• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeliharaan Hafalan dalam Tahfidz al Qu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemeliharaan Hafalan dalam Tahfidz al Qu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pemeliharaan Hafalan dalam Tahfidz al-Qur’an

(Belajar dari Pesantren Untuk Efektifitas Mata Kuliah Tahfidz) Nur Mahmudah

Pemeliharaan Hafalan menjadi hal yang penting dalam aktivitas menghafal al-Qur’an (tahfidz). Memelihara hafalan menurut Nabi adalah sesuatu yang penting dan berat. Nabi Muhammad saw mengingatkan dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Musa al-Asy’ari berikut :

ةةدةررببب ِيبببأة ن

ر بع

ة ددببيررةبب ن

ر ع

ة ةةمةَاس

ة أ

ب ُوببأة َانةثةددحة ءبلةعةلرا نببر دبمدحةمب َانةثةددحة

-َىس

ة ُومب ِيببأ

ة نرعة

ِيذبببلداُوةفة نةْآررببقبلرا اُودبببهةَاعةتة لةَاببقة مةلدببس

ة ُوة هبببيرلةع

ة هبببلدلا َىلدص

ة ِي

ي ببندلا ن

ر ع

ة

)ِيرَاخبلا ( َاهةلبقبعب ِيفب لبببلر

ب ا ن

ر مب َاييص

ي فةتة ددش

ة أة ُوةهبلة هبدبيةبب ِيس

ب فرنة

Al-Bukhari meriwayatkan dari Muhammad ibn al-‘Ala' dari Abu Usamah dari Buraid dari Abi Burdah dari Abu Musa al-Asy’ari dari Nabi Muhammad saw, Beliau bersabda: “Jagalah benar-benar al-Qur’an, Demi Dzat yang diri Muhammad saw ada pada kekuasaan-Nya. Sesungguhnya al-Qur’an itu lebih liar daripada unta yang terikat.

Nabi mengingatkan agar seorang penghafal al-Qur’an memberikan perhatian yang besar atas pemeliharaan hafalannya karena hafalan yang telah dikuasai dapat terlupakan. Hafalan yang telah ada dalam memori tidak terjamin akan hafal selama-lamanya karena hafalan dapat bertahan paling lama 12 jam.

Psikologi pendidikan mengungkapkan ada tiga tahapan dalam proses penyimpanan sebuah informasi dalam memori dan pengungkapannya yaitu encoding (memasukkan informasi),

(2)

mengingat materi hafalan yang telah lama. Kegagalan dalam penyimpanan di mana hafalan tetap ada tetapi mengalami kekaburan. Kekaburan ini dapat disebabkan oleh membiarkan hafalan tidak terpakai kembali. Pandangan Davidoff ini sejalan dengan pendapat Ebbinghaus (Muhaimin, 1986: 45) yang menyatakan sesudah satu jam 50% dari bahan yang telah dipelajari akan dilupakan, sesudah sembilan jam ada lagi 8% yang dilupakan, setelah dua hari bertambah 6% dan setelah satu bulan bertambah 7%. Penyegaran ingatan diperlukan bagi penghafal al-Qur’an sehingga hafalan dalam memori yang lama dapat bertahan. Ketiga, kegagalan dalam menemukan kembali hafalan dalam penyimpanannya di memori jangka panjang. Kegagalan ini dapat terjadi karena adanya hambatan terhadap ingatan terdahulu. Pada saat sebuah bahan yang baru membentuk berkas ingatan di suatu tempat di otak, dalam proses pengerasan atau konsolidasi berkas ingatan bercampur karena adanya kegiatan lain yang dilakukan setelahnya.

Pemeliharaan hafalan al-Qur’an terbagi menjadi dua macam, yang pertama bagi yang belum selesai 30 juz dan bagi yang telah selesai 30 juz. Bagi yang belum selesai (belum khatam), terdapat beberapa cara dalam merawat hafalan.

1. Takrir sendiri dalam arti seorang penghafal al-Qur’an harus mampu memanfaatkan waktuya utuk menambah hafalan (setoran) dan mengulang hafalan (takrir). Hafalan yang baru harus diulang minimal dua kali sehari dalam waktu satu minggu. Antara hafalan dan setoran perbandingan yang ideal adalah 1: 10, dimana seorang penghafal al-Qur’an harus mengulang hafalan sebanyak 10 halaman jika ia menambah hafalan baru sebanyak satu halaman. Takrir sendiri bersifat fleksibel, sehingga seorang penghafal dapat memilih waktu mana saja yang dia anggap nyaman untuk mengulang hafalan yang lama. Ada yang merasa lebih “sreg” mengulang ba’da ashar, sementara yang lain lebih nyaman untuk mengulang hafalan lama setelah dzuhur. Takrir sendiri biasanya juga menyesuaikan dengan jadwal takrir di hadapan instruktur yang telah ditentukan oleh pesantren. Jika jadwal takrir di hadapan instruktur misalnya dilakukan setelah maghrib setiap harinya, maka seorang penghafal akan melakukan persiapan mulai setelah dzuhur hingga waktu takrir yang telah ditentukan.

2. Takrir Bersama

(3)

bergantian, dua halaman bergantian atau ayat per ayat. Ketika seseorang membaca, maka yang lain menyimak dan mengoreksi jika ada yang salah. Dalam praktek di beberapa pesantren tahfidz, metode ini sangat lazim digunakan dan dialokasikan waktu tersendiri. Beberapa pesantren mengkhususkan hari jum’at untuk melakukan kegiatan takrir bersama yang kadang disebut juga sebagai majlis mudarasah.

3. Takrir di depan instruktur

Kegiatan tahfidz al-Qur’an yang terdiri dari menambah hafalan dan mengulang hafalan dilakukan di hadapan seorang guru/instruktur secara langsung (talaqqi wa al-musyafahah). Sama dengan kegiatan menghafal, mengulang hafalan juga perlu dilakukan di depan instruktur agar hafalan yang lama dapat dikoreksi jika terdapat kekeliruan. Dalam prakteknya di beberapa pesantren tahfidz, waktu untuk mengulang di hadapan instruktur diberikan minimal sekali dalam sehari. Ada beberapa pesantren yang mengkhususkan waktu ‘ashar, ada yang menggunakan waktu ba’da maghrib, dan atau waktu lainnya.

4. Takrir dalam shalat

Mengulang hafalan dapat dilakukan dalam shalat baik secara berjama’ah maupun sendirian. Seorang penghafal dapat memilih ayat, surah maupun juz tertentu untuk dibaca. Dari tingkat kesulitan, takrir dalam shalat berada setingkat lebih tinggi dari jenis takrir yang lain karena pembaca harus berkonsentrasi pada hafalan juga pada gerakan shalat. Pengalaman penulis, takrir dalam shalat seringkali dapat menjadi indikator kemantapan hafalan. Hafalan yang telah mantap dapat dibaca secara lancar baik dalam maupun di luar shalat. Sementara seseorang akan mengalami kesulitan jika hafalannya belum mantap. Dalam bahasa psikologi, percampuran antara menghafal dengan gerakan shalat tidak mengakibatkan kesulitan mengingat kembali hafalan yang lama dengan catatan jika hafalannya telah mantap.

(4)

lisanku selalu dalam kerinduan. Huruf-huruf dari kata tersebut merupakan batas untuk tikrar setiap harinya, yaitu :

1. Huruf Fa’ (huruf pertama) berarti surah al-Fatihah sampai akhir surah al-Nisa’ 2. Huruf mim (huruf kedua) menunjuk surah al-Maidah sampai surah al-Taubah 3. Huruf ya’ (huruf ketiga) melambangkan surah Yunus sampai surah al-Nahl

4. Huruf ba’ (huruf keempat) menunjuk surah Bani Isra’il/Isra’ hingga akhir surah al-Furqan

5. Huruf Syin (huruf kelima) berarti Surah al-Syu’ara’ hingga akhir surah Yasin

6. Huruf wawu (huruf keenam) menunjuk Surah wa al-Shaffat hingga akhir surah al-Hujurat 7. Huruf Qaf (huruf ketujuh) melambangkan surah Qaf sampai surah al-Nas

Zen (2006: 99) menyebutkan cara ini biasanya diamalkan dengan cara memulai pada hari jum’at sehingga khatam sampai hari Kamis (malam jum’at).

Selain berkaitan dengan cara yang digunakan, bagi para penghafal al-Qur’an yang telah menyelesaikan 30 juz, selain melakukan takrir sendiri, mereka juga melakukan takrir bersama dan takrir dalam shalat. Beberapa organisasi para penghafal al-Qur’an melakukan takrir bersama-sama secara rutin dalam waktu tertentu, mulai yang melakukannya seminggu sekali, sebulan sekali atau 36 hari sekali (bahasa Jawa selapan). Cara melakukan takrirpun berbeda-beda ada yang membaca secara bergantian satu halaman (satu pojok mushaf al-Bahriyyah) atau yang melakukan per ayat. Sementara takrir dalam shalat selain dilakukan secara individual, secara umum akan bersifat sangat massif di bulan Ramadhan, di mana mereka mengkhatamkan al-Qur’an dalam sebulan pada shalat Tarawih.

(5)

kurang efektif karena belum mampu mengukur dan meningkatkan kemampuan masing-masing individu. Dalam 14-16 kali pertemuan, materi lama yang berhasil dilakukan takrir baru berkisar 40%. Untuk peningkatan kualitas hafalan mahasiswa, maka keseimbangan dalam menyetorkan hafalan baru dan mengulang hafalan lama perlu ditingkatkan.

Sesuai dengan ketersediaan waktu, pengulangan hafalan lama biasanya langsung dilakukan dalam rentang 30- 60 menit setelah hafalan tersebut dibacakan di hadapan dosen. Model pengulangan hafalan secara langsung ini memiliki plus minus. Penelitian Darwis (2007: 430) menegaskan takrir (pengulangan hafalan) secara teratur segera setelah materi yang dihafalkan dengan interval tertentu memiliki pengaruh bagi kelancaran hafalan. Semakin lama pengulangan dilakukan, maka semakin potensial hafalan dilupakan karena interfensi dengan materi lain. Darwis meneliti hafalan subyek dalam rentang waktu satu jam, dua jam dan tiga jam setelah materi yang dihafalkan lancer. Kesimpulan yang diperoleh Darwis pengaturan

takrir mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kelancaran hafalan untuk rentang waktu yang sangat singkat. Pengaturan frekuensi pengulangan hafalan teutama setelah pada saat awal-awal sebuah materi dihafalkan terbukti lebih baik. Temuan Darwis ini berbeda dengan kebiasaan mengulang hafalan di pesantren yang lazimnya baru dilakukan pada sore atau malam hari. Jeda waktu yang cukup lama untuk mengulang hafalan kembali menyebabkan banyak sekali materi yang terlupakan. Pengulangan hafalan yang dilakukan dalam interval yang tidak terlalu lama tentu memerlukan kelonggaran waktu karena semakin banyak materi hafalan lama yang harus diulang kembali. Pengulangan dengan interval tidak terlalu lama lebih sesuai untuk hafalan terbatas atau mengulang hafalan baru yang baru saja dibacakan di hadapan instruktur. Wa Allahu Yahdi ila Sawa’ al-Sabil.

DAFTAR PUSTAKA

A. Muhaimin Zen. Tata Cara/Problematika Menghafal al-Qur’an dan Petunjuk-Petunjuknya. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1985.

__________, “ Kunci Keberhasilan Menghafal al-Qur’an dan Pemeliharaannya” dalam

(6)

Referensi

Dokumen terkait

“Membangun Keunggulan Kompetitif Melalui Aliansi Stratejik Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan.” Program Pasca Sarjana.. Universitas

Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa Melalui Pembelajaran Tadabur Alam Pada Mata Pelajaran Aqidah

Pada gambar 5 merupakan hasil perbandingan dari pengujian yang menggunakan jarak yang sama yaitu 10 cm dapat di lihat hasil nilai citra yang terdeteksi yang terbesar

Sistem design merupakan proses pembuatan software yang dibuat berdasarkan kebutuhan, baik dari sistem hardware maupun software dengan membangun sistem arsitektur

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Klasifikasi Tekanan Darah, Jumlah Konsumsi dan Jenis Kopi

Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan prestasi belajar pada peserta didik kelas VIII SMPN

Terkait tentang suatu materi yang diberikan untuk para penghafal Al-Qur‟an atau para santri yang ikut pada program Tahfidz Al-Qur‟an Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah

Selain untuk mewadahi seluruh kegiatan, perancangan pusat tahfidz juga perlu dilakukan agar para penghafal Al-Qur’an maupun masyarakat umum yang baru menghafal Al-Qur’an