• Tidak ada hasil yang ditemukan

48009624 BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "48009624 BAB II Model Sains Teknologi Masyarakat"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Model Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Fisika

a. Pengertian STM

Model sains teknologi masyarakat sebagai suatu program pendidikan untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahu 1985. pada tahun 1986, model STM mulai diperkenalkan di Program Pasca Sarjana IKIP Bandung, sebagai salah satu mata kuliah. Sedangkan penelitian di kelas baru dilaksanakan pada tahun 1994.1 Sains teknologi masyarakat sebagai suatu

perubahan yang utama di dalam pendidikan ilmu pengetahuan.2 Jadi, dalam

pendidikan ilmu pengetahuan sains teknologi masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat mengubah cara berpikir siswa.

Istilah Sains Teknologi Masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris “Science Techology Society (STS)”, yaitu pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Lerning about Science and Society. Pembelajaran Science Technology Society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.3 jadi, dalam pembelajaran

menggunakan sains teknologi masyarakat bahwa teknologi dapat digunakan sebagai penghubung/penerapan antara sains dan masyarakat sehingga siswa dapat memahami apa yang telah dipelajari.

Menurut James E. Hollenbeck, STS means teaching and learning in the context of human experience.4 STM dipandang sebagai proses

pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia.

1Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005). h. 111.

2 Elif Bakar, dkk, Preservice Science Teachers Belifes About Science-Technology And Their

Impilication In Society, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, Volume 2, Number 3, December 2006. h. 19.

(2)

Dalam model ini siswa diajak untuk meningkatkan kreatifitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep, dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.5 Definisi

lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE dalam Sabar Nurohman bahwa STM merupakan “an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that in order to meet the increasing demands of a technical society, education must integrate across disciplines”. 6 Dengan

demikian, pembelajaran dengan model STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. Menurut Robert E. Yeger ada 5 bidang dalam model pembelajaran, yaitu: 1) konsep, 2) proses, 3) aplikasi, 4) kreativitas, dan 5) sikap.7

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model STM adalah suatu pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui, dimana ilmu (sains) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan teknologi mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.

b. Model STM pada Pendekatan Konstruktivisme

4 James Edward Hollenbeck,(1998) Scince, Technology and Society:an American

Approach to Environmental Education in Practice in Lowa Schools, (Europe: A Plenary Presentation to the Foundation for Environmental), h. 6.

5 Glen S. Aikenhead, Research Into STS Science Education, (Canada : University of Sasakatchewan 2005),. 385.

6 Sabar Nurohman, Penerapan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat (STM)

Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik, (Pendidikan Fisika FMIPA UNY).

(3)

Model STM merupakan sebuah model pembelajaran yang merujuk pada pendekatan konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan cara belajar yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa tersebut dalam membentuk pengetahuannya.8 Teori yang dikenal dengan constructivist theories ofleraning menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan itu apabila tidak lagi sesuai. 9

Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan (dissequilibrium). Selain itu, Jean Piaget dan Vygotsky juga menekankan pada pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dan dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kelompok akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual.

Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Pengetahuan tidak dapat begitu saja dipindahkan dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman disini tidak harus pengalaman fisik, tetapi bisa diartikan juga pengalaman kognitif dan mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya (misconseptions), menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit diinterpretasikan sendiri oleh siswa.

8Pristiadi Utomo, Pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS. http.//Ilmuan Muda.Wordpress.com. Diakses tanggal 24 Februari 2010.

9 Muhammad Faiq Dzaki, Teori Konstruktivisme,

(4)

Selama dua puluh tahun terakhir ini, konstruktivisme telah banyak diterapkan di Amerika, Eropa dan Australia. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut, yaitu a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial, b) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c) siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap sesuai dengan konsep ilmiah, dan d) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.10

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menurut konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengkoordinasikan pengalaman mereka dengan cara mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungannya. Tujuan pendidikan konstruktivisme adalah menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan tiap persoalan yang dihadapi

Berdasarkan masalah atau isu di masyarakat yang ditemukan oleh siswa, guru mengarahkan dengan suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri, misalnya dengan eksperimen atau diskusi. Dengan cara ini guru telah menerapkan paham konstruktivisme dalam pembelajaran, yang dewasa ini sedang diminati para pendidik dan dijadikan dasar pembelajaran melalui model STM.

c. Tujuan Model STM

Berdasarkan pengertian STM sebagaimana diungkapkan di bagian sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan model STM adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan

(5)

sehubungan dengan keputusan yang diambilnya (NSTA, 1991).11 Menurut

Zudan K. Prasetyo, salah satu tujuan dari model STM adalah agar sekolah mengacu pada kurikulum yang dikaitkan dengan masalah-masalah sehari-hari yang ada di masyarakat sebagai dampak dari penerapan teknologi.12

Menempatkan pembelajaran sains dalam suatu konteks lingkungan dan kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan teknologi akan membuat sains dan teknologi lebih dekat dan relevan dengan kehidupan nyata semua siswa. Tujuan utama pendidikan sains dengan model STM adalah Mempersiapkan siswa menjadi warga negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan dan kesadaran untuk:

1) Menyelidiki, menganalisa, memahami, dan menerapkan konsep-konsep/prinsip-prinsip dan proses sains dan teknologi pada situasi nyata.

Dalam hakikatnya pembelajarn model STM terutama dalam fisika adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara isu/masalah yang ada dalam keterkaitannya antara sains, teknologi dan masyarakat. Untuk itu dalam model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menelidiki, menganalisi dan memahami isu/masalah tersebut.

2) Melakukan perubahan.

Pembelajaran model STM merupakan model pembelajaran yang menjembatani anata sains, teknologi, dan masyarakat sehingga dengan adanya model pembelajaran ini siswa mampu melakukan perubahan dalam pembelajaran sehari-hari terutama pmata pelajaran fisika.

3) Membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sains dan teknologi.

11 Purwanto,(2008) Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Inelligences)

Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Fisika, (Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), h. 6.

(6)

Dalam pembelarannya siswa diusahakan mampu mengambil keputusan mengenai isu/masalah-masalah yang ada dalam kaitannya dengan sain teknologi masayarakat.

4) Merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-masalah yang sedang dihadapi.

Perencanaan kegiatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok sehingga nantinya siswa dapat memahami mata pelajaran tersebut dan dapat menerapkannya di lingkungan kehidupan sehari-hari.

5) Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.13

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan bahwa model STM dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, 2) peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/prespektis untuk menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.

d. Karakteristik Model STM

Berdasarkan dengan tujuan model STM, Heath seperti yang di kutip oleh La Maronta Golib menyatakan bahwa secara operasional pembelajaran dengan model STM memiliki karakteristik, yaitu:

1) Diawali dengan isu-isu/masalah-masalah yang sedang beredar serta relevan dengan ruang lingkup isi/materi pelajaran dan perhatian, minat, atau kepentingan siswa.

2) Mengikutsertakan siswa dalam pengembangan sikap dan keterampilan dalam pengambilan keputusan serta mendorong mereka untuk mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sains dan teknologi.

(7)

3) Mengintegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup kurikulum

4) Memperkembangkan literasi sains, teknologi , dan sosial.14

Menurut Yager dalam Hidayat seperti yang dikutip oleh Arnie Fajar program STM pada umumnya memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut: 1) identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak, 2) penggunaan sumber daya setempat untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, 3) keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, 4) Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa, 5) suatu pandangan bahwa isis daripada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasi siswa dalam tes, 6) penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi, 7) kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi, dan 8) identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak dimasa depan.15

Model STM dalam pembelajaran IPA merupakan perekat yang mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat. Isu-isu sosial dan teknologi yang terdapat di masyarakat merupakan karakteristik kunci dari model STM.16

Melalui model STM, para siswa belajar IPA dalam konteks pengalaman nyata, yang mencakup penerapan sains dan teknologi.Bentuk korelasi hubungan timbal balik antar unsur-unsur sains-teknologi-masyarakat dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Interaksi sains-teknologi-masyarakat17

14Ibid., h. 51.

15 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2004). h. 25-26

16 I Wayan Sadia, Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(8)

Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat sangat erat hubungannya. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial (masyarakat), lingkungan alam (dipelajari dengan sains), dan lingkungan buatan (teknologi). Teknologi ini diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Teknologi dan sains saling melengkapi, sebab sains merupakan pengetahuan yang sistematis tentang alam dimana manusia hidup sedangkan teknologi merupakan metode sistematis yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dari beberapa karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama model STM adalah pengungkapan masalah atau isu sosial teknologi diawal pembelajaran. Pembelajaran mengutamakan keaktifan siswa sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilisator saja. Pengungkapan permasalahan di awal pembelajaran dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan serta mengenalkan peranan sains dalam kehidupan kepada siswa. Dengan menganalisis permasalahan yang dihadirkan, diharapkan siswa dapat membuat suatu keputusan. Belajar dari suatu yang nyata akan membentuk siswa memahami materi pelajaran. Robert E Yager dan Rustaman Roy mengemukakan 4 perbandingan kontras antara STM yang dikemukakan oleh NSTA terhadap pengajaran tradisional seperti terlihat pada tebel 2.118

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran STM dengan Model Pembelajaran Tradisional

No Model Pembelajaran STM Model Pembelajaran Tradisional

1 Identifikasi masalah dengan

3 Siswa dengan aktif mencari informasi Siswa bersikap pasif dalam

pembelajaran

4 Pusat pembelajaran siswa ada pada

diri pribadi serta keingintahuan yang

Pusat pembelajaran siswa hanya pada informasi yang diberikan

18 Robert E. Yager and Rustam Roy, STS: Most Pervasive and Most Radical of Reform

(9)

kuat

Rumansyah dan Irhasyuarna merangkum perbedaan antara pembelajaran sains dengan pendekatan STM dan pembelajaran sains lainnya seperti terlihat pada tabel 2.2. 19

Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Model STM dengan Pembelajaran Sains Lainnya

No.

Pembelajaran pendekatan STM Pembelajaran sains

lainnya

1. Sesuai dengan kurikulum dan berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi

3. Topik /arah /fokus ditentukan siswa atau oleh

isu /masalah yang ada di lingkungan sekitar

Topik /arah /fokus ditentukan oleh guru

4. Pembelajaran dimulai dengan aplikasi sains

(teknologi) dalam masyarakat

Pembelajaran dimulai dari konsep, prinsip, kemudian contoh

5. Guru berperan sebagai fasilisator Guru sebagai pemberi

informasi

6. Menggunakan sumber daya yang ada di

lingkungan

Menggunakan sumber daya yang ada di sekolah

7. Tugas utama siswa adalah mencari,

mengolah dan menyimpulkan

Tugas utama siswa adalah memahami isi buku teks

e. Tahap Pembelajaran STM

Model STM terdiri dari serangkaian tahap pembelajaran. Keterlaksanaan setiap tahap sangat mendukung dan menentukan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Pembelajaran STM banyak menggunakan sumber belajar yang ada dimasyarakat yang berhubungan dengan materi dan

19 Rumansyah dan irhasyuarna, Prospek Penerapan Pendekatan

(10)

permasalahan teknologi yang akan dikaji. Pembelajaran bersifat fleksibel karena guru leluasa untuk menerapkan berbagai strategi dan metode belajar. Hal ini memungkinkan pendekatan STM melatih pola pikir yang divergen, kerja kelompok diskusi kelas yang berpusat pada siswa, pemecahan masalah, simulasi, pengambilan keputusan, dan debat dengan menggunakan sumber belajar yang ada di masyarakat. Tahapan pembelajaran STM pada model STM terdiri dari:

1. Pendahuluan

Tahap ini membedakan STM dengan pendekatan pembelajaran yang lainnya. Pada tahap ini dikemukakan isu atau masalah yang ada di masyarakat. Siswa diharapkan dapat menggali masalah sendiri, namun apabila guru tidak mendapatkan tanggapan dari siswa, maka masalah dapat saja dikemukakan oleh guru. Guru memfasilitasi siswa untuk lebih mendalami permasalahan. Dalam tahap ini guru melakukan apersepsi berdasarkan kenyataan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat juga melakukan eksplorasi melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan diluar kelas secara berkelompok. Pengungkapan masalah pada awal pembelajaran memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sejak awal. Selanjutnya kostruksi pengetahuan ini akan terus dibangun dan dikokohkan pada tahap pembentukan dan pemantapan konsep.

2. Pembentukan konsep

(11)

masalah yang disampaikan pada awal pembelajaran telah sesuai dengan konsep para ilmuwan.

3. Aplikasi konsep

Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat menganalisis isu dan menemukan penyelesaian masalah yang benar. Konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat menggunakan produk teknologi listrik dengan benar karena menyadari bahwa produk-produk listrik tersebut berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya yang lain, misalnya bahaya akibat terjadinya hubungan arus pendek. Contoh yang lain siswa menjadi hemat dalam menggunakan beraneka sumber energy. Dalam kehidupan sehari-hari setelah mengetahui terbatasnya energy saat ini.

4. Pemantapan Konsep

Pada tahap ini, guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa yang keliru. Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat sangat besar kemungkinan guru tidak menyadari adanya kesalahan konsepsi pada tahap pembelajaran sebelumnya. Pemantapan konsep penting sebab mempengaruhi retensi materi siswa.

5. Evaluasi

(12)

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4

Tahap 5

Pendahuluan:

Inisiasi/invitasi/apersepsi/ eksplorasi thd siswa Pembentukan/ pengembangan konsep

Aplikasi konsep dalam kehidupan: penyelesaian masalah atau analisis isu

Penilaian Pemantapan konsep

Pemantapan konsep Pemantapan konsep Isu/masalah

Alur pembelajaran STM dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.20

(13)

Gambar 2.2. Model Pembelajaran STM (Poedjiadi, A. 2006)

Jadi, tujuan yang ingin dicapai dari model STM dalam pembelajaran adalah model interdisiplin ilmu dalam pembelajaran sains, memberikan siswa pengetahuan tentang keadaan dunia yang sebenarnya, memberikan kesempatan siswa untuk membentuk pemahaman yang kritis tentang hubungan sains, teknologi dan masyarakat, dan mengembangkan kapasitas dan kepercayaan diri siswa untuk mengaplikasikan sains dalam kehidupan sehari-harinya.

2. Konsep

a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran

Mempelajari fisika pada dasarnya menguasai kumpulan hukum, teori, prinsip dan tau rumus yang terbangun oleh konsep sesuai kajiannya. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak.21 Jadi, konsep disini merupakan sesuatu yang nyata sehingga

nantina siswa dapat memahami pembelajaran tersebut.

Dua tujuan utama dari pendidikan adalah meningkatkan ingatan dan transfer. Ingatan didefinisikan sebagai kacakapan untuk menerima, menyimpan dan menerima kesan-kesan.22 Sedangkan transfer dalam belajar

atau yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya (Reber 1998).23 Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya

21 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 71. 22 Ibid, h. 128.

(14)

keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lain.24

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ingatan merupakan suatu kemampuan untuk mengingat atau memanggil kembali materi yang telah diperoleh dengan cara yang hampir sama seperti saat belajar, sedangkan transfer adalah kemampuan menggunakan materi yang telah diperoleh untuk memecahkan masalah baru, menjawab pertanyaan baru atau untuk mempermudah mempelajari materi baru.

Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan masalah. Menurut Sutarto, konsep secara sederhana dapat dimengerti sebagai katagaori suatu rangsangan (stimulus) berdasarkan atribut-atribut yang dimilikinya.25 Dengan terkonsepnya rangsangan oleh siswa dengan baik

diharapkan siswa dengan mudah menemui dan memunculkan kembali dalam bentuk konsep pada situasi dan kondisi yang lain. Jadi, konsep dapat diartikan menurut penulis sebagai sesuatu fakta, peristiwa dan pengalaman melalui generalisasi yang merupakan sesuatu gagasan atau ide.

Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimilki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan.26

Kemampuan individu dalam mengkonsep rangsangan baru memiliki tingkatan yang berbeda-beda, yang disebut tingkatan pencapaian konsep. Klausimer mengkategorikan tingkat pencapaian konsep menjadi 4 (empat)

24 Ibid.

25 Sutarto, Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika sebagai Alat

Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11 (054), 2005, h. 327 26 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisi

(15)

yaitu : tingkat konkrit, tingkat identitas, tingkat klasifikatoris dan tingkat dapat merespon rangsangan baru berdasarkan konsep-konsep rangsangan sejenis yang telah dikenal sebelumnya.

3) Tingkat klasifikatoris, pada tingkat ini individu akan nampak telah dapat mengenal kesetaraan dua atau lebih rangsangan yang berbeda dari kelas yang sama, walaupun pada saat itu mereka belum dapat menentukan criteria atribut atau menentukan nama konsep rangsangan tersebut.

4) Tingkat formal, pada tingkat ini individu sudah memiliki kemampuan untuk menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep suatu rangsangan, dengan demikian pada tingkat ini mereka mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi nama atribut-atribut, dan mengevaluasi rangsangan. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep dalam ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang merupakan penguasaan bahan pelajaran yang berkenaan dengan kemampuan berfikir setelah pembelajaran.

Bloom dan kawan-kawannya seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto menyusun konsep taraf kompetensi kognitif ke dalam enam jenjang atau tingkatan yang kompelksitasnya bertingkat.28

1. Mengingat berupa kemampuan untuk mempelajari fakta serta mengingat kembali materi-ide-prinsip yang sudah dipelajari,

2.Pemahamanberupa kemampuan untuk menjelaskan ide dan konsep,

3.Penerapan yaitu kemampuan menggunakan materi yang sudah dipelajari dalam situasi baru dan dunia nyata,

4.Menganalisa berupa kemampuan untuk menguraikan materi kedalam bagian-bagian dan melihat hubungannya termasuk klasifikasi analisa dan membedakan bagian-bagian,

5.Sintesis berupa kemampuan untuk menyesuaikan keputusan atau 27 Sutarto, Op.Cit.,h. 332.

(16)

serangkaian tindakan,

6.Evaluasi adalah kemampuan untuk membangkitkan produk baru, ide atau cara pandang terhadap sesuatu.

Cara paling objektif untuk memperoleh kebenaran suatu konsep adalah dengan menggunakan metode ilmiah. Suatu konsep dikatakan objektif jika dapat dikonfirmasikan dengan kenyatannya, artinya symbol yang ada dalam konsep tersebut dapat dileusuri keberadaanya di alam nyata.29 Dari beberapa

pengertian di atas, penguasaan konsep dapat diartikan kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan menilai ide atau buah piker seseorang atau sekelompok orang tentang alam nyata yang diperolehnya dari fakta peristiwa, dan pengalaman.

Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam mengajarkan konsep, yaitu sebagai berikut .

1. Tetapkan perilaku yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah mempelajari konsep.

2. Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang kompleks dan menjadi atribut-atribut dominant.

3. Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa.

4. Memberikan contoh-contoh yang positif dan negative mengenai konsep.

5. Menyajikan contoh-contoh.

6. Sambutan siswa dan penguatan ( reinforcement). 7. Menilai belajar konsep.30

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Konsep

Banyak faktor yang mempengaruhi penguasan konsep terhadap suatu konsep pembelajaran, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam memperbaiki penguasaan konsep siswa tidak akan terlepas dari faktor intern

29 http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/discovery-inquiry-sts-fisika/ Di akses tanggal 20 April 2009

(17)

siswa itu sendiri. Guru yang merupakan faktor ekstern dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena guru dianggap sebagai salah satu sumber belajar dan sumber informasi serta dapat diajak untuk berkomunikasi secara langsung tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

Motivasi dan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga sangat mempengaruhi proses pembelajarn. Siswa yang memilki motifasi dan minat yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran, akan lebih mudah menerima pelajaran yang akan mempengaruhinya terhadap penguasaan konsep tertentu. Siswa akan bekerja lebih keras jika mereka mempunyai minat dan perhatian pada pembelajanya.

Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Misalnya memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi siswa, dan hukuman secara efektif dan tepat guna.

Selain itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus menggunakan media yang tepat dan variasi metode pembelajaran agar konsep yang dipelajari siswa mudah dimengerti.

Dengan menggunakan media pembelajaran dapat mempermudah proses belajar siswa. Selain itu, penggunaan media pembelajaran bertujuan agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien untuk tercapainya tujuan. Dengan media yang tepat, mempermudah guru menyampaikan suatu konsep tertentu dan siswa lebih mudah menerima dan mendapatkan suatu konsep tertentu.

3. Sifat Konsep Energi a. Usaha

(18)

dan benda yang dikenai Gaya bergerak pada lintasan lurus dan searah dengan arah Gaya tersebut.31

Secara matematis, usaha yang dilakukan oleh gaya yang konstan didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya yang searah dengan perpindahan.

Persamaan matematisnya adalah :

W = Fs cos 0 = Fs (1) = Fs

W adalah usaha alias kerja, F adalah besar gaya yang searah dengan perpindahan dan s adalah besar perpindahan.

Apabila gaya konstan tidak searah dengan perpindahan, sebagaimana tampak pada gambar di bawah, maka usaha yang dilakukan oleh gaya pada benda didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan dengan komponen gaya yang searah dengan perpindahan. Komponen gaya yang searah dengan perpindahan adalah F cos

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

(19)

Hasil perkalian antara besar gaya (F) dan besar perpindahan (s) di atas merupakan bentuk perkalian titik atau perkalian skalar. Karenanya usaha masuk dalam kategori besaran skalar. Pelajari lagi perkalian vektor dan skalar kalau dirimu bingun… Persamaan di atas bisa ditulis dalam bentuk seperti ini:32

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Usaha (W) joule erg

Gaya (F) newton dyne

Perpindahan ( 

x) meter cm

Perlu anda pahami dengan baik bahwa sebuah gaya melakukan usaha apabila benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Jika benda tidak berpindah tempat maka gaya tidak melakukan usaha. Agar memudahkan pemahaman anda, bayangkanlah anda sedang menenteng buku sambil diam di tempat. Walaupun anda memberikan gaya pada buku tersebut, sebenarnya anda tidak melakukan usaha karena buku tidak melakukan perpindahan. Ketika anda menenteng atau menjinjing buku sambil berjalan lurus ke depan, ke belakang atau ke samping, anda juga tidak melakukan usaha pada buku. Pada saat menenteng buku atau menjinjing tas, arah gaya yang diberikan ke atas, tegak lurus dengan arah perpindahan. Karena tegak lurus maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Cos

90o = 0, karenanya berdasarkan persamaan di atas, nilai usaha sama dengan nol.

Contoh lain adalah ketika dirimu mendorong tembok sampai puyeng… jika tembok tidak berpindah tempat maka walaupun anda mendorong sampai banjir keringat, anda tidak melakukan usaha. Kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah gaya tidak melakukan usaha apabila gaya tidak menghasilkan perpindahan dan arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan.

b. Energi

(20)

Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan energi. Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk bergerak dan energi itu diperoleh dari bahan bakar. Hewan juga membutuhkan energi untuk hidup, sebagaimana manusia dan tumbuhan.

Energi merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam fisika. Konsep yang sangat erat kaitannya dengan usaha adalah konsep energi. Secara sederhana, energi merupakan kemampuan melakukan usaha. Definisi yang sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau kurang valid untuk beberapa jenis energi (misalnya energi panas atau energi cahaya tidak dapat melakukan kerja). Definisi tersebut hanya bersifat umum. Secara umum, tanpa energi kita tidak dapat melakukan kerja. Sebagai contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang mogok, usaha alias kerja yang kita lakukan menggerakan sepeda motor tersebut. Pada saat yang sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena sebagian energi kimia dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor. Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap. Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain.

(21)

energi gerak (kipas angin), atau energi kimia berubah menjadi energi gerak (mesin kendaraan).

Pada kesempatan ini kita akan mempelajari dua jenis energi yang sebenarnya selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni energi potensial dan energi kinetik translasi. Energi potensial dapat berubah bentuk menjadi energi kinetik ketika benda bergerak lurus dan sebaliknya energi kinetik juga bisa berubah bentuk menjadi energi potensial. Total kedua energi ini disebut energi mekanik, yang besarnya tetap alias kekal.

Energi Kinetik.

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya berbanding lurus dengan massa benda dan kuadrat kecepatannya.33

Ek = ½ m v2

Ek = Energi kinetik ; m = massa benda ; v = kecepatan benda

SATUAN

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Energi kinetik (Ek) joule erg

Massa (m) Kg gr

Kecepatan (v) m/det cm/det

Usaha = perubahan energi kinetik.

W = Ek = Ek2 – Ek1

ENERGI POTENSIAL GRAFITASI

(22)

Energi potensial grafitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini juga disebut energi diam, karena benda yang diam-pun dapat memiliki tenaga potensial.

Sebuah benda bermassa m digantung seperti di bawah ini.

g

h

Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh.

Maka benda melakukan usaha, karena adanya gaya berat (w) yang menempuh jarak h.

Besarnya Energi potensial benda sama dengan usaha yang sanggup dilakukan gaya beratnya selama jatuh menempuh jarak h.

Ep = w . h = m . g . h

Ep = Energi potensial , w = berat benda , m = massa benda ; g = percepatan grafitasi ; h = tinggi benda

SATUAN

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Energi Potensial (Ep) joule erg

Berat benda (w) newton dyne

Massa benda (m) Kg gr

Percepatan grafitasi (g) m/det2 cm/det2

Tinggi benda (h) m cm

Energi potensial grafitasi tergantung dari : percepatan grafitasi bumi

kedudukan benda massa benda

(23)

Energi potensial yang dimiliki benda karena elastik pegas. Gaya pegas (F) = k . x

Ep Pegas (Ep) = ½ k. x2

k = konstanta gaya pegas ; x = regangan Hubungan usaha dengan Energi Potensial : W = Ep = Ep1 – Ep2 ENERGI MEKANIK

Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan energi potensial suatu benda.

Em = Ek + Ep

HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK.

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Jadi energi itu adalah KEKAL.

Em1 = Em2

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2

4. Motivasi Belajar

Woodwort seperti dikutip oleh Wina Sanjaya mengatakan: “motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals”. Suatu motif adalah suatu set yang bisa membuat individumelakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.34 Dengan demikian, perilaku atau

34 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), h.27.

ENERGI

(24)

tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujian tertentu sangat trergantung dari motivasi yang dimiliknya.

Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujian tertentu.

Menurut Mc. Donald seperi dikutip oleh Sardiman dalam bukunya interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tangggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian ini terlihat bahwa dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu:35

a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi rel;evan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong makhluk untuk bertingkah laku atau bertindak ke arah tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Menurut Hudoyo, motivasi belajar adalah dorongan untuk mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh sehingga memiliki pengertian yang lebih mendalam dalam bidang tersebut untuk mengerahmendapatkan kepandaian.36 Dari pengertian motivasi belajar yang

dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu

35Sardiman A. M, interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 73.

36Motivasi Belajar” artikel diakses pada 19 Desember 2007 dari

(25)

dorongan atau kehendak untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Pembahasan macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berawal dari luar diri seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik”.

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.37

Motivasi intrinsik juga dapat diartikan sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar. Misalnya: keinginan untuk memahami suatu konsep; keinginan untuk memperoleh pengetahuan, keinginan untuk memperoleh keterampilan, dan sebagainya.

Apabila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dari dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajajari akan dibutuhkan dan sangat berguna di masa mendatang.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yan gterdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai yaitu belajar, karena tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan dan menjadi seorang ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

(26)

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar atau motivasi yang datangnya dari luar individu. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, dan sebagainya.38

Perlu ditegaskan bahwa motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Hal ini disebabkan karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen komponen lain dalam proses pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi intrinsik.

Berdasarkan penjelasan macam-macam motivasi belajar di atas, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, kedua-duanya merupakan pendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang timbul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Namun, tentunya agar aktifitas dalam belajar tersebut memberikan kepuasan atau ganjaran di akhir kegiatan belajar, maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk belajar adalah motivasi intrinsik.

5. Hasil Penelitian Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model sains teknologi dan masyarakat antara lain adalah sebagai berikut:

I Made Wirata dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadina peningkatan hasil belajar siswa dan siswa sudah cukup memahami, dan

(27)

mengenal berbagai perkembangan isu-isu sains, teknologi dan sosial, terutama yang terkait erat dengan keadaan lingkungan di sekitar siswa.39

Ida Bagus Putu Arnyana dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999”. Fokus masalah yang terdapat dalam penelitian ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa mengenai pembelajaran biologi karena dirasakan mata pelajaran biologi sebagai beban yang harus diingat, dihafal, dipahami, dan tidak dirasakan maknanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga minat dan motivasi belajar siswa masih sangat rendah. Untuk itu peneliti menggunakan model STM dalam pembelajaran biologi. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang tinggi.40

I Made Rideng dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat Terhadap Hasil Belajar Siswa SLTP”. Hasil penelitiannya adalah kualitas proses belajar mengajar untuk kelompok yang diajar dengan model pembelajaran IPA dengan pendekatan sains teknologi dan masyarakat lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang diajar dengan pendekatan konvensional. skor rata-rata masing-masing hasil pengamatan 2,96 dan 1,84 untuk skala 1-4. 41

Ni Ketut Rapi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains teknologi dan masyarakat di SLTP”. Temuan-temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat penguasaan siswa kelas eksperimen terhadap konsep-konsep IPA adalah cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang sekali. (2) literasi sains dan teknologi siswa kelas eksperimen berkualitas lebih dari 39 I Made Wirata, Implementasi Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dengan

Bantuan Diagnosis-Preskriptif dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas I SLTP Negeri 5 Singaraja, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000.

40 Ida Bagus Putu Arnyana, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam

Pembelajaran Biologi Kelas III Cawu 3 SMU Negeri 4 Singaraja Tahun Pelajaran 1998/1999, Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 3 TH. XXXIII Juli 2000.

41 I Made Rideng,(2000) Pengaruh Model Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Sains

(28)

cukup, sedangkan kelas kontrol adalah kurang. (3) pendekatan STM lebih efektif daripada pendekatan konvensional dalam pembelajaran konsep suhu dan kalor. 42

B. Kerangka Pikir

Konsep-konsep fisika merupakan konsep yang cukup sulit untuk dipelajari dan dipahami oleh siswa karena bersifat abstrak, oleh karena itu diperlukan metode yang menarik minat para siswa agar konsep fisika mudah diserap dan dipahami oleh setiap siswa. Rendahnya penguasaan atau pemahaman tidak terlepas dari penggunaan metode, model, atau pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh para pendidik.

Salah satu model pengajaran yang tepat untuk membuat siswa memahami terhadap konsep-konsep atau prinsip-prinsip fisika, dan juga menanamkan pemahaman siswa terhadap teknologi yang berkaitan dengan konsep tersebut, dan kemungkinan penggunaanya di dalam masyarakat atau dalam kehidupan sehari-sehari yaitu melalui model STM.

Dalam model STM peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan untuk mensikapi berbagai situasi yang berkembang di dalam masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah dan peseta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial.

Dengan demikian dapat diduga bahwa model STM akan dapat mempertinggi pencapaian penguasaan konsep fisika siswa.

42 Ni Ketut Rapi, Pengembangan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Melalui

(29)

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh penerapan model STM terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.

Masalah:

D 1. Kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan pengetahuan awal siswa mengenai sains (fisika)

2. Pembelajaran Usaha dan energy masih belum bersifat kontekstual 3. Penguasaan konsep peserta didik pada topic Usaha dan Energi masih rendah

3

Siswa kurang termotivasi belajar fisika

1. Menjembatani antara sains teknologi masyarakat 2. Memecahkan isu/masalah yang ada dalam masyarakat 3. Siswa lebih cepat menguasai konsep pembelajaran

Penguasaan konsep siswa meningkat

Model pembelajaran yang mengaitkan antara sains, teknologi, dan masayarakat

(30)

Gambar

Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat
Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Model STM

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifani (2012) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif signifikan GCG terhadap kinerja

Pada penelitian yang menggunakan piridoksin dan niasin masih jarang ditemukan, oleh karena itulah penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh jenis dan

Berdasarkan tabel penelitian di atas umumnya responden menjawab setuju, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya peminjaman secara online akan lebih mudah dari pada manual

Berdasarkan uji korelasi, diperoleh fakta bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara ketiga variabel bebas, yakni performance expectancy, effort

Berkaitan dengan realitas, maka realitas virtual merupakan realitas tiruan dari realitas yang nyata dalam layar komputer yang bisa diotak-atik oleh manusia yang memakai area

Capacity ; 2) Kendala dan solusi penerapan pembiayaan murabahah pada KJKS BMT UAS yaitu: a) Tingkat persaingan dengan Bank lain maupun dengan koperasi lain,

Menurut Tritunggal Pigeon Farm (2010), faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seekor burung merpati untuk terbang tinggi, terbang cepat, dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu

Jenis penarafan adjektiva yang paling banyak digunakan pada harian riau pos edisi februari 2014 berdasarkan tingkat kualitas adalah tingkat elatif sejumlah lima