• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP MANUSIA MENURUT agama ISLAMm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP MANUSIA MENURUT agama ISLAMm"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Kajian tentang manusia merupakan kajian yang sangat menarik, karena di samping dapat didekati dari berbagai aspek, hal ini juga menyangkut kita sendiri sebagai manusia. Kajian tentang manusia ini sudah cukup lama dilakukan sejak zaman para filosof kuno di Yunani. Mereka sudah mulai berbicara tentang manusia, di samping juga berbicara tentang Tuhan dan alam semesta. Pengkajian tentang manusia ini juga pada akhirnya melahirkan berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi, antropologi, biologi, psikologi, dan ilmu-ilmu yang lain.

Bersamaan dengan banyaknya kajian tentang manusia, pada bagian ini akan dipaparkan suatu kajian tentang manusia berdasarkan ketentuan-ketentuan Allah Swt. dalam al-Quran. Mengkaji manusia berdasarkan ayat-ayat al-Quran menjadi sangat penting, terutama bagi umat Islam, mengingat begitu banyaknya kajian tentang manusia dengan pendekatan lain. Kajian ini untuk memberikan informasi yang jelas dan benar dan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan oleh al-Quran yang diakui sebagai sumber kebenaran yang hakiki.

Pada bagian ini juga akan dikaji permasalah lain yang sangat terkait dengan permasalahan manusia, yakni permasalahan agama. Agama merupakan suatu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari manusia, mengingat sejak manusia lahir ke dunia sebenarnya sudah dibekali oleh Allah dengan agama (QS. al-A’raf [7]: 172). Karena itulah, keterkaitan antara manusia dan agama akan dijelaskan pada bagian ini sehingga menjadi jelas bahwa agama merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia dan manusia tidak dapat hidup dengan teratur dan sejahtera di dunia ini tanpa agama. Dengan kata lain, fitrah manusia adalah beragama, sehingga ketika manusia mengaku tidak beragama berarti ia telah membohongi dirinya dan sekaligus telah berbuat zhalim terhadap dirinya.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Manusia Dalam Agama Islam

Dalam al-Qur’an, kitab suci umat islam, ada empat kata yang digunakan untuk menunjukkan arti manusia dengan berbagai implikasinya, yaitu kata al-insân atau an-nâs, jamaknya unâs, al-basyar dan bani âdam.

1. al-insân

kata al-insân dalam al-Qur’an dipakai untuk manusia tunggal. Sedangkan untuk jamaknya dipakai kata an-nâs, unâsi, insiya, anasi. Kata al-insân sebagaimana disepakati jumhur ulama adalah makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah SWT dengan merujuk pada surat al-Ahzab [33]:72.

Artinya : “ sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan

gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab[33]: 72)

kata al-insân ini terulang dalam al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai konteksnya, yaitu :

a. Menjelaskan tentang Manusia, sebagai berikut :

(3)

Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS.Al-Hijr[15]:26)

2) Kejadian Manusia dari setetes air mani (nutfah), terdapat dalam surat an-Nahl[16]:4, Yain[36]:77, al-Qiyamah[75]:36, al-insan[76]:1-2 abasa [80]:17 dan at-tariq[86]:5. Sebagai contoh dalam surat an-Nahl[16]:4 :

Artinya : “dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (QS.al- Nahl[16]:4)

3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam surat al-Alaq[96]:2

Artinya : “dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS.al-Alaq[96]:2)

4) Kejadian manusia dalam susah payah, terdapat dalam surat al-Balad[90]:4 dan at-Tin/95:4

Artinya : “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah (QS. al-Balad[90]:4 dan at-Tin/95:4) B. Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia

(4)

Artinya : “Dan jika kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari kami, kemudian rahmat itu kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. hud [11]:9)

1) Pragmatis terhadap Allah (ingat ketika kesulitan dan lupa ketika kelapangan), seperti dalam surat yunus [10]:12, az-zumar [39]:8, 49 dan fushshilat [41]:51. Sebagai contoh dalam surat yunus [10]:12 :

Artinya : “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dari dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. yunus [10]:12)

2) Kikir dan suka keluh kesah dan tergesa-gesa, seperti terdapat dalam surat: al-Isra [17]:11,100 dan Ma-arij [70]:19, Anbiya [21]:37 . Sebagai contoh surat al-Ma-arij [70]:19 :

Artinya : “sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. al- Ma-arij [70]:19)

(5)

Artinya “sesumgguhmya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikulah amanta itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh QS al-ahzab [33]: 72.

Kata insan digunakan al-quran untuk menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda natara seseorang dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan.1 Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkan adanya kiatan dengan kesadaran diri. Umtuk itu, apabila manusia terhadap sesuatu hal, disebabkan karena kehilangan kesadaaran terhadap hal tersebut. Maka dalam kehidupan agama, jika seseorang lupa sesuatu kewajiban yang seharusnya dilakukannya, maka ia tidak berdosa, karena ia kehilangan kesadaran terhadap kewajiban itu.

Tetapi hal ini berbeda dengan seseorang yang sengaja lupa terhadap sesuatu kewajiban. Sedangkan kata insan untuk penyebutan manusia yang terambil dari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis, karena manusia pada dasarnya dapat menyeseuaikan dengan realitas hidup dan lingkungannya. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan social maupun alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun, dan sebagai makhluk yang berbudaya, ia tidak liar secara social ataupun alamiah.2

1. Al-basyar

Al-basyar ini mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit, tampak luar. Bentuk lain dari kata adalah mubasysyir atau basyir yang

1 M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung:Mizan,1996),h.280

(6)

berarti pembawa kabar gembira. Kata al-basyar disebut dalam al-quran sebanyak 26 kali dalam berbagai konteksnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

a. Sebagai manusia baiasa yang memerlukan makan, minum, pakaian, tempat dan diakhir dengan kematian, seperti terdapat dalam surah al-maidah [5]: 18, yusuf [12]: 31, al-anbiya [21]:34, ali-imran [3]: 47, hud [11]: 27, Ibrahim [14]: 10-11, an-nahl [16]: 103, al-isra [17]: 93, maryam [19]: 20, al-muminun [23]: 24, 33, 34,47. Sebagai contoh dalam surat hud [11]: 27 :

Artinya “maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:” kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)seperti kami, dan kami melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. hud [11]: 27 ).

(7)

Artinya : “katakanlah: sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:”bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. al-kahfi[18]:110)

c. Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air, seperti terdapat dalam surat shad[38]:71, ar-rum[30]:20 dan al-furqan[25]:54, sebagai contoh surat shad[38]:71 dan al-furqan[25]:54:

Artinya : “(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “sesungguhnya aku ciptakan manusia dari tanah.” (QS. shad[38]:71)

Artinya : “dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.” (QS. al-furqan[25]:54)

(8)

Ar-Rum[3]:20)”dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran”. Bertebaran disini bisa diartikan berkembang biak akibat hubungan seks atu bertebaran mencari rezeki.3

Penggunaan kata basyar disini “dikatikan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Dan Karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar, perhatikan (QS.al-Hijr[15]:28), yang menggunakan kata basyar, dan QS. Al-baqarah [2]:30 yang menggunakan kata khalifah,keduanya mengandung memberitahukan Allah kepada malaikat tentang manusia. Manusia dalam pengertian basyar tergantung sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan. Sedangkan manusia dialam pengertian insan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang sepenuhnya tergantung pada kebudayaan,pendidikan,penalaran,kesadaran,dan sikap hidupnya. Untuk itu, penggunaan kedua kata insan dan basyar untuk menyebut manusia4 mempunyai pengertian yang berbeda. Insan digunakan untuk menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran (aspek ruhaniah), sedangkan basyar dipakai untuk menunjukkan pada dimensi alamianya (jasmaniah), yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, makan,minum,berkembang biak,dan mati.

Dari pengertian insan dan basyar dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia merupakan makhluk yang dibekali oleh Allah dengan potensi fisik,maupun psikis untuk berkembang.

2. Bani Adam

(9)

proses evolusi dari kera seperti teori evolusi Darwin. Kata bani adam terulang sebanyak 8 kali dalam berbagai konteks:

a. Manusia memerlukan makan,minum,dan berpakaian. Seperti dalam surat : al-Araf[7]:26,27 dan 31. Sebagai contoh pada ayat 26 disebutkan :

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. al-Araf[7]:26)

b. Makhluk yang dimuliakan daripada ciptaan Allah yang lain sebagaimana terdapat dalam surat al-isra [17]:70:

Artinya : “ Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahkluk yang telah kami ciptakan.” (QS. al-isra [17]:70)

(10)

Artinya : “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan dan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “bukankah aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab :”Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.” (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan : “sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. al-A’raf [7]: 172)

Abdurrahman an-nahlawi (1995) mengatakan, manusia menurut pandangan islam meliputi: (1) manusia sebagai makhluk yang dimuliakan, artinya islam tidak memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan, atau tidak dihargai seperti binatang, benda mati atau makhluk lainnya (QS. Al-isra [17]:70 dan al-hajj [22]: 65 ). (2) manusia sebagai makhluk istimewa dan terpilih. Salah satu anugrah Allah yang diberikan kepada manusia adalah menjadikan manusia mampu membedakan kebaikan dan kejahatan atau kedurhakaan dan ketakwaan. Allah telah menanamkan kesiapan dan kehendak untuk melakukan kebaikan atau keburukan sehingga manusia mampu memilih antara jalan yang menjerumuskannya pada kebinasaan dan kebaikan takwa. Dengan jelas Allah menyebutkan bahwa dalam hidupnyya, manusia harus berupaya menyucikan, mengembangkan, dan meninggalkan diri agar manusia terangkat dalam keutamaan (QS. As-syams [91]: 7-10). (3) manusia sebagai makhluk yang dapat di didik Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan belajar, dalam surat al-alaq [96]: 3 dan 5, Allah telah menganugrahi manusia sarana untuk belajar, seperti penglihatan, pendengaran dan hati. Dengan kelengkapan saran tersebut, Allah selalu bertanya kepada manusia dalam firmannya: “afala ta’kilun” (apakah engkau tidak menggunakan akalmu?), “afala tatafakkarun” (apakah engkau tidak berpikir?), dan kalimat-kalimat yang lain-lain. Pertanyaan Allah kepada manusia tersebut menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi untuk belajar.

(11)

kearah kekuatan. Semua kondisi itu tak akan mengganggu ketenangan psiki/jiwa manusia jika mereka senantiasa dekat dengan tuhan dan selalu mengingat-Nya.4

Untuk itu, manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling baik, mampu mengembangkan dan menggunakan potensi yang dimilikinya, yaitu dengan mengaktualisasikan potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh. Dengan penggunaan potensi tesebut, manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan makhluk yang berkualitas dimuka bumi ini sesuai dengan fitrahnya.

C. Konsep Manusia dalam Agama Kristen (Katolik)

Agama katolik yang dimaksudkan adalah sebutan untuk agama Kristen yang berpusat di Vatikan, Roma. Disebut katolik (katholikos: Yunani) karena ajarannya tersebar ke seluruh dunia atau dapat diterima di seluruh dunia atau mengkaitkannya dengan perkembangan gereja pada zaman awal serta solidaritas sosial yang kuat di antara sesamanya. Pengertian lain dari “katolik” adalah nama bagi ajaran gereja yang dipandang “benar”, atau kepercayaan ortodoks sebagai lawan dari ajaran-ajaran bid’ah (menyimpang) yang muncul pada waktu itu. Doktrin kepercayaan “katolik” itu adalah sebagaimana tercantum dalam kredo Nicea hasil Konsili Nicea tahun 325 M dan konsili konstantinopel tahun 381 M. Namun sejak reformasi oleh Martin Luther dan John Calyin, pengertian katolik mencakup semua orang Kristen. Akhirnya, gereja protestan memakai kata Kristen.

Sejalan dengan pertumbuhan gerakan Oikumenis pada abad ke-20, para pemimpin Protestan dan Ortodoks Yunani menekankan arti gereja katolik pada hasil perbuatan gereja-gereja secara bersama-sama dalam mencapai kerajaan Allah yang hanya dapat diwujudkan melalui keutuhan gereja. Keutuhan gereja telah banyak dikaburkan oleh berbagai corak kekristenan. Pengertian katolik hanya dapat diwujudkan apabila keutuhan gereja dapat direalisasikan dalam praktik.

Menurut agama katolik, manusia adalah makhluk Tuhan yang pada mulanya diciptakan sesuai dengan gambar Allah. Makhluk pertama, Adam, ditempatkan dalam sebuah taman

4 Rif’at Syauqi Nawawi, konsep Manusia Menurut al-Qur’an, dalam Rendra k (penyunting), Metodologi Psikologi

(12)

yang subur dan indah dengan ketentuan agar memelihara dan mengelolanya, disertai peringatan : “Dari sekalian pohon di taman ini boleh kau makan, tapi dari pohon pengetahuan baik dan jahat ini tak boleh kau makan buahnya; apabila kau makan daripadanya kau mesti mati.” (Gen. I 26:2,15)

Tubuh dan jiwa manusia diciptakan pula oleh Tuhan. Dengan jiwa itu manusia memperoleh kehidupan. Jiwa manusia itu berakal, dapat mengetahui, berkehendak dan dapat memilih dengan bebas seperti malaikat. Karena jiwa itu berwujud ruh, maka tidak dapat mati. Ruh manusia sebagai ciptaan Tuhan lebih tinggi kedudukan daripada ciptaan-ciptaan lainnya. Ruh manusia menyerupai Tuhan. Itu berarti Tuhan mengasihi manusia agar ia kelak hidup kekal, dan Tuhan memberi kebahagiaan kehidupan Tuhan yang disebut kehidupan berahmat. Inilah yang disebut “anugerah”. Karena kehidupan berahmat itu pulalah maka manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa, menjadi anak Allah dan serupa dengan Allah.

Dikisahkan pada awalnya, Adam dan Hawa sebagai makhluk manusia pertama, hidup di taman firdaus dalam keadaan yang menyenangkan, namun dalam perkembangannya, karena tekena bujuk rayu syetan, manusia jatuh ke dalam dosa. Makna perbuatan Adam dan Hawa itu ialah bahwa manusia ingin menyamai Tuhan, bukan semata-mata dalam dalam arti mereka melanggar larangan Tuhan, tetapi manusia ingin membuktikan bahwa ia mempunyai kebebasan, kemampuan dan kekuasaan. Mereka telah berdosa besar karena melawan Tuhan. Akibatnya mereka bukan lagi menjadi anak Allah, dan kehidupan berahmat yang mereka miliki selama ini menjadi hilang.

(13)

Agama yahudi dianggap sebagai salah satu agama monoteis, yang menyatakan dirinya sebagai agama tertua di dunia ini dan berasal dari nabi Ibrahim AS. Pandangan lain mengartikan agama yahudi sebagai sistem keyakinan yang dihubungkan dengan ide ketuhanan serta perwujudan suatu bangsa tertentu sebagai pilihan tuhan. Orang islam cenderung mengartikan sebagai “agama yang diturunkan kepada nabi Musa AS sebagai nabi agama ini dan taurat sebagai kitab sucinya”. Akan tetapi selain dari Musa, bangsa yahudi, yang dikenal juga dengan Bani Israel, masih memiliki banyak nabi yang disebut nabi-nabi Israel dan memiliki sistem kependetaan (rabbi atau rahib). Dengan definisi yang paling tepat untuk agama yahudi adalah “agama yang dihasilkan oleh proses perkembangan sejarah bani Israel yang sudah melalui masa sekian lama, ditumbuhkan dari taurat, Talmud, dan watak pembawaan bangsa Israel itu sendiri.”5

Memang tidak mudah memberikan definisi yang tepat mengenai agam yahudi.walaupun demikian ada dua perinsip utama yang dapat dijadikan patokan; pertama, agama yahudi mempercayai keesaan tuhan. Kedua, yahudi meyaini bahwa Israel adalah bangsa pilihan tuhan. Selain itu agama yahdui juga memberikan pernghargaan yang tinggi pada hukum yang tertulis (taurah she-be khetabah) dan hukum yang tidak tertulis (taurah she-be khetabah). Maksud hukum tertulis adalah hukum yang diturunkan tuhan kepada musa di gunung Sinai yang berisi perintah dan larangan yang tidak terperinci. Orang yang menganut kepercayaan demikian dapat disebut sebagai bangsa yahudi atau biasa juga dikenal dengan sebutan lainnya sebagai bangsa ibrani dan Israel.

Agama yahudi mempunyai pemikiran penting mengenai manusia. Letak pentingnya manusia bukan hanya mengenai fakta keberadaannya, akan tetapi lebih jauh dari itu, yaitu memperoleh pengertian mengenai keadaan hidup manusia agar adapat mengarahkan kemampuan keratinya hingga memperoleh hasil optimal yang dapat dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu, pengungkapan mengenai manusia bukan hanya mengungkapkan sisi-sisi kelemahan manusia, akan tetapi juga mnegenai keunggulan yang dimiliki oleh manusia. Mengenai “keterbatasan” manusia, misalnya, dikemukakan bahwa dibandingkan dengan kemuliaan surgawi, manusia adalah “debu” ; dibandingkan dengan kekuatan-kekuatan alam

5 Burhanudin Daya, “Agama Yahudi” dalam Djam’annuri(ed), Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta:PT

(14)

yang mengelilinginya, ia amat lemah. Bahkan pada saat-saat manusia sangat bangga akan dirinya, ia dihantui kesaddaran akan kekurangannya.

Manusia hidup dimuka bumi sangat singkat. Ibarat rumput yang tumbuh dan berbunga diwaktu pagi, “diwaktu sore ia dibabat dan layu.” (maz. 90:7). Bahkan usia yang singkat ini saling berkatian dengan kesusahan yang menyebabkan kita “menjalani hidup kita ini ibarat keluhan panjang belaka” (maz. 90:9). Tidak hanya sekali, tetapi berulang-ulang. Orang yahudi terpaksa mengajukan pertanyaan yang bersifat teroris ini: “apakah manusia itu sehingga tuhan sendiri perlu mengingatnya?” (maz. 8:4). Namun demikian, manusia juga memiliki keunggulan yang merupakan unsure kebesaran manusia, sebagaimana disebutkan, “karena engkau telah menciptakannya sedikit lebih rendah derajatnya dibawah para malaikat” (maz. 8:6); “manusia adalah makhluk tuhan yang dimahkotai dengan keunggulan dan kegemilangan” (maz. 8:6).

Lebih jauh disebutkan, manusia bukan saja memiliki kelemahan akan tetapi juga penuh dengan dosa, “sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanak, dalam dosa aku di kandung ibuku” (maz. 51:7). Kata “dosa” disini berarti “menyimpang dari tujuan”. Maksudnya, walaupun dari segi asal usul manusia itu luhur, bersifat mulia, lebih tinggi dari hewan, namun dalam kehidupan sehari-hari sering kali manusia jauh dari sifat seperti itu, manusia merosot, sehingga tidak lebih dari hewan.

(15)

nasibnya sendiri melalui kemampuannya untuk melakukan pilihan. “berhentilah berbuat jahat belajarlah berbuat baik”. Demikianlah bunyi ayat yang hanya berlaku untuk manusia.6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dansebagainya.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)

Manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak

(16)

memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) seharusnyalah kita senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya, Karen asalah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka di darat dan dilaut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebgai khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah yang berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di mukabumi, mengelola dan memeliharabumi.

(17)

Daftar Pustaka

Burhanudin Daya, “Agama Yahudi” dalam Djam’annuri(ed), Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta:PT Hanindita,1998),h,296.

Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indnesia,1985),h.311.

M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung:Mizan,1996),h.280

Musya Asy’arie,Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Qur’an, (Lembaga Studi Filsafat Islam,1992),h.20

M.Quraisyh Shihab, Wawasan al-Qur’an, h.279.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konstruksi karakter nasionalisme pada film Soegija, Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa metode fuzzy merupakan salah satu metode yang telah banyak digunakan dalam pembangunan perangkat lunak untuk diagnosis suatu

Menurut Suryana (2003), inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk memperkaya dan meningkatkan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Rawat Jalan Pusat

Keragaman genetik plasma nutfah kopi diperlukan sebagai bahan dasar dalam program pemuliaan untuk menghasilkan varietas unggul dengan sifat-sifat yang diinginkan di antaranya

Keuntungan utama dari penerapan pelat sandwich dibandingkan dengan menggunakan pelat baja konvensional adalah sebagai berikut: (1) mengurangi kebutuhan penegar,

Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2015 juta rupiah Gross Regional Domestic Product

Dalam program ini, pemain tidak gambreng secara bersamaan seperti gambreng pada umumnya, melainkan satu per satu dengan pengaturan dari Semafor.Kemudian bandar akan menyerukan