• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN P"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

IDENTIFIKASI KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI BANGLADESH

Dosen Pengampu:

Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D Ir. Ana Hardiana, MT

Anggota Kelompok:

1. Yohanita P.S (I0611026) 2. Anggit Pratama (I0612003) 3. Dina Arifia (I0612012) 4. Erlana Citra P. K. (I0612016) 5. Fachrul Fadilla (I0612017) 6. Isandi Nurul H. (I0612025) 7. Nur Laila Fitriana (I0612033)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

PENDAHULUAN 1. Pengantar

Republik Rakyat Bangladesh merupakan sebuah negara berkembang di Asia Selatan. Bangladesh dibagi menjadi tujuh wilayah administrasi yaitu, Barisal, Khulna, Chittagong, Rajshahi, Dhaka, Sylhet, dan Rangpur. Dhaka menjadi ibu kota sekaligus kota terbesar Bangladesh. Negara ini memiliki luas wilayah ± 147,570 km² dan menjadi salah satu negara dengan penduduk terpadat di dunia. Jumlah penduduk di negara ini sekitar 150.039.000 jiwa.

Gambar 1. Wilayah Administrasi Republik Rakyat Bangladesh

Kondisi perumahan permukiman di Bangladesh tidak berbeda jauh dengan negara berkembang lainnya. Masyarakat berpenghasilan rendah masih banyak yang mengalami kesulitan untuk memiliki rumah. Di kota Dhaka, hampir 70% dari populasinya adalah dari masyarakat berpenghasilan rendah. Dan hanya sekitar 20% dari populasi ini yang memiliki hak kepemilikan tanah di Dhaka.

(3)

dekade terakhir dipengaruhi oleh ketersediaan peluang ekonomi dan sosial di daerah perkotaan, perluasan wilayah pusat-pusat kota dan pertumbuhan alami dari populasi di perkotaan. Tingginya tingkat urbanisasi ini mengakibatkan timbulnya kemiskinan, kesenjangan sosial, pengangguran, permukiman kumuh dan liar, degradasi lingkungan, timbulnya penyakit, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana, dan kemacetan lalu lintas, kriminalitas, serta konflik sosial di perkotaan.

Mayoritas perkotaan yang ada di Bangladesh dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR. Sebagai contoh, hampir 70% dari populasi di Kota Dhaka adalah dari sektor 'berpenghasilan rendah'. Namun, hanya sekitar 20% dari populasi ini yang memiliki akses terhadap kepemilikan tanah di Dhaka. Selain itu, sebagian besar permukiman masyarakat berpenghasilan rendah tidak memiliki akses yang memadai terhadap air, listrik dan sanitasi. Hanya sekitar 50% masyarakat yang memiliki akses terhadap air dan 30% terhadap listrik. Sedangkan masyarakat yang sudah memiliki MCK hanya sekitar 20%. Hal ini menyebabkan banyaknya warga yang terserang penyakit.

Sementara itu, kelompok masyarakat ekonomi menengah-atas biasanya tinggal di rumah single-family dan di apartemen. Sedangkan masyarakat ekonomi rendah biasanya tinggal di berbagai jenis rumah seperti berikut:

a. Dibangun di atas tanah ilegal, (sekitar 50% dari masyarakat berpenghasilan rendah) di Bustees (daerah permukiman informal) dimana baik rumah sewa atau rumah pribadi dibangun di lahan milik orang lain maupun lahan publik.

b. Rumah kumuh petak, (sekitar 25% dari masyarakat berpenghasilan rendah) Dimana mereka merupakan migran dari pedesaan yang bekerja di industri garmen perkotaan.

(4)

Dalam menyediakan kebutuhan perumahan ini, terdapat tiga tingkatan pasar dari sektor perumahan perkotaan di Bangladesh yaitu:

a. Rumah tangga dengan pendapatan tinggi (kurang dari 3% dari pasar perumahan), yang mampu membeli rumah berkualitas tinggi dilengkapi dengan pelayanan sarpras permukiman, dan mayoritas merupakan pengguna jasa lembaga pembiayaan perumahan.

b. Rumah tangga berpendapatan menengah (12-15% dari pasar perumahan), merupakan pengguna utama perumahan khusus dari lembaga pembiayaan perumahan seperti Bangladesh House Building Finance Corporation (BHBFC).

c. Rumah tangga berpendapatan rendah (mayoritas masyarakat Bangladesh), perumahan yang dibangun secara swadaya, sering dalam status ilegal dan tidak mendapat layanan sarpras permukiman.

Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga publik hanya mampu memenuhi sekitar 1-2% dari total kebutuhan perumahan perkotaan (tidak lebih dari 6.000 unit/tahun). Untuk itu, perlu adanya pemahaman tentang kebijakan dan kelembagaan perumahan di Bangladesh untuk mengatasi masalah ini. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai kebijakan dan kelembagaan terkait perumahan di Bangladesh sehingga nantinya dapat ditarik kesimpulan.

2. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kebijakan dan kelembagaan perumahan di Bangladesh.

3. Sasaran

a. Mengidentifikasi institusi dan struktur organisasi lembaga leading sector dan kelembagaan terkait dengan perumahan dan permukiman di Bangladesh.

(5)
(6)

ISI DAN PEMBAHASAN 1. Pengertian Lembaga Leading Sector

Pengertian lembaga leading sector merupakan lembaga yang berwenang dalam urusan bidang tertentu. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Dalam hal pembangunan perumahan di Bangladesh terdapat beberapa sektor kelembagaan, yaitu:

a. Sektor Publik

Beberapa lembaga publik yang terlibat dalam pembiayaan dan pengembangan perumahan dan proyek-proyek infrastruktur perumahan: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (MOHPW), Departemen Pemerintah Daerah, Pembangunan Pedesaan dan Koperasi (MLGRDC), dan BUMN dari empat kota besar. Dananya sebagian besar berasal dari bantuan luar negeri dan pada tingkat lebih rendah dari pendapatan nasional. Kedua BUMN dan Pemerintah pusat sedang mengembangkan subdivisi perumahan yang disewakan kepada rumah tangga berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas serta program transmigarsi dan skema lokasi dan layanan untuk kelompok berpenghasilan rendah dan menengah.

b. Sektor Non-pemerintah

Sektor LSM hanya sedikit terlibat dalam perumahan perkotaan. Kesenjangan antara harga lahan kota dan harga rumah dengan pendapatan dari kelompok berpenghasilan rendah telah membuat solusi masalah perumahan berkelanjutan sulit untuk diselesaikan oleh kelompok tersebut. Saat ini, lembaga-lembaga keuangan mikro yang lebih besar telah menunjukkan minat dalam memasuki pasar perumahan multi-keluarga untuk rumah tangga berpenghasilan sedang dan rendah.

c. Sektor Swasta Formal dan Koperasi Pembangunan

(7)

telah menghasilkan hampir 3 persen dari rumah selama beberapa tahun terakhir, hampir semua untuk segmen pendapatan yang lebih tinggi dari pasar, dan berkembang pesat. Pemilik tanah swasta, menggunakan lahan untuk membiayai pembangunan baru, juga mengembangkan unit rumah multi-keluarga.

d. Sektor Konstruksi Pemilik Rumah Pribadi Formal dan Semi Formal

Sejauh ini merupakan sistem penyedia perumahan terbesar kecuali daerah metropolitan utama. Rumah tangga memperoleh tanah, sebagian besar memiliki hak milik, dan secara bertahap membangun rumah mereka dengan atau tanpa persetujuan resmi dari perencanaan. Hanya sebagian kecil rumah tangga mengakses pembiayaan perumahan.

e. Sektor Perumahan Sewa Swasta Informal

Pemilik lahan di daerah perkotaan membangun kepadatan tinggi, unit perumahan bertingkat rendah untuk sewa, tanpa pelayanan yang memadai, baik untuk rumah tangga individu atau kelompok yang tinggal (mess housing).

f. Squatting

Orang membangun rumah darurat di lahan publik atau swasta atau menempati bangunan-bangunan.

Dari beberapa sektor di atas, dapat diketahui bahwa lembaga leading sector perumahan di Bangladesh berada di tangan sektor publik. Sektor publik tersebut adalah MOHPW yang memiliki peran strategis dalam pembangunan perumahan permukiman.

2. Ministry of Housing and Public Works (MOHPW)

Kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum (MoHPW) bertanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan sektor publik dan mengawasi pembangunan perumahan permukiman perkotaan dan kota di seluruh negeri. Lembaga Pembiayaan Perumahan Bangladesh (BHBFC) dirancang untuk memastikan aliran kredit yang memadai dan dapat diakses oleh sektor ini.

(8)

membutuhkan. Kebijakan ini menetapkan pembentukan Otoritas Perumahan Nasional dan Bank Perumahan khusus. Kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum telah mengembangkan sejumlah kebijakan yang berbeda, termasuk Bangladesh Housing Policy (BHP) dan Land Acquisition Policy (LAP) yang dirancang untuk memastikan perumahan yang lebih baik kepada orang-orang tidak memiliki tanah dan tidak mampu di seluruh Bangladesh.

MoHPW dibagi dalam sebelas instansi, yaitu Public Works Department (PWD), Department of Architecture (DOA), Urban Development Directorate (UDD), Chittagong Development Authority (CDA), Radjhani Unnayan Kartripakkha (RAJUK), Rajshahi Development Authority (RDA), Khulna Development Authority (KDA), Housing & Building Research Institute (HBRI), Department of Government Accomodation (DGA), Internal Audit (IA), dan National Housing Authority (NHA). MoHPW memiliki struktur kelembagaan sebagai berikut.

Gambar 2. Skema Struktur Kelembagaan MoHPW

Dari sebelas instansi di atas, National Housing Authority (NHA) yang digagas oleh Pemerintah Bangladesh di bawah Undang-Undang Otoritas Perumahan Nasional, 2000 dan telah menjadi lembaga sektor publik utama di bawah Departemen Perumahan dan Pekerjaan Umum terlibat dalam memecahkan masalah besar perumahan di Bangladesh, terutama untuk orang miskin serta masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.

MINISTRY OF HOUSING AND PEOPLE WORKS

Joint Secretary of

Development Joint Secretary of Monitoring Joint Secretary ofAdministration

DOA CDA UDD RAJUK NHA RDA KDA HBRI DGA IA

(9)

3. National Housing Authority (NHA)

Tujuan utama dari NHA adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan perumahan di daerah perkotaan & pedesaan di negara Bangladesh. Sejak awal, NHA telah berhasil menyelesaikan sejumlah proyek yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan perumahan. NHA telah mengembangkan pengalaman dan keahlian dalam menangani masalah perumahan rakyat miskin Bangladesh, khususnya pembangunan unit rumah murah.

Tugas piagam utama NHA adalah sebagai berikut:

a. Melakukan proyek perumahan biaya rendah secara swadaya di daerah perkotaan dan pedesaan, tunduk pada persetujuan dari Pemerintah;

b. Merumuskan program-program perumahan untuk bencana alam dan situasi darurat lainnya;

c. Melakukan program perumahan bagi perempuan miskin dan tak berdaya miskin;

d. Konstruksi bangunan, rumah, apartemen, dan rumah susun di NHA tanah dan lahan diserahkan kepada NHA oleh Pemerintah; dan

e. Menarik investasi asing dan lokal untuk melaksanakan proyek-proyek perumahan

NHA memiliki empat sub bidang dalam melaksanakan tugasnya, yaitu: Bidang Desain dan Perencanaan, Bidang Administrasi dan Keuangan, Bidang Manajemen Lahan dan Aset, serta Bidang Rekayasa dan Koordinasi. Berikut merupakan susunan organisasinya.

Gambar 3. Skema Susunan Organisasi NHA

Adapun tugas dari masing-masing bidang di NHA adalah sebagai berikut: a. Divisi Desain dan Perencanaan, bertugas untuk merencanakan

pembangunan perumahan serta desain yang akan digunakan. Planning & Design

Division

NHA

Administration &

(10)

b. Divisi Administrasi dan Keuangan, bertugas untuk mengatur administrasi seperti sertifikat kepemilikan tanah dsb.

c. Divisi Manajemen Lahan dan Aset, bertugas untuk mengelola ketersediaan lahan dan aset (sumberdaya) supaya dapat dimanfaatkan secara maksimal. d. Divisi Rekayasa dan Koordinasi, bertugas untuk merealisasikan

pembangunan perumahan dengan kualitas yang baik dalam konstruksinya.

4. Kebijakan Perumahan dan Permukiman Bangladesh

Sebuah Kebijakan Perumahan Nasional dirumuskan pada tahun 1993, dan agenda pro-miskin termasuk di dalamnya pada tahun 1999. Kebijakan tersebut selanjutnya direvisi pada tahun 2004, namun sampai tahun 2007 masih harus disetujui karena berbagai kebuntuan yang timbul dari situasi politik stabil di Bangladesh (Islam, wawancara pribadi, 2007). Hal ini belum terlihat berapa banyak kebijakan yang diterjemahkan ke dalam hal pokok dan apakah dapat membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat miskin perkotaan.

Visi misi perumahan permukiman secara nasional adalah sebagai berikut. Visi: “Menjamin kebutuhan rumah masyarakat kelas menengah ke bawah di Bangladesh dengan melibatkan peran serta berbagai lembaga terkait, dalam mencanangkan program perumahan murah.”

Misi:

a. Memberikan tanggungjawab kepada pihak swasta dalam pengembangan perumahan.

b. Meningkatkan hak kepemilikan tanah secara legal dan memberikan perhatian lebih kepada perempuan, anak-anak, masyarakat miskin dan tunawisma.

c. Menyediakan lahan di tempat yang tepat dan memberikan subsidi bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

(11)

e. Mengurangi permintaan perumahan di perkotaan dengan meningkatkan lapangan pekerjaan, ketersediaan kebutuhan pokok, mengembangkan perumahan beserta sarana prasarananya di daerah pedesaan.

f. Peningkatan koordinasi antar lembaga yang terkait dengan perumahan, sarana prasarana komunikasi dalam perencanaan dan manajemen lingkungan sosial di perkotaan dan pedesaan.

g. Mendorong Asosiasi Koperasi, LSM, dan pihak swasta dalam pengembangan perumahan.

h. Memberikan berbagai fasilitas untuk pengembangan lahan, pembangunan infrastruktur dan pembangunan rumah bagi MBR.

i. Menjamin hak asasi manusia atas perumahan untuk hidup di tempat tinggal yang memadai dalam keadaan aman, damai, dan bermartabat.

j. Menyediakan KPR jangka panjang bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui Lembaga Pembiayaan Perumahan Bangladesh (BHBFC).

Sedangkan strategi pembangunan perumahan di Bangladesh yaitu:

a. Perumahan menjadi prioritas utama karena tercantum dalam rencana pembangunan nasional.

b. Peran pemerintah kaitannya dengan perumahan akan menyediakan lahan dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Selain itu pemerintah juga membantu mempromosikan lembaga pembiayaan perumahan.

c. Meningkatkan keterjangkauan bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah melalui penyediaan kredit perumahan.

d. Peningkatan dan rehabilitasi persediaan perumahan yang ada akan diberikan prioritas oleh pemerintah berdampingan dengan perumahan baru.

e. Pelanggaran batas di lahan publik dan konstruksi yang tidak sah akan ditindak.

f. Penambahan fasilitas bangunan rumah dan menjamin penggunaan sumber daya yang lebih luas.

(12)

Arah kebijakan di Bangladesh berpijak pada kondisi perekonomian masyarakat yang didominasi oleh para MBR yang membuat munculnya masalah permukiman seperti slum dan squatter area terutama di kawasan perkotaan Bangladesh. Kondisi permukiman ini memunculkan berbagai jenis gangguan kesehatan/penyakit.

Untuk itu, pemerintah Bangladesh membentuk lembaga pemerintahan yang menangani masalah perumahan dan permukiman seperti NHA, RAJUK, CDA, dll untuk menyediakan rumah sewa, lahan dan prasarana dasar permukiman bagi kelompok masyarakat berpenghasilan menengah-bawah.

Sejak tahun 2009 hingg saat ini, kebijakan yang dibuat pemerintah Bangladesh secara garis besar meliputi penyediaan perumahan rakyat bagi semua kalangan masyarakat di Bangladesh, penerapan urban land bank, mengembangkan lembaga pinjaman /kredit perumahan bagi kelompok masyarakat menengah-bawah, serta kebijakan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien dalam pengembangan perumahan melalui rencana pembangunan 5 tahun dan program pembangunan tahunan yang melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Sedangkan dokumen perencanaan perumahan permukiman yang disusun oleh pemerintah Bangladesh antara lain:

a. Penyusunan Rencana Detail Kawasan (Preparation of Detailed Area Plans/DAPs) oleh RAJUK, Kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum b. Penyusunan Rencana Struktur, Rencana Induk dan Rencana Detail di

Daerah Khulna oleh Khulna Development Authority (KDA), Kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum

c. Penyusunan Rencana Struktur, Rencana Induk dan Rencana Detail di Daerah Barisal oleh Direktorat Pengembangan Perkotaan (UDD), Kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum

d. Penyusunan Rencana Pengembangan Cox Bazar, Moheskhali, Teknaf dan St Martin oleh Urban Direktorat Pengembangan (UDD), Kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum

(13)

KESIMPULAN

 Masalah perumahan dan permukiman di Bangladesh sama seperti negara berkembang lainnya yaitu belum bisa memenuhi kebutuhan rumah yang layak secara keseluruhan, khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah.

 Masyarakat menengah ke atas tinggal dalam rumah single family atau apartemen yang pembangunannya menjadi tanggung jawab REHAB.

 Kelembagaan dibentuk dalam rangka mengatasi masalah perumahan. Lembaga-lembaga tersebut terbagi menjadi lembaga pemerintahan (leading sector), lembaga keuangan (BHBFC), LSM dan developer.

 NHA merupakan bagian dari lembaga leading sector perumahan yang memiliki tujuan utama untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan perumahan di daerah perkotaan & pedesaan di negara Bangladesh. NHA memiliki empat sub bidang dalam melaksanakan tugasnya, yaitu: Bidang Desain dan Perencanaan, Bidang Administrasi dan Keuangan, Bidang Manajemen Lahan dan Aset, serta Bidang Rekayasa dan Koordinasi.

(14)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Committee on Urban Local Governments, Ministry of Local Government, Rural Development and Cooperatives, Local Government Division, Government of Bangladesh and Asian Development Bank (2005), Supporting Urban Governance Reform, Final Report.

Eyestone, R. (1963), The Threads of Public Policy: A Study in Policy Leadership (Indiananpolis: Bobbs-Merrill), in Friedrich, Carl J (Ed), Man and His Government, New York: McGraw-Hill.

Friedrich, C. J. (1963), Man and His Government, New York: McGraw-Hill. Howlett, M. and Ramesh, M. (1995), Studying Public Policy: Policy Cycles and

Policy Subsystem, Oxford University Press.

Jenkins, W. I. (1978) Policy Analysis: A Political and Organizational Perspective, London: Martin Robertson.

Murtaza, M. G. (2002), Urban Governance in Bangladesh, A.K.Sultana Murtaza, Khulna, Bangladesh.

Nazrul Islam and Nurul Islam Nazem, “Urbanization and Urban Growth Policy”, Nazrul Islam, ed. The Urban Poor in Bangladesh, Dhaka: Centre for Urban Studies.

Osborne, D. and Gaebler, T. (1993) Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector Plume, USA.

Website:

www.cs.jmu.edu/common/coursedocs/isat231.ivory02.poliproc.doc

www.wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2006/03/ 07/000090341_20060307104630/Rendered/PDF/34899.pdf

www.adb.org/governance/gov_elements.asp www.unhabitat.org/campaigns/governance www.mohpw.gov.bd/index.php

Gambar

Gambar 1. Wilayah Administrasi Republik Rakyat Bangladesh
Gambar 2. Skema Struktur Kelembagaan MoHPW
Gambar 3. Skema Susunan Organisasi NHA

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini dirancang bertujuan menganalisis hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang

bb.hwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ten tang Perubahan Atas

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka kemudian peneliti mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan masalah. Peneliti mengontrol kembali efektivitas

Dapat dilihat melalui contoh diatas, walaupun majalah local dan majalah franchise memiliki segmentasi pasar yang sama, namun dari segi penyampaian dan isi

Yunitasari, Dewi, “pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Property dan Real

Saya/Kami mengakui dan bersetuju bahawa data peribadi, termasuk apa-apa data peribadi yang sensitif, yang dikumpulkan di sini digunakan, diproses dan dizahirkan untuk tujuan

Apabila melihat potensi Kabupaten Malang dengan komoditas ternak sapi perah yang begitu besar, maka Kabupaten Malang sangat potensial dan memiliki prospek yang baik