1
Penutup Atap
=Kemiringan Atap
-Genteng/
-Sirap Reng
Usuk tiap jarak ± 50 cm
Gording profil baja atau kayu
Overlap
Seng Gelombang -Asbes Gelombang -Aluminium Gelombang Gording
Overlap / tumpang tindih harus cukup supaya air hujan tidak tampias / bocor
KONSTRUKSI BAJA GUDANG
1.
PENUTUP ATAP
Sebagai penutup atap dapat digunakan :
a.
Genteng dengan reng dan usuk
b.
Sirap dengan reng dan usuk
c.
Seng gelombang
d.
Akses gelombang
e.
Aluminium gelombang
f.
Dll.
a.
GENTENG
Kemiringan atap : 30° ≤ α ≤ 60°
α ≥ 60° : dipakai genteng khusus, dipaku pada reng
α ≤ 30° : dipakai genteng dengan presisi tinggi,
dan diberi lapisan aluminium foil
di bawah reng.
2
Salah! Pada puncak Bisa
Bocor! Penempatan kait
a Kait
b
c
bisa a, b atau c
b.
SIRAP
Dilengkapi dengan usuk dan reng yang harus mampu memikul beban hidup merata
q terpusat p
Dapat dipakai pada sudut α besar
Bila α < 30° : tumpukan sirap diperbanyak
dan diberi lapisan aluminium foil
b.d, e : Seng Gelombang, Asbes Gelombang dan Aluminium Gelombang
Dipakai pada bangunan industri
kemiringan atap lebih bebas ; 5° ≤ α ≤ 90°
semakin kecil α, overlap semakin besar
overlap : - pada arah mengalir air
- pada // arah mengalir air
perkiraan panjang overlap :
Sudut
arah memanjang
arah melintang
10-20°
20 cm
2,5 gelombang
20-40°
15 cm
1,5-2,5 gelombang
45°
10 cm
1,5 gelombang
3
Contoh: Gording 1Baut
Kuda-kuda Pelat pengisi
baut
Las
Gording Baut
Kepala diatas mur dibawah,agar baut tidak
jatuh bila mur kendor/lepas
Siku Baut
baut siku
dilas
baut pengikat
Nok atau
Gording atau
Gording atau Potongan atau
, , ,
Gording rangka
untuk bentang >
Detail Hubungan Gording dengan kuda-kuda :
Angin yang kuat dapat mengangkat atap, maka gording perlu diikat kuat pada
kuda-kuda
2.
PERHITUNGAN GORDING
Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah :
a.beban matib.
beban hidup
c.
beban angin / beban sementara
Sedangkan untuk gording dapat dipakai :
1.
Beban mati (D) :
- berat sendiri penutup atap
- berat sendiri gording
- alat-alat pengikat
2.
Beban hidup (L) : sesuai peraturan pembebanan
a.
Terbagi rata : q = (40
–
0,8 α) ≤ 20 kg/m
24
x
x
Q
Q cos
y Q sin
L
3Contoh :
Kuda - kuda
Nok
Gording
Penggantung Gording
Catatan : bila L tidak terlalu besar, cukup dipasang 1 penggantung gording L
Kuda - kuda
q cos
Kuda 2
P cos
P sin q sin
L
3 L
Kuda 2
b.
Terpusat
P
= 100 kg (beban orang saat pelaksanaan/perawatan)
3.
Beban angin (W) : lihat Peraturan Pembebanan
→ besarnya tergantung dari daerah (wilayah) dan sudut α
Beban rencana yang bekerja adalah beban terbesar dari :
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
U = 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (
L
. L atau 0,8 W)
U = 1,2 D + 1,3 W +
L
. L + 0,5 (La atau H)
Keterangan :
L
= 0,5 bila L < 5 kPa :
L
= 1 bila L ≥ 5k
Pa
D
adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen
L
adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dll.
La
adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak
H
adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W
adalah beban angin
Terhadap sb x
–
x profil :
Beban mati : M
XD=
81(q cos
α
) L
2
Beban hidup q : M
XL=
81(q cos
α
) L
2P : M
XL=
41(P cos
α
) L
2Terhadap sb y
–
y profil :
-
Beban mati : M
YD=
81(q sin α) (
3L)
2-
Beban hidup q : M
YL=
81(q sin α) (
3L)
25
Wx
L
kg/m'
bWx
b
b
Wx= C x b x tekanan angin kg/m2
-
Momen-momen akibat beban hidup merata q, dan terpusat P diambil yang
berpengaruh terbesar. (akibat q atau akibat P)
Beban angin : lihat Peraturan Pembebanan
W
x= c . b . tekanan angin kg/m
2W
y= 0
Dimana : c adalah koefisien angin
Momen yang diakibatkan oleh beban angin adalah :
0
8
1
2yw x xw
M
L
W
M
Beban angin yang harus diperhitungkan pada kombinasi pembebanan adalah beban
angin tekan. Sedangkan beban angin hisap digunakan untuk perhitungan kekuatan kait.
Mu yang bekerja :
M
ux= 1,4 M
xD= 1,2 M
xD+ 1,6 M
xL+ 0,5 (M
xLaatau M
xH)
= 1,2 M
xD+ 1,6 (M
xLaatau M
xH) + (
L
. M
xLatau 0,8 M
xw)
= 1,2 M
xD+ 1,6 M
xL+
L
. M
xL+ 0,5 (M
xLaatau M
xH)
6
1)
Kontrol Kekuatan Gording
ny
M
ny= diambil momen nominal sayap atas profil
Penyederhanaan penyelesaian (Structural Steel Design Galambos hal 196)
a.
2)
Kontrol Lendutan
7
L=6,6 m3
Contoh : Perhitungan Gording
Kuda - kuda
a)
Kontrol Kekuatan Profil
-
Beban mati (D)
8
b)
Beban hidup berpusat P = 100 kg
M
xL=
4
1
(p cos
) L =
4
1
(100 cos 20°) 6,6 = 155,1 kg-m
M
yL=
4
1
(p sin
)
3
L
=
4
1
(100 cos 20°) 2,2 = 18,81 kg-m
-
Beban angin (W)
Tekanan angin W = 30 kg/m
2Koefisien angin c = 0,02 . 20
–
0,4
c = 0
Angin tekan
= c x W
= 0 x 30 = 0
Angin hisap
= 0,4 x 30 = 12 kg/m
2Bila dibandingkan dengan beban (bb. Mati + bb. hidup) = 30 +
20 = 50 kg/m’, a
ngin
hisap ini tidak bisa melawan beban (D + L), maka angin hisap ini tidak menentukan
tidak perlu diperhitungkan.
Besarnya momen berfaktor Mu
M
u= 1,2 M
D+ 1,6 (M
Laatau M
H) + (
L
. M
Latau 0,8 M
W)
Untuk beban mati, beban hidup terbagi rata, dan beban angin
M
ux= 1,2 x 153,2 + 1,6 x 168,85 + 0 = 454,0 kg-m
M
uy= 1,2 x 6,21 + 1,6 x 6,83 + 0 = 18,38 kg-m
Untuk beban mati, beban hidup terpusat, dan beban angin
M
ux= 1,2 x 153,2 + 1,6 x 155,1 + 0 = 432,0 kg-m
9
misal =68 cm
-
Kontrol tekuk lokal
Penampang profil (tabel 7.5-1 SNI)
kompak
-
Kontrol lateral buckling :
Misal L
b= 68 cm
jarak penahan lateral (jarak kait atap ke gording)
Atau (lihat brosur seng) = jarak 2 pengikat seng
Lp = 1,76 r
y
Momen Nominal
Dari kontrol tekuk lokal dan tekuk lateral didapatkan :
M
nx= M
px= Z
x.
f
y= 74,0 x 2.400 = 177.600,0 kg-cm = 1.776,0 kg-m
Persamaan Interaksi:
Pers. Interaksi :
10
M
ny= Kekuatan nominal lentur terhadap sb y
–
y
Untuk beban mati dan beban hidup hidup merata :
(OK)
Untuk beban mati dan beban hidup hidup terpusat :
(OK)
Dari kedua persamaan interaksi tersebut terlihat bahwa pemilihan profil masih
belum efisien karena masih terlalu jauh dari nilai 1.
a)
Kontrol Lendutan :
Lendutan ijin = L/180 (untuk gording)
Dicari fx = lendutan thd. Sb x-x profil
fy = lendutan thd. Sb. y-y profil
Lendutan akibat bb. Terpusat
y
Lendutan akibat bb. Merata
y
Lendutan akibat bb. Terpusat
11
3.
PELAT SIMPUL
Untuk mempersatukan dan menyambung batang-batang yang bertemu di titik simpul,
diperlukan pelat simpul.
Sebagai pelat penyambung, pelat simpul harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Cukup lebar, sehingga paku keling/baut dapat dipasang menurut peraturan yang
ditentukan.
2.
Tidak terjadi kerja takikan, seperti dijumpai pada pelat simpul yang mempunyai sudut
ke dalam. Pelat akan gampang sobek.
3.
Cukup kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat simpul, maka
simpul perlu diperiksa kekuatannya, dengan cara mengadakan beberapa potongan
untuk diperiksa kekuatannya pada potongan tersebut.
Namun sebelum dilanjutkan mengenai pemeriksaan pelat simpul, sekilas di ulang kembali
dulu tentang perhitungan banyaknya baut/paku keling yang diperlukan.
-
Banyaknya baut yang diperlukan
a.
Batang pinggir menerus
e = letak garis berat profil = garis kerja gaya
w = letak lubang baut
e dan w = dapat dilihat pada tabel profil
Contoh :
Tarikan
sebaiknya
Pelat simpul
Contoh :
Pelat simpul tebal t1
Vn Dn
n1 n2
Hn1 Hn2
n3 e w Batang menerus
a) Batang pinggir menerus
12
f
uadalah tegangan tarik putus yang terendah dari baut atau
pelat
d
badalah diameter baut nominal pada daerah tak berulir
t
padalah tebal pelat (harga terkecil dari t
1atau 2t
2)
R
n= harga terkecil dari kuat geser tumpu baut atau tumpu pelat
-
Banyaknya baut :
b)
Batang pinggir terputus
Untuk batang terputus, maka dihitung masing-masing
n
1≥
n min = 2, jarak baut sesuai SKSNI (tata cara)
Pelat simpul
13
-
Cara menggambar pelat simpul
Setelah jumlah baut atau paku keling dihitung :
1)
Digambar garis-garis sistem (= garis berat penampang profil) bertemu pada
satu titik
2)
Gambarlah batang-batang utuhnya (sisi batang sejarak e dari garis sistem)
3)
Tempatkan baut-batu / paku keling sesuai peraturan (letak baut/paku keling =
w dari sisi batang)
4)
Tarik garis batas akhir baut/paku keling pada setiap batang (misal = 2d)
lihat tabel 13.4
–
1
5)
Tarik garis-garis batas tepi pelat ---
lihat contoh
Pelat simpul
e
w
e
w
2d
2d 5
1
2 4 3
jarak
= 0,3d=15 tp
d=diameter baut
atau 200 mm
jarak jarak
314
-
Pemeriksaan Kekuatan Pelat Simpul
Disini diambil contoh pada pelat penyambung batang pinggir :
a.
Batang pinggirnya menerus
b.
Batang pinggirnya terputus
a)
Batang pinggir tepi menerus
Diketahui H
u1> H
u2Untuk salah satu potongan, misal potongan (a)
–
(a)
Maka pada potongan (a)
–
(a) bekerja gaya ;
Selisih gaya H
u1dan H
u2di terima oleh 5 baut, maka pada potongan (a)
–
(a) menerima
gaya sebesar
5
2
(H
u1–
H
u2) (diterima 2 baut dari 5 baut)
Gaya yang bekerja :
Gaya normal (tarik) N
ut=
5
2
(H
u1–
H
u2) + D
u1cos
Gaya lintang / geser Vu = Du1 sin
Momen
Mu =
5
2
(H
u1–
H
u2) S
1+ D
u1. S
2Pelat simpul tebal t
Vu
Du2
Du1
a
a S1
S2
Hu1
Hu2
Contoh :
Batang menerus
Du1 a
a S1
S2 Du1 sin
Du1 cos
2
5(Hu1-Hu2)
h
t
g.n.pelat
15
Kontrol kekuatan pelat :
2
b)
Batang pinggir tepi terputus
Contoh
Diketahui H
u1> H
u2Batang H
u1dan H
u2terputus, namun pada bagian tepi bawah dihubungkan dengan
pelat penyambung. Pelat penyambung dianggap memindahkan gaya
2
Pelat simpul tebal t
Vu Du2
Pelat penyambung dianggap meneruskan Hu2 (siku sama kaki)
2 Diketahui Hu1>Hu2
16
-
Pembentukan Pelat Simpul
Didalam pembentukan pelat simpul perlu diperhatikan syarat-syarat :
Cukup tempat untuk penempatan baut/paku keeling
Tidak terjadi takikan
Cukup kuat
Tidak terlalu banyak pekerjaan
Tidak terlalu banyak sisa pelat akibat bentuk dari pelat simpul
Contoh:
6 x potongan pelat lebih baik / praktis 4 x potongan pelat
lebih baik / praktis
lebih baik / praktis
17
4.
BENTUK-BENTUK KONSTRUKSI RANGKA GUDANG
Banyak bentuk-bentuk konstruksi untuk gudang yang bisa digunakan. Hal-hal yang
mempengaruhi antara lain :
-
Pemakaian gudang tersebut
-
Keadaan suasana gudang akan dibangun :
Keadaan tanah
Besar dan kecilnya beban angin
Bentuk yang dipilih tentunya akan menentukan cara penyelesaian struktur dan biayanya.
a.
Konstruksi kap rangka sendi
–
rol
Konstruksi kuda-kuda dengan tumpuan A sendi, B rol merupakan konstruksi statis
tertentu, maka penyelesaian statikanya dengan statis tertentu. Namun sering didalam
praktek dibuat A sendi, B sendi, dengan demikian konstruksi menjadi statis tak tentu.
Tetapi sering diselesaikan dengan cara pendekatan dengan menganggap perletakan A =
B didalam menerima beban H.
R
AH= R
BH=
2
H
Untuk mencari gaya-gaya batangannya dapat digunakan cara :
Cremona
Keseimbangan titik
Ritter
Dan lain-lain
Kemudian untuk mendukung kuda-kuda diperlukan kolom. Apabila dipakai kolom
dengan perletakan bawah sendi, maka struktur menjadi tidak stabil bila ada beban H
(angin/gempa).
A
sendi
B rol
sendi
A B
H
18
Karena itu untuk mendukung kuda-kuda ini, harus dipakai kolom dengan perletakan
bawah jepit.
Bila gaya H bekerja maka struktur/konstruksi ini akan stabil/kokoh. Pada perletakan
bawah kolom terjadi gaya V, H dan M. Besarnya M =
H
.
h
2
adalah cukup besar. Maka
bila struktur ini yang dipilih pada tanah yang jelek, pondasinya akan mahal.
Dicari penyelesaian suatu bentuk struktur agar pondasi tidak terlalu mahal.
b.
Kuda-kuda dihubungkan dengan pengaku pada kolom
1.
Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom jepitan.
Struktur dengan sistem ini cukup kaku dan memberikan momen M lebih kecil dari
pada struktur sebelumnya.
S S
H
akan roboh
sendi sendi
H
jepit H
2 H2
H 2
V M
h
jepit H
2 V
M= H 2 = h
H
jepit M jepit
M e
c
a a h1
A B
S1 H/2
H/2 S2
H/2 H/2
f
d
19
Struktur semacam ini adalah statis tak tentu, maka statistikanya diselesaikan
dengan cara statis tak tentu.
Namun sering didalam prkateknya diselesaikan dengan cara pendekatan/sederhana
yaitu :
-
Bila beban vertikal (gravitasi) yang bekerja, struktur dianggap statis tertentu,
yang bekerja pada kolom gaya V saja. Selanjutnya gaya-gaya batang KRB
dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan Titik, Ritter, dan sebagainya.
-
Bila beban H bekerja, dianggap terjadi titik balik (= inflection point) terjadi
ditengah-tengah yaitu S
1dan S
2.
M pada titik balik = 0 (seperti sendi)
Gaya geser pada S
1dan S
2adalah =
kuda dapat dicari dengan Cremona, Kesetimbangan titik, Ritter, dan sebagainya.
a
S
1Titik balik
a
20
2.
Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom sendi.
Struktur ini sama seperti pada perletakan bawah kolom jepit. Gaya batang (a), (b) dan
(c) dapat dihitung seperti sebelumnya, hanya mengganti jarak a dengan h.
Keuntungan kolom dengan perletakan sendi ini adalah :
-
Momen pada perletakan bawah/sendi = 0
-
Momen pada pondasi menjadi kecil, pondasinya menjadi murah
-
Namun momen pada kolomnya menjadi besar
2 kali dari pada kolom perletakan
jepit (h = 2a)
c.
Konstruksi 3 Sendi
Konstruksi ini adalah statis tertentu.
Dicari
reaksi
diperletakan
dengan
persamaan :
21
sendijepit
Sambungan kaku
sendi jepit B A
d.
Konstruksi Portal Kaku (Gable Frame)
Konstruksi ini adalah statis tak tentu.
Diselesaikan
dengan
cara
cross,
clapeyron, slope deflection, tabel, dan
sebagainya.
Gaya
yang
bekerja
pada
batang-batangnya N, D dan M.
Batang menerima N
udan M
u
perhitungan sebagai beam column.
STABILITAS STRUKTUR / KONSTRUKSI
Yang telah dibicarakan adalah konstruksi/struktur yang seolah-olah pada suatu bidang.
Konstruksi dalam bidang ini memang stabil, karena sudah diperhitungkan terhadap
gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut.
Dalam kenyataannya konstruksi adalah berbentuk ruang, sehingga secara keseluruhan
konstruksi belum stabil, maka perlu diatur lagi dalam arah yang lain.
Contoh
Pada bidang kuda-kuda, konstruksi ini stabil, sebab sudah diperhitungkan terhadap
beban yang bekerja yaitu P dan H (angin / gempa)
Pada bidang yang
bidang kuda-kuda, bila ada beban H bekerja dalam arah ini,
konstruksi akan roboh/terguling, jadi masih labil. Maka perlu distabilkan dalam arah
ini.
Konstruksi untuk memberikan stabilitas dalam arah ini dinamakan :
Ikatan angin
Ikatan pemasangan (montage)
Yang dipasang pada bidang atap dan pada bidang dinding.
H P
P P
P
Kolom
Kuda-kuda
Ikatan Angin
Gording
Kolom
Kolom
Kuda-kuda
22
1
H
1
2
H
2
5.
BANGUNAN GUDANG DENGAN IKATAN ANGIN DAN IKATAN
MONTAGE (PEMASANGAN)
Untuk menjaga kestabilan struktur rangka kuda-kuda akibat tiupan angin/gempa
diberikan ikatan angin dalam arah memanjang gudang. Ikatan angin bersama-sama
dengan gording dan rangka kuda-kuda membentuk suatu rangka batang.
Karena ikatan angin ini diperlukan untuk menjamin stabilitas dalam arah memanjang
gudang, biasanya ditempatkan pada daerah ujung-ujung gudang saja. Sedangkan bila
gudangnya cukup panjang, maka diantaranya ditempatkan lagi ikatan-ikatan
pemasangan/Montage.
Rencana / Denah Atap
-
Seringnya dipasang ikatan angin memanjang, untuk memperkaku bidang atap arah
melintang.
Penggantung gording dipasang pada semua gording
Ikatan angin pada dinding /kolom untuk meneruskan beban angin ke pondasi
Biasanya untuk ikatan angin digunakan batang lemas. Batang ini hanya dapat menahan
gaya tarik, tidak dapat menahan gaya tekan.
Bila ada H
1, yang bekerja batang (1) tarik
Bila ada H
2, yang bekerja batang (2) tarik
a
Ikatan
angin
dk
=±(3-9)m
penggantung gording Ø
dk
dk
dk
Ikatan
montage
Ikatan
angin
angin
Contoh :
Kud
a-kuda
Kud
23
Bentuk Dari Ikatan Angin Dan Ikatan Montage (Pemasangan)
1.
Pada Gudang Tertutup
2.
Pada Gudang Terbuka
1.
Ikatan angin pada gudang tertutup
Contoh
Gavel / Portal Akhir / End Frame
-
Letak regel vertikal sesuai dengan titik-titik rangka ikatan angin pada atap
-
Regel horizontal dipasang sesuai dengan panjang seng untuk dinding
Catatan (anggapan konservatif) :
-
Bila dinding dipakai dingin bata ½ bata, dianggap tidak tahan angin, perlu
dipasang ikatan angin pada dinding,
-
Bila dinding dipakai dinding bata 1 bata atau lebih dianggap dinding tahan
angin, tidak diperlukan ikatan angin pada dinding.
penggantung gording pada dinding
Ikatan angin pada atap Kuda-kuda
Regel/Gewel
Pintu
M.Tanah Ikatan angin pada
dinding/kolom
Pintu
Ikatan angin
gording 2
Kud a-kuda
Kolom/regel vertikal
24
2.
Ikatan Angin pada Gudang Terbuka (tanpa dinding)
-
Bentuk lain ikatan memanjang
-
Termasuk tepi/akhir dipasang kuda-kuda
-
Pengaku/bracing/ikatan memanjang pada kolom biasanya dipasang sepanjang
bangunan.
-
Untuk kuda-kuda dengan bentang yang besar > ± 40 m, pengaku/bracing/ikatan
memanjang dipasang juga pada rangka kuda-kuda.
Kuda-kuda
M.Tanah
Kolom-kolom Pengaku/bracing/ikatan memanjang
gording 2
Kud a-kuda
Kud a-kuda Ikatan angin pada atap
Kuda-kuda
Kolom
Ikatan memanjang Kolom
25
BEBAN YANG BEKERJA AKIBAT TIUPAN ANGIN
Pada Gudang Tertutup
Pada regel vertikal / kolom(3)
q = (c . w . a) , dimana a adalah jarak regel-regel vertikal
R
3= ½ q . h
3M =
8
1
q . h
32N = berat atap + dinding + kolom
Maka pada regel/kolom (3) bekerja beban-
beban Mu, Nu → perhitun
gan sebagai
beam
–
column.
Analog untuk regel (1), (2), dan (4).
Beban yang bekerja pada ikatan angin pada atap adalah :
R
1, R
2, R
3, R
4= gaya yang didapat dari reaksi pada regel (1), (2), (3) dan (4). Akibat
dari beban angin ini, maka dapat dicari yang bekerja pada rangka batang ikatan angin.
-
Batang atas kuda-kuda mendapat beban tambahan
-
Gording mendapat beban tambahan
Maka batang atas dari kuda-kuda dan gording harus diperhitungkan akibat beban
tambahan ini.
Gording pada rangka batang ikatan
q=...kg/
m'
N R3
h3
a N Kuda-kud
a
N R3
N
a a a a
=±(3-4)m
1 2 3 4 3 2 1
dk
R
Batang Atas Kuda-kuda
R=(R
1+R
2+R
3+R
4)
Gording
R
12
Ikatan angin
26
Sebagai gording terjadi Mu
Sebagai rangka ikatan angin
terjadi Nu → perhitungan gording sebagai beam –
column.
Dengan jarak L bracing, dapat diambil jarak-jarak dari baut pengikat seng
gelombang.
Ikatan angin pada dinding
Koefisien angin C :
Pada gevel c = 0,9
Pada dinding // c = - 0,4
*
Angin bertiup pada dinding gevel (garis tidak terputus-putus)
*
Angin bertiup pada dinding samping (garis putus-putus)
Didalam memperhitungkan beban ikatan angin pada dinding, kedua arah angin ini harus
ditinjau.
L
Seng Gelombang
c = 0,9 0,4
Gewel
Angin 0,9
0,4 1
Angin 2
beban Px,Py
N
N
qx,qy
Jarak kuda-kuda
sebagai gording
sebagai ikatan angin
y
y
x
27
Gaya yang bekerja pada Ikatan Angin Dinding
Contoh
Diterima oleh kolom.
Dari beban beban ini, maka dapat dihitung gaya-gaya pada rangka batang ikatan
angin dinding.
-
Regel horisontal (2) menerima beban :
Beban mati q
y→ M
y=
-
Regel horisontal (1) <bidang tengah> menerima beban :
28
RKOLOM
PONDASI
Beban angin pada Ikatan Angin Gevel
Contoh
Pada Gudang Terbuka
-
Angin bertiup pada bidang atap (= angin 1) ditahan oleh kuda-kuda dan kolom
-
Angin bertiup pada // bidang atap atau
bidang kuda-
kuda (= angin 2) →
menabrak kuda-kuda, ditahan oleh ikatan angin :
Ikatan angin pada atap
Ikatan/bracing/pengaku memanjang pada kolom.
Merupakan
struktur
statis
tak
tentu
penyelesaian statikanya
kuda-kuda dengan
kolom.
Beban pada akhirnya, harus sampai ke pondasi.
Kolom Kuda2Angin
Luas bidang yang diperhitungkan ditiup angin
Ikatan angin gewel Diterima oleh ikatan angin gewel
Kud a-kuda
Kuda-kuda
Kolom Kolom
R
R Angin 1
29
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pertimbangan Batang
*
Pada Konstruksi rangka batang kuda-kuda
Pada batang tarik → diperhitungkan Anetto
Pada batang tekan → diperhitungkan panjang tekuk Lk
L
kx: Panjang tekuk arah vertikal
L
ky: Panjang tekuk arah horizontal
*
Konstruksi console / Cantilever
L
kx: Panjang tekuk arah vertikal =
L
ky: Panjang tekuk arah horizontal =
4
Jika diberi ikatan khusus seperti tergambar maka L
ky→ 2
Lk y
Lk x
y x Ikatan angin
y x
gording
Ikatan khusus
Batang tekan di bawah, tidak
ada gording dan ikatan angin
Kud
a-ku
Pre - Eliminary Design
1 Perencanaan Atap
1.1 Merencanakan Pola Beban
Pola Beban Diambil dari peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1983
1.1.1 Merencanakan Beban Mati ( Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung )
a. Atap
Berat asbes : 10.3
Berat Profil : Menyesuaikan Perencanaan Berat Pengikat dll : 10 % dari Berat Total
1.1.2 Merencanakan Beban Hidup ( Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung )
a. Beban Hidup Terbagi Rata ( Atap ) : 25 0
20 ≤ 20
ambil q = 20
kg/m2
α =
q = (40 - 0.8 α) = kg/m2 kg/m2
kg/m2
Perencanaan Atap
Merencanakan Pola Beban
Data Perencanaan
Perencanaan Dimensi Gording
Perencanaan Gording Ujung Perencaan Penggantung Gording
Perencanaan Ikatan Angin
Merencanak an Pola Beban
Beban Mati Beban Hidup Beban Angin
Beban Penutup
Atap
Beban Terbagi Rata Beban Profil Beban
Pengikat dll
Beban Terpusat
Beban Tekanan
Angin
b. Beban Hidup Terpusat ( Atap )
P = 100 kg
1.1.3 Merencanakan Beban Angin ( Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung )
a. Beban Tekanan Angin
Bangunan Jauh dari Pantai -> asumsi Tekanan Angin : 30
= 0.1
Angin Tekan = C x W = 3
Angin Hisap = 0.4 x W = 12
1.2 Data - Data perencanaan
Data Atap
Jenis : Asbes Gelombang
Tebal : 5 mm
Berat : 10.3 kg/m2
Lebar Gelombang : 110 mm Kedalaman Gelombang : 57 mm Jarak Miring Gording : 110 cm Jarak Kuda-Kuda (L) : 400 cm
Sudut Kemiringan Atap : 0.44 rad = 25 0
1.3 Perencanaan Dimensi Gording
kg/m2
Koefisien Angin (C) tekan = (0.02 α - 0.4)
kg/m2
1.3.1 Perencanaan Profil WF untuk Gording Dengan ukuran :
1.3.2 Perencanaan Pembebanan 1.3.2.1 Perhitungan Beban Beban Mati
Berat Gording = 9.3 kg/m
Berat Asbes Gelombang = w x l
= 10.3 x 1.1 = 11.33 kg/m Berat Total = 20.63 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1 x 20.63 = 2.06 kg/m
Tekanan Angin = 30
Angin Tekan = 3
Angin Hisap = 12 (menentukan = q)
0.997 x 12.00 = 11.96 kg/m
Beban Mati + Beban Hidup > dari Beban Angin Hisap : 22.69 + 19.94 > 11.96 Beban Angin Hisap tidak perlu diperhitungkan ==> 3 kg/m
1.3.2.2 Perhitungan Momen Akibat Beban thp Sbx dan Sby Beban Mati
0.13 x ( 22.69 x 0.91 x 16 ) = 41.13 kgm 0.13 x ( 22.69 x 0.42 x 1.78 ) = 2.13 kgm
Beban Hidup Terbagi Rata
0.13 x ( 19.94 x 0.91 x 16 ) = 36.25 kgm 0.13 x ( 19.94 x 0.42 x 1.78 ) = 1.87 kgm
Beban Hidup Terpusat
0.25 x ( 100 x 0.91 x 4 ) = 90.63 kgm
Beban Hidup Terpusat, PL
kg/m2
kg/m2
kg/m2
q = jrk gording horisontal x angin hisap =
Beban Angin Terbagi Rata
= 0.13 x 3 x 16 = 6 kgm
* Mu Beban Mati ,Beban Angin dan Beban Hidup Terbagi Rata
Sumbu X Sumbu Y
41.13 kgm 2.13 kgm 36.25 kgm 1.87 kgm Mw = 6 kgm
1.2 x 41.13 + 1.6 x 36.25 + 0.8 x 6 = ### kgm 1.2 x 2.13 + 1.6 x 1.87 + 0.8 x 0 = 5.55 kgm
* Mu Beban Mati, Beban Angin dan Beban Hidup Terpusat
Sumbu X Sumbu Y
41.13 kgm 2.13 kgm 90.63 kgm 14.09 kgm Mw = 6 kgm
1.2 x 41.13 + 1.6 x 90.63 + 0.8 x 6 = ### kgm 1.2 x 2.13 + 1.6 x 14.09 + 0.8 x 0 = 25.1 kgm
1.3.3 Kontrol Kekuatan Profil 1.3.3.1 Penampang Profil
Untuk Sayap Untuk Badan
bf
≤ 170 h ≤ 1680
2 tf fy tw fy
50
≤ 170 70 ≤ 1680
2 7 240 5 240
3.57 ≤ 10.97 14.0 ≤ 108.4
OK OK
Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx
1.3.3.2 Kontrol Lateral Buckling
500 mm = 50 cm
1.76 x x E
fy
= 1.76 x 1.12 x 200000 = 56.90 cm 240
Ternyata : < maka : Mnx = Mpx
Mnx = Mpx = Zx . Fy = 41.8 x 2400 = ### Kgm Mny = Zy ( satu sayap ) * fy
=
= 0.25 x 0.7 x 5 2 x 2400 = 10500 kgcm = 105 kgm
MXW = 1/8 x qw x L
1.3.3.3 Besar Momen Berfaktor ( Mu = 1.2 MD + 1.6 ML + 0.8 MW )
MD = MD =
ML = ML =
MUX = MUY =
MD = MD =
ML = ML =
MUX = MUY =
Jarak Baut Pengikat / pengaku lateral = LB =
LP = iY
LB LP
1.3.3.3 Persamaan Iterasi
Mux
+ Muy ≤ 1
Beban Mati , Beban Angin dan Beban Hidup Terbagi Rata
112.164
+ 5.554 ≤ 1
0.9 x ### 0.9 x 94.5
0.12 + 0.07 ≤ 1
0.19 ≤ 1 OK
Beban Mati , Beban Angin dan Beban Hidup Terpusat
199.170
+ 25.097 ≤ 1
0.9 x ### 0.9 x 105
0.2 + 0.27 ≤ 1
0.46 ≤ 1 OK
1.3.3.4 Kontrol Lendutan Profil
Lendutan Ijin f = L = 400 = 2.22 cm
180 180
Lendutan Akibat Beban Merata (1)
fx = 5 x = 5 x 0.43 x 0.91 x 400 4
Lendutan Akibat Beban Terpusat (2)
fx = 5 x P = 1 x 100 x 0.91 x 400 3
Lendutan Akibat Beban Angin merata (3)
fx = 5 x = 5 x 0.03 x 0.91 x 400 4
Lendutan total yang terjadi
0.69 cm < 2.22 cm OK
1.4 Perencanaan Penggantung Gording
1.4.1 Data Penggantung Gording
Jarak Kuda - Kuda (L) = 400 cm Jumlah Penggantung Gording = 2 buah
Jumlah Gording = 9 buah
Jarak Penggantung gording = ### cm
1.4.2 Perencanaan Pembebanan Beban Mati
Berat Sendiri Gording = 9.3 kg/m Berat Asbes gelombang = 11.33 kg/m = 20.63 kg/m Alat Pengikat dll 10 % = 0.1 x 20.63 = 2.06 kg/m = 22.69 kg/m
x x L / 3
= 22.69 x 0.42 x 1.33 = 12.787 kg
Beban Hidup
40 - 0.8 = 20
q = 20
= 0.997 x 20.00 = 19.94 kg/m
x x L / 3
= 19.94 x 0.42 x 1.33 = 11.235 kg
= 100 kg x
= 100.0 x 0.42 = 42.262 kg
Beban Angin
Angin Tekan = q = 3
= 0.997 x 3.00 = 2.99 kg/m
x x L / 3
= 2.99 x 0.42 x 1.33 = 1.685 kg
1.4.3 Perhitungan Gaya
1.4.3.1 Penggantung Gording Tipe A
= 1.2 x 12.8 + 1.6 x ( 11.2 + 42.3 ) + 0.8 x 1.7 = 102.29 kg
= 102.29 x 9 = 920.60 kg
1.4.3.1 Penggantung Gording Tipe B
ftot = fijin =
qD
RD = qD sinα
Beban Terbagi Rata = (40 - 0.8 α) = kg/m2
kg/m2
qL = jarak gording horisontal x q RL = qL sinα
Beban Terpusat = PL
RL = PL sinα
kg/m2
qW = jarak gording horisontal x q RW = qW sinα
RA = 1.2 RD + 1.6 RL + 0.8 RW
RA total = Ra x jumlah Gording
panjang miring gording
1.4.4 Perencanaan Batang Tarik
Pu = 1446.607 kg BJ 37 fu = 3700
fy = 2400
1.4.4.1 Kontrol Leleh
Pu = φ . fy . Ag ; dengan φ = 0.9
Ag perlu = Pu = 1446.607
= 0.670
ϕ fy 0.9 x 2400
Tidak Menentukan 1.4.4.2 Kontrol Putus
Pu = φ . fu . 0,75 Ag ; dengan φ = 0.75
1.4.5 Kontrol Kelangsingan
Jarak Penggantung Gording = ### cm
Panjang Rb =
= 133.33 2 + 110 2 = ### cm
Cek :
d > Panjang Rb 500
1 > 172.85 500
1 > 0.35 OK
1.5 Perencanaan Ikatan Angin Atap
1.5.1 Data Perencanaan Ikatan Angin Atap
Tekanan Angin W = 30
(jarak penggantung gording)2 + (panjang miring gording)2
kg/m2
Koefisien Angin Ctekan Koefisien Angin Chisap
1.5.2 Perhitungan Tinggi Ikatan Angin ( h )
1.5.3 Perhitungan Gaya - Gaya yang Bekerja
R = 1/2 . W . C . a . h
1.5.4 Perencanaan Dimensi Ikatan Angin 1.5.4.1 Menghitung gaya Normal
tg φ = 2 = 0.5 4
φ = 26.57 0
R1 = 121.5 kg Rtotal = 1348.454 kg
Gaya Normal Gording Akibat Angin Dimana untuk angin tekan C = 0.9 dan untuk angin hisap C = 0.4
N = x
= 0.4 x 1348.454 = 599.31 kg 0.9
1.5.4.2 Menghitung gaya Pada Titik Simpul
Pada Titik Simpul A ΣV = 0
===> S1 = - Rtotal ===> S1 = ### kg
ΣH = 0 0
Pada Titik Simpul B EV = 0
- ( - )
= - ( 121.5 - ### )
cos ϕ cos 26.57
-1643.458 kg
1.5.5 Perencanaan Batang Tarik
Pu = = -1643.46 x 1.6 x 0.75 = -1972.150 kg
fy = 2400
1.5.5.1 Kontrol Leleh
Pu = φ . fy . Ag ; dengan φ = 0.9
Ag perlu = Pu = 1972.150
= 0.913
ϕ fy 0.9 x 2400
Tidak Menentukan
1.5.5.2 Kontrol Putus
Pu = φ . fu . 0,75 Ag ; dengan φ = 0.75
Ag perlu = Pu = 1972.150
= 0.95
ϕ fu 0.75 0.75 x 3700 x 0.75
Menentukan
d = Ag
π
x 4 = 0.95π
x 4 = 1.1 cm==> Pakai d = 11 mm
1.5.6 Kontrol Kelangsingan
Jarak kuda-kuda = 400 cm
= 400 2 + 110 2 = ### cm
Cek :
d >
500
1.1 > 414.85 500
1.1 > 0.83 OK
1.6 Perencanaan Gording Ujung
1.6.1 Perencanaan Pembebanan Mntx , Mnty dan Gaya Normal Akibat Angin
Gording Ini adalah Balok Kolom. Akibat beban mati dan beban hidup Menghasilkan Momen Lentur Besaran Diambil Dari Perhitungan Gording
= 199.170 x 0.75 = 149.377 kgm = 25.097 x 0.75 = 18.823 kgm
1618.144 kg
1.6.2 Perencanaan Profil Gording Ujung
WF 100 x 50 x 5 x 7
A = 11.85 cm2 tf = 7 mm Zx = 41.8 cm3 W = 9.3 kg/m Ix = 187 cm4 Zy = 8.9 cm3
a = 100 mm Iy = 14.8 cm4 h = 70 mm {=D - 2 x (tf + r)} bf = 50 mm tw = 5 mm
iy = 1.12 cm ix = 3.98 cm
Mutu Baja = BJ 37
fu = 3700 370 Mpa kg/cm2
cm2
cm2
Ag perlu = 1/4 . π . d2
Panjang S3 = (jarak kuda-kuda)2 + (jarak miring gording)2
Panjang S3
Mntx = MUX (1.2 D + 1.6 L + 0.8 W) x 0.75 Mnty = MUY (1.2 D + 1.6 L + 0.8 W) x 0.75
Nu = 1.6 x Rtotal (dari ikatan angin atap) x 0.75 =
fy = 2400 240 Mpa
1.6.3 Kontrol Tekuk Profil
Lkx = 400 cm ==> λx = Lkx = 400 = 100.5
ix 3.98
Ncrbx = = π2 x 2000000 x 11.85
100.5 2 = 23157.64 kg
Lky = 50 cm ==> λy = Lkx = 50 = 44.64
iy 1.12
Ncrby = = π2 x 2000000 x 11.85
44.64 2 = 117366.49 kg
Tekuk Kritis adalah arah X, Karena λx > λy 2.29
Pn = Ag x fyω = 11.85 x 2400 = 12437.136 kg 2.29
Pu
= 1618.144 = 0.15 < 0.2 (Pu = Nu)
φ Pn 0.85 x 12437.136
Pakai Rumus =
Pu
+ Mux + Muy ≤ 1
2 x x Mnx x Mny
1.6.4 Perhitungan Faktor Pembesaran Momen
Gording dianggap tidak bergoyang, maka :
Mux = Mntx . Sbx
Sbx = Cmx ≥ 1
1 - ( Nu ) Ncrbx Untuk elemen Beban Tranversal, ujung sederhana
Cmx = 1
Sbx = 1 = 1.08
1 - ( 1618.144 ) 23157.64
Sbx = 1.08 > 1 Sbx = 1.08
Muy = Mnty * Sby
Sby = Cmy ≥ 1
1 - ( Nu ) Ncrby Untuk elemen Beban Tranversal, ujung sederhana
Cmy = 1
Sby = 1 = 1.01
1 - ( 1618.144 ) 117366.49
Sby = 1.01 > 1 kg/cm2 =
π2 . E . A λx 2
π2 . E . A λy 2
ω =
Sby = 1.01
1.6.5 Perhitungan Momen Ultimate Sbx dan Sby
Mux = Sbx . Mntx = 1.08 x 149.377 = 160.599 kgm Muy = Sby . Mnty = 1.08 x 18.823 = 20.237 kgm
1.6.6 Perhitungan Persamaan Interaksi
Mnx = 1003 kgm Mny = 105 kgm
Pu
+ Mux + Muy ≤ 1
2 x x Pn x Mnx x Mny
1618.144
+ 160.599 + 20.237 ≤ 1
2 x 0.85 x 12437.136 0.9 x 1003 0.9 x 105 0.47 ≤ 1
OK
Pre - Eliminary Design
2 Perencanaan Dinding
2.1 Data - Data perencanaan
Data Dinding :
Jenis : Seng Gelombang
Tebal : 4 mm
Berat : 4.15
Kedalaman Gelombang : 25 mm Jarak Kolom Dinding (L) : 400 cm Jarak Gording Lt Dasar : 125 cm Jarak Gording Lt 1 : 100 cm
2.2 Perencanaan Regel Balok ( Dinding Samping )
2.2.1 Perencanaan Profil WF untuk Regel Balok Dinding Dengan ukuran :
WF 100 x 50 x 5 x 7
A = 11.85 cm2 tf = 7 mm Zx = 41.8 cm3 W = 9.3 kg/m Ix = 187 cm4 Zy = 8.94 cm3
a = 100 mm Iy = 14.8 cm4 h = 70 mm {=D - 2 x (tf + r)} bf = 50 mm tw = 5 mm Sx = 37.5 mm
iy = 1.12 cm ix = 3.98 cm r = mm Mutu Baja = BJ 37
fu = 3700 370 Mpa fy = 2400 240 Mpa
2.2.2 Perencanaan Pembebanan 2.2.2.1 Perhitungan Beban Beban Mati
Lantai Dasar
Berat Gording = 9.3 kg/m
Berat Seng Gelombang = 4.15 x 1.25 = 5.19 kg/m Berat Total = 14.49 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1 x 14.49 = 1.45 kg/m Berat Total = 15.94 kg/m 0.13 x 15.94 x 1.78 = 3.54 kg/m
Lantai 1
Berat Gording = 9.3 kg/m
Berat Seng Gelombang = 4.15 x 1 = 4.15 kg/m Berat Total = 13.45 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1 13.45 = 1.35 kg/m Berat Total = 14.8 kg/m 0.13 x 14.8 x 1.78 = 3.29 kg/m
Beban Angin
Lantai Dasar
Tekanan Angin = 30
Angin Tekan ( C = 0.9 ) = 0.9 x 30 = 27
q = Angin Tekan x Jarak Gording = 27 x 1.25 = 33.75 kg/m
Angin Hisap ( C = 0.4 ) 0.4 x 30 = 12
q = Angin hisap x Jarak Gording = 12 x 1.25 = 15 kg/m kg/m2
kg/cm2 =
kg/cm2 =
Myd = 1/8 x q x (L/3)2 =
Myd = 1/8 x q x (L/3)2 =
kg/m2
kg/m2
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :
0.13 x 33.75 x 16 = 67.5 kgm
N = q x Jarak Gording = 15 x 1.25 = 18.75 kg (Tarik)
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :
0.13 x 15 x 16 = 30 kgm
N = q x Jarak Gording = 33.75 x 1.25 = 42.19 kg (Tekan)
Lantai 1
Tekanan Angin = 30
Angin Tekan ( C = 0.9 ) = 0.9 x 30 = 27
q = Angin Tekan x Jarak Gording = 27 x 1 = 27 kg/m
Angin Hisap ( C = 0.4 ) 0.4 x 30 = 12
q = Angin hisap x Jarak Gording = 12 x 1 = 12 kg/m
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik)
0.13 x 27 x 16 = 54 kgm
N = q x Jarak Gording = 12 x 1 = 12 kg (Tarik)
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan)
0.13 x 12 x 16 = 24 kgm
N = q x Jarak Gording = 27 x 1 = 27 kg (Tekan)
2.2.3 Kombinasi Pembebanan
Lantai Dasar 1. U = 1.4 D
Muy = 1.4 x 3.54 = 4.96 kgm
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :
Mux = 1.2 x 0 + 1.3 x 67.5 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0 = 87.75 kgm
Muy = 1.2 x 3.54 + 1.3 x 0 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0 = 4.25 kgm
Nu = 1.2 x 0 + 1.3 x 18.75 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0 = 24.38 kg
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :
Mux = 1.2 x 0 + 1.3 x 30 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0
= 39 kgm
Muy = 1.2 x 3.54 + 1.3 x 0 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0 = 4.25 kgm
Nu = 1.2 x 0 + 1.3 x 42.19 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0 = 54.84 kg
Lantai 1 1. U = 1.4 D
Muy = 1.4 x 3.29 = 4.6 kgm
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :
Mux = 1.2 x 0 + 1.3 x 54 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0
= 70.2 kgm
Muy = 1.2 x 3.29 + 1.3 x 0 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0 = 3.95 kgm
Nu = 1.2 x 0 + 1.3 x 12 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0
= 15.6 kg Mxw = 1/8 x q x (L)2 =
Mxw = 1/8 x q x (L)2 =
kg/m2
kg/m2
kg/m2
Mxw = 1/8 x q x (L)2 =
Mxw = 1/8 x q x (L)2 =
2. U = 1.2D + 1.3W + λ L + 0.5 ( La atau Ha )
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :
2.2.4 Kontrol Kekuatan Profil 2.2.4.1 Penampang Profil
Untuk Sayap Untuk Badan bf
Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx
2.2.4.1 Kontrol Lateral Buckling
500 mm = 50 cm
2.2.5 Perhitungan Kuat Tarik 2.2.5.1 Kontrol Kelangsingan
≤ 300 Lk
= 400 = 100.5 < 300 OK
ix 3.98
2.2.5.2 Berdasarkan Tegangan Leleh
0.85 x 11.85 x 2400 = 24174 kg
Menentukan 2.2.5.3 Berdasarkan Tegangan Putus
= 0.75 x 0.85 x Ag x fu
= 0.75 x 0.85 x Ag x fu = 0.75 x 0.85 x 11.85 x 3700 = ### kg
Tidak Menentukan
2.2.5.4 Kontrol Kuat Tarik
Lantai Dasar > Nu 24174 > 54.84
OK
Lantai 1
> Nu 24174 > 1404
OK
2.2.6 Perhitungan Kuat Tekan 2.2.6.1 Kontrol Kelangsingan
≤ 200
2.2.6.2 Berdasarkan Tekuk Arah X
fy
2.2.6.3 Berdasarkan Tekuk Arah Y
fy = 44.64 x 2400 = 0.49
2.2.7 Perhitungan Pembesaran Momen
Ncr = Ab x fy
2
Ncrbx = 11.85 x 2400 = 23156.27 kg 1.108 2
Ncrby = 11.85 x 2400 = 117359.57 kg 0.492 2
2.2.7.1 Komponen Struktur Ujung Sederhana Cm = 1
Sby =
1 - ( 24.38 )
= 1.000 (Tarik)
117359.57
2.2.8 Kontrol Gaya Kombinasi
2.2.8.1 Angin Dari Arah Tegak Lurus Dinding (tarik)
Lantai Dasar
2.2.8.2 Angin Dari Arah Tegak Lurus Gevel (tekan)
54.844
2.3 Perencanaan Regel Horizontal Gevel 2.3.1. Data - Data perencanaan tambahan
Jarak Kolom Dinding (L) : 300 cm Jarak Gording Lt Dasar : 125 cm Jarak Gording Lt 1 : 100 cm
2.3.2 Perencanaan Profil WF untuk Regel Horizontal Gevel Dengan ukuran :
WF 100 x 50 x 5 x 7
2.3.3 Perencanaan Pembebanan 2.3.3.1 Perhitungan Beban Beban Mati
Lantai Dasar
Berat Gording = 9.3 kg/m
Berat Seng Gelombang = 4.15 x 1.25 = 5.19 kg/m Berat Total = 14.49 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1 x 14.49 = 1.45 kg/m Berat Total = 15.94 kg/m 0.13 x 15.94 x 1 = 1.99 kg/m
Lantai 1
Berat Gording = 9.3 kg/m
Berat Seng Gelombang = 4.15 x 1 = 4.15 kg/m Berat Total = 13.45 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1 x 13.45 = 1.35 kg/m Berat Total = 14.8 kg/m 0.13 x 14.8 x 1 = 1.85 kg/m
Beban Angin
Lantai Dasar
Tekanan Angin = 30
q = Angin Tekan x Jarak Gording = 27 x 1.25 = 33.75 kg/m
Angin Hisap ( C = 0.4 ) 0.4 x 30 = 12
q = Angin hisap x Jarak Gording = 12 x 1.25 = 15 kg/m
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :
0.13 x 33.75 x 9 = 37.97 kgm
N = q x Jarak Gording = 15 x 1.25 = 18.75 kg (Tarik)
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :
0.13 x 15 x 9 = 16.88 kgm
N = q x Jarak Gording = 33.75 x 1.25 = 42.19 kg (Tekan)
Lantai 1
Tekanan Angin = 30
Angin Tekan ( C = 0.9 ) = 0.9 x 30 = 27
q = Angin Tekan x Jarak Gording = 27 x 1 = 27 kg/m
Angin Hisap ( C = 0.4 ) 0.4 x 30 = 12
q = Angin hisap x Jarak Gording = 12 x 1 = 12 kg/m
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :
0.13 x 27 x 9 = 30.38 kgm
N = q x Jarak Gording = 12 x 1 = 12 kg (Tarik)
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :
0.13 x 12 x 9 = 13.5 kgm
N = q x Jarak Gording = 27 x 1 = 27 kg (Tekan)
2.3.3.2 Kombinasi Pembebanan
Lantai Dasar 1. U = 1.4 D
Muy = 1.4 x 1.99 = 2.79 kgm
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :
Mux = 1.2 x 0 + 1.3 x 37.97 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :
Mux = 1.2 x 0 + 1.3 x 16.88 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :
= 2.22 kgm
Nu = 1.2 x 0 + 1.3 x 12 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0
= 15.6 kg
Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :
Mux = 1.2 x 0 + 1.3 x 13.5 + 0.5 x 0 + 0.5 x 0
2.3.4 Kontrol Kekuatan Profil 2.3.4.1 Penampang Profil
Untuk Sayap Untuk Badan bf
Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx
2.3.4.1 Kontrol Lateral Buckling
500 mm = 50 cm
2.3.5 Perhitungan Kuat Tarik 2.3.5.1 Kontrol Kelangsingan
≤ 300 Lk
= 300 = 75.38 < 300 OK
ix 3.98
2.3.5.2 Berdasarkan Tegangan Leleh
0.85 x 11.85 x 2400 = 24174 kg
Menentukan 2.3.5.3 Berdasarkan Tegangan Putus
2.3.5.4 Kontrol Kuat Tarik
Lantai Dasar > Nu 24174 > 54.84
OK
Lantai 1
> Nu 24174 > 1404
OK
2.3.6 Perhitungan Kuat Tekan 2.3.6.1 Kontrol Kelangsingan
≤ 200
2.3.6.2 Berdasarkan Tekuk Arah X
fy
2.3.6.3 Berdasarkan Tekuk Arah Y
fy = 44.64 x 2400 = 0.49
2.3.7 Perhitungan Pembesaran Momen
Ncr = Ab x fy
2
Ncrbx = 11.85 x 2400 = 41166.71 kg 0.831 2
Ncrby = 11.85 x 2400 = 117366.49 kg 0.492 2
2.3.7.1 Komponen Struktur Ujung Sederhana Cm = 1
1 - (
2.3.8 Kontrol Gaya Kombinasi
2.3.8.1 Angin Dari Arah Tegak Lurus Dinding (tarik)
Lantai Dasar
2.3.8.2 Angin Dari Arah Tegak Lurus Gevel (tekan)
54.844
2.4 Perencanaan kolom Gevel 2.4.1 Data Perencanaan
Panjang Beban Atap Regel 5 = 3 m Panjang Cantilever = 1 m Panjang Beban Atap Regel 2 = 3 m Jarak Kuda-kuda = 4 m
Lebar Beban Atap Regel 5 = 2.5 m panjang x angin tekan
Lebar Beban Atap Regel 2 = 2 m = 3 x 27 = 81 kg/m panjang x angin tekan
Tinggi Regel 5 = 7 m = 3 x 27 = 81 kg/m Tinggi Regel 2 = 6 m
Regel 5
Luas atap yg Dipikul oleh Regel 5 ( A1 ) = Lebar Beban Atap Regel 5 x Pjg Beban Atap Regel 5 = 3 x 2.5
Luas atap yg Dipikul oleh Regel 2 ( A3 ) =Lebar Beban Atap Regel 2 x Pjg Beban Atap Regel 2
= 3 x 2
= 6
Luas Dinding Regel 2 ( A4 ) = Pjg Beban Atap Regel 2 x Tinggi Regel 2
= 2 x 6
= 12
2.4.2 Perencanaan Pembebanan 2.4.2.1 Beban Mati
Regel 5
2.4.2.2 Beban hidup
Regel 5
= 7.5 x 20 = 150 kg
Regel 2
= 6 x 20 = 120 kg
2.4.2.3 Beban Angin
Regel 5
0.13 x 81 x 7 2 = ### kgm
Regel 2
0.13 x 81 x 6 2 = 364.5 kgm
2.4.3 Syarat Kekakuan
Regel 5
===> Ix Profil yg Dipakai > 2215.767
Pakai Profil :
WF 175 x 175 x 7.5 x 11
===> Ix Profil yg Dipakai > 1025.156
Pakai Profil :
A = 26.84 tf = 9 mm Zx = ###
2.4.4 Kontrol Tekuk
Regel 5 = 116040.87 kg
untuk Arah y : = 1939245.26 kg
Tekuk Kritis Adalah Arah ====> X karena >
0.25 < < 1.2
0.85 x 122904 Pakai Rumus :
Pu
+ Mux + Muy ≤ 1
2 x x Mnx x Mny
Batang Dianggap Tidak Bergoyang Maka :
1 - ( = 56024.77 kg
untuk Arah y : = 297583.57 kg
Tekuk Kritis Adalah Arah ====> X karena >
0.25 < < 1.2
0.85 x 64416 Pakai Rumus :
Pu
+ Mux + Muy ≤ 1
2 x x Mnx x Mny
Batang Dianggap Tidak Bergoyang Maka :
Sbx = Cmx ≥ 1 ;Cm = 1
2.4.5 Menentukan Mnx
Regel 5
* Penampang Profil
Untuk Sayap : Untuk Badan :
175
≤ 170 136 ≤ 1680
2 11 240 7.5 240
7.95 ≤ 10.97 18.1 ≤ 108.4
OK OK
Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx
* Kontrol Lateral Buckling
1000 mm = 100 cm
untuk Sayap untuk Badan
#REF! 170 #REF! 1680
#REF! #REF! #REF! #REF!
#REF! #REF! #REF! #REF!
#REF! #REF!
Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx
Lateral BracingLb = 100 cm
Lp = #REF! cm
Ternyata Lp > Lb maka Mnx = Mpx
Mnx = Mpx = Zx. Fy = #REF! * #REF! = #REF! Kgm Mny = Zy ( 1 flen ) * fy
=
= 0.25 #REF! #REF! #REF! = #REF! kgcm = #REF! kgm
2.4.6 Persamaan Interaksi
2 x + x Mnx + x Mny < 1
Regel 5
#REF! + 598.94 + 0
0.17 x 0.9 #REF! 0.9 #REF!
#REF! + #REF! +
#REF! < 1
OK
Regel 2
#REF! + #REF! + 0
0.17 #REF! 0.9 #REF! 0.9 #REF!
#REF! + #REF! +
#REF! < 1
OK
2.5 Perencanaan Penggantung Gording Dinding Samping dan Gevel
2.5.1 Data Penggantung Gording
Jarak Kuda - Kuda = 400 cm Jumlah Penggantung Gording= 2 buah Jumlah Gording Gevel = 7 buah Jumlah Gording Dinding= 3 buah Jarak Penggantung gording= ### cm Jarak antara Gevel = 300 cm Jarak Antar Gordng Horizontal Dinding =125 cm Jarak Antar Gordng Horizontal Gevel =100 cm
2.5.2 Perencanaan Pembebanan Dinding Samping
Beban Mati
Berat Sendiri Gording = 0 kg/m Berat Seng Gelombang = 4.15 kg/m = 4.15 kg/m Alat Pengikat dll 10 %= 0.1 4.15 = 0 kg/m = 4.15 kg/m
= 16.6 kg
Gevel Beban Mati
Berat Sendiri Gording = 0 kg/m Berat Seng Gelombang = 4.15 kg/m = 4.15 kg/m Alat Pengikat dll 10 %= 0.1 4.15 = 0.42 kg/m = 4.57 kg/m
φc . Pn φb φb
x
x
x
x
x
x
x
Kuda JarakKuda q
Ra= * −
= 13.7 kg
2.5.3 Perhitungan Gaya
2.5.3.1 Penggantung Gording Tipe A
Dinding Samping ` Ra = 23.24 kg
Ra Total = Ra * jumlah GordingRa = 69.72 kg
Gevel `
Ra = 19.17 kg
Ra Total = Ra * jumlah GordingRa = ### kg
2.5.3.2 Penggantung Gording Tipe B Dinding Samping
2.5.4 Perencanaan Batang Tarik Dinding Samping
Ag perlu = Pu/φ fy= ### = ### cm2
0 ###
2.5.4.2 Kontrol Putus Dinding Samping
2.5.5 Kontrol Kelangsingan Dinding Samping
Jarak Penggantung Gording =### cm
Panjang Rb = ### + 15625
OK
Gevel
Jarak Penggantung Gording =100 cm
Panjang Rb = 10000 + 10000
Panjang Rb = ### cm
1 > ### 500
1 > 0.28
OK
2.6 Perencanaan Ikatan Angin Dinding
2.6.1 Data Perencanaan Ikatan Angin Dinding
Tekanan Angin W =0 kg/m2 Koefisien Angin C =0.9
a1 = 300 cm a2 = 200 cm
0 = 0 0
2.6.2 Perhitungan Tinggi Ikatan Angin ( h )
h1 = 9 m
h2 = 9 + 2 tg 0.44 = 9.93 m h3 = 9 + 4 tg 0.44 = 10.87 m h4 = 9 + 6 tg 0.44 = 11.8 m h5 = 9 + 9 tg 0.44 = 13.2 m
2.6.3 Perhitungan Gaya - Gaya yang Bekerja
R = 1/2 W C a h
Rtotal = ( R1+R2+R3+R4+(R5/2)) = #REF! kg
2.6.4 Perencanaan Dimensi Ikatan Angin
500
PanjangRb
=
+
tg φ = 1
2.6.4.1 Menghitung gaya Pada Titik Simpul
Pada Titik Simpul A ΣV = 0
Pada Titik Simpul B EV = 0
R1 + S1 +S3 Cos Φ = 0
S3 = #REF! kg
2.6.5 Perencanaan Batang Tarik
Pu = #REF! kg BJ 37 fu = 0 kg/cm2
fy = 0 kg/cm3
2.6.5.1 Kontrol Leleh
Pu = φ fy Ag dengan φ = 0.9
Ag perlu = Pu/φ fy= #REF! = #REF! cm2 0 #REF!
2.6.5.2 Kontrol Putus
Pakai d = 12 mm
2.6.6 Kontrol Kelangsingan
Jarak Kuda - Kuda =400 cm
Panjang S3 = 0 + 0
Panjang S3 = 0 cm
1.2 > 0 500
1.2 > 0
OK
500
3PanjangS
d
≥
2 2
Re
2
3
JrkantarKu
da
Kuda
Jrkantar
gelHorizon
tal
Start
Masukkan Data - Data Perencanaan Bondex dan Balok Anak : Panjang Bentang Beban Bondex Yang Dipikul Balok Anak = ?
Panjang Balok Anak = ? Berat Sendiri Beton = ? Berat Sendiri Bondex = ? Berat Spesi per cm Tebal = ?
Berat Tegel = ? Beban Berguna = ?
Hitung Pembebanan terhadap Balok Anak : Beban Mati
Beban Hidup
Hitung Tebal Lantai Bondex
Tebal Lantai Bondex Dicari dengan Menggunakan Tabel yang ada dengan memperhitungkan Beban Berguna yang akan Disalurkan Bondex ke Balok Anak sebagai Dasar Perencanaan.
T = ?
Hitung Luasan Tulangan Negatif Bondex
Luasan Tulangan Negatif Bondex Dicari dengan Menggunakan Tabel yang ada dengan memperhitungkan Beban Berguna yang
akan Disalurkan Bondex ke Balok Anak sebagai Dasar Perencanaan.
A = ?
Asumsikan Diamter Tulangan Negatif Bondex :
φ = ? Mm
Hitung Banyaknya Tulangan Yang Diperlukan Tiap 1 m : A/As = ?
Hasilnya Dibulatkan Keatas
Hitung Jarak Tulangan Tarik :
Jarak Tulangan Tarik = Jarak Tulangan yang Diperlukan ( 1 m ) Dibagi dengan Banyaknya Tulangan yang diperlukan
dengan Jarak yang Telah Ditetapkan Diatas
Perencanaan Pembebanan Beban Mati Beban Hidup
Hitung qU, Mu Max dan Du Max : qU = 1.2 qD + 1.6 qL
2
8 1 max ql
Mu = u Du qul
KO
Pilih Profil Baja Dimana Ix-nya Harus > Ix Minimum :
A = ? ; W = ? ; a = ? ; bf = ? ; iy = ? ;tf = ? ; Ix = ? Iy = ? ; tw = ? ; Zx = ? ; Zy = ? ; h = ? ; fu = ? ; Fy = ?
Perencanaan Pembebanan + Berat Profil Beban Mati
Beban Hidup
Hitung qU, Mu Max dan Du Max ( Berat Profil Dimasukkan ) : qU = 1.2 qD + 1.6 qL
KONTROL LENDUTAN BALOK Dimana Y ijin = L/360
EIx Perbesar Profil
KONTROL LOKAL BUCKLING
Hitung λp, λr Penampang Sayap dan λp, λr Penampang Badan : Sayap Badan
Profil Tak Kompak
p
Profil Tak Kompak
p
PERHITUNGAN Ix PROFIL MINIMUM Dimana Y ijin = L/360
KO KO Ambil Mnx Badan
Local Buckling
Ambil Mnx Sayap Local Buckling
KONTOL LATERAL BUCKLING Hitung λp dan λr daripada Lateral Buckling
fy
Mnx Local Buckling > Mnx Lateral Buckling
Ambil Mnx Lateral Buckling Ambil Mnx Local Buckling
Jarak Lateral Bracing λb :
λb = ?
OK
KO
KO
OK
fy tw
h fy
1370 1100≤ ≤
y w w y
f h
t A f
Vn=0.6 1100
2 ) ( 900000
w w
t h
A
Vn=
Hitung 0.9 Vn
0.9 Vn > Vu Max
Pre - Eliminary Design
3 Perencanaan Bondex dan Balok Anak
3.1 Data - Data perencanaan
Beban Hidup : 400 Kg/m2 Beban Finishing : 90 Kg/m2 Beban Berguna : 490 Kg/m3
Berat Beton Kering : 2400 kg/m3
Panjang Bentang Beban Bondex yang Dipikul Oleh Balok Anak : 3 m Panjang Balok Anak : 4 m
3.2 Perencanaan Pelat Lantai Bondex
3.2.1 Data Perencanaan
Berat Sendiri Beton = 2400 kg/m3 Berat Sendiri Bondex = 10.1 kg/m2 Berat Spesi per cm Tebal = 21 kg/m2
Berat Tegel = 24 kg/m2
3.2.2 Perencanaan Pembebanan Beban Mati
Berat Beton = 2400 * 0.12 = 288 Kg/m2
Berat Bondex = 10.1 Kg/m2
Berat Spesi 2 Cm = 21 * 2 = 42 Kg/m2
Berat Tegel 2 Cm = 24 * 2 = 48 Kg/m2
qD = 388.1 Kg/m2
Beban Hidup
Beban Hidup Lantai gudang = 400 Kg/m2
Beban Finishing = 90 Kg/m2
qL = 490 Kg/m2
3.2.3 Perencanaan Tebal Lantai Beton dan Tulangan Negatif 3.2.3.1 Perencanaan Tebal Lantai
qL = 490 kg/m2
Beban Berguna yang Dipakai = 500 kg/m2 Jarak Antar Balok = 300 cm Jarak Kuda - Kuda = 400 cm
Dari Tabel Brosur ( Bentang Menerus dengan Tulangan Negatif ),didapat :
t = 12 mm
A = 3.57 cm2/m
3.2.3.2 Perencanaan Tulangan Negatif
10 mm As = 0.79 mm2
Banyaknya Tulangan Yang diperlukan Tiap 1 m = A = 3.57
As 0.79
= 4.55 Buah
= 5 Buah
3.3 Perencanaan Dimensi Balok Anak 3.3.1 Perencanaan Pembebanan Beban Mati ( D )
3.3.3 Perhitungan qU , Mu Max dan Du Max
qU = 1.2 qD + 1.6 qL
qU = 1.2 1164.3 1.6 1470 = 3749.16 Kg/m
= 0.13 3749.16 16 = 7498.32 Kgm
= 0.5 3749.16 4 = 7498.32 Kg
3.3.4 Perhitungan Ix Profil Yang Diperlukan
Y = L = 400 = 1.11
360 360
Ix > 5 ( 11.64 14.7 ) 2.56E+10
384 2100000 1.11
Ix > 3763.29 cm4
3.3.5 Perencanaan Profil WF untuk Balok Anak
250 x 125 x 6 x 9
3.3.6 Perencanaan Pembebanan + Beban Profil Beban Mati ( D )
Bondex = 3 10.1 = 30.3 kg/m
Plat Beton = 3 0.12 2400 = 864 kg/m
Tegel + Spesi = 3 90 = 270 kg/m
Berat Profil = = 29.6 kg/m
Pasang Tulangan Tarik φ10 - 200
qD = 1193.9 kg/m
Beban Hidup ( L )
qL = 3 490 = 1470
3.3.7 Perhitungan qU , Mu Max dan Du Max ( Berat Profil Dimasukkan )
qU = 1.2 qD + 1.6 qL
qU = 1.2 1193.9 1.6 1470 = 3784.68 Kg/m
= 0.13 3784.68 16 = 7569.36 Kgm
= 0.5 3784.68 4 = 7569.36 Kg
3.3.8 Kontrol Lendutan Balok
Y = L = 400 = 1.11
360 360
= 5 ( 11.94 14.7 ) 2.56E+10
384 2100000 4050
= 1.04 < 1.11
OK
3.3.9 Kontrol Kuat Rencana Momen Lentur 3.3.9.1 Kontrol Penampang
untuk Sayap untuk Badan
125 170 208 1680
18 15.49 6 15.49
6.94 10.97 34.67 108.44
OK OK
Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx
Mp = fy * Zx
= 2400 * 351.86 = 844466.4 kgcm
= 8444.66 kgm
3.3.9.2 Kontrol Lateral Buckling
Jrk Pengikat Lateral : 1000 mm = 100 cm
Ternyata Lp > Lb maka Mnx = Mpx
Mnx = Mpx = Zx. Fy = 351.86 * 2400 = 8444.66 Kgm Mny = Zy ( 1 flen ) * fy
=
= 0.25 0.9 156.25 2400 = 84375 kgcm = 843.75 kgm
0.9 Mp = 0.9 * 8444.66 = 7600.2 kgm
0.9 Mp > Mu 7600.2 > 7569.36
OK
3.3.9.3 Kontrol Kuat Rencana Geser
208 < 1100
6 15.49
34.67 < 71 Plastis
Vn = 0.6 fy Aw
= 0.6 2400 0.6 25
= 21600 Kg
Vu < ФVn
7569.36 < 0.9 21600 7569.36 < 19440
OK
fy
fy
bf
tf
*
2
)
*
*
4
/
1
(
x
x
x
fy
tw
h
1100
4 Perencanaan Tangga Baja
4.1 Data Perencanaan
Tinggi tangga = 250 cm
Lebar injakan (i) = 28 cm
Panjang Tangga = 600 cm
Lebar Pegangan Tangga = 10 cm
4.2 Perencanaan Jumlah Injakan Tangga
4.2.1 Persyaratan - Persyaratan Jumlah Injakan Tangga
60 cm < ( 2t + I ) < 65 cm
25 < a < 40
Dimana : t = tinggi injakan (cm) i = lebar injakan (cm) a = kemiringan tangga
4.2.2 Perhitungan Jumlah Injakan Tangga
Tinggi tanjakan (t) = 65 - 28 / 2
= 18.5 cm
Jumlah Tanjakan = 250 = 13.51 buah 18.5
= 14 buah
Jumlah injakan (n) = 14 buah
Lebar Bordes = 600 392 = 208 cm
Lebar Tangga = 200 20 = 180 cm
a = 32.54 0 = 0.57 rad
392 cm 208 cm
180 cm
180 cm
4.3 Perencanaan Pelat Tangga
4.3.1 Perencanaan Tebal Pelat Tangga
Tebal Pelat Tangga = 4 mm Berat Jenis Baja = 7850 kg/m3 Tegangan Leleh Baja = 2400 kg/m2
4.3.2 Perencanaan Pembebanan Pelat Tangga
o o