PELAKSANAAN PEMBUATAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN OLEH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA
BANDAR LAMPUNG
Niko Ady Putra, Upik Hamidah, Satria Prayoga.
Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung. Email: nikoadyputra@yahoo.com.
ABSTRAK
Pembangunan perumahan secara ideal harus sesuai dengan masterplan, tetapi pada kenyataannya tidak sesuai dengan masterplan dan Rencana Tata Ruang Wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembuatan masterplan pembangunan perumahan dan faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan masterplan pembangunan perumahan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembuatan masterplan pembangunan perumahan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung adalah menentukan lokasi pembangunan perumahan di seluruh kecamatan di Kota Bandar Lampung; memetakan sarana prasarana pendukung seperti sarana pendidikan,kesehatan, perdagangan dan jasa, sarana pemerintahan dan pelayanan umum serta sarana olah raga dan ruang terbuka hijau serta melaksanakan penyusunan masterplan pembangunan perumahan. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan masterplan pembangunan perumahan adalah Kondisi Wilayah Sebagai Kawasan Rawan Bencana berupa bencana tanah longsor dan gerakan tanah, Rawan gelombang pasang dan tsunami dan rawan banjir dan Pengembang perumahan yang tidak menaati masterplan perumahan yang telah ditentukan Bappeda menjadi penghambat dalam pelaksanaan masterplan di lapangan sehingga tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung.
Kata Kunci: Pelaksanaan, Masterplan, Perumahan
ABSTRACT
Housing development should ideally be in accordance with the master plan, but in reality does not fit with the master plan and the Spatial Plan.The purpose of this study is to investigate the implementation of the master plan residential development and manufacture of the factors is that the bottleneck in the implementation of the master plan residential development by the Regional Development Planning Agency of Bandar Lampung.
The results showed that the implementation of the master plan of making housing development by the Regional Planning Board of Bandar Lampung is determining the location of residential development in all districts in the city of Bandar Lampung; mapped the supporting infrastructure such as education, health, trade and services, government and public service facilities as well as sports facilities and green open spaces and carry out the preparation of the master plan residential development. Factors inhibiting the implementation of the master plan is a condition of housing construction in disaster prone region as a region of landslides and soil movement, tidal waves and tsunami-prone and flood-prone and Housing developers who do not obey the master plan has been determined Bappeda housing as a barrier to the implementation of the master plan in field that is not in accordance with the spatial plan of the city of Bandar Lampung.
I. Pendahuluan
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk watak serta kepribadian bangsa. Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan
perumahan pemerintah melakukan
usaha-usaha pembangunan perumahan dengan melibatkan berbagai pihak baik perorangan maupun badan hukum.
Usaha pemerintah tersebut tidak
terlepas dari tujuan negara untuk
menciptakan kesejahteraan bagi
rakyatnya sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Upaya untuk mencapai tujuan tersebut
maka dilakukan pembangunan
nasional yang pada hakikatnya
merupakan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia yang
menekankan pada keseimbangan
lahiriah dan kepuasan batiniah. Untuk itu pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Sebagai bagian dari tujuan
pembangunan nasional, tujuan
kebijakan perumahan adalah untuk
menjamin bahwa semua rakyat
Indonesia, khususnya golongan yang berpenghasilan rendah, mempunyai akses untuk mendiami rumah yang memadai dan terjangkau dalam suatu lingkungan yang sehat. Agar tujuan pembangunan perumahan tercapai,
pemerintah terus merumuskan
berbagai strategi dan program, antara lain membuat peraturan perundang-undangan.
Rumah tidak dapat diingkari berperan
sangat berarti dalam kehidupan
manusia, sebagai tempat di mana nilai-nilai sebuah keluarga berlangsung, menjadi ruang di mana manusia mengekspresikan cara melakoni hidup,
berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang-orang terdekatnya.
Rumah juga dijadikan alat untuk menampilkan citra. Sebagai wadah
aktivitas sebuah keluarga yang
merupakan satuan sistem sosial
terkecil dalam negara, rumah tidak dapat dipandang hanya sebagai artefak
fisik. Rumah bukanlah sekedar
pendekatan teknis untuk berlindung dari pengaruh iklim dan cuaca yang tidak menguntungkan, tetapi lebih dari itu, rumah merupakan produk budaya, di mana nilai, norma dan tradisi lebih berpengaruh dalam citra, bentuk dan
ruangnya1
Sebagai makhluk berakal budi yang
sangat dinamis, manusia selalu
membangun diri dan masyarakatnya menuju perubahan yang lebih baik. Budaya dan sistem sosial masyarakat pun selalu berkembang dari masa ke masa. Perubahan ini berpengaruh pula terhadap bentuk, persepsi dan makna rumah. Saat ini masalah perumahan erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi di perkotaan. Urbanisasi
secara besar-besaran semakin
menunjukkan pola perubahan dari
1 Eko Budiharjo. Percikan Masalah Arsitektur,
Perumahan, Perkotaan, Gadjah Mada University
masyarakat agraris (pedesaan) menjadi
masyarakat industrialis (perkotaan).2
Pembangunan perumahan di Kota Bandar Lampung dihadapkan pada permasalahan pokok yaitu pembuatan masterplan yang tidak memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, di
antaranya adalah pembangunan
Perumahan di Kelurahan Bumi Ayu, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung yang tidak memperhatikan keadaan geografis daerah setempat yang rawan longsor dan banjir. Akibatnya setelah perumahan selesai didirikan maka terjadilah bencana tanah longsor dan banjir di daerah
tumpang tindihnya bebagai
perencanaan dan kebijakan kota oleh instansi yang berbeda, berakibat pada ketidak jelasan aparat pelaksananya
kebijakan tersebut di lapangan. 4
Contoh lain adalah pembangunan perumahan di bawah lereng bukit di
Kelurahan Kebon Jeruk,
Tanjungkarang Timur, Bandar
2 Zulfie Syarief, Kebijakan Pemerintah di
Bidang Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah, USU Press, Medan. 2000.hlm. 6.
3 www.radarlampungonline.com.musibah-tanahlongsor-banjir-dibumiayu.html. Diakses 26
Februari 2014
4 Ruddy Williams.. Klasifikasi Perencanaan
Pembangunan Kota Berwawasan Lingkungan. Penerbit Widiatama. Jakarta.2005, hlm.66.
Lampung, akibat hujan deras yang mengguyur Kota Bandar Lampung, sebuah bukit longsor dan merusak 12 rumah milik warga. Kejadian longsor tersebut terjadi di bukit yang di atasnya telah didirikan hotel mewah, yaitu Hotel Bukit Randu. Pihak hotel tidak memperbaiki talud di lereng bukit. Ancaman longsor terus terjadi pada perumahan yang berada di bawah lereng bukit yang gundul dan sangat
curam dan minim penghijauan.
Padahal Bukit Randu mulanya merupakan daerah resapan air yang
mampu menyimpan air bagi warga5
Fenomena yang dihadapi berbagai kota dalam pembangunan adalah krisis
perencanaan. Krisis perencanaan
perkotaan sudah di antaranya
disebabkan oleh kurangnya tenaga profesional dalam bidang perencanaan kota, sehingga produk yang dihasilkan di berbagai kota kurang berkualitas atau di bawah standar penataan kota yang ideal.
Pemerintah dalam konteks ini dituntut untuk mampu melaksanakan kebijakan di bidang perumahan yang mencapai suatu keteraturan dan kualitas yang baik bagi rumah dan perumahan (layak huni) hendaknya tidak diterjemahkan
sebagai penyeragaman atau
standarisasi yang kaku, tetapi harus
akomodatif terhadap keragaman
5http//ewberkeley.wordpress.com/2011/07/16/ penghancuran-ekosistem-bukit-di-kota-bandar-
budaya, tradisi dan perilaku masyarakat.
Pemerintah kota harus dapat
merencanakan pembangunan
perumahan di perkotaan yang
berwawasan lingkungan dapat
diterapkan antara lain dengan
mempertimbangkan keseimbangan
ekologis, upaya-upaya mencegah
kehancuran lingkungan, pengaturan
ketertiban lalu lintas, penataan
kawasan industri dan antisipasi
pencemaran lingkungan yang
membahayakan kesehatan.
Pemerintah kota Bandar Lampung
melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda),
mengupayakan pembangunan
perumahan di Kota Bandar Lampung secara optimal melalui perencanaan pembuatan masterplan pembangunan perumahan. Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda),
maka diketahui bahwa Bappeda
mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang
perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan daerah, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Walikota serta tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan
Walikota berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Permasalahan penelitian ini
dirumuskan:
1. Bagaimanakah pelaksanaan
pembuatan masterplan
pembangunan perumahan oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi
penghambat dalam pelaksanaan
masterplan pembangunan
perumahan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung?
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan
pembuatan masterplan
pembangunan perumahan oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung
2. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan masterplan
pembangunan perumahan oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung
II. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan normatif dan empiris.
Prosedur pengumpulan dilakukan
dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Prosedur pengolahan data dilakukan melalui tahap pemeriksaan data, klasifikasi data, penyusunan data
dan seleksi data. Analisis data
III. Pembahasan
A. Pelaksanaan Pembuatan Masterplan Pembangunan Perumahan
Pelaksanaan Pembuatan Masterplan Pembangunan Perumahan di Kota Bandar Lampung memiliki dasar hukum yaitu Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung selanjutnya menuangkan pembuatan masterplan tersebut Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP).
Badan Perencanaan Pembangunan
Kota Bandar Lampung Tahun 2013.
1. Menentukan Lokasi Pembangunan
Perumahan
Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bandar Lampung
menentukan lokasi pembangunan
perumahan dalam kerangka penataan dan peremajaan kawasan pada lokasi-lokasi yang berada di daerah pusat-pusat pertumbuhan wilayah yang
memiliki ketersediaan prasarana
sarana lingkungan kurang memadai.
Dalam menentukan lokasi
pembangunan perumahan ini Bappeda mengacu pada konsep ekstensif yaitu
setiap rumah mempunyai lahan
sendiri. Konsep tersebut dapat
diterapkan pada kecamatan-kecamatan dengan daya tampung yang masih
memadai yaitu Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Timur, Sebagian Tanjung Karang Barat, Kemiling, Rajabasa, Tanjung Senang,
Sukarame, dan Sukabumi (tidak
termasuk kawasan lindung dan
konservasi).Dengan demikian,
kawasan peruntukan permukiman di
Kota Badar Lampung akan
dikembangkan pada kawasan-kawasan yang berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung, kawasan hutan dan kawasan rawan bencana serta kawasan yang memiliki daya dukung kuat untuk kegiatan permukiman.
Turunan dari konsep ekstensif (landed
house) yang akan digunakan dalam rencana pengembangan perumahan Kota Bandar Lampung adalah konsep penyediaan lahan perumahan siap bangun atau lebih dikenal dengan istilah Kasiba (Kawasan Siap Bangun) yaitu sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu Lisiba atau
lebih pembangunannya dilakukan
secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh kepala daerah dan memenuhi persyaratan pembakuan
pelayanan prasarana dan sarana
lingkungan, dengan persyaratan
terdiri atas satu atau lebih Lingkungan Siap Bangun (lisiba).
Adapun fasilitas/prasarana
permukiman meliputi jalan setapak konstruksi sederhana (lebar 2 m).
Fasilitas MCK umum, dan
warung/sarana perdagangan lokal.
Persyaratan lainnya, antara lain Garis Sempadan Bangunan (GSB) 2 m dari jalan dan pembukaan atap bangunan
minimum 2 m2, deretan kapling adalah
maksimum 60 m dan Jarak pencapaian terjauh dari KSB ke jalan lingkungan adalah maksimum 100m.
Untuk mendukung konsep kasiba,
perlu juga dibentuk Lisiba
(Lingkungan Siap Bangun) yaitu
sebidang tanah yang merupakan
bagian dari Kasiba ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan
dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan, pembakuan tata
lingkungan setempat, dengan
persyaratan memiliki kejelasan batas fisik, status kepemilikan, dan luas lahannya serta dilengkapi dengan jaringan prasarana pendukung
Berdasarkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP).
Badan Perencanaan Pembangunan
Kota Bandar Lampung diketahui bahwa arahan pengembangan dan
alokasi perumahan Kota Bandar
Lampung disesuaikan dengan tingkat
kepadatannya, dengan klasifikasi
sebagai berikut:
1. Kawasan perumahan berkepadatan
tinggi, yaitu
permukiman/perumahan dengan
kavling kecil dan KDB lebih dari 70% berada di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Enggal, Kecamatan Teluk Betung Selatan,
Kecamatan Bumi Waras,
Kecamatan Panjang, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Kedaton, dan Kecamatan Tanjung Karang Timur.
2. Kawasan perumahan berkepadatan
sedang, yaitu
permukiman/perumahan dengan
kavling sedang dan KDB
maksimum 60% untuk perumahan dan 70% untuk permukiman, akan diarahkan di Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Kedamaian, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Sukarame dan Kecamatan Tanjung Senang.
3. Kawasan perumahan berkepadatan
rendah, yaitu
perumahan/permukiman dengan
kavling besar dan KDB maksimum 50% untuk perumahan dan 60% untuk permukiman akan diarahkan di Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kecamatan Kemiling, area
cadangan pengembangan di
Kecamatan Rajabasa dan
Kecamatan Tanjung Senang, area
cadangan pengembangan di
Kecamatan Sukabumi.
2. Memetakan Sarana Prasarana
Pendukung
Bappeda Kota Bandar Lampung
prasarana pendung perumahan dan pemukiman, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP).
Badan Perencanaan Pembangunan
Kota Bandar Lampung yaitu sebagai berikut:
1) Sarana Pendidikan
Pendidikan yang dikembangkan
dalam hirarki ini adalah
pendidikan tinggi dan pendidikan khusus. Jenis pendidikan tinggi
dikembangkan di Kawasan
Pendidikan Labuhan Ratu –
Rajabasa dan Sukarame sebagai lokasi pengembangan alternatif, serta disetiap subpusat pelayanan
kota. Sedangkan pendidikan
khusus (Akademi Kepolisian) atau SPN dikembangkan Kecamatan
Kemiling serta pengembangan
yang dilakukan berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan sarana
dilakukan rencana penambahan jumlah universitas antara lain yaitu masing-masing 3 universitas di
Kecamatan Langkapura,
Kecamatan Bumi Waras dan
Kecamatan Teluk Betung Barat
2) Sarana Kesehatan
Rencana pengembangan kawasan kesehatan Kota Bandar Lampung dilakukan sebagai berikut:
a. Meningkatkan pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek di Kecamatan Tanjung Karang Pusat.
b. Mengarahkan puskesmas rawat
inap di masing-masing Bagian Wilayah Kota (BWK)
c. Meningkatkan akesesibilitas
menuju lokasi fasilitas
kesehatan, terutama, BKIA
atau RS Bersalin, dan
Puskesmas untuk
mempermudah jangkauan;
pelayanan melalui
pengembangan sistem
transportasi;
d. Meningkatkan kualitas
lingkungan di sekitar fasilitas kesehatan;
e. Meningkatkan sarana
parasarana jaringan utilitas;
f. Perencanaan dan
pengembangan fasilitas
kesehatan harus menyediakan ruang terbuka hijau (RTH),
Ruang terbuka non hijau
(RTNH) dan sumur peresapan;
g. Pembangunan fasilitas
kesehatan seperti Rumah sakit diarahkan pada lokasi atau kawasan atau ruas jalan utama
serta tidak menimbulkan
gangguan pada lingkungan.
h. Penambahan jumlah Rumah
Sakit yang merupakan sarana kesehatan skala kota yaitu sebanyak 7 unit antara lain di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Barat dan Enggal.
3) Sarana Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan yang akan
dikembangkan sebagai sarana
Bambu Kuning yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat
dan Perdagangan Grosir di
Kecamatan Teluk Betung Selatan dan juga diarahkan sampai dengan tahun 2033 pengembangan mall atau pusat perbelanjaan sebanyak 9 unit masing-masing 1 unit di Kecamatan Kedaton, Kecamatan
Sukarame, Kecamatan
Tanjungkarang Barat, Kecamatan Panjang Kecamatan Teluk Betung Barat, Kecamatan Teluk Betung Utara, Tanjung Senang, Sukabumi, Kemiling, Labuhan Ratu, Way Halim, Langkapura, Kedamaian, Teluk Betung Timur dan Bumi Waras.
4) Sarana Pemerintahan dan
Pelayanan Umum
Kawasan perkantoran yang ada dalam hirarki ini adalah kawasan pemerintahan Provinsi Lampung. Kawasan ini berada di Kecamatan Teluk Betung Utara (Jalan Dr.
Warsito), kedepannya akan
diarahkan menuju Kota Baru yang berlokasi di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan
berbatasan dengan Kecamatan
Sukarame Kota Bandar Lampung
dan juga diarakhkan adanya
penambahan jumlah fasilitas
umum seperti kantor polisi
sebanyak 13 unit masing-masing 1
unit di Kecamatan Kedaton,
Sukarame, Tanjung Karang Barat, Panjang, Tanjung Karang Timur, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Selatan, Tanjung Senang,
Sukabumi, Kemiling, Labuhan
Ratu, Way Halim, Teluk Betung Timur, Kedamaian dan Bumi Waras.
5) Sarana Olah Raga dan Ruang
Terbuka Hijau
Jumlah kebutuhan fasilitas
olahraga dan RTH berupa lapangan olah raga sebanyak 54 unit dengan luas kebutuhan lahan yaitu 48,6 Hadan taman lingkungan sebanyak 6.441 unit dengan luas kebutuhan lahan yaitu 1.610,25 Ha. Pada tahun 2033 di Kota Bandar
Lampung membutuhkan 6.521
fasilitas olah raga dan RTH dengan luas kebutuhan lahan sebesar 1.658,85 Ha.Dengan demikian, upaya penyediaan fasilitas olah raga dan RTH pada kawasan perencanaan semakin meningkat.
3. Penyusunan Masterplan
Pembangunan Perumahan di Kota Bandar Lampung
Penyusunan masterplan pembangunan perumahan di Kota Bandar Lampung dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dengan proses sebagai berikut:
1) Bappeda menyusun perencanaan
masterplan pembangunan
perumahan di Kota Bandar
Lampung
2) Bappeda bersama instansi terkait
melakukan inventarisasi dan
a. Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung
b. Bidang Perekonomian dan
Pembangunan Kota Bandar Lampung
c. Bappeda Kota Bandar
Lampung
d. Bappeda Provinsi Lampung
e. Dinas Pengairan dan
Permukiman Provinsi
Lampung
f. Dinas Tata Kota Bandar
Lampung
g. Badan Penanaman Modal dan
Perizinan Kota Bandar
Lampung
h. Dinas Pekerjaan Umum Kota
Bandar Lampung
i. Badan Pertanahan Kota Bandar
Lampung
3) Bappeda menyusun Tim Teknis
untuk penyusunan masterplan
pembangunan yang terdiri dari:
a. Sekretaris Daerah Kota Bandar
Lampung
b. Assisten Bidang Perekonomian
dan Pembangunan Kota Bandar Lampung
c. Kepala Bappeda Kota Bandar
Lampung
d. Kepala Bappeda Provinsi
Lampung
e. Kepala Dinas Pengairan dan
Permukiman Provinsi
Lampung
f. Kepala Dinas Tata Kota
Bandar Lampung
g. Kepala Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung
h. Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kota Bandar Lampung
i. Kepala Badan Pertanahan Kota
Bandar Lampung
j. Kepala Bagian Hukum Kota
Bandar Lampung
k. Kepala Bagian Pemerintahan
Kota Bandar Lampung
l. Sekretaris Bappeda Kota
Bandar Lampung
m. Kepala Bidang Fisik dan
Prasarana Bappeda Kota
Bandar Lampung
n. Kepala Bidang Ekonomi
Bappeda Kota Bandar
Lampung
o. Kepala Bidang Statistik dan
Penelitian Bappeda Kota
Bandar Lampung
p. Kepala Bidang Pemerintahan
dan Kesejahteraan Rakyat
Bappeda Kota Bandar
Lampung
q. Kepala Bidang Penanaman
Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung
r. Kepala Bidang Perencanaan
dan Pengembangan Kota Dinas Tata Kota Bandar Lampung
4) Bappeda melaksanakan tender
dalam rangka menyeleksi
konsultan (pihak ketiga) sebagai pelaksana masterplan perumahan Kota Bandar Lampung
5) Konsultan (pihak ketiga)
melaksanakan pembuatan
masterplan perumahan Kota
Bandar Lampung dan
menyampaikan laporan ke dalam
tiga tahapan, yaitu laporan
pendahuluan, laporan hasil dan laporan akhir.
6) Bappeda menyetujui masterplan
Bandar Lampung dan
menggunakan sebagai acuan
pembangunan perumahan
B. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Masterplan Pembangunan Perumahan
1. Kondisi Wilayah Sebagai Kawasan
Rawan Bencana
Pelaksanaan pembangunan masterplan perumahan belum dapat dilaksanakan
secara optimal oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, karena wilayah di Kota Bandar Lampung termasuk dalam kawasan rawan bencana. Perlindungan terhadap
kawasan rawan bencana alam
dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara
langsung tidak langsung oleh
perbuatan manusia. Kondisi Wilayah Sebagai Kawasan Rawan Bencana di
antaranya rawan bencana tanah
longsor dan gerakan tanah, rawan gelombang pasang dan tsunami dan rawan banjir.
2. Pengembang Perumahan Tidak
Menaati Masterplan
Pengembang perumahan di Kota Bandar Lampung yang tidak menaati masterplan perumahan yang telah ditentukan oleh Bappeda menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan masterplan di lapangan. Contohnya adalah masih ada perumahan yang dibangun di kawasan yang masuk
dalam kawasan pendidikan atau
kawasan rawan bencana, sehingga
tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah Kota Bandar Lampung.
Dalam konteks yang demikian
diperlukan pengawasan dan tindakan tegas dari pemerintah Kota Bandar Lampung untuk menertibkan para pengembang perumahan tersebut.
Pembangunan perumahan berdasarkan masterplan sesuai dengan tata ruang tidak akan pernah terwujud bila tidak ada ketegasan dalam pemberian sanksi atas orang atau badan hukum yang
terbukti karena usaha/kegiatannya
telah menimbulkan pelanggaran atau
perusakan lingkungan. Pemerintah
Kota dituntut meningkatkan
pengawasan dan pengendalian
terhadap usaha/kegiatan di bidang pembangunan perumahan. Melalui kegiatan ini akan diperoleh data dan informasi yang lengkap tentang suatu permasalahan lingkungan, sehingga Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat secara tegas memberikan sanksi kepada pelaku yang telah terbukti melakukan pelanggaran masterplan
berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi ini adalah pertama,
menciptakan kepastian hukum,
menimbulkan efek jera kepada para pelaku pelanggaran masterplan dan
memberikan rasa keadilan bagi
masyarakat.
III. Kesimpulan
1. Pelaksanaan pembuatan
masterplan pembangunan
perumahan oleh Badan
Kota Bandar Lampung adalah menentukan lokasi pembangunan perumahan di seluruh kecamatan
yang ada di Kota Bandar
Lampung; memetakan sarana
prasarana pendukung seperti
sarana pendidikan,kesehatan,
perdagangan dan jasa, sarana
pemerintahan dan pelayanan
umum serta sarana olah raga dan
ruang terbuka hijau serta
melaksanakan penyusunan
masterplan pembangunan
perumahan.
2. Faktor-faktor yang menjadi
penghambat dalam pelaksanaan
masterplan pembangunan
perumahan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung adalah Kondisi Wilayah Sebagai Kawasan Rawan Bencana berupa bencana tanah longsor dan gerakan tanah, Rawan gelombang pasang dan tsunami dan rawan banjir dan Pengembang perumahan di Kota
Bandar Lampung yang tidak
menaati masterplan perumahan
yang telah ditentukan oleh
Bappeda menjadi faktor
penghambat dalam pelaksanaan masterplan di lapangan sehingga tidak sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah Kota Bandar
Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Affan Gaffar, Paradigma Baru
Otonomi
Daerah dan Implikasinya,
Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2006
Aminudin, Peran Rumah dalam
Kehidupan Manusia, Kanisius, Semarang, 2007.
Eko Budiharjo. Percikan Masalah
Arsitektur, Perumahan,
Perkotaan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 1998
Hendrawan, Pembangunan
Perumahan
Berwawasan Lingkungan,
Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Josef Riwo Kaho, Prospek Otonomi
Daerah di Negara Republik
Indonesia; Identifikasi
Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi
Penyelenggaraanya, Penerbit
Rajawali Press, Jakarta,2002.
Muammar Himawan. Pokok-Pokok
Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta. 2004.
Prajudi Admosudirjo. Teori
Kewenangan.
Ruddy Williams.. Klasifikasi Perencanaan
Pembangunan Kota
Berwawasan Lingkungan.
Penerbit Widiatama. Jakarta. 2005.
Rumajar Jefferson, Otonomi Daerah:
Sketsa. Gagasan dan
Pengalaman, Media Pustaka,
Manado, 2006
Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian
Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1983,
Widyaningsih, Beberapa Pokok
Pikiran
Tentang Perumahan, Tarsito. Bandung. 2006.
Zulfie Syarief, Kebijakan Pemerintah
di
Bidang Perumahan dan
Permukiman bagi Masyarakat
Berpendapatan Rendah, USU
Press, Medan. 2000.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Nomor
22/Permen/M/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat;
Peraturan Daerah Kota Bandar
Lampung
Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030
REN
Rencana Pembangunan dan
Pengembangan
Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP). Badan
Perencanaan Pembangunan
Kota Bandar Lampung Tahun 2013.
Sumber Lain