PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK A. Konsep dan Definisi Perkembangan Fisik dan Motorik
Secara konseptual, perkembangan anak didasarkan pada tiga domain yaitu psikomotorik, kognitif dan afektif. Domain psikomotorik terdiri atas kemampuan fisik dan motorik yang didasarkan pada proses biologis ( pertumbuhan ) dan motorik (fungsional ).
Perkembangan Psikomotorik merupakan seluruh kemampuan pokok dalam memfungsikan keterampilan motorik. Dalam perkembangan psikomotorik terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pertumbuhan dan perkembangan motorik dan pengembangan persepsi motorik serta kesegaran jasmani.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Pertumbuhan dan perkembangan dan fisik merupakan semua hal kapasitas anak untuk melakukan kegiatan olahraga tergantung struktur fisik dan bagaimana cara perkembangan mulai dari usia dini hingga dewasa.Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan fisik secara kuantitatif dan fungsional seperti pada sistem syaraf, tulang dan otot.
C. Tahapan Perkembangan Fisik Motorik a. Perkembangan Keterampilan Gerak
1. Natal
2. Masa bayi ( Infancy ) 3. Chidhood
4. Children ( Masa Kecil ) 5. Child ( Masa Anak – Anak ) 6. Prapuberty
7. Puber
9. Adult 10. Old Age 11. Middle Age 12. Oldest Age
b. Perkembangan Persepsi Gerak
Perkembangan persepsi gerak adalah perubahan dan perbaikan kapasitas anak untuk menerima dan merespom rangsangn sejalan dengan peningkatan kapsitas pesepsi anak.
c. Komponen Sistem Persepsi Motorik
Persepsi Kinestetik adalah kesadaran gerak dan posisi tubuh.Setiap saat tubuh bergerak, informasi sensoris akan dilirimkan ke serebral korteks,apabila informasi yang datang berhubungan dengan posisi badan.
PERKEMBANGAN KOGNITIF A. Pengertian Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak merupakan perkembangan yang berkaitan dengan kecerdasan anak yang diperlihatkan melalui kemampuan mengingat, mengenal dan memahami berbagai obyek. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.
B. Fase-fase Perkembangan Kognitif Anak
Teori Tentang Fase-Fase Perkembangan Kognitif Anak
Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Perkembangan kognitif anak usia dini dibagi dalam dua fase, yaitu fase sensorimotor (usia 0 – 2 tahun) dan fase pra-operasional (2 – 7 tahun). (Piaget, 1972: 49-91).
a. Perkembangan Memori
Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu : 1. Rehearsal (Pengulangan)
2. Organization (Organisasi) 3. Imagery (Perbandingan)
4. Retrieval (Pemunculan Kembali) b. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kognitif dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut :
i. Faktor Hereditas/Keturunan ii. Faktor Lingkungan
iii. Kematangan iv. Pembentukan
v. Minat Dan Bakat vi. Kebebasan
vii. Interaksi Orang tua-anak
Dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase pra-operasional menackup tiga aspek, yaitu:
1. Berpikir Simbolis 2. Berpikir Egosentris 3. Berpikir lntuitif
E. Prinsip-Prinsip Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Perkembangan kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi (assimilation), akomodasi (accommodation) dan ekuilibrium (equilibrium).
PERKEMBANGAN KREATIF A. Bermain dan Kreatifitas
Menurut Abdurrahman (2005:35), kreativitas anak adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Adapun ciri-ciri kreativitas alamiah meliputi: imajinatif, senang menjajaki lingkungan (exploring), banyak mengajukan pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, suka melakukan ”eksperimen”, terbuka untuk rangsangan-rangsangan baru, berminat untuk melakukan macam-macam hal, ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan tidak pernah merasa bosan (Majalah Nakita, 2003: 7 edisi Agustus 2003).
Bermain adalah awal dari perkembangan kreativitas, karena dalam kegiatan yang menyenangkan itu, anak dapat mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya.
Guilford (dalam Hawadi, 2001:3) dengan analisis faktornya menemukan ada lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif: pertama, kelancaran (fluency). Kedua, keluwesan (flexibility). Ketiga, keaslian (originality). Keempat, penguraian (elaboration). Kelima, perumusan kembali (redefinition).
1. Menyediakan lingkungan yang mengizinkan anak untuk menjelajah dan bermain tanpa pengekangan-pengekangan yang tak pantas.
2. Menyesuaikan diri dengan gagasan-gagasan anak-anak.
3. Menerima gagasan-gagasan yang tidak biasa dari anak-anak, pemecahan masalah divergen anak-anak.
4. Mengggunakan pemecahan masalah kreatif di semua bagian-bagian pelajaran. Gunakan masalah yang secara alami tentu saja terjadi di hidup setiap hari.
5. Memberikan waktu untuk anak menjelajah semua berbagai kemungkinan, menggerakkan dari populer ke gagasan-gagasan lebih asli.
6. Menekankan proses dibanding produk.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas
Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental.
Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu, (1) orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu, (2) orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak, (3) orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya, (4) orang tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, (5) orang tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif-inovatif.
Kreativitas membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen lainnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk bekerja keras, disiplin, rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ.
Agar kreativitas anak dapat berkembang secara optimal, maka orang tua atau guru dapat melakukan strategi 4P yaitu ; Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk.
Peran orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Menumbuhkembangkan pola interaksi yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak.
PERKEMBANGAN EMOSIONAL A. Pengertian Emosi
Emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Warna afektif disini dapat diartikan sebagai perasaan – perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi ( menghayati ) suatu situasi tertentu, contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci, tidak senang dan sebagainya ( Yusuf Syamsu, 2006 ).
Emosi anak seringkali berbeda dengan emosi remaja dan orang dewasa. Orang dewasa yang tidak memahami hal ini cenderung menganggap anak belum matang secara emosional. Ciri khas penampilan atau ekspresi emosi anak antara lain:
1. Reaksi emosinya kuat terhadap situasi yang sederhana/ remeh meupun yang serius, namun dapat berubahdengan bertambahnya usia anak.
2. Seringkali tampak gerakan tubuh dan ada juga anak yang menjadi gelisah, melamun, dan menggigit kuku.
3. Bersifat sementara, kalau sedih anak menangis tapi setelah itu cepat berhenti bila perhatiannya dialihkan, serta
4. Reaksi emosi mencerminkan individualitas anak, misalnya jika anak ketakutan, ada yang menangis, menjerit, lari, dan bersembunyi di balik seseorang.
Konsep utama Freud tentang bagian-bagian jiwa adalah mengenai id, ego dan superego.
C. Pengelompokan Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: a. Emosi Sensoris
b. Emosi Psikis
1. Perasaan Intelektual 2. Perasaan Sosial 3. Perasaan Susila
4. Perasaan Keindahan ( estetis ) 5. Perasaan Ketuhanan
D. Tahap Perkembangan Emosi Anak
Secara garis besar perilaku dan perkembangan emosional anak adalah sebagai berikut :
1. Rasa Takut
2. Marah
3. Emosi, iri dan cemburu 4. Rasa ingin tahu
E. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu
Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :
a. memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai
c. menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup ( nervous ) dan gagap dalam berbicara.
d. terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
e. suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
F. Manfaat mempelajari perkembangan emosi anak
Dengan mempelajari perkembangan emosi peserta didik, guru dapat terbantu dalam membimbing anak dalam melakukan penyesuaian pribadi dan sosial. Tidak selalu mudah mempelajari emosi anak. Informasi aspek emosi bersifat subjektif, yang diperoleh melalui instropeksi, sementara anak belum dapat melakukan instopeksi dengan baik. Oleh karena itu untuk mempelajari emosi anak biasanya dilakukan melalui pengamatan terhadap ekspresi yang jelas tampak terutama ekspresi wajah dan tindakan yang berkaitan dengan beberapa emosi.
Manfaat ataupun kerugian bagi penyesuaian pribadi dan sosial dapat bersifat fisik dan / psikis sebagai berikut (Hurlock,1990).
1. Emosi bertambah nikmat bagi pengalaman sehari-hari. 2. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. 3. Ketegangan emosi dapat menganggu keterampilan motorik.
4. Emosi merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi.
5. Emosi dapat menganggu aktivitas mental. G. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
1. Dengan bertambahnya usia anak, maka semua bentuk emosi pada anak diekspresikan secara lebih lunak, tidak meledak-ledak.
2. Kondisi fisik anak dan taraf kemampuan intelektualnya, serta kondisi lingkungan. 3. Keberhasilan emosi yang memenuhi kebutuhan anak.
4. Kelompok anak mempengaruhi perkembangan emosi.
5. Cara mendidik anak turut menentukan perkembangan emosi anak.
6. Kematangan yang disebabkan perkembangan intelektual mengakibatkan anak lebih memahami berbagai hal seehingga anak lebih reaktif terhadap rangsangan.
7. Pengalaman belajar anak juga turut menyebabkan pola perkembangan emosinya H. Dampak dari Emosi Anak
Dampak yang paling penting dari emosi anak terhadap penyesuaian mereka adalah: 1. Emosi Menambah Rasa Nikmat Bagi Pengalaman Sehari-hari
2. Emosi Menyiapakan Tubuh Untuk Melakukan Tindakan 3. Ketegangan Emosi Mengganggu Keterampilan Motorik 4. Emosi Merupakan Suatu Bentuk Komunikasi
5. Emosi Mengganggu Aktivitas Mental
6. Emosi Merupakan Sumber Penilaian Diri dan Sosial 7. Emosi Mewarnai Pandangan Anak Terhadap Kehidupan 8. Emosi Mempengaruhi Interaksi Sosial
9. Emosi Memperlihatkan Kesannya Pada Ekspresi Wajah 10. Emosi Mempengaruhi Suasana Psikologi
Peran Belajar
Lima jenis kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi adalah:
Belajar secara Coba dan Ralat
Belajar dengan Cara Meniru
Belajar dengan Cara Mempersamakan Diri
Belajar Melalui Pengkondisian
Belajar melalui Pelatihan
PERKEMBANGAN SOSIAL A. Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan social berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan social. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses.
3 proses tersebut yaitu:
1. Belajar Berperilaku yang dapat Diterima secara Sosial 2. Memerankan Peran Sosial yang dapat Diterima
3. Perkembangan Sikap Sosial B. Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial
Karakteristik bentuk - bentuk tingkah laku yang umum muncul bila anak berada dalam situasi yang melibatkan orang dewasa ataupun anak - anak lainnya, antara lain:
d. Persaingan e. Gang
C. Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Perkembangan Sosial
Sejumlah factor ikut mempengaruhi perbedaan ini, dan hal ini sebagian besar juga dapat diramalkan.faktor yang ikut mempengaruhi perbedaan pengaruh kelompok sosial yaitu:
1. Kemampuan Untuk Dapat Diterima Kelompok 2. Keamanan Karena Dalam Status Kelompok 3. Tipe Kelompok
4. Perbedaan Keanggotaan Dalam Kelompok 5. Kepribadian
6. Motif Mengggabungkan Diri D. Pengaruh Keluarga
Bersamaan dengan masuknya anak ke Sekolah Dasar, maka terjadilah perubahan hubungan anak dengan orang tua. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan adanya peningkatan penggunaan waktu yang dilewati anak – anak bersama teman sebayanya. Sekalipun orang tua tidak menjadi subyek tunggal dalam pergaulan anak, orang tua tetap menjadi bagian penting dalam proses ini, karena orang tua yang menjadi figur sentral dalam kehidupan anak.
E. Pengaruh dari Luar Rumah
Pengaruh pengalamn sosial awal diantaranya nyaitu: 1. Perilaku Sosial Yang Menetap
2. Sikap Sosial Yang Menetap
5. Pengaruh Terhadap Pola Khas Perilaku 6. Pengaruh Terhadap Kepribadian
PERKEMBANGAN BAHASA A. Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa 1. Umur Anak
2. Kondisi Lingkungan 3. Kecerdasan Anak
4. Status Sosial Ekonomi Keluarga 5. Kondisi Fisik
C. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terbagi atas dua tahap besar, yaitu: tahap Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai saat anak mengucapkan kata-kata yang pertama.Tahap linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu: 1. Fase satu kata atau Holofrase
2. Fase lebih dari satu kata
3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Menurut Piaget (Sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecende-rungan menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, Kohlberg (Gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapi sesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan/dipelajari.
Teori teori yang membahas tentang pengertian perkembangan moral meliputi: 1. Teori Psikoanalisa
2. Teori Psikologi Belajar
3. Konsep Teori Belajar Dan Psikoanalisa 4. Menurut Piaget Dan Kohlberg
B. Fase-fase Perkembangan Moral Anak
Menurut Piaget, fase perkembangan moral anak dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Fase Absolut
2. Fase Realitas 3. Fase Subyektif
C. Tahap Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg, tahapan perkembangan moral anak dibagi menjadi: 1. Tingkat pra konvensional ( moralitas pra konvensional )
2. Tingkat konvensional ( moralitas konvensional )
3. Tingkat post konvensional ( moralitas post konvensional ) D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan moral anak (Hurlock, 1990) yaitu: