• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN KEPRIBADIAN menggunakan pembangunan aplikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GANGGUAN KEPRIBADIAN menggunakan pembangunan aplikasi "

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN KEPRIBADIAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal

Dosen Pengampu : Widyastuti, M.Psi, Psikolog

Disusun Oleh :

Machrozah Eka W. J91214115 Rilla Fauzia Nur A. J71214072 Rizqa Familia O. J01214023

Ucik Nurul N. J91214125

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI & KESEHATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan kuasa-Nya hingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu, yaitu berupa makalah dengan judul Gangguan Kepribadian..

Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas untuk mata kuliah Psikologi Abnormal. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Moh. Sholeh, M.Pd, PNI, selaku Dekan Fakultas Psikologi. Terima kasih atas fasilitas yang diberikan.

2. Widyastuti, M.Psi, Psikolog selaku Dosen pengampu mata kuliah Psikologi Abnormal. Terima kasih atas bimbingannya dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

3. Teman-teman kelas G4 program studi Psikologi yang telah memberikan banyak dukungan dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat banyak kekurangan juga kesalahan baik dalam penyampaian maupun dalam penulisan kata. Oleh karena itu, penulis mohon masukan dari pembaca agar dapat membantu membenahi makalah ini.

Surabaya, 16 Oktober 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 1

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Gangguan Kepribadian ... 3

2.1.1. Faktor Penyebab Munculnya Gangguan Kepribadian ... 3

2.1.2. Gejala Umum Gangguan Kepribadian ... 5

2.2 Klasifikasi Gangguan Kepribadian ... 6

2.2.1. Gangguan Kepribadian Paranoid... 6

2.2.2. Gangguan Kepribadian Schizoid... 9

2.2.3. Gangguan Kepribadian Schizotypal... 12

2.2.4. Gangguan Kepribadian Antisocial... 15

2.2.5. Gangguan Kepribadian Borderline... 20

2.2.6. Gangguan Kepribadian Histrionic... 23

2.2.7. Gangguan Kepribadian Narcissistic... 26

2.2.8. Gangguan Kepribadian Avoidant... 30

2.2.9. Gangguan Kepribadian Dependent... 33

2.2.10. Gangguan Kepribadian Obssesive-Compulsive... 36

2.3. Sudut Pandang Teoritis Gangguan Kepribadian... 40

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ... 43

3.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44

LAMPIRAN... 45

BAB I

PENDAHULUAN

(4)

Kita semua memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa dari kita adalah tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa dari kita lebih memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih social. Beberapa dari kita tipe pengikut , yang lain pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal terhadap penolakan dari orang lain, sementara yang lain menghindari insiatif social karena takut dikecewakan. Saat pola perilaku menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptive sehingga dapat menyebabkan distress personal yang signifikan atau mengganggu fungsi social dan pekerjaan, maka pola perilaku tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinan oarng lain untuk memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambilnya.

Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.

Pada individu ini, ciri kepribadian maladaptif itu tampak begitu melekat pada dirinya. Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak atau menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah. Individu dengan gangguan kepribadian lebih tidak menyadari masalah mereka, mereka tidak merasa cemas tentang perilakunya yang maladaptif sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gangguan kepribadian ?

(5)

3. Bagaimana gejala umum gangguan kepribadian ?

4.Bagaimana pengklasifikasian gangguan kepribadian sesuai dengan klasternya ?

5.Bagaimana pengertian dan diskripsi macam-macam gangguan kepribadian dari masing-masing klaster ?

6. Bagaimana penanganan bagi penderita gangguan kepribadian ?

7. Bagaimana sudut pandang teoritis mengenai gangguan kepribadian ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari gangguan kepribadian.

2. Mengetahui faktor penyebab timbulnya gangguan kepribadian

3. Mengetahui gejala-gejala umum gangguan kepribadian.

4. Mengetahui macam – macam bentuk gangguan kepribadian sesuai dengan klasternya.

5. Mengetahui pengertian dan diskripsi macam-macam gangguan kepribadian dari masing-masing klaster.

6. Mengetahui penangganan atau treatment bagi penderita gangguan kepribadian.

7. Mengetahui gangguan kepribadian ditinjau dari susut pandang teoritis.

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (2013) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan borderline, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan.

Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.

Gangguan kepribadian adalah gangguan yang sangat heterogen, diberi kode pada Aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dari ekspetasi budaya orang yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan (Gerald,2004).

2.1.1 Faktor Penyebab Munculnya Gangguan Kepribadian

1. Faktor Genetika

Salah satu bukti bahwa faktor genetic berpengaruh terhadap munculnya gangguan kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.

2. Faktor Temperamental

(7)

Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.

3. Faktor Biologis - Hormon

Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.

- Neurotransmitter

Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.

- Elektrofisiologi

Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan borderline, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.

4. Faktor Psikoanalitik

Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.

2.1.2 Gejala Umum Gangguan Kepribadian

(8)

Gejala secara umum gangguan kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada. Secara umum gangguan ini klasifikasikan berdasarkan :

1. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari social expectation. Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih:

- cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi terhadap dirinya, orang lain dan waktu

- afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan cakupan)

- fungsi-fungsi interpersonal - dan kontrol terhadap impuls

2. Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan berpengaruh pada situasi sosial.

3. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distress atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial penting lainnya.

4. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat muncul dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa.

5. Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang muncul yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.

Gangguan kepribadian tidak didiagnosa pada pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia dibawah 18 tahun sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada remaja awal, bila pun adanya simtom-simtom tertentu yang tampak, haruslah simtom tersebut menetap setidaknya 1 tahun lamanya, namun tidak semua gejala yang ada dapat didiagnosa sebagai bentuk gangguan kepribadian.

2.2. Klasifikasi Gangguan Kepribadian

(9)

1. Para individu dalam kelompok A adalah individu yang aneh atau eksentrik. Gangguan kepribadian yang termasuk kelompok A yaitu paranoid, Schizoid, dan Schizotypal.

2. Mereka yang berada dalam kelompok B adalah individu yang dramatis, emosional, atau eratik. Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok B yaitu Anti Social, borderline, Histrionic, dan narsistik.

3. Mereka yang berada dalam kelompok C adalah individu yang pencemas atau ketakutan. Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok C yaitu avoidant, dependent, dan Obsessive-Compulsive.

2.2.1. Gangguan Kepribadian Paraniod

2.2.1.1 Pengertian Gangguan Kepribadian Paranoid

Individu yang didiagnosis dalam gangguan kepribadian ini akan dipenuhi keraguan yang tidak beralasan terhadap kesetiaan orang lain dan akan selalu mencurigainya. Gangguan kepribadian ini paling banyak terjadi pada laki-laki dan sebagian besar dialami bersamaan dengan gangguan kepribadian Schizotypal, borderline dan menghindar (Berntein, 1993; Morey, 1988). Prevalensinya berkisar 2 persen (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).

Beberapa penelitian mengenai sejarah keluarga menunjukkan bahwa paranoid personality disorder sedikit lebih umum dalam keluarga dengan orang-orang yang mengalami skizofrenia dibandingkan dengan keluarga dengan orang-orang yang sehat. Dalam Wiramihardja (2010) ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa paranoid personality disorder adalah hasil dari kebutuhan orang-oran yang menolak perasaan yang sebenarnya dan memproyeksikan perasaan tersebut kedalam diri orang lain (Freud, 1958; Shapiro, 1965).

(10)

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Paranoid dalam DSM IV-TR yaitu:

1. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif (menyebar) kepada orang lain sehingga motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam konteks, seperti yang ditunjukkan empat (atau lebih) berikut:

- menduga tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membahayakan atau mengkhianati dirinya.

- preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau kejujuran teman atau rekan kerja.

- enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya.

- membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau kejadian yang biasa.

- secara persisten menanggung dendam yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera atau kelalaian.

- merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang.

- memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan atau mitra seksual.

2. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skozfrenia, suatu gangguan mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.

Catatan: jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan “pramorbid”, misalnya “gangguan kepribadian paranoid (pramorbid)”.

(11)

Gangguan delusional → pada paranoid tidak ditemukan waham yang terpaku

Skizofrenia paranoid → pada paranoid tidak ditemukan halusinasi dan pikiran formal

Gangguan kepribadian borderline → pada paranoid, mereka jarang mampu terlibat secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain

Gangguan kepribadian Anti Social → pada paranoid tidak ditemukan karakter Anti Social sepanjang riwayat perilaku Anti Social yang muncul

Gangguan kepribadian Schizoid → mereka menarik diri dan menjauhkan diri dari orang lain tapi tidak memiliki gagasan paranoid

2.2.1.4. Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Paranoid

Seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai oleh pekerja sosial untuk menentukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya serta istrinya yang sakit dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. Ia terlihat sehat dan waspada secara mental. Ia dan istrinya telah menikah selama 60 tahun dan tampak bahwa istrinya adalah satu-satunya orang yang ia percaya. Dia selalu curiga pada orang lain. Ia tidak akan mengungkapkan informasi pribadi pada siapapun kecuali pada istrinya. Ia yakin bahwa orang lain akan mengambil keuntungan darinya. Ia menolak tawaran bantuan dari kenalannya karena ia curiga dengan motif mereka. Saat menerima telepon ia akan menolak untuk menyebutkan namanya sampai ia tahu maksud si penelepon. Ia meluangkan waktu yang cukup banyak untuk memonitor investasinya dan pernah bertengkar dengan pialangnya saat terjadi kesalahan dalam rekening bulanannya yang membuatnya curiga bahwa pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang curang. (Sumber data: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan kepribadian)

(12)

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangani gangguan kepribadian paranoid. Adapun cara tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terapi Cognitive behavioral therapy (CBT): Terapi ini dapat membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. 2. Psikoterapi: bila diminta bantuan, maka dalam bimbingan

dititik-beratkan pada pengalaman subjektif dalam pribadinya dan pada interaksi dengan dokter.

3. Farmakoterapi: berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus suatu obat antiansietas seperti diazepam (Valium) adalah memadai. Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan suatu antipsikotik, seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol),dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional.

2.2.2 Gangguan Kepribadian Schizoid

2.2.2.1. Pengertian Gangguan Kepribadian Schizoid

Individu yang mengalami gangguan ini tidak menginginkan atau menikmati hubungan sosial dengan orang lain dan biasanya tidak memiliki teman akrab. Selain itu, individu tersebut adalah seorang penyendiri yang menyukai berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kesendirian. Prevalensinya sedikit lebih kecil pada kaum perempuan dibanding pada kaum laki-laki (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).

(13)

2.2.2.2. Kriteria Diagnostik Kepribadian Schizoid

Kriteria gangguan kepribadian Schizoid dalam DSM IV-TR, terdapat empat atau lebih dari ciri-ciri berikut ini yang tidak muncul secara eksklusif dalam perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan perkembangan pervasif; juga tidak disebabkan oleh kondisi medis umum. Adapun gejalanya adalah sebagai berikut:

- Kurang berminat atau kurang menyukai hubungan dekat - Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian - Kurangnya minat untuk berhubungan seks

- Hanya sedikit, jika ada, mengalami kesenangan - Kurang memiliki teman

- Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain - Afek datar, ketidaklekatan emosional

2.2.2.3. Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Schizoid

Skizofrenia → pasien Schizoid tidak memiliki sanak saudara skizofrenik, dan mereka memiliki riwayat pekerjaan yang berhasil. Pasien juga tidak memiliki waham atau halusinasi.

Paranoid → pasien paranoid lebih menunjukkan keterlibatan sosial, riwayat perilaku agresif verbal & cenderung melakukan proyeksi atas perasaan mereka.

OCPD → pasien OCPD memiliki riwayat hubungan objek yang lebih banyak di masa lalu dan tidak terlibat lamunan autistik.

Schizotypal → pasien ini lebih mirip dengan pasien skizofrenik dalam hal keanehan persepsi, pikiran, perilaku dan komunikasi.

Avoidant → sama-sama terisolasi, tapi pasien memiliki masih minat sosial.

2.2.2.4. Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Schizoid

(14)

merasa sedih dan lelah. Ia menjadi sulit konsentrasi dan sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan lebih senang menyendiri. Membatasi kontak dengan orang lain hanya dengan menyapa “Halo” atau “Apakabar?”, sambil terus berlalu. Ia merasa bahwa percakapan sosial hanya membuang- buang waktu dan merasa canggung jika ada orang lain yang mencoba membina hubungan persahabatan. Ia tidak memiliki minat sosial yang nyata, meskipun ia gemar membaca atau melihat berita di tv. Satu- satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya. (Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian)

2.2.2.5. Penanganan Gangguan Kepribadian Schizoid

Adapun cara yang dapat dilakukan dalam menangani gangguan kepribadian Schizoid adalah sebagai berikut :

- Diberikan berupa melakukan kegiatan untuk meningkatkan sosialisasi dari pasien itu sendiri

- Hindari pengisolasian dan perawatan secara institusional

- Libatkan pasien dalam terapi okupasi dan terapi secara berkelompok

- Tingkatkan fungsi klien dalam masyarakat - Bantu klien untuk mendapatkan manajer kasus

- Psikoterapi : psikoterapi suportif, bimbingan dalam cara hidup, anjuran untuk mengambil bagian dalam kegiatan sosial dan hubungan antar manusia

- Farmakologi terapi : farmakoterapi dengan antipsikotik dosis kecil, antidepresan dan psikostimulan telah efektif pada beberapa pasien.

2.2.3. Gangguan Kepribadian Schizotypal

2.2.3.1. Pengertian Gangguan Kepribadian Schizotypal

(15)

- Kategori pertama adalah paranoia atau spiciousness (bersifat paranoid dan selalu mencurigai). Orang-orang dalam kategori ini selalu menganggap orang lain sangat curang dan memusuhi.

- Kategori kedua adalah “referensi ide” (idea of reference). Meyakini bahwa kejadian-kejadian acak yang ada di sekitarnya berkaitan dengan mereka.

- Kategori ketiga adalah odd beliefs and magical thinking yaitu keyakinan aneh dan pemikiran magis.

- Kategori keempat adalah illusions yang merupakan halusinasi yang singkat. Sejarah keluarga, adopsi (pengangkatan anak) dan penelitian mengenai anak kembar, seluruhnya memberikan pendapat bahwa Schizotypal Personality Disorder merupakan gangguan yang ditularkan atau disebarkan secara genetis (Nigg & Goldsmith, 1994; Siever dkk.,1998). Orang-orang dengan schizotypal personality disorder menunjukkan abnormalitasnya dalam struktur otak mereka yang mirip dengan apa yang tampak pada orang-orang schizophrenia (Dickey, McCarley, & Shenton, 2002; Downhill dkk., 2001).

2.2.3.2 Kriteria Diagnostik Kepribadian Schizotypal

Kriteria gangguan kepribadian Schizotypal dalam DSM IV-TR yaitu sebagai berikut:

1. Pola pervasif defisit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh ketidaksenangan akut dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan erat dan juga oleh penyimpangan kognitif atau persepsi dan perilaku eksentrik, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut:

- gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) (kecuali waham yang menyangkut diri sendiri)

(16)

indera keenam, pada anak-anak dan remaja, khayalan atau preokupasi yang kacau)

- pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh

- pikiran dan bicara yang aneh (misalnya samar-samar, sirkumstansialitas, metaforik, terlalu berbelit-belit atau stereotipik)

- kecurigaan atau ide paranoid

- afek yang tidak sesuai atau terbatas

- perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau janggal

- tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat pertama

- kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak menghilang dengan keakraban dan cenderung disertai dengan ketakutan paranoid ketimbang pertimbangan negatif tentang diri sendiri

2. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skozfrenia, suatu gangguan mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain atau suatu gangguan perkembangan pervasif.

Catatan: jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan “pramorbid”, misalnya “gangguan kepribadian Schizotypal (pramorbid)”.

2.2.3.3. Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Schizotypal

- Schizoid → pasien Schizotypal memiliki keanehan dalam perilaku, pikiran, persepsi dan komunikasi dan memiliki riwayat keluarga skizofrenik

- Skizofrenia → pasien Schizotypal tidak memiliki ciri-ciri psikosis

- Paranoid → pasien paranoid memiliki tanda kecurigaan tetapi tidak memiliki perilaku aneh

(17)

Jonathan, mekanik, pria 27 tahun, memiliki sedikit teman dan lebih memilih membaca novel fiksi ilmiah dibandingkan bersosialisasi dengan orang lain. Ia jarang bergabung dalam percakapan dengan oranglain. Suatu saat ia tampak seperti hanyut dalam pikirannya sendiri. Ia sering menunjukkan ekspresi ganjil di wajahnya. Mungkin ciri perilaku yang paling tidak umum adalah ia melaporkan pengalaman yang datang sewaktu-waktu akan perasaan bahwa almarhum ibunya berdiri di dekatnya. Keyakinan ini menenangkan baginya dan ia menantikan terjadinya peristiwa itu kembali. Jonathan menyadari hal tersebut tidak nyata. Ia tidak pernah mencoba untuk menyentuh ruh tersebut. Perasaan berada didekat ruh ibunya merupakan pengalaman yang cukup menenangkan katanya.

2.2.3.5 Penanganan Gangguan Kepribadian Schizotypal

- Kembangkan keterampilan perawatan diri (klien) dan keterampilan social serta perbaikan fungsi masyarakat, klien didorong untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan membantu klien untuk memutuskan kapan tugas hygiene dan berhias diperlukan. Dan juga dapat membantu dengan meminta klien untuk membuat daftar orang-orang di masyarakat yang harus ia hubungi untuk kemudian dapat memperbaiki keterampilan social klien untuk berbicara jelas kepada orang lain dan mengurangi perbincangan aneh.

- Psikoterapi : pikiran yang aneh dan ganjil dari pasien gangguan kepribadian Schizotypal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius yang aneh, dan okulitis. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau aktivitas mereka.

(18)

dilaporkan dengan haloperidol. Anti depresan digunakan jika ditemukan suatu komponen depresif dari kepribadian.

2.2.4. Gangguan Kepribadian Antisocial

2.2.4.1. Pengertian Gangguan Kepribadian Antisocial

Gangguan kepribadian antisocial dan psikopati yang kadang disebut dengan sosiopati seringkali digunakan bergantian. Perilaku antisocial yang melanggar hukum, merupakan komponen penting keduanya. Pada gangguan kepribadian Anti Social ini, individu tidak memerhatikan hak orang lain, aturan, dan hukum.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Shannon dkk. (2014), mengenai apakah narapidana yang melakukan tindakan kekerasan teridentifikasi memiliki gejala gangguan kepribadian Anti Social (ASPD). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya dorongan atau dukungan yang menyatakan diagnosa gejala gangguan kepribadian Anti Social (ASPD) pada narapidana yang menggunakan kekerasan dalam penjara.

Berdasarkan suatu kajian literature, bahwa kurangnya afeksi dan penolakan berat oleh orang tua merupakan penyebab utama perilaku psikopatik (McCord dan McCord, 1964). Perilaku psikopatik berkaitan dengan tidak konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak-anak mereka dan dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain, penyiksaan fisik, dan kehilangan orang tua (Marshall & Cooke, 1999; Johnson dkk., 1999).

(19)

perilaku antisocial dalam sebuah studio orang kembar yang dilakukan Reiss dkk, (1995).

Pada sebuah studi klasik berdasarkan observasi klinis Cleckley, Lykken (1957) menguji pemikiran bahwa psikopat hanya memiliki hambatan untuk melakukan tindakan antisocial karena mereka sangat sedikit mengalami kecemasan. Penelitian Lykken mendukung pemikiran bahwa psikopat memiliki kadar kecemasan rendah, kemampuan mereka menghindari kejut lebih rendah dari kelompok control.

2.2.4.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Antisocial

Karakteristik Gangguan Kepribadian Anti Social dalam DSM IV-TR yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia 15 tahun,seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) berikut:

- gagal untuk mematuhi norma sosial dengna menghormati perilaku sesuai hukum seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi dasar penahanan

- ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong, menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau kesenangan pribadi

- impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan

- iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau penyerangan yang berulang

(20)

- terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh kegagalan berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban finansial

- tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh terhadap atau mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya atau dicuri oleh orang lain

2. Individu sekurang-kurangnya berusia 18 tahun

3. Terdapat tanda-tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun

4. Terjadinya perilaku Anti Social tidak semata-mata selama perjalanan skizofrenia atau suatu episode manik

2.2.4.3. Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Antisocial

- Gangguan kepribadian Anti Social dapat dibedakan dari perilaku ilegal dimana gangguan kepribadian Anti Social melibatkan banyak bidang dalam kehidupan seseorang.

- Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian Anti Social, klinisi harus mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosioekonomi, latar belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis gangguan kepribadian Anti Social tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala.

2.2.4.4. Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Antisocial

(21)

Psikologi Forensik Universitas Surabaya, Yusti Probowati, saat berbincang dengan detikcom, Kamis (16/2/2012).

Dalam teori psikologi, seorang yang masuk dalam ketegori psikopat cenderung tidak mengikuti aturan yang ada dan memiliki egosenteris yang sangat tinggi. "Pasti ada yang salah dari masa kecil dia (Mujianto) sehingga aturan itu tidak dipahami scara baik," kata Yusti. Sifat egosentris yang dimiliki oleh Mujianto membuat dirinya sering merasa tergangggu dengan kondisi yang tidak cocok dengan dirinya, termasuk dengan rasa cemburu yang besar. "Egosentrisnya tinggi yang menyebabkan dia melakukan hal yang di luar batas. Itu yang terjadi," ucapnya.

Yusti menyebut masalah yang dihadapi oleh Mujianto berada pada dirinya sendiri, bukan dari lingkungannya. "Yang intinya dia sendiri agak sulit menerima yang melukai dirinya," kata Lita. Mujianto dalam pengakuannya ke polisi telah meracuni 15 orang, namun yang baru terungkap 6 orang. Kasus ini terungkap setelah dua korban selamat, Muhammad Fais (28) dan Sumartono (47), melapor ke polisi. Pelaku dibekuk di rumah J, Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Di tempat itu, pelaku pernah bekerja sebagai pembantu dan merangkap sebagai pasangan homo J.

(Sumber:http://news.detik.com/read/2012/02/16/091055/1843730/10/muji anto- punya-kecenderungan-psikopat-Anti Social?9911012)

2.2.4.5. Penangganan Gangguan Kepribadian Antisocial

Adapun penanganan yang dapat dilakukan pada gangguan kepribadian Anti Social ini adalah sebagai berikut :

(22)

- Membantu klien menyelesaikan masalah dan mengendalikan emosi. Ajarkan individu (klien) untuk menyelesaikan masalah secara efektif dan mengatasi emosi marah atau frustasi.

- Meningkatkan performa peran, mengidentifikasi hambatan untuk menjalankan peran, dan mnegurangi atau mengehentikan penggunaan obat – obatan dan alkohol.

- Psikoterapi : belum diketahui pengobatan yang optimal tetapi dokter dapat membantu penderita dan keluarganya mengambil keputusan tentang penanganan. Bila perlu dapat diadakan institusionalisasi untuk sementara waktu. Pada umumnya dapat dianjurkan kedua-duanya baik terapi individual maupun terapi kelompok. Kadang-kadang terjadi perbaikan terutama pada umur 30 dan 40 tahun. Perbaikan ini tidak harus disertai dengan penyesuaian diri yang baik. Banyak penderita yang masih terus memperlihatkan kesukaran hubungan antar manusia, iritabilitas, rasa permusuhan terhadap suami atau istri, tetangga dan agama. Alasan yang sering diberikan oleh penderita tentang perbaikan ini adalah kematangan, perkawinan, takut dipenjarakan dan tanggung jawab yang bertambah.

- Farmakoterapi : digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul – seperti kecemasan, penyerangan, dan depresi – tetapi, karena pasien seringkali merupakan penyalahgunaan zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti-bukti adaya gangguan defisit-atensi hiperaktivitas, psikostimulan, seperti methylphenidate (Ritalin), mungkin digunakan. Harus dilakukan usaha untuk mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku impulsif dengan obat antiepileptik, khususnya jika bentuk gelombang abnormal ditemukan pada EEG.

2.2.5 Gangguan Kepribadian Borderline

(23)

Gangguan kepribadian Borderline atau biasa disebut dengan gangguan kepribadian ambang adalah gangguan kepribadian yang mempunyai ciri-ciri utama berupa impulsivitas dan ketidakstabilan hubungannya dengan orang lain dan mood (Sanislow, Grilo, & McGlashan, 2000). Gangguan borderline ini pada umumnya bermula pada masa remaja atau dewasa awal dan lebih sering terjadi kepada wanita daripada kepada pria dengan prevalensi 1 persen (Swartz dkk, 1990; Torgesen, Kringlen, & Cramer, 2001).

Secara biologis Para pasien borderline memiliki neurotisisme tinggi, suatu trait yang diturunkan secara genetik (Nigg & Goldsmith,1994). Teori objek-hubungan Otto Kernberg mengemukakan bahwa pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan menyebabkan anak-anak mengembangkan ego yang tidak merasa aman. Teori diathesis-stres dari Linehan. Linehan berpendapat bahwa gangguan kepribadian borderline terjadi bila orang yang memiliki kemungkinan genetik (diathesis biologis) berupa kesulitan mengendalikan emosi dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak mempertimbangkan dan menghargai keinginan/perasaan seseorang serta upaya untuk mengomunikasikan perasaan tidak diterima bahkan dihukum.

2.2.5.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Borderline

Kriteria Gangguan Kepribadian Borderline dalam DSM IV-TR yaitu:

1. Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri dan afek dan impulsivitas yang jelas pada masa dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut:

(24)

- pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan antara ekstrim-ekstrim idealisasi dan devaluasi

- gangguan identitas:citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas dan persisten

- impulsivitas pada sekurangnya dua bidang yang membahayakan diri sendiri (misalnya berbelanja,seks,penyalahgunaan zat,ngebut gila-gilaan,pesta makan).Catatan:tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam kriteria 5

- perilaku,isyarat atau ancaman bunuh diri yang berulangkali, atau perilaku mutilasi diri

- ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya disforia episodik kuat,iritabilitas,atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)

- perasaan kosong yang kronis

- kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam mengendalikan kemarahan (misalnya sering menunjukkan temper,marah terus menerus,perkelahian fisik berulangkali)

- ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stres, atau gejala disosiatif yang parah

2.2.5.3 Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Borderline

- Skizofrenia → BPD tidak ada episode psikotik, gangguan pikiran dan tanda skizofrenik lain yang berkepanjangan

- Schizotypal → BPD tidak menunjukkan gagasan yang aneh, dan pikiran yang sangat aneh

(25)

Klien : “Saya menahan kemarahan dalam diri saya, yang terjadi adalah..saya tidak dapat merasakannya, saya mendapat serangan panik. Saya menjadi sangat gugup, merokok terlalu banyak. Jadi apa yang terjadi pada saya, saya adalah cenderung „meledak?. Berurai air mata atau menyakiti diri atau apapun..karena saya tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi semua perasaan yang campur aduk ini.

Konselor : “Apa contoh terbaru dari „ledakan? itu?”

Klien : “Beberapa bulan yang lalu saya sendirian di rumah, saya ketakutan! Saya mencoba mengontak pacar saya dan saya tidak bisa melakukannya. Saya tidak tahu dimana dia berada. Semua teman saya tampak sibuk malam itu dan saya tidak punya siapa-siapa untuk diajak bicara..saya makin dan semakin gugup dan makin dan semakin kacau.

Klien : “…Akhirnya..dor!...saya ambil rokok dan menyalakannya dan menancapkannya di lengan saya. Saya tidak tahu mengapa saya melakukan hal itu karena saya tidak peduli pada hal itu. Saya kira pada waktu itu saya merasa bahwa saya harus melakukan sesuatu yang dramatis….”.

(Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan- kepribadian)

2.2.5.5 Penanganan Gangguan Kepribadian Borderline

Adapun penanganan yang dapat dilakukan gangguan kepribadian borderline adalah sebagai berikut :

- Tingkatkan keamanan

- Bantu klien mengatasi dan mengendalikan emosi - Teknik restrukturisasi kognitif

- Dekatastrofe situasi

- Berbicara positif dengan diri sendiri

- Membuat daftar aktivitas untuk menghilangkan kebosanan - Ajarkan keterampilan sosial

(26)

- Psikoterapi : interaksi dengan anggota staf yang terlatih dari berbagai disiplin dan dibekali dengan terapi kerja, rekreasional, dan kejuruan. - Farmakoterapi : antidepresan memperbaiki mood yang terdepresi yang

sering ditemukan pada pasien. MAOI adalah efektif dalam memodulasi perilaku impulsif pada beberapa pasien. Benzodiazepin, khususnya alprazolam, membantu kecemasan dan depresi, tetapi beberapa pasien menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat tersebut. Antikonvulsan seperti karbamazepin, padat meningkatkan fungsi global pada beberapa pasien. Obat serotonergik, seperti fluoxetine, adalah membantu pada beberapa kasus.

2.2.6 Gangguan Kepribadian Histrionic

2.2.6.1 Pengertian Gangguan Kepribadian Histrionic

Gangguan Histrionic ini diperuntukkan bagi orang-orang yang terlalu dramatis dan mencari perhatian. Gangguan kepribadian ini cenderung terjadi di kalangan orang-orang yang mengalami perpisahan dengan pasangannya dan dihubungkan dengan depresi serta kesehatan fisik yang buruk (Nestadt dkk, 1990). Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dengan prevalensi 2 persen.

Teori psikoanalisa berpendapat bahwa emosionalitas dan ketidaksenonohan perilaku secara seksual didorong oleh ketidaksenonohan orangtua, terutama ayah kepada anak perempuannya. Sedangkan ekspresi emosi yang berlebihan dipandang sebagai simtom- simtom konflik tersembunyi tersebut dan kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dipandang sebagai cara untuk mempertahankan diri dari perasaan yang sebenarnya yaitu harga diri yang rendah (Apt & Hurlbert, 1994; Stone, 1993).

2.2.6.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Histrionic

(27)

berlebihan, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan pada lima (atau lebih) berikut:

- tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat perhatian

- interaksi dengan orang lain seringkali ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada tempatnya atau perilaku provokatif

- menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal

- secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya

- memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian

- menunjukkan dramatisasi diri, teatrikal dan ekspresi emosi yang berlebihan

- mudah disugesti yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain dan situasi

- menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya

2.2.6.3 Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Histrionic

BPD → sulit dibedakan dengan Histrionic, cuma pada BPD lebih sering ditemukan usaha bunuh diri, difusi identitas dan episode psikotik singkat

Somatisasi → bisa terjadi bersama-sama dengan Histrionic

Gangg.Psikotik singkat dan disosiatif → mungkin perlu mendapatkan diagnosis penyerta gangg.kepr.Histrionic

(28)

Film A Streetcar Named Desire menceritakan kisah Blanche DuBois, seorang wanita, yang menarik muda genit tapi bermasalah, yang pindah ke New Orleans untuk tinggal bersama kakaknya, Stella dan suaminya, Stanley Kowalski setelah kematian suaminya.

Blanche kurang dari jujur tentang dirinya sendiri. Dia mencoba untuk menggunakan pesonanya untuk memanipulasi orang dan menutupi masa lalunya, termasuk bunuh diri suaminya, hubungan sementara dengan laki-laki, alkoholisme nya, kehilangan rumah dan bahwa dia dipecat sebagai guru karena berselingkuh dengan seorang mahasiswa.

Suami Stella, Stanley, memainkan peran seorang narsisis yang kasar, yang dominasi dan kontrol ditantang oleh kedatangan Blanche. Blanche mencoba untuk mengekspos, menghadapi dan mengeksploitasi kerentanan nya. Marah dengan hal ini dan akhirnya menemukan kesempatan, Stanley serangan brutal Blanche, pertama pada tingkat emosional, maka pada satu fisik. Pada akhirnya, dia membagi-bagikan-nya dingin ke fasilitas psikiatri, sehingga dirinya kembali ke posisi dominasi. Blanche adik, Stella, memainkan peran enabler kodependen, mencoba untuk menenangkan Stanley dan Blanche.

(Sumber:http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Histrionic+Personality +

Disorder)

2.2.6.5 Penanganan Gangguan Kepribadian Histrionic

Adapun langkah yang dapat dilakukan dalam menghadapi gangguan kepribadian Histrionic adalah sebagai berikut :

- Ajarkan keterampilan sosial

- Berikan umpan balik faktual tentang perilaku

(29)

menyenangkannya. Karena kemampuan komunikasinya kurang, maka yang dibimbing adalah perilaku yang nyata saja.

- Farmakoterapi : dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya (seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).

2.2.7 Gangguan Kepribadian Narsisitik

2.2.7.1 Pengertian Gangguan Kepribadian Narcissistic

Orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian Narcissistic akan memiliki pandangan yang berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan yang mereka miliki. Mereka akan terokupasi (terpaku) pada pikiran-pikiran mengenai pentingnya diri mereka (self-importance) dan dengan fantasi-fantasi mengenai kekuatan (power) dan keberhasilan (succes) dan memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang lebih superior (berkuasa) atas banyak orang.

Menurut Heinz Kohut, diri muncul di awal kehidupan sebagai suatu struktur bipolar dengan grandiose yang tidak matang di satu ktub dan idealisasi berlebihan terhadap orang lain yang bersifat tergantung di kutub lainnya. Kegagalan untuk mengembangkan harga diri yang sehat terjadi bila orang tua tidak merespon dengan baik kompetensi yang di tunjukkan anak-anak mereka, yaitu si anak tidak dihargai berdasarkan makna dirinya sendiri, namun dihargai sebagai alat untuk membangun harga diri orang tua.

2.2.7.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Narcissistic

(30)

- memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya pencapaian dan bakat yang dilebih-lebihkan, berharap terkenal sebagai superior tanpa usaha yang sepadan)

- preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan, kecantiakn atau cinta ideal yang tidak terbatas

- yakin bahwa ia adalah “khusus” dan unik dan dapat dimengerti hanya oleh atau harus berhubungan dengan orang lain (atau insitusi) yang khusus atau memiliki status tinggi

- membutuhkan kebanggaan yang berlebihan

- memiliki perasaan bernama besar yaitu harapan yang tidak beralasan akan perlakuan khusus atau kepatuhan otomatis sesuai harapannya

- eksploitatif secara interpersonal yaitu mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuannya sendiri

- tidak memiliki empati:tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain

- sering merasa iri dengan orang lain atau yakin bahwa orang lain iri kepada dirinya

- menunjukkan perilaku yang congkak atau sombong

2.2.7.3 Diagnosis banding Kepribadian Narcissistic

Gangg.Kepr.Borderline, Histrionic dan Anti Social seringkali ditemukan bersama-sama Narisisistik.

BPD → pasien memiliki kecemasan yang lebih tinggi dan kehidupannya lebih kacau disertai usaha bunuh diri, sedangkan Narcissistic cenderung lebih terarah pikiran dan perilakunya

(31)

Histrionic → menunjukkan ciri-ciri ekshibisionisme dan manipulatif yang mirip, namun Narcissistic cenderung lebih membanggakan diri mereka dan kurang mendramatisir keadaan

2.2.7.4 Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Narcissistic

David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model terbaru yang dikenakannya dan juga sepetu barunya.

David juga bertanya kepada terapis tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani oleh terapis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan dengan seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya hingga tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, David semakin sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya.

(32)

Dalam pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah.

http://nurawlia.wordpress.com/2009/11/21/gangguan-kepribadian-narsistik-2/ (sumber : Barlow & Durant, 1995).

2.2.7.5 Penanganan Gangguan Kepribadian Narcissistic

- Pendekatan yang dilakukan untuk klien yang mengalami gangguan narsistik ialah pendekatan sesuai fakta. Dalam melakukan terapi yang diperlukan ialah kerjasama dan ajarkan klien keterampilan perawatan diri sesuai kebutuhannya.

- Psikoterapi : dokter psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heinz Kohut menganjurkan pamakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan perubahan; tetapi banyak penelitian yang diperlukan untuk mengabsahkan diagnosis dan untuk menentukan terapi yang terbaik.

- Farmakoterapi : lithium telah digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Karena pasien gangguan kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara buruk dan adalah rentan terhadap depresi, suatu anti depresan mungkin juga digunakan.

2.2.8 Gangguan Kepribadian Avoidant

2.2.8.1 Pengertian Gangguan Kepribadian Avoidant

(33)

menghindari pekerjaan yang mengharuskan mereka melakukan banyak kontak interpersonal.

Dalam Wiramihardja (2007) menyatakan bahwa para ahli kognitif mengatakan bahwa penderita gangguan ini mengembangkan keyakinan disfungsi mengenai harga diri sebagai refleksi dari penolakan oleh orang lain yang signifikan pada masa kecil (Beck & Freeman, 1990). Mereka mengatakan bahwa orang tuanya pasti tidak menyukainya, pasti menganggap dirinya sebagai orang yang tidak baik.

2.2.8.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Avoidant

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Avoidant dalam DSM IV-TR ditandai dengan munculnya pola pervasif hambatan sosial, perasaan tidak cakap dan kepekaan berlebihan terhadap penilaian negatif dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut:

- menghindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal yang bermakna, karena takut akan kritik, celaan atau penolakan

- tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi

- menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut dipermalukan atau ditertawakan

- preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi social

- terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak adekuat

- memandang diri sendiri sebagai janggal secara sosial, tidak menarik secara pribadi atau lebih rendah dari orang lain

- tidak biasanya enggan untuk mengambil resiko pribadi atau melakukan aktivitas baru karena dapat membuktikan penghinaan

(34)

Schizoid → pasien gangg.kepr.Avoidant tetap memiliki minat sosial

Borderline & Histrionic → pasien Avoidant tidak menuntut, tidak mudah marah

Dependen → secara klinis dianggap serupa dengan Avoidant, cuma pasien gangg.kepr.dependen dianggap memiliki ketakutan yang lebih tinggi akan penelantaran atau tidak dicintai

2.2.8.4 Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Avoidant

Sally, seorang pustakawan 35 tahun, relatif hidup terisolasi dan tidak punya sahabat. Sejak kecil, ia sangat pemalu dan telah menarik diri dari hubungan dekat dengan orang lain untuk menjaga dari perasaan terluka atau dikritik. Dua tahun sebelum dia masuk terapi, ia punya waktu tertentu untuk pergi ke pesta dengan kenalan yang ia temui diperpustakaan. saatmereka tiba di pesta, Sally merasa sangat tidak nyaman karena dia tidak pernah memakai pakaian pesta. Dia terburu- buru pergi dan menolak untuk melihatnya kenalan lagi.

Pada sesi pengobatan awal, dia duduk diam cukup lama, ia terlalu sulit untuk berbicara tentang dirinya sendiri. Setelah beberapa sesi, dia tumbuh untuk mempercayai terapisnya. Dia terkait insiden ditahun awal dimana ia telah "hancur" oleh perilaku alkoholis ayahnya yang menjengkelkan di depan umum. Meskipun ia telah mencoba untuk menjaga tentang masalah keluarganya dari teman-teman sekolahnya, namun sudah tidak mungkin maka dia membatasi persahabatannya, untuk melindungi diri dari kemungkinan malu atau kritikan.

(35)

2.2.8.5 Penanganan Gangguan Kepribadian Avoidant

- Memberikan dukungan dan menenangkan mereka ketika mulai merasa cemas merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh terapi untuk klien-nya. Ketika mereka mulai tidak berani untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya atau mulai menutup dirinya bantulah klien untuk meningkatkan harga dirinya.

- Psikoterapi : latihan ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.

- Farmakoterapi : telah digunakan untuk menangani kecemasan dan depresi jika ditemukan sebagai gambaran beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindari, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan.

2.2.9 Gangguan Kepribadian Dependent

2.2.9.1 Pengertian Gangguan Kepribadian Dependent

Gangguan kepribadaian dependen adalah kurangnya kepercayaan diri dan kurangnya perasaan otonom. Mereka memandang dirinya sebagai orang yang lemah dan orang lain sebagai orang yang penuh kekuatan. Kriteria dalam DSM secara umum menggambarkan orang yang mengalami gangguan kepribadian dependen sebagai orang yang sangat pasif.

(36)

2.2.9.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Dependent

Kriteria gangguan kepribadian dependen pada DSM-IV-TR adalah ditandai dengan kebutuhan yang pervasif dan berlebihan untuk diasuh yang menyebabkan perilaku tunduk dan menggantung dan rasa takut akan perpisahan, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut:

- mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan setiap hari tanpa sejumlah besar nasehat dan penenteraman dari orang lain

- membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam sebagian besar bidang utama kehidupannya

- memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang lain. Catatan:tidak termasuk rasa takut yang realistik akan ganti rugi

- memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan diri sendiri (karena tidak memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau kemampuan ketimbang tidak memiliki motivasi atau energi)

- berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari orang lain, sampai pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak menyenangkan

- merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya rasa takut tidak mampu merawat diri sendiri

- segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber pengasuhan dan dukungan jika hubungan dekatnya berakhir.

- secara tidak realistik terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk merawat dirinya sendiri

2.2.9.3 Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Dependent

(37)

siapa mereka tergantung, bukannya pada sejumlah orang dan mereka tidak manipulatif

Agorafobia → juga tergantung, cuma agorafobia memiliki tingkat kecemasan yang jelas atau bahkan panik

2.2.9.4 Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Dependent

Mila, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa tingkat tiga di salah satu Universitas ternama di kota Makassar. Mila dalam keseharian dikenal sebagai seorang mahasiswa yang ramah oleh teman-temannya. Tidak ada yang salah dalam perilakunya, namun lain halnya bagi teman-teman dekat Mila. Mereka merasa bahwa Mila memiliki kecemasan yang berlebihan, sehingga setiap saat harus ditemani oleh temannya. Terutama dalam hal-hal yang membutuhkan pilihan. Bagi teman-temannya, perilaku Mila yang terlalu bergantung pada orang lain cukup mengganggu, mereka mengkhawatirkan apa yang akan terjadi jika tidak ada mereka disamping Mila.

Setelah melakukan wawancara langsung dengan Mila yang dibungkus dalam bentuk curhat-curhatan, Mila mengaku bahwa ia menjadi seperti itu karena Mila yang juga merupakan anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan di keluarganya sewaktu kecil segalanya diuruskan oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Mila mengatakan bahwa pernah sekali ia bermain dengan ayahnya, ketika sang ayah tidak melihat Mila yang tengah bersembunyi dibalik tembok dan tiba-tiba mengagetkan ayahnya. Namun, ternyata ayahnya langsung jatuh dan kejang-kejang sambil memegang dadanya, dan setelah dirujuk ke dokter diketahui bahwa ayahnya terkena penyakit jantung. Mila sangat sedih dan ketakutan dan mengaku bahwa saat itulah pertamakalinya ia dimarahi habis-habisan oleh kakak-kakaknya. (Sumber:

(38)

2.2.9.5 Penanganan Gangguan Kepribadian Dependent

- Klien penderita gangguan ini sebenarnya akan sering mengunjungi terapi untuk menangani segala masalahnya, tapi sebenarnya di situlah masalah terjadi. Klien jadi tidak ingin menyelesaikan masalah secara mandiri. Terapi yang cocok digunakan menurut Milon et.all, 2000 dalam Nolen, Susan;2006 adalah Nondirective dan Humanistik terapi. Hal ini dikarena dalam dua terapi tersebut terapis bukan menjadi pusat yang menentukan pembicaraan, namun klien lah yang berhak membawa ke arah mana terapi berlangsung dan juga dapat membangun otonomi dan keyakinan diri pada penderita.

-Terapi Kognitif-Behavioral juga cukup membantu klien meningkatkan perilaku asertif, menurunkan kecemasan, dan melawan keyakinan untuk tergantung pada orang lain.

- Psikoterapi : terapi perilaku, latihan ketegasan, terapi keluarga dan terapi kelompok, semuanya telah digunakan, dengan keberhasilan pada banyak kasus.

- Farmakoterapi : telah digunakan untuk mengatasi gejala spesifik seperti kecemasan dan depresi, yang sering merupakan gambaran penyerta gangguan kepribadian dependen. Pasien tersebut yang mengalami serangan panik atau yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang tinggi mungkin tertolong oleh imipramine (Tofranil). Benzodiazepine dan obat serotonergik juga telah berguna. Jika depresi atau gejala menarik diri pada pasien berespon terhadap psikostimulan, obat tersebut digunakan.

2.2.10 Gangguan Kepribadian Obsessive – Compulsive

2.2.10.1. Pengertian Gangguan Kepribadian Obsessive – Compulsive

(39)

sehingga tidak jarang mereka tidak pernah menyelesaikan proyek. Orientasi mereka pada pekerjaan dan bukan pada kesenangan. Maka dari itu mereka sering mengalokasikan waktu karena takut terfokus pada hal yang salah.

Dalam hal biologis, banyak korban trauma kepala atau infeksi yang mengenai sistem saraf pusat kemudian mengalami OCD. Pemindai tomografi emisi positron yang mengkaji metabolism glukosa pada nucleus kaudatus dan girus orbital pada ganglia basal otak memperlihatkan perbedaan pada individu yang mengalami OCD dan yang tidak. (keperawatan jiwa hal.330)

2.2.10.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Obsessive – Compulsive

Kriteria gangguan kepribadian Obsessive-Compulsive pada DSM-IV-TR adalah munculnya pola pervasif dengan urutan, perfeksionisme dan pengendalian mental dan interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut:

- terpreokupasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan atau jadwal sampai tingkat di mana aktivitas utama hilang

- menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas (misalnya tidak mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi standarnya sendiri yang terlalu ketat)

(40)

- terlalu berhati-hati, teliti dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika atau nilai-nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius)

- tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna walaupun tidak memiliki nilai sentimentil

- enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan hal itu.

- memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain;uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk bencana masa depan

- menunjukkan kekakuan dan keras kepala

2.2.10.3 Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Obsessive – Compulsive

- Jika ditemukan Obsessive atau Compulsive yang rekuren, gangguan Obsessive-Compulsive harus ditulis dalam Aksis I. Kemungkinan pembedaan yang paling sukar adalah antara pasien rawat jalan dengan sifat Obsessive-Compulsive dan pasien dengan gangguan kepribadian Obsessive-Compulsive.

- Diagnosis gangguan kepribadian bermakna dalam efektivitas pekerjaan atau sosialnya. Pada beberapa kasus, gangguan delusional terjadi bersama-sama dengan gangguan kepribadian dan harus dicatat.

2.2.10.4 Contoh Kasus Gangguan Kepribadian Obsessive – Compulsive

(41)

tidak jelas dikaitkan dengan kematian ayahnya karena pneumonia. Ia tidak nyaman bersentuhan dengan kayu, “objek yang bergores”, surat, benda yang dikemas kaleng, dan “noda perak” (peralatan yang berwarna perak). Ia tidak dapat menyatakan mengapa objek-objek tersebut merupakan sumber kemungkinan kontaminasi dengan kuman.

Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, Bernice melakukan berbagai ritual Compulsive yang menghabiskan hampir seluruh waktunya. Seperti mandi selama 3-4 jam, untuk berulang kali mandi dan diantara waktu mandi ia mengelupas lapisan luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari kuman. Waktu makan berlangsung berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu waktu, mengunyah setiap suapan 300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi pada makanannya. Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara makan tersebut, ia mengocok teko teh dan sayuran beku di atas kepala Bernice untuk menghilangkan kuman. Hal ini telah meremdahkan nilai kehidupannya hingga hampir tidak melakukan apapun selain itu. Ia tidak keluar rumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, atau bahkan berbicara melalui telepon. (Sumber: http://abnormalpsy.blogspot.com/2011/08/contoh-kasus.htm)

2.2.10.5 Penanganan Gangguan Kepribadian Obsessive – Compulsive

- Terapi behavioral dapat digunakan untuk menurunkan perilaku Obsessive Compulsive seseorang. Dalam proses terapi yang dilakukan, klien diminta untuk mengubah jadwal perilaku kebiasaannya. Ketika seseorang merasa cemas selama proses pengubahan jadwal kebiasaannya, maka pada pertemuan selanjutnya terapis harus membantu untuk mengurangi kecemasannya. Dorong untuk bernegosiasi dengan orang lain, bantu klien untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

(42)

lingkungan yang menderita karenanya, juga karena perilakunya sering berguna dalam masyarakat atau pekerjaan. Bila penderita mengalami gangguan badaniah atau ganguan psikiatrik yang lain sehingga ia mengunjungi seorang dokter, maka hubungan penderita-dokter ini dapat dijadikan hubungan yang dependen pada dokter dalam jangka panjang. Dan dengan nasehat serta efek obat apa saja maka paling sedikit keadaannya dan akibat pada lingkunganya dapat dicegah jangan sampai bertambah buruk..

- Farmakoterapi : Clonazepam (Klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan antikonvulsan; pemakaian obat ini telah menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan kepribadian Obsessive-Compulsive parah. Apakah obat ini digunakan pada gangguan kepribadian adalah tidak diketahui. Clomipramine (Anafranil) dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala Obsessive-Compulsive timbul.

2.3. Sudut Pandang Teoritis Gangguan Kepribadian

Berikut ini akan dijelaskan 5 buah sudut pandang teoritis untuk membahas penyebab gangguan kepribadian yang telah diuraikan diatas:

1. Sudut Pandang Psikodinamik

(43)

Pendekatan psikodinamika sering digunakan untuk menolong orang yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian agar menjadi lebih sadar akan akar dari pola perilaku self-defeating mereka dan belajar cara yang lebih adaptif dalam berhubungan dengan orang lain. Kemajuan dalam terapi dapat terhambat oleh kesulitan dalam bekerja secara terapeutik dengan orang yang menderita gangguan kepribadian.

Berdasarkan sudut pandang ini, penanganan bagi individu dengan gangguan kepribadian adalah dengan menemukan asal mula penyebab masalah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan individu untuk keluar dari masalahnya.

2. Sudut Pandang Biologis

Sudut pandang ini melihat bahwa terjadinya gangguan kepribadian lebih karena faktor genetik, diturunkan dari orang tuanya. Asumsi ini paling jelas ditunjukkan individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian Schizotypal. Selain itu ditemukan pula bahwa sistem saraf yang pada individu dengan gangguan kepribadian anti sosial berbeda dengan individu yang tidak memiliki gangguan tersebut.

(44)

3. Sudut Pandang Sistem Keluarga (Family System)

Sudut pandang sistem keluarga memfokuskan diri pada pola asuh orang tua yang tidak adekuat dan dapat menimbulkan stress pada anak-anak. Hal itu dapat membuat individu rentan terkena gangguan kepribadian. Sebagai contoh, orang tua yang menyiksa anaknya, menolak atau menelantarkan anak mereka, serta pola asuh yang inkonsisten dan tidak adekuat meningkatkan resiko terjadinya gangguan kepribadian Anti Social setelah anak tersebut dewasa.

Terapis perilaku ini memandang tugas mereka adalah untuk mengubah perilaku klien dan bukan struktur kepribadian mereka.banyak teoritikus behavioral yang sama sekali tidak berpikir kerangka “kepribadian” klien, namun dalam perilaku maladaptif yang dipertahankan oleh kemungkinan adanya reinforcement. Maka dari itu, terapis perilaku berfokus pada usaha untuk merubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif melalui penggunaan teknik pemusnaha, modeling, dan reinforcement. Jika klien diajarkan perilaku yang cenderung dikuatkan orang lain, maka perilaku baru tersebut akan dipertahankan.

Oleh karena itu, penangan yang disarankan dari sudut pandang ini adalah dengan melakukan terapi keluarga dan melakukan berbagai pendidikan dan dukungan orang tua, misalnya dalm hal mengasuh dan mendidik anak.

4. Sudut Pandang Behavioral

(45)

adalah dengan mengidentifikasi dan memperbaiki keterampilan ataupun kemampuan individu yang tidak memadai ataupun lemah.

5. Sudut Pandang Kognitif

Sudut pandang kognitif menuturkan bahwa terjadi gangguan kepribadian karena individu memiliki keyakinan (belief) yang maladaptif mengenai dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan disekitarnya. Misalnya keyakinan bahwa dirinya adalah seorang yang spesial dan orang lain tidak, apabila terus menerus ditekankan maka individu tersebut memiliki kecenderungan kearah gangguan kepribadian narsistik. Oleh karena itu , penanganan yang biasa dilakukan adalah dengan membina hubungan pasien terapis yang erat dan sehat sehingga terapis secara bertahap mampu merubah dan memperbaiki keyakinan yang salah pada klien.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan kepribadian merepresentasikan cara berpikir, perasaan, dan perilaku yang telah berlangsung lama dan mengurat – akar yang dapat mengakibatkan distress yang signifikan. Karena orang – orang dapat memperlihatkan dua (atau lebih) cara berinteraksi dengan dunia luar yang maladaptif, maka masih ada ketidaksepakatan tentang bagaimana gangguan – gangguan kepribadian harus dikategorisasikan.

(46)

Dalam DSM IV-TR, gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing kelompok terdapat beberapa gangguan kepribadian dengan karakteristik yang khas dan berbeda-beda satu sama lain. Hampir semua gangguan kepribadian dapat disembuhkan baik melalui psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi obat-obatan), dengan teknik penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing gangguan kepribadian

3.2. Saran

Adapun saran yang penulis makalah harapkan dari para pembaca agar memberikan saran atau masukan-masukan apabila ada kekurangan atau kurang terperincinya paparan pada bab pembahasan salah dan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association, Diagnostic Criteria from DSM-IV, American Psychiatric Association; Washington DC; 1994.

Barlow, David H. 2007. Psikologi Abnormal Edisi Keempat (Terjemahan). Jakarta : Pustaka Pelajar.

Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. 2010. Psikologi Abnormal, Edisi ke-9 (Terjemahan). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Edens, Jhon F., & Kelley, Shannon E., 2014. “DSM-5 Antisocial Personality Disorder: Predictive Validity In A Prison Sample”. Journal of Law and Human Behavior,Hlm. 1-7

Kaplan H.I, M.D and Sadock B.J, M.D; Theories of Personality and Psychopathology in Synopsis of Psychiatry, sixth edition; William and Wilkins; Baltimore USA ; 1991.

Maslim Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya

(47)

penerjemah, Tim Fakultas Psikologi UI-Ed.5, Jilid.1. Jakarta: Penerbit Erlangga

Prahara Sowanya. 2014. Peran Kecenderungan-Kecenderungan Kepribadian Narsistik terhadap Kecenderungan Anorexia Nervosa pada Model Perempuan. Jurnal Sosio-Humaniora Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Vo.5 No.1

Sadock B.J, Md and Sadock V. A, M.D; Personality Disorders in Comprehensive Text Book of Psychiatry; seventh edition; Volume I A : Lippincot Williams and Wilkins; Philadelphia USA; 2000.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wiramihardja, Prof. Dr. Sutardjo A., psi. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama

LAMPIRAN

REVIEW JURNAL 1

Judul: DSM-5 ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER: PREDICTIVE VALIDITY in a PRISON SAMPLE

Halaman: Law and Human Behavior, Hlm. 1-7

Tahun: Juli 2014

Penulis:

Jhon F. Edens and Shannon E. Kelley ( Texax A&M University), Jennifer L. Skeem ( University of California-Berkeley ),

Scoot O. Lilienfeld ( Emory University ),

Kevin S. Douglas (Simon Fraser University and Mid-Sweden University).

Tujuan Penelitian:

Untuk mengetahui apakah narapidana yang melakukan tindakan kekerasan dalam narapidana teridentifikasi memiliki gejala gangguan kepribadian antisosial (ASPD).

Referensi

Dokumen terkait

yaitu: kesatu, adanya penyelenggara dan penyelenggaraan pemilihan yang didasarkan atas, dan dengan menerapkan prisnsip atau menggunakan asas pemilu: langsung, umum,

Pembuatan amonium nitrat merupakan proses netralisasi yang merupakan reaksi antara asam nitrat dan amonia, membentuk amonium nitrat dengan Proses Uhde.. Reaksi netralisasi

Sekolah yang memiliki program Boarding School yang akan ditingkatkan metode pembelajaran dan pengelolaan kelembagaan dengan menitikberatkan pada pembinaan dan pengembangan

I have been teaching in higher education for about twenty- fi ve years now, over which time the eco- nomics of the university has changed dramatically in ways that will be familiar

Foto Bibit Aren pada Setiap Perlakuan Pemberian

Dalam komunikasi ini, pemuka pendapat tidak dapat dikesampingkan, karena ia merupakan saluran yang menghubungkan jaringan massa dengan komunikasi interpersonal, bahkan boleh

Paket pembelajaran ini adalah untuk mengenalkan kepada anda tentang keterampilan dasar teknik dengan penekanan pada pengetahuan perkembangan teknologi dalam alat

Pengamatan terhadap jumlah polong dan hasil tanaman kacang tanah varietas Bison dan Tuban pada musim tanam pertama (MT I) yang ditanam pada periode bulan