• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIABEL DEMOGRAFIS KONSUMEN TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH VARIABEL DEMOGRAFIS KONSUMEN TE"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL AKUNTANSI, MANAJEMEN BISNIS DAN ISSN 1829–9857 SEKTOR PUBLIK (JAMBSP)

PENGARUH VARIABEL DEMOGRAFIS KONSUMEN

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK

(Studi Pada Deterjen Merk Soklin Di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan)

Yahya

yahya@gmail.com

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The objectives of this research is to know if the variables of education, occupation, income, and family size have impact on the decision to buy soklin detergent. This research is the correlational study, a research that is designed to determine the degree of relation of different variables in a population. The result of determination coefficient (R2) is 0.713. it indicates that the contribution of the education variable (X1), occupation (X2), income (X3), and family size (X4) to the decision of purchase (Y) is as big as 71.3%, meanwhile the rest 26.7% is influenced by other variables. The result of F-test is 40.284 with the level of probability 0.000, because the value of probability is bigger than 0.05, so regression model can be used to predict the decision of purchase or it can be said that the independent variable have impact on the decision to purchase soklin detergent. The result of t-test indicates that the income variable(X3) is significant with the consumers’

decision to purchase. It can be seen at the value of the probability of significance 0.000 < 0.05. calculated t-value is bigger than t-table (5.423 > 1.667), and gives influence toward the decision of purchase (Y) as big as 31.1 %. The variable of income is the most dominant variable in influencing the decision to buy soklin.

Keywords: education variable, occupation, income, family size, the decision of purchase.

PENDAHULUAN

Kegiatan pemasaran pada intinya adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang atau jasa disaat mereka membutuhkan. Oleh karena itu penting bagi seorang pemasar untuk mengetahui bagaimana konsumen dapat tertarik pada produk yang

ditawarkan sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen melalui

(2)

bisa memahami tentang keniginan dan kebutuhan mengenai produk tersebut. Menurut Engel F James, dkk (1999:45) bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termaksuk proses keputusan yang mendahului dan meyusuli tindakan ini, sedangkan Kotler dan Amstrong (2006) mendefinisikan bahwa perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu mapun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal. Dari kedua definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa : a) perilku konsumen berkaitan langsung dengan perilaku individu dan perilaku rumah tangga; b) perilaku konsumen berkaitan dengan proses sebelum pengambilan keputusan sampai terjadinya pembelian dan penggunaan produk; dan c) memahami perilaku konsumen berarti mengetahui hal-hal yang terkait pengambilan keputusan pembelian seperti : faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, alasan-alasan pembelian, jumlah pembelian dan siapa yang berperan dalam pengambilan keputusan pembelian.

Kotler dan Kevin Lance (2008) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen yaitu: a) faktor budaya yang terdiri atas budaya, sub budaya dan kelas sosial; b) faktor sosial yang mempengaruhi meliputi kelompok acuan, peran dan status; c) faktor pribadi seperti usia, tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri; dan d) faktor psikologis seperti motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap, dengan memahami semua faktor tersebut di atas akan dapat memberikan isyarat bagaimana cara membuat orang menjadi konsumen dan melayani konsumen tersebut secara lebih efektif.

Untuk dapat memahami perilaku konsumen dengan baik, maka perusahaan perlu mengidentifikasi segmen pasar mana yang perlu dilayani sesuai dengan karakteristik dari konsumen yang dihadapi. Menurut Kotler dan Kevin Lance (2008) terdapat dua kelompok variabel utama yang digunakan secara luas untuk melakukan segmentasi pasar konsumen, yaitu a) segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis; b) segmentasi demografis, pasar akan dibagi menjadi kelompok-kelompok seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, generasi dan kelas sosial; c) segmentasi psikografis, dalam segmentasi ini para pembeli akan dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau kepribadian dan nilai.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dengan melihat pada segmentasi demografis konsumen, sedangkan produk yang menjadi obyek penelitian ini adalah produk deterjen merk Soklin, tentu saja yang menjadi sasaran pengguna produk ini adalah kaum wanita atau ibu-ibu rumah tangga.

(3)

James, dkk:1994), menurutnya ada dua alasan yaitu: 1) banyak produk dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga; dan 2) bahkan ketika pembelian dibuat oleh individu, kepetusan pembelian individu yang bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Dari pendapat tersebut, maka peran ibu rumah tangga dalam menentukan dan memilih produk kebutuhan sehari-hari kemungkinan dipengaruhi faktor-faktor demografis seperti keluarga, referensi kelompok, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, dan kelas sosial. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk menganalisis faktor-faktor demografis yang mempengarui keputusan pembelian produk deterjen merk soklin.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1). Apakah variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan ukuran keluarga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian diterjen merek soklin ?. 2). Variabel manakah yang paling dominan dalam penelitian ini yang mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian deterjen merek Soklin.?

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1). Untuk apakah variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan ukuran keluarga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian deterjen merek Soklin. 2). Untuk mengetahui variabel manakah yang dominan dalam penelitian ini yang mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian deterjen merek Soklin.

TINJAUAN TEORETIS

Hasil Penelitian Terdahulu

Tedjakusuma, Ritawati dkk (2001), penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral di Kotamadya Surabaya. Hasil penelitian menyebutkan: 1) bahwa perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral dipengaruhi secara bersama-sama dan bermakna oleh faktor pendidikan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung = 34,677 lebih tinggi dari Ftabel = 2,14, dengan koefisien korelasi R sebesar 0,7203 dan koefisien determinasi ganda (R Squared) sebesar 0,5188, dan 2) Harga mempunyai pengaruh dominan terhadap perilaku konsumen terhadap pembelian air minum mineral.

(4)

bahwa F hitung sebesar 862,996 lebih besar dari pada F tabel pada df: 4: 35 sebesar 2,85 yang berarti bahwa bahwa variabel kebudayaan (X1), sosial (X2), pribadi (X3) dan faktor psikologis (X4) secara simultan/bersama-sama mempunyai pengaruh bermakna terhadap keputusan pembelian (Y) produk air minum dalam 2) kemasan dapat diterima atau teruji pada taraf nyata a = 0,05; dan 3) Hasil uji hipotesis kedua bahwa variabel X1 faktor budaya mempunyai koefisien regresi paling besar sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel X1 (budaya) mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian produk air minum dalam kemasan teruji pada taraf nyata a = 0,05.

Model Perilaku Konsumen

Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan (disamping barang lain) pada saat mereka membutuhkan. Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku konsumen tersebut demikian, sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produknya secara lebih baik (Basu Swastha dan Irawan, 2001:105).

(5)

Karakteristik Konsumen.

Menurut Irawan dkk (1997:42-44) bahwa karakteristik pembeli/konsumen terdiri atas kebudayaan, sosial dan individu. Selanjutnya ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor-faktor Kebudayaan, merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku

seseorang yang paling mendasar. Anak yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat mempelajari seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan berbagai lembaga penting lainnya.

2) Faktor-faktor Sosial, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti keluarga, kelompok referensi, status, peranan sosial, dan gaya hidup.

3) Faktor-faktor Individu, seseorang mengambil keputusan membeli produk

dipengaruhi beberapa faktor yang bersifat individu yaitu : nilai, motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan, sikap, kepribadian, dan citra diri.

Proses Pembelian.

Untuk melihat perbedaan perilaku konsumen yang satu dengan yang lain perlu dipertimbangkan berbagai tahapan dalam proses pembelian. Ada lima tahap proses pembelian yang dilakukan konsumen yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, pembuatan keputusan membeli, dan perilaku setelah membeli (Irawan dkk, 1997:39).

1) Pengenalan masalah, proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah. Pembeli menyadari adanya perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri atau dari luar pembeli. Para pemasar perlu mengenal berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu konsumen.

2) Pencarian informasi, hal yang penting bagi seorang pemasar adalah mengetahu sumber-sumber informasi pokok yang akan diperhatikan konsumen dan pengaruh relatif setiap informasi terhadap rangkaian keputusan membeli. Sumber-sumber informasi konsumen terbagi menjadi empat kelompok, yaitu sumber pribadi yang meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan; sumber niaga yang meliputi iklan, petugas penjualan, penjual, pameran; sumber umum yang meliputi media massa, organisasi konsumen; dan sumber pengalaman yang meliputi pernah menangani dan menguji.

a) Penilain alternatif, ada beberapa konsep dasar tertentu yang membantu memper-jelas proses penialain konsumen. Pertama adalah sifat-sifat produk, kedua konsumen mungkin mengkaitkan bobot pentingnya ciri-ciri yang berbeda dengan ciri-ciri yang sesuai, ketiga adalah konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merk dimana setiap merk menonjolkan setiap ciri, keempat konsumen dianggap memiliki sebuah fungsi kemanfaatan untuk setip ciri, dan kelima berkaitan dengan sikap konsumen terhadap beberapa pilihan merk terbentuk melalui prosedur penilaian.

(6)

mungkin juga membentuk maksud untuk membeli dan cenderung membeli merk yang disukainya. Namun demikian dua faktor lain yang dapat mencampuri maksud membeli dengan keputusan membeli, yaitu pertama sikap orang lain; dan kedua adalah faktor situasi yang tidak terduga mungkin muncul dan mengubah maksud pembelian.

c) Perilaku setelah pembelian, setelah membeli produk konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen juga akan melakukan beberapa kegiatan setelah membeli produk yang akan menarik bagi pemasar. Tugas para pemasar belum selesai setelah produk dibeli oleh konsumen, namun akan terus berlangsung hingga periode waktu setelah pembelian.

Faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen

Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan (disamping barang lain) pada saat mereka membutuhkan. Dengan mempelajari perilaku konsumen, manajer akan mengetahui kegiatan pemasaran yang tepat ataupun kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan, serta kemudian mengidentifikasi nya untuk mengadakan segmentasi pasar (Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:57).

Menurut Basu Swastha dan Irawan (2001:105) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli adalah berbeda-beda untuk masing-masing pembeli, disamping produk yang dibeli dan saat pembeliannya berbeda. Faktor-faktor tersebut adalah: a) Kebudayaan. b) Klas sosial. c) Kelompok referensi kecil. d) Keluarga. e) Pengalaman. f) Kepribadiaan. g) Sikap dan kepercayaan. h) Konsep diri.

Selain dipengaruhi oleh semua faktor diatas, keputusan membeli yang diambil oleh pembeli juga akan mengalami suatu proses dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Kotler dan Kevin (2008:214) bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Untuk lebih jelasnya mengenai faktor-faktor-faktor-faktor tersebut sebagaimana penulis kutip dari Kotler dan Kevin dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Faktor Budaya

Budaya, sub budaya dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh berkembang mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya.

(7)

cermat, yang menyingkapkan bahwa relung etnis dan demografik yang berbeda tidak selalu menanggapi dengan baik iklan pasar massal.

2) Faktor Sosial

3) Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.

Kelompok Acuan, kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.

Keluarga, keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (2000:70) bentuk keluarga dibagi menjadi dua, yaitu (a) Keluarga inti (nuclear family), merupakan lingkup keluarga yang meliputi ayah, ibu dan anak-anak yang hidup bersama; dan ( b) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan orang-orang yang mempunyai ikatan saudara dengan keluarga tersebut, seperti kakak, nenek, paman, dan menantu.

Peran dan Status, seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang di masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang dapat diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. Seorang wakil direktur pemasaran senior memiliki status yang lebih tinggi dari pada manajer penjualan, dan manajer penjualan memiliki status yang lebih tinggi dari pada pegawai kantor. Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat.

4) Faktor Pribadi

Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomis, kepribadian, dan konsep diri serta gaya hidup pembeli.

(8)

Pekerjaan dan Lingkungan, pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pekerja kerah biru akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja dan kotak makan siang. Direktur perusahaan akan membeli pakaian yang mahal, perjalanan dengan pesawat udara, keanggotaan country club, dan perahu layar. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu.

Kepribadian dan Konsep diri, masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia (human ssychological traits) yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri, dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merk konsumen.

Para konsumen sering memilih dan menggunakan merk yang memiliki kepribadian yang konsisten dengan konsep diri aktual mereka sendiri (bagaimana seseorang memandang dirinya). Hal ini apa yang dikemukakan Kotler (1994:367) bahwa di dalam perilaku konsumen kepribadian sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan.

Keputusan pembelian konsumen

Kotler dan Amstrong (1996:162) keputusan pembelian produk merupakan tahap-tahap yang harus dilewati konsumen untuk mencapai keputusan pembelian, tahap-tahap tersebut adalah mengenali kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan tingkah laku pasca pembelian.

Menurut Engel (1994:32) Proses pengambilan keputusan pembelian mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengenalan kebutuhan, konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.

2. Pencarian informasi, konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).

3. Evaluasi alternatif, konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manafaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih.

4. Pembelian, konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu.

(9)

Sedangkan menurut Zeitham (dalam Martoatmodjo 2002:131-146) diungkapkan bahwa seorang konsumen membeli suatu produk dipengaruhi oleh dua dimensi yaitu:

1. Dimensi rasional seperti harga, kualitas, distribusi dan sebagainya yang dapat mendorong seseorang untuk membeli suatu produk dengan alasan-alasan yang rasional.

2. Dimensi daya tarik seperti aroma produk, warna, bentuk, rasa, dan sebagainya.

Pengambilan Keputusan Keluarga

Keluarga sangat berperan dalam pengambilan keputusan pembelian, menurut Rorlen (2007:17) pengambilan keputusan keluarga dimaksudkan adalah bagaimana anggota keluarg berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain ketika membuat pilihan pembelian. Peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan pembelian menurut Peter, J. Paul and Olsen, Jerry C, (2005) adalah:

1. Influecers, memberikan informasi bagi anggota keluarga lainnya tentang suatu produk atau jasa.

2. Gatekeepers, mengontrol aliran informasi yang masuk ke dalam keluarga.

3. Deciders, memiliki kekuasaan apakah suatu produk atau jasa akan dibeli atau tidak. 4. Buyers, orang yang akan membeli produk atau jasa.

5. Users, mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.

6. Disposers, akan membuang suatu produk atau memberhentikan penggunaan suatu jasa.

Kerangka Konseptual

Dari paparan teori yang penulis kemukakan diatas, dan sesuai dengan tujuan penelitian ini berkaitan dengan faktor-faktor demografis seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan ukuran keluarga yang mempengaruhi keputusan pembelian. Maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2 Kerangka Konseptual

Pendidikan (X1)

Pekerjaan (X2)

Pendapatan (X3)

Ukuran Keluarga (X4)

(10)

Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan ukuran keluarga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian deterjen merek Soklin.

H2: Variabel pendapatan adalah variabel yang paling dominan dalam penelitian ini yang mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian deterjen merek Soklin.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian korelasional (correlatinal study) Menurut Fox dalam Umar Husein (2002:90) bahwa penelitian korelasi dirancang untuk menentu-kan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Juga dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen ibu-ibu rumah tangga yang menggunakan diterjen soklin di desa Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan dengan jumlah 659 kepala keluarga. Sedangkan metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini dengan pemilihan sampel random (random sampling), dimana proses pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga semua orang dalam populasi mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Sumanto, 2002:47). Untuk penentuan jumlah sampel apabilah subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyek-nya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung dari kemampuan peneliti, luas wilayah penelitian dan besar kecilnya risiko peneliti (Arikunto Suharsimi, 2002:112). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebesar 70 responden.

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dan indikator yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel dependen (Y), merupakan variabel terikat yang nilainya di pengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah keputusan pembelian produk diterjen soklin. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan pada variabel keputusan pembelian adalah: (1) keinginan konsumen, (2) kepuasan produk dan (3) pemakaian ulang.

(11)

faktor-faktor kependudukan berkaitan dengan karakter dan keadaan konsumen yang meliputi: 1) pendidikan, 2) pekerjaan, 3) pendapatan, dan 4) ukuran keluarga.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Untuk mendeteksi ada tidaknya mulitikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat pada: 1) nilai R2 yang dihasilkan oleh estimasi model regresi empiris sangat tinggi tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat; 2) menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90); dan 3) dapat juga dlihat dari nilai tolerance dan lawannya dan variance inflation factor. Menurut Ghozali (2002:59) uji mulitikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation faktor (VIF). Apabila variabel bebas memiliki nilai toleransi kurang dari 10% yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 95%. Apabila variabel bebas memiliki nilai VIF lebih dari 10 berarti tidak ada multikolonieritas antar variabel bebas.

2. Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2002:61). Untuk mendeteksi ada dan tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Apabila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada korelasi positif. Dan apabila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada korelasi negatif.

3. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki ditribusi data normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak digunakan analisis grafik, yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengaan garis dioagonal. Jika ditribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2002:74).

Model Analisis Data

(12)

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + e Dimana:

Y = Variabel dependen (keputusan pembelian produk)

a = Konstanta

b1-b4 = Koefisien regresi parsial

X1 = Pendidikan

X2 = Pekerjaan

X3 = Pendapatan

X4 = Ukuran keluarga

e = Error

ANALISI DAN PEMBAHASAN

Uji Reliabilitas dan Validitas

Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Alpha Anova Hoyt untuk semua variabel yang diteliti dengan jumlah 70 responden menghasilkan nilai alpha = 0,902. Nilai ini berada diatas 0,70 sesuai dengan kreteria Gay, maka penelitian ini mempunyai reliabilitas dan validitas (keandalan dan kesahihan) yang cukup.

Uji Asumsi Klasik

Dengan uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui keabsahan model regresi dalam menjelaskan pengaruh antar variabel. Uji asumsi klasik yang dipergunakan adalah : 1. Uji mulitikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independent. Untuk mendeteksi ada tidaknya mulitikolinieritas di dalam model regresi ini digunakan 2 cara: 1) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90); dan 2) Dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya dan variance inflation factor.

Tabel 1

Hasil Uji Multikolonieritas

No Variabel Nilai Tolerance Nilai VIF

1. Pendidikan (X1) 0,839 1,192

2. Pekerjaan (X2) 0,544 1,837

3. Pendapatan (X3) 0,469 2,130

4. Ukuran keluarga (X4) 0,398 2,512

(13)

factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi ini berarti tidak ada multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.

2. Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada dan tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Hasil analisis diketahui nilai uji Durbin Watson sebesar 2,352, nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, dengan jumlah sampel 70 responden dan jumlah variabel bebas 4. Dari tabel uji Durbin Watson didapatkan nilai sebesar 1,74. Oleh karena nilai Durbin Watson 2,352 lebih besar dari pada batas atas (du) 1,74, maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi positif pada model regresi.

3. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki ditribusi data normal. Hasil analisis menunjukkan gambar grafik normal plot dimana titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi layak untuk dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.

Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih serta mengukur arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2002:43). Hasil analisis akan menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel pendidikan (X1), pekerjaan (X2), pendapatan (X3), dan ukuran keluarga (X4) terhadap keputusan pembelian (Y). Untuk mempermudah perhitungan analisis regresi dapat dilihat pada tebel2.

Koefisien Regresi

Dari hasil perhitungan regresi berganda dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 0,745 + 0,040 X1- 0,091 X2+ 0,494 X3+ 0,404 X4+ e. Persamaan diatas dapat diartikan:

1. Nilai = 0,745, Nilai konstanta yang merupakan intersep garis Y sebesar 0,745 berarti tanpa adanya variabel pendidikan (X1), pekerjaan (X2), pendapatan (X3), dan ukuran keluarga (X4) maka nilai keputusan pembelian soklin (Y) hanya sebesar 0,745. 2. b1 = + 0,040, variabel X1(Pendidikan) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,040

yang berarti apabila X1 (pendidikan) naik satu satuan maka variabel Y (keputusan pembelian Soklin) akan naik 0,040 satuan.

(14)

4. b3= +0,494, variabel X3(pendapatan) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,494 yang berarti apabila X3 (pendapatan) naik satu satuan maka variabel Y (keputusan pembelian Soklin) akan naik 0,494 satuan.

5. b4 = + 0,404, variabel X4(ukuran keluarga) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,404 yang berarti apabila X4 (ukuran keluarga) naik satu satuan maka variabel Y (keputusan pembelian Soklin) akan naik 0,404 satuan.

Tabel 2

Hasil Perhitungan Regresi Berganda

Model Koefisien

Regresi (B) thitung ttabel Sig Partial r r2

1 (Constant) .745 2.086 .041

X1 .040 .486 1.667 .629 .060 .004

X2 -.091 -.932 1.667 .355 -.115 .013

X3 .494 5.423 1.667 .000 .558 .311

X4 .404 4.092 1.667 .000 .453 .205

a Dependent Variable: Y

Keterangan:

Y =Keputusan Pembelian X3= Pendapatan

X1 =Pendidikan X4= Ukuran Keluarga

X2 =Pekerjaan

Analisi Korelasi

Analisis korelasi menunjukkan kuat hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

1. Nilai Multiple R sebesar 0,844 artinya mempunyai hubungan yang erat dan pengaruh dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,713, hasil analisis ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel pendidikan (X1), pekerjaan (X2), pendapatan (X3), dan ukuran keluarga (X4). terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 71,3%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Nilai partial rX1= 0,060 menunjukkan bahwa variabel pendidikan (X1) memiliki nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0,060, artinya variabel pendidikan (X1) memiliki hubungan yang lemah terhadap keputusan pembelian deterjen merek Soklin.

3. Nilai partial rX2= - 0,115 menunjukkan bahwa variabel pekerjaan (X2) memiliki nilai koefisien korelasi parsial sebesar - 0,115, artinya variabel pekerjaan (X2) memiliki hubungan yang lemah terhadap keputusan pembelian deterjen merek Soklin.

(15)

5. Nilai partial rX4= 0,453 menunjukkan bahwa variabel ukuran keluarga (X4) memiliki nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0,453, artinya variabel ukuran keluarga (X4) memiliki hubungan yang kuat terhadap keputusan pembelian deterjen merek Soklin.

Analisis Determinasi

Berdasarkan tabel diatas besarnya Adjusted R2 adalah 0,695, hal ini berarti 69,5% variasi keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variasi dari empat variabel independent pendidikan (X1), pekerjaan (X2), pendapatan (X3), dan ukuran keluarga (X4). Sedangkan sisanya 30,5% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar dari variabel penelitian ini.

Pengujian Hipotesis

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Dari tabel pada uji Anova atau F test, didapatkan F Hitung sebesar 40,284 dengan tingkat probabilitas 0.000 (signifikansi). Karena nilai probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Keputusan Pembelian atau dapat dikatakan bahwa variabel independen pendidikan (X1), pekerjaan (X2), pendapatan (X3), dan ukuran keluarga (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan ukuran keluarga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian deterjen merek soklin terbukti diterima.

Uji Signifikansi Individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikasi variabel independen pendidikan (X1), pekerjaan (X2), pendapatan (X3), dan ukuran keluarga (X4) terhadap keputusan pembelian konsumen. Dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel pada taraf signifikan ( ) 0,05, maka pengujian masing-masing variabel independen dijelaskan sebagai berikut:

Pengujian variabel pendidikan (X1)

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendidikan (X1) tidak signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen hal ini bisa dilihat pada nilai probabilitas signifikansi 0,629 > 0,05. Sedangkan untuk nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (0,486 < 1,667).

Pengujian variabel pekerjaan (X2)

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pekerjaan (X2) tidak signifikan dengan keputusan pembelian konsumen hal ini bisa dilihat pada nilai probabilitas signifikansi 0,355 > 0,05. Sedangkan untuk nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (-0,932 < 1,667).

Pengujian variabel pendapatan (X3)

(16)

0,000 < 0,05. Sedangkan untuk nilai t hitung lebih besarl dari t tabel (5,423 > 1,667), dan memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) dengan kontribusi sebesar 31,1%.

Pengujian variabel ukuran keluarga (X4)

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ukuran keluarga (X4) signifikan dengan keputusan pembelian konsumen hal ini bisa dilihat pada nilai probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05. Sedangkan untuk nilai t hitung lebih besarl dari t tabel (4,092 > 1,667), dan memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) dengan kontribusi sebesar 20,5%.

Dengan demikian hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini Bahwa variabel pendapatan merupakan variabel yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian deterjen merek Soklin dapat diterima.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta pengujian hipotesis yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dibawah ini:

Hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,713, hasil analisis ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel pendidikan (X1), pekerjaan (X2), pendapatan (X3), dan ukuran keluarga (X4). terhadap keputusan pembelian (Y) sebesar 71,3%, sedangkan sisanya 26,7% dipengaruhi oleh variabel lain.

Hasil F test, didapatkan F Hitung sebesar 40,284 dengan tingkat probabilitas 0.000 (signifikansi). Karena nilai probabilitas jauh lebih dari 0,05 maka model regresesi dapat digunakan untuk memprediksi Keputusan Pembelian atau dapat dikatakan bahwa variabel independent pendidikan (X1), pekerjaan (X2), pendapatan (X3), dan ukuran keluarga (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini Variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan ukuran keluarga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian diterjen merek Soklin terbukti diterima.

(17)

Saran

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menggunakan analisis regresi berganda serta pembahasan dan simpulan diatas, maka dianjurkan pada peneliti berikutnya untuk menambah variasi variabel independen yang lain, mengingat penelitian ini hanya terbatas pada variabel demografi yang mempengaruhi keputusan pembelian Soklin dengan obyek penelitian dan jumlah responden yang terbatas.

Diharapkan kepada perusahaan untuk tetap mempertahankan segmentasi pasar dan strategi pemasaran yang dilakukan selama ini terutama pada strategi harga dan variasi produk, mengingat hasil penelitian inin menunjukkan variabel pendapatan merupakan variabel yang dominan dalam pengambilan keputusan pembelian Soklin. Artinya bahwa konsumen menganggap harga Soklin saat ini relative bisa diterima mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedure Penelitian. Penerbit Rineka Cipta Bumi Aksara. Jakarta.

Basu Swastha dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Basu Swastha dan Handoko. 2000. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Engel, J.F. RD, Blackwell dan PW, Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa Budiyanto. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.

Irawan, F, Widjaya dan Sudjoni. 1997. Pemasaran Prinsip dan Kasus. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Penerbit Iniversitas Diponegoro. Semarang.

Jonathan, Malaiholla. 2007. Perilaku konsumen terhadap keputusan membeli produk air minum dalam kemasan (Studi pada konsumen di Kota Ambon). Jurnal Ekskutif 4(2).

(18)

Kotler, Phillip dan G. Armstrong. 1996. a. Dasar-dasar Pemasarn. Alih Bahasa Alexander. S. Jilid 1. Penerbit Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, Phillip dan Lane, Kevin. 2008, 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Penerbit PT. Macanan Jaya Cemerlang. Jakarta.

Martoatmodjo S, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Pasar Rakyat di Surabaya, Jurnal Ekuitas. 6(2): 131-146.

Peter, J.P dan JC, Olsen. 1999. Consumer Behavior. Alih Bahasa Damos. S Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Yakub Adi, Krisanto. 2007. Iklan dan konsumen dalam perspektif pemasaran dan hukum, Kritis. Jurnal Studi Pembangunan Interdisipliner, XIX(3): 189-204.

Rifa’i, M dan Subianto. 2003. Demografi Konsumen Sebagai Dasar Menentukan Segmentasi Pasar. Jurnal Optima 3(1).

Rorlen. 2007. Peran Kelompok Acuan dan Keluarga Terhadap Proses Keputusan Membeli, Business & Management Journal Bunda Mulia, 3(2):12-18.

Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Singgih Santoso. 2002. SPSS Statistik Multivariat. Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Surianto, A dan Aisyah, N, Pengaruh Penerapan Experential Marketing Strategic Terhadap Kepuasan Konsumen. Jurnal Logos. 6(2): 129-150.

Sumanto. 2002. Pembahasan Terpadu Statistika & Metodologi Riset. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Tedjakusuma, Ritawati dkk. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Air Minum Mineraldi Kotamadya Surabaya. Jurnal

Penelitian Dinamika Sosial. 2(3): 48 -58.

Gambar

Gambar 1Model Perilaku Konsumen
Gambar 2Kerangka Konseptual
Tabel 1Hasil Uji Multikolonieritas
Tabel 2Hasil Perhitungan Regresi Berganda

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini merupakan persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Kajian Sebaran Suhu

sebagai berikut: sebuah struktur yang sangat organik dengan minimal formalisasi; spesialisasi pekerjaan yang tinggi berdasar pendidikan formal; para spesialis akan memiliki

Sebab, mereka telah mengetahui bahwa dengan membunuh orang Qibti tersebut, maka akan berurusan dengan Raja Fir ‟aun dan akan mendapatkan hukuman dari Raja Fir‟aun yang

Proses pengolahan benih ini dimulai dari kegiatan pemilihan buah; pemisahan biji dari daging buah, kulit buah, malai dan tangkai buah, pengeringan biji-biji dari

Hasil penelitian menunjukkan Untuk dapat berkompetensi dalam berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi Pemberlakuan

Teori .ang dikemukakan oleh )esse Delia tentang konstrukti(isme da+at ,erguna dalam kehidu+an seharihari dalam menginter+retasikan suatu hal* Ketika saat

“Untuk menghilangkan pola pikir negatif yang dipunyai, Dr Freeman dan kawan kawannya menganjurkan agar penderita gangguan jiwa diajari untuk mempertanyakan

Penelitian serupa dilakukan oleh Lamria dengan responden pengguna alat kontrasepsi pil menunjukkan bahwa proporsi hipertensi lebih tinggi pada wanita