ( CLIS) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD N Blotongan 01 Salatiga kecamatan Sidorejo kota Salatiga semester II Tahun Ajaran 2010/2011. Novi Pramita Devi ( 2011) jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian eksperimen. Jumlah subyek sebanyak 29 siswa kelas 4 di SD N Blotongan 01 Salatiga. Pengumpuan data hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelas tersebut. Analisis data yang digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA sekolah yang menggunakan model pembelajaran CLIS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA sekolah yang yang menggunakan model pembelajaran CLIS di SD N Blotongan 01 Kecamata Sidorejo kota Salatiga. Hasil analisis diperoleh dari prosentase hasil belajar pretes dan postes siswa yang sudah tuntas dan tidak tuntas dan hasilnya dari pretes terdapat 41% siswa yang sudah tuntas dan 59% yang tidak tuntas. Sedangkan pada postes seluruh siswa 100% dinyatakan tuntas sehingga hasil belajar siswa meningkat signifikan sebesar 59%. Pembelajaran menggunakan model CLIS terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil analisis diatas dapat ditarik kesimpulan adalah peningkatan yang signifikan hasil belajar mata pelajaran IPA sekolah yang menggunkan model pembelajaran CLIS di SD N Blotongan 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

(13)

observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil evaluasi siswa yang meningkat yaitu dari nilai rata-rata pra tindakan 68,3 sedangkan nilai rata-rata pada siklus I 75,4 dan 80,8 pada siklus II. Berdasarkan paparan data dan pembahasan terhadap temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulan sebagai berikut. Pertama, penerapan model CLIS pada mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD N Dukuh II Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri dapat meningkatkan pembelajaran IPA materi “Gaya” selama proses pembelajaran. Kedua, aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menerapkan model CLIS terlibat secara penuh karena pembel-ajaran berpusat pada siswa, siswa aktif secara mental dan membangun pengetahuan, melakukan aktivitas hands on dan minds on. Ketiga, hasil belajar siswa kelas 5 SD N Dukuh 02 mengalami peningkatan setelah diterapkan model CLIS karena dapat siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Clis (Children Learning In Science) Di SMP N 1 Tanjungraja Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 oleh Merita Diana. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil dari penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.. Hasil penelitian penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) pada pelajaran IPA kelas VII a dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar yang di buktikan dengan bertambahnya minat belajar dari siklus I sebesar 68 %, siklus II sebesar 82 % dan pada siklus III sebesar 98%.sedangkan prestasi belajar siswa bertambahnya tingkat ketuntasan belajar siswa setiap siklusnya selama tiga siklus yaitu siklus I sebesar 62,3%, siklus II sebesar 73,95% dan siklus III sebesar 100 %.

(14)

hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga.

2.4. Kerangka Berpikir

(15)

Gambar 2.2

Peta Konsep Kerangka Berpikir Pembelajaran

Siswa diberikan orientasi berupa fenomena batuan dan tanah yang ada di lingkungan sekitar dengan memperlihatkan macam-macam batuan dan berbagai jenis tanah.

Tahap Pemunculan Gagasan

 Guru memberikan permasalahan tentang batuan dan tanah.

 Meminta siswa untuk menyusun gagasan.  Guru bertanya jawab untuk memacu siswa

dalam mengungkapkan gagasan yang ada.

Tahap Penyusunan Ulang Gagasan Siswa berkolompok untuk berdiskusi,

bertukar gagasan dengan topik batuan dan tanah hingga diperoleh gagasan baru.

Siswa membandingkan konsep awal yang dimiliki dengan konsep ilmiah pada buku teks.

Siswa melakukan observasi atau percobaan dan mendiskusikannya untuk menyusun ulang gagasannya.

Tahap Penerapan Gagasan

Siswa menganalisis isu-isu atau fenomena lingkungan sekitar yang berhubungan dengan topik batuan dan tanah

Tahap Pemantapan Gagasan Guru bersama siswa menyimpulkan materi

Penilaian Proses

Tes Tertulis

Penilaian Hasil Hasil Belajar

(16)

2.5. Hipotesis Penelitian

Dari kerangka berfikir yang telah dikemukakakan dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Children Leanrning In Science ( CLIS ) dapat meningkatkan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga semester II Tahun Ajaran 2014/2015 pada aktivitas guru dan aktivitas siswa secara signifikan minimal 10%.

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompeten Dasar IPA kelas 5 Sekolah
Gambar 2.2 Peta Konsep Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

7 It is that promise that that has always set this country apart – that through hard work and sacrifice, each of us can pursue our individual dreams but still come together as

Sedangkan komunikasi efektif orang tua-anak merupakan suatu proses pemindahan informasi, ide, pengertian atau pemahaman dari orang tua kepada anak ataupun dari anak kepada orang

studies in the field of reading using interactive read aloud technique to search or. uncover other advantages and disadvantages of the

Sedangkan skala kecemasan disusun berdasarkan gejala-gejala kecemasan dari Conley (2004), Ibrahim (2002), Hurlock dan Darajat (dalam Hasibuan & Simatupang, 1999) yaitu berupa

Prosedur penelitian ini menggunakan model Akker [15] yang menerapkan 4 tahapan utama yaitu: (1) pemeriksaan pendahuluan ( preliminary investigation ) yang dimaksudkan untuk

2.4 By contrast, the authors view that the stakeholder-oriented theory of corporate governance is strongly recognized in Islam via two fundamental concepts

berjumlah 20 butir soal sebagai instrumen penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS), (2) instrumen penilaian two-tier test layak dan memenuhi kriteria soal yang

Bila dikaitkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Sistem Kesehatan, maka adalah suatu hal yang penting dan wajib bagi Pemerintah Kota Medan untuk memberikan pelayanan